TUJUAN
1. Menentukan tanggapan periodik keluaran alat kendali integral (I) untuk harga
maksimum tertentu
2. Menjelaskan hubungan antara penguatan (koefisien) integrasi (K1) dan
tanggapan “step” alat kendali
3. Menggambarkan tanggapan sistem kendali otomatis dengan menggunakan alat
kendali dan jaringan tunda orde 2
4. Menjelaskan kecenderungan alat kendali I untuk berisolasi pada sistem kendali
otomatis, menyebutkan kriteria pengesetan suatu alat kendali
BAB II
TEORI DASAR
Pada sistem kendali dengan menggunakan alat kendali proporsional (P) telah
kita ketahui bahwa untuk memperoleh suatu keluaran pada suatu harga tertentu (selain
harga awal Uo) diperlukan sinyal error. Akibatnya akan menimbulkan adanya kesalahan
statis atau offset, yaitu adanya perbedaan antara harga yang diinginkan (setpoint) dan
harga keluaran sistem yang dikontrol pada kondisi tunak (steady state).
Devisiasi ini tidak dapat dihilangkan sama sekali hanya bisa diminimalkan
dengan memperbesar penguatan alat kendali tidak bisa dilakukan secara berlebihan
karena mempengaruhi kestabilan sistem.
Atas dasar inilah membuat alat kendali proporsional hanya cocok untuk sistem
yang variabelnya tidak memerlukan perubahan besar atau relatif tetap.
Pada alat kendali integral laju perubahan keluaran alat kendali adalah
berbanding lurus terhadap sinyal error atau keluaran berbanding lurus terhadap
integral sinyal error. Secara matematis alat kendali ini dinyatakan sebagai :
𝑑𝑢(𝑡)
= Ki, e(t) atau
𝑑𝑡
dengan :
U(s) dan E(s) adalah Transformasi laplace dari U(t) dan E(t) secara berurutan. Agar
lebih komunikatif persamaan dari ialah diubah ke dalam bentuk presentasi sebagai :
𝑑𝑈
= Ki atau U = Ki ∫ 𝐸 (𝑑𝑡) ..........(5.4)
𝑑𝑡
1
Lazim pada alat kendali Integral adalah waktu integral atau Ti = 𝐾𝑖 (detik)
Gambar 3.1 menunjukkan bahwa untuk sinyal error positif dan konstan
keluaran alat kendali akan naik terus. Kenaikan sinyal kendali akan tetap berlangsung
sampai batas maksimum yang telah ditetapkan atau sesuai dengan kapasitas perangkat
kerasnya.
Laju kenaikan keluaran kendali di samping ditentukan oleh error juga akan
ditentukan oleh penguatan integralnya. Semakin tinggi penguatan integralnya akan
semakin tinggi pula laju kenaikan sinyal keluaran kontrolnya. Dengan lain perkataan
bahwa kecuraman kenaikan keluaran kendali akan semakin tajam pilar penguatan
integrasi nya semakin besar.
Implementasi alat kendali integral secara elektronik sangat mudah dilakukan dengan
menggunakan penguat operasional (operasional amplifier) implementasi alat kendali
ini, seperti kendali lain adalah mengacu pada persamaan matematis kontrolnya.
Implementasi kendali dobawah ini dipilih untuk membanti memudahkan pemikiran
kita tentang operasi alat kendali.
Vout = Ki VE dt; Ki = RC
DIAGRAM RANGKAIAN
BAB V
LANGKAH KERJA
DATA PERCOBAAN
Ki = 0,5
t V
0 0
10 3
15 4,6
20 6,15
30 10
Ki = 10
t V
0 0
1 6,7
2 7,64
3 10
T1 = T2 = 5s, dan Ki = 10
t V
0 0
10 4
15 5
25 3,8
30 5,9
40 3,24
e. Untuk nilai T1, T2 = 0,5s dan W = 5 V pada langkah 8
T1 = T2 = 0,5s, dan Ki = 0,1
t V
0 0
10 2,2
20 3,4
30 4
40 4,4
50 4,6
60 4,65
T1 = T2 = 0,5s, dan Ki = 1
t V
0 0
2 3,8
4 5,3
6 4,9
8 4,7
10 4,7
T1 = T2 = 0,5s, dan Ki = 5
t V
0 0
5 6,8
10 3,4
15 5
20 4,5
T1 = T2 = 10s, dan Ki = 10
t V
0 0
5 6,8
10 3,4
15 5
20 4,5
BAB VII
ANALISA
ki = 0,1
15
Volt (V)
10
0
0 50 100 150 200 250
t (s)
Ki = 0,5
ki = 0,5
15
10
Volt (V)
0
0 10 20 30 40
t (s)
Dari grafik diatas, dimana pratikan mensetting nilai variabel Ki =
0,5. Nilai Ki yang diberikan semakin besar, maka akan memperkecil sinyal
kesalahan dibanding nilai Ki sebelumnya.
Ki = 10
ki = 10
15
Volt (V)
10
5
0
0 1 2 3 4
t (s)
ki = 0,1
5
4
Volt(V)
3
2
1
0
0 50 100 150 200 250
t (s)
ki = 0,1
6
5
4
Volt (V)
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100
t (s)
Pada grafik, dapat dianalisa bahwa nilai sinyal kesalahannya lebih kecil
dibandingkan dengan pengendali proporsional.Dan pada grafik dapat dilihat
bahwa sinyal keluaran berharga sama dengan sebelumnya jika nilai kesalhan
bernilai nol.
ki = 0,1
6
5
4
Volt (V)
3
2
1
0
0 20 40 60 80 100
t (s)
ki = 0,5
10
Volt (V)
5
0
0 10 20 30 40 50
t (s)
T1 = T2 = 5s, dan Ki = 10
ki = 10
8
6
Volt (V)
0
0 10 20 30 40 50
t (s)
ki = 0,1
5
Volt (V) 4
3
2
1
0
0 20 40 60 80
t (s)
T1 = T2 = 0,5s, dan Ki = 1
ki = 1
6
5
4
Volt (V)
3
2
1
0
0 2 4 6 8 10 12
t (s)
ki = 5
8
6
Volt (V) 4
2
0
0 5 10 15 20 25
t (s)
ki = 0,1
8
6
Volt (V)
0
0 20 40 60 80
t (s)
ki = 1
8
6
Volt (V)
4
2
0
0 20 40 60 80
t (s)
T1 = T2 = 10s, dan Ki = 10
ki = 10
8
6
Volt (V)
4
2
0
0 5 10 15 20 25
t (s)
KESIMPULAN