Anda di halaman 1dari 7

TUGAS 1 KEWARGANEGARAAN

Disusun Oleh Kelompok 3 :

1. Didik Yuda Perwira


2. M. Agung Juhardi
3. Faisal Ahmad .S
4. Nikmah Hidayati
5. Nanda Fajar

PROGRAM STUDI DIPLOMA IV


JURUSAN TEKNIK ELEKTROMEDIK
UNIVERSITAS MH. THAMRIN
2018
Pertanyaan Mata Kuliah Kewarganegaraan (Tugas 1) :
1. jelaskan mengapa penambangan pasir di kepulauan riau yang di jual ke singapura
dapat mengancam eksistansi wawasan nusantara ?

Jawabannya :
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena
dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah, tenggelamnya pulau-pulau kecil
tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena adanya perubahan pada
kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura
di kemudian hari.

Bila dampak penambangan pasir di seperti itu, maka jelas dapat mengancam
eksistensi wawasan Nusantara yang dimana wawasan Nusantara berfungsi sebagai
pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-ambu dalam menentukan segala kebijaksanaan,
keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan Negara ditingkat pusat dan
daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara.
A. Pengertian wawasan Nusantara

1. Berdasarkan ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Tahun 1993 dan 1998 tentang
GBHN: “Wawasan Nusantara yang merupakan wawasan Nasional yang bersumber
pada Pancasila dan berdasarkan UUD 1945 adalah cara pandang dan sikap
bangsa Indonesia mengenai diri dan lingkungannya dengan mengutamakan persatuan
dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan kehidupan
bermasyarakat, berbangsa dan bernegara dan bernegara untuk mencapai tujuan
nasional”.
2. Pengertian Wawasan Nusantara menurut Prof. Dr. Wan Usman (Ketua Program S-2
PKN-UI) “Wawasan Nusantara adalah cara pandang bangsa Indonesia mengenai diri
dan tanah airnya sebagai Negara kepulauan dengan semua aspek kehidupan yang
beragam”.
3. Pengertian Wawasan Nusantara, menurut kelompok kerja wawasan Nusantara, yang
diusulkan menjadi ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat dan dibuat di
Lemhannas Tahun 1999: “Cara pandang dan sikap bangsa Indonesiamengenai diri dan
lingkungannya yang serta beragam dan bernilai strategis dengan mengutamakan
persatuan dan kesatuan bangsa serta kesatuan wilayah dalam menyelenggarakan
kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara untuk mencapai tujuan nasional”.
B. SEJARAH PULAU

1970-an

Penambangan pasir laut di perairan Provinsi Kepulauan Riau, yakni wilayah yang
berbatasan langsung dengan Singapura, telah berlangsung sejak tahun 1970. Kegiatan ekspor
pasir laut ke Singapura sendiri dimulai sejak 1976 seiring dengan dimulainya proyek
Reklamasi (perluasan) pantai daratan Singapura.
Hanya ada tiga pemain besar di sini. Kelompok pertama yang menguasai dua Kuasa
Penambangan (KP): PT Equator Reka Citra, PT Nalendra Bhakti Persada, PT Indoguna Yuda
Persada, PT Sangkala Duta Segara, dan PT Sugi Mahaya. Sedangkan, kelompok kedua dan
ketiga masing-masing dengan satu KP: PT Citra Harapan Abadi dan PT Beralang Sugi Bulan.
Data yang digali batamnews.co.id dari berbagai sumber menyebutkan pada tahun 1990
luas negara Singapura adalah 580KM2, tapi peta pada tahun 2010 menjadi 760 KM2 , artinya
bertambah 31% dibanding tahun 1990.

Untuk itu, Pemerintah Negara Singapura hingga tahun 2010 membutuhkan pasir urug sebanyak
7,120.000,000 M3. Pasir sebanyak itu untuk mereklamasi di dua kawasan yakni pantai barat
dan pantai Timur.

Wilayah-wilayah yang akan direklamasi :


-West Bank East Bank
-Jurong Phase III-B Ubin Island
-Jurong Phase IV-A Tekong Island
-Jurong Phase IV-B Changi Phase 1-A
-Tuas Extention Phase 4 Changi Phase 1-B
-Jurong Phase I Changi Phase 1-C
-Jurong Phase II Punggol
-Southern Island Other Package
-Sentosa Island

Agustus 2001
Pencurian pasir laut di wilayah perairan Indonesia semakin marak. Salah satu modus operandi
menggunakan kapal buatan Belanda yang mampu menghisap pasir sambil berjalan dengan
kecepatan 2-3 knot dalam satu jam mampu menyedot hingga 10.000 M3. Biasanya pencurian
itu pada malam hari untuk mengelabui petugas.

Februari 2002
Departemen Perindustrian dan Perdagangan menghentikan ekspor pasir timah dan pasir laut
karena sulit mengontrol maraknya pencurian.

18 April 2002
Pemerintah melalui Instruksi Presiden No 2 tahun 2002 memberlakukan pelarangan ekport
pasir laut, yang diperuntukkan bagi perluasan (reklamasi) pantai Singapura.

27 Mei 2002
Aktivitas penambangan pasir laut di Riau dibuka kembali melalui Kepres No 33 Tahun 2002
tertanggal 23 Mei 2002.

September 2002
Dewan Perwakilan Rakyat atau DPR RI telah membentuk Tim Pengawasan Pasir Laut. Tim
ini akan mengoordinasikan setiap komisi di dewan yang terkait dengan permasalahan pasir
laut. Seperti Komisi Politik dan Pertahanan, Komisi Pertanian dan Perikanan, Komisi Industri
dan Perdagangan, serta Komisi Pertambangan dan Lingkungan Hidup.

Maret 2003
Menteri Perindustrian dan Perdagangan, Rini Suwandi, memutuskan menghentikan sementara
ekspor pasir laut. Dalam Surat Keputusan Nomor 117/MPP/Kep/II/2003 yang ditandatangani
pada 28 Februari lalu dikemukakan penghentian ekspor akan ditinjau kembali setelah program
pencegahan terhadap kerusakan pesisir dan pulau-pulau kecil tersusun.
Selain itu, ekspor akan dilanjutkan kembali jika sengketa penetapan batas wilayah laut antara
Indonesia dan Singapura telah diselesaikan.
Pasir laut yang dihentikan ekspornya adalah bahan galian pasir yang terletak pada wilayah
perairan Indonesia, yang tidak mengandung unsur mineral golongan A dan/atau golongan B,
dalam jumlah berarti ditinjau dari segi ekonomi pertambangan. Sebelumnya, Menperindag
telah menentukan pula kuota ekspor pasir laut untuk mencegah kerusakan lingkungan.

Juni 2004
Belum ada rencana Departemen Perindustrian dan Perdagangan untuk mengijinkan kembali
ekspor pasir laut. Masih menunggu pembicaraan instansi lain terkait mengenai kelestarian
lingkungan dan perbatasan Negara Indonesia- Singapura.

Kegiatan tersebut telah mengeruk jutaan ton pasir setiap hari dan mengakibatkan
kerusakan ekosistem pesisir pantai yang cukup parah. Selain itu mata pencaharian nelayan
yang semula menyandarkan hidupnya di laut, terganggu akibat aktivitas itu. Kerusakan
ekosistem mengakibatkan pupulasi hewan laut menurun.

C. Dampak Penambangan Pasir

Kerusakan lingkungan akan dapat berdampak bagi masyarakat, baik untuk jangka
pendek/jangka panjang. Sekilas dalam jangka pendek mungkin hanya akan terlihat sebagai
pemandangan buruk yang tidak enak untuk dilihat dan dirasakan. Namun, dalam jangka
panjang tentu akan terasa lebih buruk lagi, misalnya akan mudah merembesnya air laut ke
dalam sumber-sumber air tanah di daratan, sehingga air tanah menjadi payau. Bisa juga
terjadinya longsoran tebing-tebing kolam bekas galian, yang mana hal ini bukan hanya akan
dapat membahayakan keselamatan masyarakat. Namun, juga dapat mengakibatkan
permukaan tanah menjadi lebih rendah dari ketinggian permukaan air laut.
Penambangan pasir laut juga mengancam keberadaan sejumlah pulau kecil karena
dapat menenggelamkannya, misalnya kasus Pulau Nipah, tenggelamnya pulau-pulau kecil
tersebut menimbulkan kerugian besar bagi Indonesia, karena adanya perubahan pada
kondisi geografis pantai akan berdampak pada penentuan batas maritim dengan Singapura
di kemudian hari.
Bila dampak penambangan pasir di Kepulauan Riau seperti itu, maka jelas dapat
mengancam eksistensi wawasan Nusantara yang dimana wawasan Nusantara berfungsi
sebagai pedoman, motivasi, dorongan serta rambu-ambu dalam menentukan segala
kebijaksanaan, keputusan, tindakan dan perbuatan bagi penyelenggaraan Negara ditingkat
pusat dan daerah maupun bagi seluruh rakyat Indonesia dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara.

Aktivitas ini memiliki efek/dampak negatif diantaranya :

1. penambangan pasir laut menyebabkan tingkat kekeruhan air laut sangat tinggi. Keruhnya
air laut akan berdampak pada terumbu karang sebagai habitat pemijahan, peneluran,
pembesaran anak, dan mencari makan bagi sejumlah besar organisme laut, terutama yang
memiliki nilai ekonomis penting. jika terumbu karang tercemar, kematian biota laut di
dalamnya pun akan tercemar. Hanya beberapa jenis biota yang bisa bertahan. Terumbu
karang keberadaannya dipengaruhi kejernihan air, mudah rusak bahkan oleh aktivitas
manusia yang menghasilkan endapan.
2. Penambangan pasir laut memicu berkurangnya hasil tangkapan ikan oleh nelayan. Hal ini
disebabkan seluruh isi laut disedot tanpa pandang buluh. Tidak hanya pasir yang diangkat,
tetapi telur-telur, anak ikan, terumbu karang, serta biota lainnya juga ikut musnah.
3. Penambangan pasir laut memicu terjadinya abrasi dan hilangnya pulau-pulau kecil.
dampak ini sudah mulai muncul yakni aktivitas penambangan pasir di sekitar Pulau telah
mengancam hilangnya pulau kecil tersebut.
4. Penambangan pasir laut menyebabkan terjadinya perubahan pola arus dan perubahan
struktur geomorfologi pantai.

D. KESIMPULAN
Karena Singapura menggunakan pasir itu untuk memperluas daerahnya, yang
mengakibatkan semakin kecilnya wilayah Indonesia walaupun hanya sedikit. Dulu, Singapura
itu tidak sebesar sekarang. Jika terus dibiarkan, lama kelamaan Singapura bisa mengambil
wilayah laut kita, dan bahkan bisa jadi daratan mereka akan bersatu dengan pulau pulau kecil
di sana yang mengakibatkan terjadinya pencaplokan daerah.

Anda mungkin juga menyukai