Anda di halaman 1dari 14

TUGAS TAMBAHAN

STASE MANAJEMEN KEPERAWATAN


TENTANG KEPEMIMPINAN DI RUANG CAMAR
RUMAH SAKIT DAERAH IDAMAN KOTA BANJARBARU

Oleh:
Asih, S.Kep
NIM. 1830913320053

PROGRAM PROFESI NERS ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2019
BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Keperawatan pada saat ini tengah mengalami beberapa perubahan mendasar

baik sebagai sebuah profesi maupun sebagai pemberi pelayanan kepada

masyarakat dimana tuntutan masyarakat pada keperawatan agar

berkontribusi secara berkualitas semakin tinggi.

Sebagai sebuah profesi, keperawatan dihadapkan pada situasi dimana

karakteristik profesi harus dimiliki dan dijalankan sesuai kaidahnya.

Sebaliknya, sebagai pemberi pelayanan, keperawatan juga dituntut untuk

lebih meningkatkan kontribusinya dalam pelayanan kepada masyarakat

yang semakin terdidik, dan mengalami masalah kesehatan yang bervariasi

serta respon terhadap masalah kesehatan tersebut menjadi semakin

bervariasi pula.

Oleh karena itu, pada saat ini diperlukan kepemimpinan yang mampu

mengarahkan profesi keperawatan dalam menyesuaikan dirinya ditengah-

tengah perubahan dan pembaharuan sistem pelayanan kesehatan.

Kepemimpinan ini sekiranya yang fleksible, accessible, dan dirasakan

kehadirannya, serta bersifat kontemporer.

Mc. Gregor menyatakan bahwa setiap manusia merupakan kehidupan

individu secara keseluruhan yang selalu mengadakan interaksi dengan dunia

individu lainnya. Apa yang terjadi dengan orang tersebut merupakan akibat
dari perilaku orang lain. Sikap dan emosi dari orang lain mempengaruhi

orang tersebut. Bawahan sangat tergantung pada pimpinan dan berkeinginan

untuk diperlakukan adil. Suatu hubungan akan berhasil apabila dikehendaki

oleh kedua belah pihak.

Untuk dapat melakukan hal tersebut di atas, baik atasan maupun bawahan

perlu memahami tentang pengelolaan kepemimpinan secara baik, yang pada

akhirnya akan terbentuk motivasi dan sikap kepemimpinan yang

profesional.

1.2 Tujuan Penulisan

1.2.1 Mengetahui tentang teori kepemimpinan dalam manajemen keperawatan

1.2.2 Menganalisis tentang penerapan teori kepemimpinan di ruang Camar RSD

Idaman Kota Banjarbaru


BAB II PEMBAHASAN

2.1 Definisi Kepemimpinan

Definisi kepemimpinan menurut Stogdill yaitu kepemimpinan sebagai

suatu proses yang mempengaruhi aktivitas kelompok terorganisasi dalam

upaya menyusun dan mencapai tujuan. Definisi kepemimpinan dari

Strogdill dapat diterapkan dalam keperawatan.

Gardner mendefinisikan kepemimpinan sebagai suatu proses persuasi dan

memberi contoh sehingga individu (atau pemimpin kelompok) membujuk

kelompoknya untuk mengambil tindakan yang sesuai dengan usulan

pimpinan atau usulan bersama.

Kepemimpinan adalah suatu konsep dari suatu tujuan dan metode untuk

mencapainya, suatu mobilisasi dari seluruh fasiltas yang diperlukan untuk

mencapai hasil, dari penyesuaian dan nilai-nilai terhadap faktor lingkungan

pada akhir dari tujuan yang dikehendaki nantinya”.

2.2 Gaya Kepemimpinan

Menurut para ahli, terdapat gaya kepemimpinan yang dapat diterapkan

dalam suatu organisasi antara lain:

1. Gaya Kepemimpinan Menurut Tannenbau dan Warrant H. Schmitdt

Menurut kedua ahli tersebut, gaya kepemimpinan dapat dijelaskan

melalui dua titik ekstrim yaitu kepemimpinan berfokus pada atasan dan

kepemimpinan berfokus pada bawahan. Gaya tersebut dipengaruhi oleh


faktor manajer, faktor karyawan dan faktor situasi. Jika pemimpin

memandang bahwa kepentingan organisasi harus didahulukan jika

dibanding kepentingan pribadi maka pemimpin akan lebih otoriter, akan

tetapi jika bawahan mempunyai pengalaman yang lebih baik dan

menginginkan partisipasi, maka pemimpin dapat menerapkan gaya

partisipasinya.

2. Gaya Kepemimpinan Menurut Likert

Likert mengelompokkan gaya kepemimpinan dalam empat sistem yaitu:

a. Sistem Otoriter-Eksploitatif

Pemimpin tipe ini sangat otoriter, mempunyai kepercayaan yang

rendah terhadap bawahannya, memotivasi bawahan melalui

ancaman atau hukuman. Komunikasi yang dilakukan satu arah ke

bawah (top-down).

b. Sistem Benevolent-Authoritative

Pemimpin mempercayai bawahan sampai tingkat tertentu,

memotivasi bawahan dengan ancaman atau hukuman tetapi tidak

selalu dan membolehkan komunikasi ke atas. Pemimpin

memperhatikan ide bawahan dan mendelegasikan wewenang,

meskipun dalam pengambilan keputusan masih melakukan

pengawasan yang ketat.

c. Sistem Konsultatif

Pemimpin mempunyai kekuasaan terhadap bawahan yang cukup

besar. Pemimpin menggunakan balasan (insentif) untuk

memotivasi bawahan dan kadang-kadang menggunakan ancaman


atau hukuman. Komunikasi dua arah dan menerima keputusan

spesifik yang dibuat oleh bawahan.

d. Sistem Partisipatif

Pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan,

menggunakan insentif ekonomi untuk memotivasi bawahan.

Komunikasi dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok

kerja.

3. Gaya Kepemimpinan Menurut Teori X dan Teori Y

Dikemukakan oleh Douglas Mc Gregor dalam bukunya The Human Side

Enterprise (1960), dia menyebutkan bahwa perilaku seseorang dalam

suatu organisasi dapat dikelompokkan dalam dua kutub utama, yaitu

sebagai Teori X dan Teori Y. Teori X mengasumsikan bahwa bawahan

itu tidak menyukai pekarjaan, kurang ambisi, tidak mempunyai

tanggung jawab, cenderung menolak perubahan, dan lebih suka

dipimpin daripada memimpin. Sebaliknya Teori Y mengasumsikan

bahwa, bawahan itu senang bekerja, bisa menerima tanggung jawab,

mampu mandiri, mampu mengawasi diri, mampu berimajinasi, dan

kreatif. Dari teori ini, gaya kepemimpinan dibedakan menjadi empat

macam yaitu:

a. Gaya Kepemimpinan Diktator

Gaya kepemimpinan yang dilakukan dengan menimbulkan

ketakutan serta menggunakan ancaman dan hukuman merupakan

bentuk dari pelaksanaan Teori X.

b. Gaya Kepemimpinan Autokratis


Pada dasarnya kepemimpinan ini hampir sama dengan gaya

kepemimpinan diktator namun bobotnya agak kurang. Segala

keputusan berada di tangan pemimpin, pendapat dari bawahan

tidak pernah dibenarkan. Gaya ini juga merupakan pelaksanaan

dari Teori X.

c. Gaya Kepemimpinan Demokratis

Ditemukan adanya peran serta dari bawahan dalam pengambilan

keputusan yang dilakukan dengan musyawarah. Gaya ini

pada dasarnya sesuai dengan Teori Y.

d. Gaya Kepemimpinan Santai

Peranan dari pemimpin hampir tidak terlihat karena segala keputusan

diserahkan pada bawahannya (Azwar dalam Nursalam, 2011)

4. Gaya Kepemimpinan Berdasarkan Kekuasaan dan Wewenang

Menurut Gillies (1996), gaya kepemimpinan berdasarkan wewenang dan

kekuasaan dibedakan menjadi empat yaitu:

a. Otoriter

Merupakan kepemimpinan yang berorientasi pada tugas atau

pekarjaan. Menggunakan kekuasaan posisi dan kekuatan dalam

memimpin. Pemimpin menentukan semua tujuan yang akan dicapai

dalam pengambilan keputusan. Informasi yang diberikan hanya pada

kepentiungan tugas. Motivasi dengan reward dan punishment.

b. Demokratis

Merupakan kepemimpinan yang menghargai sifat dan kemampuan

setiap staf. Menggunakan kekuatan posisi dan pribadinya untuk


mendorong ide dari staf, memotivasi kelompok untuk menentukan

tujuan sendiri. Membuat rencana dan pengontrolan dalam

penerapannya. Informasi diberikan seluas-luasnya dan terbuka.

c. Partisipatif

Merupakan gabungan antara otoriter dan demokratis, yaitu

pemimpin yang menyampaikan hasil analisis masalah dan kemudian

mengusulkan tindakan tersebut pada bawahannya. Staf dimintai

saran dan kritiknya serta mempertimbangkan respon staf terhadap

usulannya, dan keputusan akhir ada pada kelompok.

d. Bebas Tindak

Merupakan pimpinan ofisial, karyawan menentukan sendiri kegiatan

tanpa pengarahan, supervisi dan koordinasi. Staf/bawahan

mengevaluasi pekarjaan sesuai dengan caranya sendiri. Pimpinan

hanya sebagai sumber informasi dan pengendalian secara minimal.

2.3 Tugas Kepemimpinan dalam Keperawatan

Tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah:

1. Selalu siap menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang

rawat harus mampu bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang

terjadi, berperan dalam setiap aspek kehidupan berorganisasi, serta

mengkaji setiap kemungkinan untuk mengembangkan sesuatu yang

baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan sebagai suatu

tantangan yang dapat menghasilkan.


2. Mengatasi konflik yang terjadi sebagai dampak dari kegiatan,

kebijakan, ataupun hubungan yang terkait dengan atasan, bawahan atau

pasien dan keluarganya.

3. Meningkatkan dinamika kelompok diantara bawahan sebagai upaya

pemimpin untuk memotivasi bawahan

4. Meningkatkan komunikasi dengan atasan, bawahan, rekan sejawat dan

konsumen lainnya. Keterbukaan dalam berkomunikasi akan dapat

memperlancar proses pelaksanaan kegiatan sehingga akan

mempermudah pencapaian tujuan.

5. Melatih kekuasaan dan kewenangan yang dimiliki dengan menerapkan

berbagai cara untuk membuktikan bahwa kekuasaan dan kewenangan

itu masih dapat dihargai oleh bawahan.

6. Menggunakan aspek politik untuk mempengaruhi orang lain, dalam

rangka memperlancar pencapaian tujuan.

7. Menatalaksanakan waktu dengan baik. Penatalaksanaan waktu yang

baik mencerminkan pemanfaatan sumber-sumber yang tersedia

digunakan dengan baik pula sehingga produktivitas kerja menjadi

meningkat.
BAB III PEMBAHASAN

Mengimplementasikan kepemimpinan dalam keperawatan merupakan tanggung

jawab perawat, melalui kepemimpinan yang efektif diharapkan dapat

meningkatkan mutu pelayanan. Untuk itu diperlukan suatu keterampilan

kepemimpinan. Kepemimpinan yang efektif divisualisasikan sebagai suatu rantai

yang kokoh, dimana satu dengan lainnya saling berhubungan.

Salah satu tugas penting seorang pemimpin di ruang rawat adalah selalu siap

menghadapi setiap perubahan. Setiap pemimpin di ruang rawat harus mampu

bersikap proaktif dalam setiap perubahan yang terjadi, berperan dalam setiap

aspek kehidupan berorganisasi, serta mengkaji setiap kemungkinan untuk

mengembangkan sesuatu yang baru serta mampu menanggapi setiap kesempatan

sebagai suatu tantangan yang dapat menghasilkan.

Di ruang Camar RSD Idaman Kota Banjarbaru dipimpin oleh kepala ruangan.

Gaya kepemimpinan yang digunakan di ruang camar adalah partisipatif yaitu

pemimpin mempunyai kepercayaan sepenuhnya terhadap bawahan komunikasi

dua arah dan menjadikan bawahan sebagai kelompok kerja. Tetapi disaat kondisi

tertentu kepala ruangan menggunakan gaya kepemimpinan otoriter dimana dalam

hal ini karena pengambilan keputusan yang dituntut untuk segera dibutuhkan.

Kegiatan kepemimpinan yang lain dilakukan di ruang Camar adalah dengan

melakukan supervisi.
Menurut Kron (1981) dalam Suarli S dan Bahtiar Yanyan (2013), dalam bukunya

"The Management of Patient Care" memaparkan tentang kegiatan-kegiatan untuk

mencapai kepemimpinan yang efektif melalui :

1. Perencanaan dan pengorganisasian

Adalah pekerjaan / kegiatan yang harus dilakukan oleh perawat. Untuk itu

diperlukan koordinasi sehingga semua kegiatan dapat dikerjakan dengan baik.

2. Membuat penegasan dan memberi pengarahan (making assigments and

giving directions)

Dengan berbagai metode dalam memberi penugasan di rumah sakit maka

diperlukan memberi pengarahan secara jelas dan singkat.

3. Memberi bimbingan (Providing guidence)

Bimbingan adalah suatu alat yang penting dalam keperawatan. Pemimpin

harus memiliki kemampuan untuk membantu stafnya dalam melaksanakan

tugas-tugas yang diberikan, sehingga pasien mendapat kepuasan dalam

asuhan keperawatan.

4. Mendorong kerja sama dan partisipasi (Encouraging cooperation and

participation)

Kerjasama merupakan hubungan yang erat untuk dapat berpartisipasi,

misalnya perawat melakukan kesalahan maka berikan informasi dan jelaskan

melalui suatu diskusi. Hargai upaya yang telah dilakukan sehingga nanti

dapat mengkoreksi kesalahannya. Oleh karena itu proses kepemimpinan

keperawatan dalam kerja sama tim (team work) adalah sangat penting

sehingga dapat meningkatkan kerja sama antara perawat dalam melaksanakan

asuhan keperawatan.
5. Mengkoordinasikan kegiatan (Coordinating Activities)

Mengkoordinasikan kegiatan dalam suatu unit/ruangan merupakan kegiatan

yang penting dalam kepemimpinan keperawatan. Diinformasikan kepada

perawat tentang kegiatan yang ada diruangan, dibutuhkan juga laporan

tentang pencapaian pekerjaan oleh staf perawat.

6. Observasi/supervisi (Observing or Supervising)

Mengawasi staf perawat dan pekerjaannya merupakan tanggung jawab yang

besar dari seorang pemimpin keperawatan. Dibutuhkan kemampuan untuk

meneliti asuhan keperawatan yang dibedakan pada pasien dengan aspek

individunya. Untuk dibutuhkan juga di dalam pengawasan/ observasi tidak

hanya penampilan fisik tetapi kemungkinan emosi dan pengertian dari staf

dalam memberi asuhan keperawatan.

7. Evaluasi Hasil penampilan kerja (evaluating performance results)

Evaluasi merupakan proses berkelanjutan untuk menganalisa kekuatan dan

kelemahan staf dalam bekerja sehingga dapat mendorong mereka bekerja

dengan baik. Seorang pemimpin juga harus mengevaluasi dirinya sendiri baik

sebagai perawat ataupun sebagai pemimpin secara jujur.

Kepemimpinan yang efektif di RS akan terwujud apabila pemimpin menelaah

dengan sistem yang efektif. Seorang pemimpin yang efektif adalah seorang

pemimpin yang dapat mempengaruhi orang lain agar dapat bekerja sama untuk

mencapai hasil yang memuaskan bagi terjadinya perubahan yang bermanfaat.


BAB IV PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kepemimpinan merupakan suatu seni dan proses untuk mempengaruhi dan

mengarahkan orang lain supaya mereka memiliki motivasi untuk mencapai

tujuan yang hendak dicapai dalam situasi tertentu. Kegiatan kepemimpinan

dalam keperawatan mencakup cara mengarahkan, menunjukkan jalan,

mensupervisi, mengawasi tindakan anak buah, mengoordinasikan kegiatan

yang sedang atau akan dilakukan, dan mempersatukan usaha dan berbagai

individu yang memiliki karakteristik yang berbeda.

Seorang pemimpin yang efektif tidak akan menggunakan kelebihannya

untuk menaklukkan orang lain, namun justru digunakan untuk mendorong

bawahannya dalam mencapai tujuan sesuai dengan kemampuan yang ada.

4.2 Saran

Seorang pemimpin hendaknya mampu membimbing, mengarahkan dan

mengayomi anggotanya tanpa membedakan anara anggota yang satu dengan

anggota yang lain. Dalam proses manajemn keperwatan seharusnya

melibatkan seluruh personil bukan hanya berpusat pada pemimpin atau

manajer. Segala keputusan yang dibuat harus dimusyawarahkan dan harus

dapat diterima oleh semua pihak dalam manajemen keperawatan


DAFTAR PUSTAKA

Nursalam. 2011. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam prektik Keperawatan

Profesional Edisi 2. Jakarta: Salemba Medika

Suarli S dan Bahtiar Yanyan. 2013. Manajemen Keperawatan dengan Pendekatan

Praktis. Jakarta: Erlangga

Swansburg, Russel C. 2000. Pengantar Kepemimpinan dan Manajemen

Keperawatan; alih bahasa, Suharyati Samba; editor, Monica Ester.

Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai