Penerbit
Husin Bachtiar
husin-bachtiar.blogspot.com
husin611@gmail.com
Desain Sampul:
2
Ucapan Terimakasih:
3
DAFTAR ISI
4
Bersyukur
5
Bersyukur sebagai mahasiswa suatu perguruan tinggi
penting, karena sebagian lulusan SMA tidak bisa
melanjutkan ke jenjang yang lebih tinggi. Atau ada
juga seseorang yang sudah bekerja kuliah lagi
menjadi mahasiswa karena ingin mempunyai
kompetensi yang lebih tinggi sehingga bekerja lebih
produktif lagi.
Oleh karena itu kesempatan yang baik ini harus
digunakan dengan sebaik-baiknya, waktu yang
tersedia dan terbatas ini dioptimalkan dengan ibadah
sholat tepat waktu, belajar yang sungguh-sungguh,
perbanyak membaca buku referensi, sering
menghadiri seminar, efektifkan belajar berkelompok
dan aktif dalam organisasi kemahasiswaan.
Dengan selalu bersyukur, Insya Allah akan ditambah
kenikmatan lain, kesuksesan dan kebahagiaan yang
lain
6
Jauh sebelum lulus SMU anak saya, Isnia ingin kuliah di
Universitas Padjajaran jurusan Psikologi karena selama di
SMU sering diminta teman-temanya mengatasi problema
masalah remaja. Sehingga ada keinginan masuk jurusan
Psikologi, Universitas Padjajaran.
Orang tua ingin anaknya daftar kuliah di Sekolah Tinggi
Teknologi Telkom atau STT Telkom karena dunia kerja
masih membutuhkan tenaga ahli bidang telekomunikasi.
Untuk itu ketika selesai SMU kemudian daftar ke
Universitas Padjajaran Bandung jurusan Psikologi dan
mendaftar juga ke STT Telkom. Alasan daftar ke STT
Telkom untuk menyenangkan orang tua artinya sesuai
saran dari orang tua. Adapun ketika mengisi biaya
sumbangan pendidikan, anak tersebut mengisi sepuluh
juta rupiah.
Untuk cadangan daftar juga ke D3 Jurusan Komunikasi
Universitas Padjajaran, karena kakaknya kuliah di S1
Jurusan Komunikasi, Universitas Padjajaran, untuk D3 ini
diterima, namun orang tua khususnya mamanya diam
saja tidak ada kebahagiaan. Menurut mamanya dalam
memilih jurusan jangan sampai hanya mengikuti
kakaknya, harus beda jurusan, oleh karena itu ditunggu
aja hasil seleksi di STT Telkom.
Ketika pengumuman tiba di STT Telkom ternyata Isnia
tidak diterima, namun mendapat surat pemberitahuan
dari Manajem Telkom, penawaran kuliah di TelkomPDC.
Sebuah salah satu program pendidikan dari Management
Telkom. Singkatan dari Telkom Professional Development
Center. Sesuai saran orang tua, kuliah saja di TelkomPDC
jurusan Web Development Program. Alasan mendapat
7
panggilan di Telkompdc karena nilai raport matematika
dan bahasa Inggris nilainya baik.
8
Ketika pertama kali kuliah, ketika ditanya orang tua,
bagaimana kesan kuliahnya;
“Susah banget, Nurul ga suka.”
Saya memberi saran, “Jalani saja dulu beberapa hari,
baru berkomentar berat apa tidak kuliah di TelkomPDC,
kalau susah, tahun depan dicoba lagi. Nyoba Psikologi”.
Setelah beberapa kali pertemuan kuliah, ternyata sangat
menikmati dan memahami materi kuliah. Suatu hari
orang tua tanya : “Bagaimana kuliahnya, kalau tidak
mengerti, nanti tanya temannya”, kata Nurul : “ Justru
temannya yang tanya Nurul”. Ini berarti bahwa Nurul
sangat memahami materi kuliah, karena dia ketika dosen
menjelaskan, apabila kurang memahami ketika
diterangkan, maka malam hari diperdalam dengan
membaca literatur yang diberikan dosennya, sehingga
materi kuliah betul-betul dipahami dengan baik sebagai
rasa tanggung jawab sebagai mahasiswa.
Selama kuliah tentu ada hambatan dan kesulitan, maka
setiap ada rasa malas kuliah, harus ingat lagi tanggung
jawab sebagai mahasiswa ingin menunjukkan kepada
orang tua, bahwa kuliah harus selesai dengan memahami
materi kuliah dan ditunjukkan dengan nilai Indeks
Prestasi yang baik. Akan lebih baik lagi bila mencapai
nilai terbaik atau nilai tertinggi.
Nurul menyadari kuliah di Telkom PDC tidak sama dengan
kuliah Sinta, kakaknya yang kuliah di Universitas
Pejajaran (Universitas Negeri), maka dia ingin
menyelesaikan kuliah dengan cepat mendapat pekerjaan
dan mendapat nilai Indeks Prestasi tertinggi.
9
Dengan semangat yang luar biasa dan berusaha
mendapat hasil terbaik, maka di akhir pendidikan D2
TelkomPDC, jurusan Web Development Program
mencapai Indeks Prestasi (IP) 3,85. Nilai ini tertinggi di
Jurusan Isnia Nuruldita. Hal ini membuktiikan bahwa
impian atau harapan akan melahirkan tindakan dan
semangat dalam belajar, semangat mengikuti kuliah
dengan baik untuk meraih nilai tertinggi.
Semangat Berbagi
10
kepada saudara kita yang Tuna Rungu. Anak-anak
tuna rungu sangat senang dengan kehadiran
mahasiswa yang berbagi ilmu tentang internet,
sehingga mereka bertambah pengetahuannya.
11
Bersyukur sekali ketika masih didampingi orang tua. Oleh
karena itu setiap saat kita berbakti berbakti pada orang
tua. Doa orang tua sangat manjur untuk kemajuan,
kesehatan, pendidikan serta seluruh aspek kehidupan.
Saat - saat yang kritis dalam dunia pendidikan ketika
menghadapi ujian baik ujian mid semester ataupun ujian
semester. Di saa-saat itulah doa orang tua diperlukan.
Pengalaman selama ini kuliah di TelkomPDC dan STMIK
Amik Bandung, setiap menjelang ujian, tidak lupa selalu
berkomunikasi dengan orang tua atau sms ke orang tua,
“Pa, hari ini mau ujian, do‟a kan ya” sesaat kemudian
ada jawaban dari orang tua “Baik, semoga lancar ya
ujiannya”. Juga mamanya juga ikut mendoakan, sambil
sholat sunah Dhuha sekaligus mendoakan putrimya yang
sedang kuliah diberi kelancaran dan kemudahan.
Di setiap akhir semester, setelah pengumuman hasil nilai
ujian, ternyata nilainya, yang sering baik. Pernah ketika
bulan puasa, tidak bisa pulang ke Batam. Sehingga di
Bandung ikut kursus atau seminar tentang ilmu yang
sama dengan yang diajarkan di tempat kuliah, ketika
selesai lebaran, mata kuliah materinya ada kesamaan
dengan hasil seminar, maka ketika ujian mendapat nilai
A, jadi ada hikmah tidak pulang kampung ke Batam,
karena saat itu biaya terbatas oleh karena banyak biaya
yang dikeluarkan untuk kuliah.
12
Salah satu amalan yang baik bagi setiap pemeluk agama
Islam, adalah ibadah puasa sunah Senin dan Kamis.
Walaupun tidak harus setiap minggu, karena sifatnya
sunah, dikerjakan mendapat pahala, tidak dilaksanakan
tidak apa-apa.
Dasar puasa hari Senin & Kamis,
Puasa hari Senin dan Kamis, termasuk sunnah Nabi
Shallahu „Alaihi Wassalam. Aisyah Radhiyallahu „Anhu
mengatakan : “Adalah nabi Shallallahu ‘Alaihi Wassalam
memperbanyak puasa pada hari Senin & Kamis‟ (HR Al
Tirmidzi dan Ibnu Majah. Hadits ini dishahihkan Al-
Albani).
Saat beliau ditanya tentang puasa hari Senin, beliau
menjawab, “Itu adalah hari aku dilahirkan dan hari aku
diutus atau (awal) diturunkan Al-Qur‟an kepadaku” (HR.
Muslim)
Saatbeliau (Rasulullah) ditanya tentang puasa hari Senin
dan Kamis, beliau menjawab:
“Keduanya adalah hari dihadapkannya amal-amal kepada
Rabbul „Alamin (Allah). Karenanya aku suka saat amalku
dibawa kepada-Nya aku dalam keadaan berpuasa” (HR.
Al-Nasai dan dishahihkan Syakh Al-Albani.
Puasa ini sangat dianjurkan karena do‟a orang yang
berpuasa dikabulkan Allah SWT. Oleh karena itu bagi
seorang mahasiswa atau karyawan yang beragama Islam
sangat dianjurkan untuk puasa sunah ini. Tentu yang
utama dengan niat ibadah kepada Allah SWT. Insya Allah
segala sesuatu yang dikerjakan senantiasa diberi
keberkahan dan kelancaran atas izin Allah SWT.
13
Puasa Mencerdaskan Otak
14
suhu badan, tekanan darah, keseimbangan kadar kimia
dalam tubuh, oksigen, dan karbon dioksida dalam darah,
serta keadaan dan kadar berbagai zat kimia yang
dikirimkan dan diambil dari berbgai organ tubuh. Otak
juga berfungsi memberi tahu kapan saatnya tubuh
membutuhkan makanan, tidur, bangun, dan sebagainya.
Banyak kelebihan otak dibanding dengan komputer. Otak
memiliki kemampuan berfikir, berimajinasi, dan
berkreasi, yang tidak bisa dilakukan oleh komputer.
15
seyogianya melakukan diet karena dengan diet otak akan
terpacu untuk berkosentrasi, sementara makan banyak
akan menimbulkan dahak dan dahak yang banyak akan
memicu lemah hafalan.
Lukman al-Hakim yang namanya diabadikan dalam Al-
Qur‟an memberikan nasehat kepada putranya,
“Wahai putraku, bila perutmu penuh, maka pikiranmu
akan tidur, kebijaksanaanmu akan kelu, dan anggota
tubuh malas menjalankan ibadah”.
Berdasarkan pengalaman sebagian orang, apabila perut
manusia dipenuhi oleh makanan yang berlebihan, maka
sel-sel akan kebanjiran zat makanan, dan terjadi
kemunduran intelektual, seperti menjadi pelupa, daya
nalar melemah, dan sebagainya.
Sebaiknya, kalau perut dan lambung diberikan waktu
sesaat untuk membersihkan bermacam-macam kotoran
yang telah setahun penuh bermukim di dalamnya, maka
kerja otak bertambah giat dan cepat sehingga
menimbulkan daya yang sanggup memecahkan persoalan
tanpa rasa letih.
Cara berfikir yang penuh energi ini menghasilkan buah
berbagai disiplin ilmu pengetahuan. Pepatah
mengatakan, “Apabila jiwa lapar maka seluruh anggota
tubuh menjadi kenyang dan bila jiwa kenyang maka
seluruh anggota tubuh menjadi lapar”
Pepatah ini bisa dianalisis sebagai berikut : pertama,
perut dalam keadaan kosong akan menyebabkan
kosongnya zat-zat makanan di dalam usus kecil. Oleh
karena itu, darah terpaksa menghisab zat-zat yang basah
dalam usus dan perut sebagai gantinya.
16
Orang yang sering mengalami keadaan demikian pada
umumnya mempunyai daya penglihatan tajam, gerak-
geriknya cepat serta memiliki kecakapan menganalisis
persoalan dengan mudah.
Kedua, setelah zat-zat yang basah siap dihisap oleh
darah tadi hilang maka usus dan perut menjadi kering
dan panas, seperti halnya masin kalau kehabisan air akan
menjadi kering dan panas. Dalam keadaan demikian,
biasanya seseorang mempunyai sifat sederhana dalam
segala hal, bertindah tegas dalam mengambil keputusan
tanpa ragu-ragu.
Puasa sebenarnya tidak akan melemahkan fisik seseorang
atau menyebabkan seseorang menjadi kekurangan gizi.
Puasa justru dapat menghidupkan pikiran dan
meningkatkan kecerdasan. Di dalah hikmah disebutkan,
“Barangsiapa lapar perutnya maka menjadi besarlah
pikirannya dan menjadi cerdaslah hatinya.”
17
diberikan muka teramat tampan ini menjawab, “Aku
khawatir jika aku kenyang akan melupakan orang lapar.”
Pada dasarnya setiap manusia diberikan kecintaan
terhadap harta benda sebagai bagian dari naluri
mempertahankan diri. Kecintaan ini melahirkan sikap
bakhil (pelit dan kikir) serta individualis, mementingkan
diri sendiri, dan enggan berbagi. Karena itu, Al-Qur‟an
menyebut aksi yang mempertaruhkan dan mengorbankan
harta benda seperti membebaskan hamba sahaya dari
perbudakan, memberi makan pada hari kelaparan,
membantu anak yatim yang ada hubungan kerabat, dan
menolong orang miskin yang sangat fakir diibaratkan
seperti menempuh aqabah (jalan yang mendaki yang
terjal nan sukar) (al-Balad: 12-17)
Tentu kita penasaran, apa hikmah dan rahasia puasa?
Salah satu hikmah dan rahasia puasa ialah memupuk
solidaritas, persamaan derajat, kasih sayang, tepa selira,
kepedulian sesama, dan kesetiakawanan sosial. Manusia
dilatih agar dapat meminimlisasi sikap bakhil dan
individualis dalam dirinya sehingga dia mau berbagi
dengan orang lain, walaupun kesukaan terhadap harta
benda hakikatnya adalah naluri.
18
Padjajaran lokasi di Jatinangor Sumedang Bandung, yang
kedua, Isnia kuliah di TelkomPDC Bandung, yang ke tiga
M Yusuf dan Achmad Ramaditya masih SMP di Batam saat
itu. Dengan kondisi demikian maka diperlukan biaya
kebutuhan kuliah dan makan serta biaya untuk kos
selama di Bandung. Terkadang terbatas dananya, kadang
setiap minggu atau dua minggu tanya ke orang tua,
kapan ada kiriman berikutnya.
Melihat kondisi keuangan orang tua, tergerak dalam
hatinya, ingin cepat mendapat pekerjaan, sehingga
meringankan beban orang tua dalam membiayai
pendidikan putra-putrinya.
Kuliah di Program D2 TelkomPDC ternyata sangat
bermanfaat, karena ilmunya dapat langsung diterapkan
di dunia kerja, setelah magang di salah satu perusahaan
Radio di Bandung, sebetulnya ditunggu surat lamaran
untuk bekerja di Radio tersebut, karena tidak ada
informasi, sambil menunggu wisuda Program D2
Telkompdc melamar bekerja di suatu perusahaan A
(misalnya) dan diterima, setelah diterima di perusahaan
A tsb, ternyata ada panggilan di perusahaan radio.
Sehingga terlihat bahwa lulusan atau alumni D2
TelkomPDC mudah mendapat pekerjaan. Lebih kurang
25% yang akan lulus di Telkompdc telah diterima bekerja
di beberapa perusahaan.
Setelah kuliah selama 2 (dua) tahun, akhirnya selesai
kuliah dengan nilai Alhamdulillah IP 3,85 Setelah lulus
D2 TelkomPDC kemudian melanjutkan kuliah lagi untuk
melanjutkan ke jenjang S1. Dan kegiatan bekerja tetap
dilakukan sambil kuliah lagi di perguruan tinggi.
19
Kuliah di STMIK Amik Bandung normalnya lebih kurang 2
(dua) tahun karena melanjutkan dari program D2
TelkomPDC. Menyadari bahwa orang tua mempunyai
anak berjumlah 4, maka timbul keinginan atau impian
cepat selesai kuliahnya, kalau bisa hanya setahun saja.
Ketika memasuki bulan Ramadhan sambil dikonsep tugas
akhir, siapa tahu bisa mengejar ujian skripsi. Mungkin
dengan berkah bulan Ramadhan serta niat yang kuat
untuk menyelesaikan kuliah lebih cepat (tiga tahun) dan
mendapat nilai tertinggi. Alhamdulillah niat dan impian
tercapai.
Di akhir kuliah di STIMIK Amik Bandung, kuliah jurusan
computer mendapat nilai akhir Indeks Prestasi (IP) 3,69
20
Menikmati Bekerja dan Berwisata
21
Dari Nia tentang Nia
Isnia Nurul Dita
22
orang tua? Tidak sama sekali. Ayah saya bahkan menjadi
teman dan pelindung nomor wahid. Beliau yang
menemani, mengantar, menunggu saya selama saya
repot ngerjain ini itu. Ibu saya? Menyambut saya
dilelahnya saya.
“Mah, dipanggil guru, nilai try out Nurul jelek” ujar saya
suatu hari.
“Iya, nanti papa yang akan hadir.”
As simple as that. Orang tua saya tidak pernah sekalipun
memarahi bagaimanapun nilai raport saya. Saya inget
bener, semester 2 di kelas 2 SMA saya menjadi urutan
kedua paling bawah. Bahkan temen saya yang sering
dibully karena kemalasannya, peringkatnya masih jauh
diatas saya.
Saya dimarahin? Tidak sama sekali. Namun saya tahu diri.
Saya mengikuti beberapa bimbingan belajar, minimal,
saya ga bego bego amat dikelas. Saya mencuri start
untuk belajar ke teman saya dikelas lain, jika akan
menghadapi ulangan harian. Beberapa berhasil,
selebihnya gagal. :D Saya bimbel 1,5 jam, namun
nongkrong ngobrol makan makannya 3 jam. Saya main ke
rumah temen niat hati belajar, nyampe dirumah temen
malah gosip gosip. Iya, saya bandel sekali ketika itu.
At the end, saya lulus masa SMA dengan nilai,
lumayanlah. Tertinggi engga. Terendah juga engga. Dari
awal, Ibu saya sudah meminta saya kuliah di Bandung.
Apapun universitasnya. Saya sempat meminta izin untuk
mencoba ujian masuk di UGM, namun ditolak mentah
mentah. Kuliahnya di Bandung titik. Selain karena ada
kakak saya yang sedang menempuh pendidikan di Unpad,
23
Bandung adalah kampung halaman keluarga kami.
Tempat kami mudik. Tempat kami mengungsi.
Di pilihan ujian untuk jenjang D3 Universitas Padjajaran,
ibu saya meminta saya untuk mengambil konsentrasi
Akutansi. “Akutansi akan dibutuhin dimana mana.”
Begitu alasannya. Karena bisa memilih 2 jurusan, saya
memilih untuk memasukkan Jurusan Komunikasi.
Sepenglihatan saya, kakak saya sangat menikmati
kuliahnya. Setiap pulang kerumah, ia selalu kembali ke
Bandung dengan gadget baru. Ya kamera poketlah, ya
komputerlah, ya leptoplah. Semuanya untuk menunjang
pendidikannya, begitu pembelaan ibu saya selalu. Tanpa
sepengetahuan beliau, konsentrasi Komunikasi saya tulis
diurutan pertama disusul dengan konsentrasi Akutansi
dipilihan kedua.
Eh ilalahnya, saya lulus di pilihan pertama, Komunikasi.
Ketika saya senang bahagia bukan main, ibu saya justru
bersikeras tidak setuju. Selama beberapa hari saya
sempat „menjauh‟ tidak ingin berbicara. Sebagai salah
satu aksi protes ketika itu.
Tidak hanya itu, passing grade bimbel saya yang
kemungkinan bisa masuk menjadi bagian dari psikologi di
Universitas Pendidikan Indonesia, ditolak ibu saya juga
bahkan sebelum saya memilih.
Sampai akhirnya, ya itu, saya kuliah di TelkomPDC,
kampus baru, yang kami menjadi angkatan pertamanya.
Kampus yang setiap orang bertanya saya kuliah dimana,
setelah saya jawab, pasti akan direspon dengan, “itu
kampus apa? Dimana?” Saya selalu sebal. Sirik tepatnya.
Sirik pada kakak saya, sirik pada teman teman saya yang
24
meskipun tidak kuliah dikampus negeri. Mampu kuliah di
Universitas swasta yang kece kece.
Hari pertama kuliah, saya inget benar, saya menangis di
angkot sepanjang perjalanan. Sore itu, ada mata
kuliahnya Basic Drawing. Dosen memberikan kami
selembar kertas, yang kemudian ia meminta kami untuk
menggambar tubuh kami. Lengkap. Nantinya kertas itu
akan diputar dikelas, dan siapa yang menerima, harus
menebak, siapakah orang yang ada dalam gambar.
Saya yang ga bisa menggambar, tentu saja kesal. Saya
mahasiswa satu satunya berjilbab. Dengan tidak
menggambar rambut, tentu saja gambar saya gampang
ditebak. Masalahnya, gambar saya jelek banget. Bukan
kaya manusia, kaya badut gendut. Pulang dari mata
kuliah itu, saya nangislah di angkot. Kesel.
“Nurul ga suka mata kuliahnya. Nurul ga mau kuliah
disini.” Ucap saya terisak ke ayah saya melalui telepon.
Seminggu kemudian, ketika materi beranjak ke Adobe
Photoshop, saya lupa seminggu yang lalu saya menangis.
Saya menikmati mata kuliah demi mata kuliah. Disaat
kegiatan saya tak sebanyak ketika SMA dulu, saya merasa
saya harus fokus belajar. Saya tidak pintar, saya hanya
sedikit lebih rajin dari teman teman.
Saya menerima IPK cukup bagus semester demi
semester, saya sempat diminta untuk menjadi asdos.
Membuat modul. Yang imbalannya, selain uang tunai,
sebuah buku Almatsurat.
Kemudian, saya memang mencari kerja ketika saya mulai
tugas akhir. Ketika tidak ada tanggungan untuk kekampus
25
setiap hari. Saya tahu, orang tua saya cukup kewalahan
membiayai pendidikan kami.
Suatu hari, ayah saya pernah transfer uang jajan sebesar
Rp. 40.000,- empat puluh ribu rupiah, yang dianggarkan
untuk saya dan kakak saya. Masing masing dua puluh
ribuan. Untuk entah berapa hari. Hanya segitu segitunya
lah uang yang tersedia di atm Beliau, dan segitu
segitunga itu ditransfer ke kami. Anak anaknya yang jauh
dari pengawasan matanya.
Di ujian internasional Adobe, kampus menyediakan
beasiswa untuk 5 orang. Tidak mahal sebenernya untuk
bayar ujian itu. Hanya Rp. 500,000,- kala itu. Namun,
kalau saja saya harus bayar sendiri, saya
mempertaruhkan dengan tunggakan uang kosan. Salah
satu teman saya pernah berkata sekilas. “Masa ayah
kerja di Telkom, 500.000,- saja ga punya”. Sesungguhnya
pada saat itu saya emang ga punya uang segitu.
Saya mendekati beberapa dosen, meminta contoh contoh
soal yang bisa saya pelajari. Saya belajar. Saya
bernadzar. Sampai akhirnya, waktu ujian pun tiba. Entah
kenapa, semuanya serba terasa mudah.
“Selamat ya, Is. Ko dapet beasiswa itu”
Begitu pesan singkat yang saya baca di laman facebook.
Saya sujud syukur. Berkali mengucap syukur. Ia, syukur
atas uang segitu yang setidaknya bisa mengurangi beban
orang tua saya. Uang yang hanya segitu itu.
Saya bekerja di software house sambil menunggu jadwal
sidang. Di umur yang masih 19 tahun, saya sudah diajak
meeting meeting besar di Ibukota. Saya sudah berada
diantara orang orang pintar yang ketika mereka
26
berbicara saya tak mengerti apa apa. Umur segitu,
teman teman saya yang masih kuliah main kuliah main.
Saya uda ngerasain kerja lembur kerja lembur pulang
pagi.
Teman teman kerja saya ketika itu sangat membantu
pembuatan tugas akhir saya. Atasan saya juga. Segalanya
terasa mudah, sampai akhirnya saya dinyatakan lulus dan
siap untuk diwisuda.
Kebetulan, wisuda kakak saya lebih dulu daripada wisuda
saya dan dalam tahun yang sama. Ketika kakak saya
wisuda, semuanya repot. Ayah ibu saya datang ke
Bandung, sepupu dan kakaknya Ibu membeli baju
seragaman. Semuanya buat menyambut wisuda kakak
saya. Namun, tidak sama dengan wisuda saya. Saya
memakai kebaya kakak saya. Tidak ada euphoria repot
repot-an menyambut saya wisuda. Yang hanya dihadiri
oleh dua orang. Ayah dan kakak saya. Lagi lagi,
keterbatasan dana alasannya. Padahal hari itu, nama
saya dipampang sebagai salah satu mahasiswi yang sudah
bekerja sebelum wisuda. Padahal hari itu, saya dipanggil
menuju panggung untuk menerima penghargaan sebagai
mahasiswi IPK tertinggi sejurusan. Padahal hari itu, saya
memberikan kursi VIP untuk dua orang karena menjadi
salah satu mahasiswi terbaik. Ah, sudahlah. Semua
keberhasilan itu saja toh sudah membuat saya bahagia.
Disalah satu note kakak saya, ia sempat menulis. Betapa
bangganya Ayah saya pada hari itu. Dimana ketika saya
dipanggil maju kedepan, beliau menoleh ke kursi
sebelahnya sambil berkata, “Itu anak saya..” :‟)
27
Selepas wisuda, saya melanjutkan kuliah di kampus yang
sangat biasa aja. Kelas karyawan pula. Kelas dimana
setiap saya masuk, hanya ada muka muka lelah selepas
bekerja. Kelas dimana, ketika di kantor saya memikirkan
tugas kuliah, dikelas saya memikirkan tugas kantor.
Disaat teman teman saya, masih dengan organisasi
kerennya di kampus, saya berkutat pada kantor – kampus
– lembur. Saya nyaris kehilangan masa senang di bangku
kuliah.
Akhir tahun 2011, ayah saya pensiun dini. Ibu saya
meminta saya resign dan pulang sejenak kerumah.
“Istirahatlah, dek. Mama ngerasa bersalah kamu harus
kuliah sambil kerja. Resign dulu, ya. Istirahat dulu, ya”
“Mama harus gimana, supaya kamu mau resign?”
Yang kemudian saya jawab dengan, “Mau liburan ke
Bali.”
Ibu saya menyetejui. Akhirnya kami mengatur perjalanan
liburan ke Bali. Sekeluarga. Tanpa penghematan apapun.
Saya bisa ngelakuin apa aja yang saya ingini di Bali. Saya
bisa membeli apa saja. Setelah berada di „bawah‟ selama
kuliah, kala itu saya berada di „atas‟.
“Jadi, resign per kapan?” Ibu saya menagih janjinya.
“Akhir tahun, ma. Tapi Nurul ga mau pulang rumah.”
..
28
Mama saya shock tentu saja. Ayah saya, yang ketika itu
memberi restunya.
“Nurul pengen jalan jalan. Di Batam susah mau kemana
mana. Dari Jakarta, Nurul bisa kemanapun yang nurul
pengenin. Bisa ke Sumatera pake Bis. Bisa kemana mana
naik kereta api. Semuanya akan serba mudah”
Januari 2012, saya sudah menjadi karyawan di salah satu
consultant IT di Jakarta. Saya mulai mengikuti trip, agen
travel jalan jalan. Nyaris setiap bulan saya mengunjungi
teman baru. Kali ini, disaat teman teman saya lagi pusing
ngerjain skripsi, saya sudah berjalan menikmati alam
Indonesia. Di umur 21 tahun, saya sudah sampai di
Karimun Jawa, Menikmati Dieng, Melalang buana sampai
Ujung Genteng, mencoba solotrip birthday trip ke
Semarang. Kemudian, saya mulai lihai mencari tiket
promo. Saya berhasil menginjak bumi laskar pelangi.
Menaklukan ranukumbolo. Semuanya menggunakan tiket
pesawat yang pulang perginya ga lebih dari 500.000,-
Tentang puasa senin kamis dan baksos. Semuanya karena
apa yang saya lihat dari dalam rumah. Ayah saya sering
puasa senin kamis ketika kondisi keuangan kami sangat
pas pasan. Ibu saya, sering memasak yang kemudian
disumbangkan ke Panti Asuhan ketika kami juga dalam
keadaan susah keuangan. 2 hal itu yang saya lihat
langsung.
Saya mulai puasa senin kamis ketika SMA, kebetulan
lingkungan saya yang anak Rohis juga rajin shaum
sunnah. Kemudian, saya lanjutkan ketika masa masa
merantau. Iya, terkadang niatnya, untuk menghemat
sekalian. Awal awal kepindahan saya ke Jakarta, saya
29
mulai lupa diri. Beranjak saya mulai mampu membeli apa
yang ingin saya beli. Sampai akhirnya salah satu temen
saya berceletuk.
“Nia kalo lagi puasa, berarti pas lagi ga ada uang.”
Entah kenapa, kalimat itu menohok saya sekali. Saya
merasa menjadi sombong dan angkuh diri. Setelah itu,
saya mulai kembali berpuasa apapun kondisi keuangan
saya. Alhamdulillah istiqomah.
Selain puasa, akhirnya saya juga mencontek apa yang Ibu
saya lakukan. Bakti sosial. Saya mungkin belum mampu
menyumbang. Tapi saya punya tenaga. Maka, yang bisa
saya lakukan adalah menjembatani orang orang yang
punya uang namun ga punya waktu untuk memberikan
sumbangsih. Maka, jadilah saya rutin mengunjungi panti
asuhan selama beberapa bulan sekali. Dananya? Selalu
ada saja dan bersisa terus.
Lantas, bagaimana kehidupan saya sekarang? Saya
merasa belum waktunya berbagi seperti ini. Diluar sana
masih banyak yang berprestasi lebih oke dari saya. Saat
ini, saya bekerja di bagian human resource. Yes, bagian
HRD, impian kerjaan saya ketika saya SMA dulu. Dan
ternyata, untuk sampai duduk disini, saya harus kuliah
dibagian Informasi Teknologi dulu. Andaikan dulu saya
ngotot masuk Psikologi, mungkin sekarang saya masih
kuliah. Atau mungkin stress belajar kejiwaan. Mungkin
iya, pada ujungnya saya akan kerja dibidang yang sama
seperti sekarang, tapi mungkin tidak diumur saya yang
segini.
Saya berjalan jalan sesuai mimpi saya dulu. Se-engga nya
sekarang saya berjalan jalan menggunakan pesawat. Dulu
30
awal awal jalan jalan, berkali kali saya menghabiskan
waktu belasan jam dalam bus. Belasan jam dalam kereta
api. Demi sebuah perjalanan.
Kalo dulu saya mengandalkan tiket promo, sekarang saya
mulai jalan jalan suka suka saya. Tidak terlalu ngoyo
dengan promo pesawat.
Sekarang saya sedang menggalakan acara sosial bertajuk
One Day Fun Doing Fun. Pengennya istiqomah. Berkala
secara waktu. Pengennya sekalian ngider ke kota kota di
seluruh Indonesia. Saya minta aamiin-nya, boleh?
Saya akhirnya ngerasain jadi guru! Ya, kalau engga kuliah
di Psikologi universitas negeri, saya bermimpi jadi Guru
di sekolah. Guru BP. Itutuh, guru yang ngurusin siswa
siswa bermasalah. Saya ikut Kelas Inspirasi, dimana
disana saya mengajar anak SD. Saya menginspirasi
sekaligus terinspirasi.
Kalo saya pribadi ditanya, gimana kiat sukses nya? Saya
Cuma bisa ngasih saran. Kalau kamu ga bisa jadi yang
terbaik, jadilah yang pertama. Tapi seandainya kamu
telat untuk menjadi yang pertama, maka jadilah yang
terbaik.
Dekati Tuhanmu yang menjamin semua rezekimu.
Berdoa, berikhtiar dan bersyukurlah selalu. “ketika kamu
bersyukur, maka akan kutambah nikmatMu” ini bener
banget.
Bahagiakan keluargamu. Seharusnya kamu tahu, kita
akan bahagia ketika membahagiakan. Saya sering ngajak
adik adik dan keluarga jalan jalan, dalam agenda
familytrip. Ketika mereka excited dan berbahagia, saya
31
yakin dan percaya Allah bakal memberikan kebahagiaan
kepada saya jauh berkali lipat.
Mungkin yang terakhir, jangan pernah menyimpen uang.
Jangan pernah sayang uang. Uang bisa dicari, uang itu
titipan, uang dari masing masing orang itu sudah ada
porsinya. Sementara, kebahagiaan, pengalaman ga akan
datang dua kali. Bahagiakan diri, bahagiakan keluarga
dan bahagiakan orang orang disekitarmu.
32
Penutup
DAFTAR PUSTAKA
33
TENTANG PENULIS:
34