Anda di halaman 1dari 4

Nama : Hilmy Devita Rahmah

Nim : 1604100034

“DIDIKAN GURU CERMINAN MASA DEPAN”

Negara maju tentunya tidak terlepas dari dunia pendidikan. Semakin tinggi kualitas
pendidikan suatu negara, maka semakin tinggi pula kualitas sumber daya manusia yang dapat
memajukan dan mengharumkan negaranya. Sebenarnya, tidak ada perbedaan antara sumber daya
manusia antara negara maju dan negara berkembang, yang berbeda hanyalah cara mendidik
sumber daya manusia itu sendiri.

Hal ini tentunya tidak telepas dari peran seorang guru. Hal yang terpenting namun sering
terlupakan dari seorang guru dalam mendidik siswanya adalah kejujuran. Bohong adalah bibit
korupsi, dan menyontek adalah perilaku korupsi kecil. Apakah seorang guru yang membiarkan
siswanya menyontek telah mendidik siswanya berperilaku jujur? Lihatlah, banyak siswa yang
menyontek demi nilai dan tugas terpenuhi tanpa mengerti apa yang mereka kerjakan. Tidak
sedikit pula para siswa mengikuti tambahan pada guru mata pelajaran tertentu demi mendapatkan
nilai bagus. Banyak guru yang tidak menerangkan, meremehkan siswanya, membiarkan
siswanya tidak bisa, mengajarkan siswanya bahwa nilai dapat dibeli dengan uang, dan perilaku
yang sering terjadi pada saat siswanya menghadapi UN, yaitu tidak percaya akan kemampuan
siswanya.
Nilai adalah sesuatu yang kita peroleh dari perilaku atau usaha kita. Namun, nilai perilaku jarang
diperhitungkan. Apakah perilaku pada nilai rapor diberikan sebagaimana mestinya? Rasanya
nilai perilaku hanya formalitas terpenuhinya nilai rapor dengan mencantumkan huruf A, B, atau
C. Lain halnya dengan nilai mata pelajaran. Apakah kita pernah mendengar syarat mendapat
beasiswa adalah nilai kerapihan, kejujuran, kedisiplinan, kerajinan minimal B? Kita lebih sering
mendengar, untuk syarat mendapatkan beasiswa minimal nilai marematika, akutansi, geografi,
fisika atau nilai eksak lainnya rata-rata 75.

Dengan giat, setiap siswa pun akan mengejar angka diatas 75. Bagaimana jika seorang siswa
tersebut dihadapkan dengan guru yang pelit? Siswa tersebut akan berjuang mendapatkan nilai
diatas 75 dengan menghalalkan segala cara. Banyak siswa yang berpikir, “Belajar sampai malam
belum tentu nilainya bagus, kalau open book, pasti jawabannya bagus dan peluang mendapat
nilai bagus pun terbuka lebar.” Pernahkah kita membayangkan seorang guru memberikan nilai
lebih dari nilai KKM baik untuk siswa yang diremedial ataupun yang tidak? Mungkin semua
siswa tidak akan menghalalkan segala cara. Remedial terus menerus sampai mendapat nilai
sesuai KKM tidak salah, tetapi memberikan 3 poin diatas nilai KKM sebagai nilai perjuangan
remedial, apa salahnya?
Jika kita membuka kamus bahasa Inggris atau bahasa Indonesia dan mencari arti kata remedial,
remedial berarti perbaikan. Mari kita artikan sendiri apa yang dimaksud dengan perbaikan.
Banyak siswa yang dipusingkan dengan pengertian remedial yang sebenarnya, dan tidak sedikit
pula para guru yang salah mengartikan arti remedial yang sebenarnya. Misalnya, kita remedial
mata pelajaran A. Guru mata pelajaran A menyuruh siswa yang mengikuti remedial membeli
barang. Apakah barang tersebut ada kaitannya dengan mata pelajaran A? Walaupun ada, akan
lebih baik apabila remedial tersebut berbentuk soal. Bukannya pemerintah menyediakan
anggaran untuk penunjang pembelajaran? Uang bisa dicari, barang bisa dibeli, tapi ilmu tidak
bisa dibeli.

Ilmu mudah didapat tapi sulit dimengerti. Apakah nilai yang kita inginkan dapat dibeli dengan
uang? Tak heran jika sekarang banyak para pejabat yang korupsi dan melakukan money politic
demi mendapatkan jabatan karena dari dulu mereka diajarkan bahwa semuanya dapat dibeli
dengan uang.
Seorang guru berhak memberikan nilai pada siswanya dan memberi tahu kriteria penilaiannya.
Tapi apakah seoarang guru pernah mengajarkan bagaimana seorang siswa harus berjuang demi
mendapat nilai darinya? Mungkin ada sebagian guru yang mengajarkan itu semua, tapi seorang
siswa juga memperhitungkan kebiasaan guru tersebut. Jika guru itu malas membaca tugas para
siswa dan hanya membubuhkan tanda tangan sebagai pengahargaan bagi usaha siswa
mengerjakan tugas, para siswa juga cenderung mengerjakan tugas dengan asal-asalan dan
menyalinnya dari internet atau temannya tanpa mereka mengerti apa yang mereka salin.
Sebenarnya apa tujuan guru memberi tugas tersebut? Untuk nilai atau agar siswanya mengerti
materi yang ditugaskan? Kebanyakan para siswa akan memilih pekerjaan instan, yaitu menyalin.
Apa bedanya tanda tangan yang diberikan guru untuk tugas seorang siswa yang menyalin
tugasnya dari teman dengan hasilnya sendiri? Apa istimewanya tanda tangan yang diberikan
guru untuk tugas yang dikerjakan asal-asalan dengan tugas yang dikerjakan sungguh-sungguh
hingga mereka mengerti?

Begitu sulit nilai yang harus kita kejar, begitu sulit nilai yang guru berikan pada kita, dan betapa
sering kita kecewa akan nilai yang kita peroleh. Tidak jarang orang tua yang rela mengeluarkan
uang agar anaknya mendapat nilai yang bagus dengan mengikuti tambahan. Dan tidak heran pula
apabila guru mengadakan tambahan bagi siswanya. Tidak ada yang salah dengan guru yang
memberikan tambahan pada siswanya, yang salah adalah seorang guru yang memberikan nilai
lebih dan membocorkan soal dan jawaban ulangan pada siswa yang mengikuti tambahan
dengannya. Sebenarnya tujuan guru memberikan tambahan untuk apa? Untuk mendapatkan uang
atau membantu siswanya untuk lebih mengerti pelajaran? Tujuan siswa mengikuti tambahan itu
untuk apa? Untuk mendapat nilai bagus atau lebih mengerti pelajaran. Kita dididik dengan cara
yang salah, dan dengan cara yang salah pula kita akan membangun masa depan yang baik untuk
diri kita sendiri tanpa mementingkan orang lain.
Setiap manusia terlahir dengan potensi masing-masing. Tanpa digali dan dikembangakan potensi
tersebut tidak ada apa-apanya. Menuntun manusia agar potensinnya dapat menjadi sesuatu yang
berharga adalah tugas seorang guru. Walaupun ini adalah zaman KTSP, dimana seorang siswa
harus lebih aktif dibandingkan gurunya, tapi tetap saja tugas seorang adalah menerangkan dan
memberi nilai. Betapa bangganya seorang guru yang menerangkan suatu materi pada siswanya,
dan suatu hari nanti beliau dapat melihat siswanya sukses karena materi yang beliau ajarkan.
Dialah guru yang sukses, guru yang mengemban tugas negara dengan baik. Lain halnya denga
guru yang terus menerus menyuruh siswanya belajar sendiri dengan membaca buku. Berarti
apabila siswa tersebut sukses, pengarang bukulah yang sukses karena berkat dia, siswa tersebut
dapat sukses.
Tidak sedikit guru yang salah mengartikan apa itu KTSP. Apakah dalam KTSP seorang guru
hanya memberi tugas dan nilai saja? Ataukah dalam KTSP, seorang siswa dituntut untuk
bertanya apa yang tidak dimengerti dan guru tersebut akan menjelaskannya untuk siswa yang
bertanya saja? Banyak siswa yang dibiarkan tidak bisa karena ia malu bertanya pada gurunya.
Banyak guru yang menganggap siswa yang tidak bertanya sudah bisa. Tak sedikit pula guru yang
membiarkan siswanya berperilaku seenaknya saat guru berada di kelas. Jangan salahkan siswa
sepenuhnya apabila saat ulangan terjadi kecurangan karena siswa tak tahu apa yang harus
mereka isi saat lembaran soal dibagikan. Bukankah guru itu sendiri yang membiarkan siswa
tersebut tidak bisa dan para siswa menganggap guru itu selalu perhatian pada penanya dan
menerangkan untuk penanya? Tak heran apabila banyak anggota DPR yang tertidur saat
pemimpinnya sedang berbicara karena dari dulu mereka diajarkan bahwa orang yang berbicara
itu bukan untuk dirinya, tetapi untuk orang yang mengajukan pertanyaan pada pemimpin
tersebut.
Selain manusia terlahir dengan potensinya masing-masing, setiap manusia juga terlahir dengan
kekurangannya masing-masing. Tidak ada yang salah dengan kekurangan yang dimiliki orang
lain, yang salah adalah saat kita tak pernah berusaha melengkapi kekurangan orang lain tersebut.
Kekurangan ada bukan untuk kita remehkan, tetapi kekurangan ada untuk kita lengkapi. Bisa
saja seorang siswa kurang dalam pelajaran bahasa Inggris, tapi apakah sudah dapat dipastikan
bahwa siswa tersebut juga kurang dalam pelajaran bahasa Indonesia? Salah besar jika seorang
guru menganggap anak didiknya bodoh hingga beliau melontarkan pertanyaan, “Selama SD,
SMP, kalian ini belajar apa saja? Masa menghadapi soal begini saja tidak bisa?” Harusnya beliau
bertanya pada dirinya sendiri, “Sudah berapa lama saya menjadi guru, dan sudah berapa kali saya
menghadapi murid seperti ini?”
Guru yang baik akan menghargai kekurangan dan kelebihan siswanya. Dan guru yang
mendukung siswanya adalah guru yang percaya akan kemampuan siswanya. Guru yang
membocorkan soal ulangan atau mengerjakan soal UN lalu menyebarluaskan kunci jawabannya
kepada siswanya, berarti guru tersebut tidak percaya dengan kemampuan siswanya dan
kemampuan dirinya dalam mengajar. Seharusnya guru percaya pada siswanya bahwa mereka
bisa dan pasti bisa. Dengan membocorkan kunci jawaban atau membocorkan soal, sama saja
dengan membuat para siswa berpikir betapa sulitnya soal UN hingga para guru turun tangan dan
para guru mengajarkan siswanya untuk tidak jujur. Memang dibalik kesulitan itu pasti akan ada
kemudahan. Tapi mendapatkan kunci jawaban bukanlah kemudahan yang dimaksud. Itu semua
mengajarkan kita untuk berbuat tidak jujur dan tidak percaya dengan kemampuan kita sendiri
dan menyia-nyiakan alat indra yang Tuhan kasih kepada kita.
Kejujuran memang pahit, tapi akan indah di akhir. Kejujuran memang datang dari diri sendiri
dan untuk diri sendiri pula, tapi tidak ada salahnya mencontohkan kejujuran untuk orang lain dan
mendidiknya untuk berperilaku jujur. Betapa indahnya negara ini berkembang dengan kejujuran.
Tidak ada korupsi dan semboyan “Bhineka Tunggal Ika” dapat berarti sesuai dengan arti yang
sebenarnya. Tidak ada yang salah dengan kondisi bangsa ini karena semenjak bersekolah kita
mencontohkan perilaku yang tidak jujur dan dididik untuk tidak jujur. Lihatlah, ilmu yang kita
cari tidak bisa mencerdaskan kehidupan bangsa ini. Uang yang kita pakai untuk memperoleh
nilai ini tidak dapat mengantarkan bangsa ini menjadi bangsa yang maju. Dan nilai yang kita
peroleh tak pernah bisa menggeser negara maju nomor 1 di dunia, tetapi nilai yang kita peroleh
telah mengantarkan bangsa ini menjadi negara korupsi peringkat ke 4 di dunia. Walaupun
kejujuran tak pernah bisa menggeser negera maju nomor 1 di dunia dan mengantarkan negara ini
menjadi negara maju, tetapi setidaknya kejujuran dapat membuat bangsa ini menjadi bangsa
yang makmur dan sejahtera.

Anda mungkin juga menyukai