Anda di halaman 1dari 9

Pancasila Sebagai Dasar Negara

Secara formal pancasila dapat dikatakan sebagai sebagai dasar negara. Dasar negara
merupakan alas atau fundamen yang menjadi pijakan dan mampu memberikan kekuatan
kepada berdirinya sebuah negara. Negara Indonesia dibangun juga berdasarkan pada suatu
landasan atau pijakan yaitu Pancasila. Pancasila, dalam fungsinya sebagai dasar negara,
merupakan sumber kaidah hukum yang mengatur negara Republik Indonesia, termasuk di
dalamnya seluruh unsur-unsurnya yakni pemerintah, wilayah dan rakyat. Pancasila dalam
kedudukannya seperti inilah yang merupakan dasar pijakan penyelenggaraan negara dan
seluruh kehidupan negara Republik Indonesia.

Suatu bangsa tidak akan dapat berdiri dengan kokoh tanpa dasar negara yang kuat dan tidak
dapat mengetahui dengan jelas kemana arah tujuan yang akan dicapai tanpa Pandangan
Hidup. Dengan adanya Dasar Negara, suatu bangsa tidak akan terombang ambing dalam
menghadapi permasalahan baik yang dari dalam maupun dari luar. Pancasila Sebagai Dasar
Negara tentunya memiliki fungsi yang sangat penting. Fungsi Pancasila Adalah sebagai
berikut:

Jiwa dan kepribadian bangsa Indonesia, artinya Pancasila lahir bersama dengan lahirnya
bangsa Indonesia dan merupakan ciri khas bangsa Indonesia dalam sikap mental maupun
tingkah lakunya sehingga dapat membedakan dengan bangsa lain.

Perjanjian Luhur artinya Pancasila telah disepakati secara nasional sebagai dasar negara
tanggal 18 Agustus 1945 melalui sidang PPKI (Panitia Persiapan kemerdekaan Indonesia).

Sumber dari segala sumber tertib hukum artinya; bahwa segala peraturan perundang-
undangan yang berlaku di Indonesia harus bersumberkan Pancasila atau tidak bertentangan
dengan Pancasila.

Cita- cita dan tujuan yang akan dicapai bangsa Indonesia, yaitu masyarakat adil dan
makmur yang merata materiil dan spiritual yang berdasarkan Pancasila.

B. Pancasila Sebagai Pandangan Hidup Bangsa dan Negara

Setiap manusia di dunia pasti mempunyai pandangan hidup. Pandangan hidup adalah suatu
wawasan menyeluruh terhadap kehidupan yang terdiri dari kesatuan rangkaian nilai-nilai
luhur. Pandangan hidup berfungsi sebagai pedoman untuk mengatur hubungan manusia
dengan sesama, lingkungan dan mengatur hubungan manusia dengan Tuhannya.

Dalam hal ini Pancasila dipergunakan sebagai petunjuk hidup sehari-hari, dengan kata lain
Pancasila digunakan sebagai penunjuk arah semua kegiatan atau aktivitas hidup di segala
bidang.

Tingkah laku dan tindakan perbuatan setiap warga negara Indonesia harus dilandasi dari
semua sila Pancasila, karena Pancasila adalah satu kesatuan dan tidak dapat dilepas-
pisahkan dari yang satu dengan yang lain.
Pancasila yang harus dihayati dan dijadikan pandangan hidup bangsa dan negara adalah
Pancasila sebagaimana tercantum dalam pembukaan UUD 1945, dengan demikian jiwa
beragama (sila pertama), jiwa berperikemanusiaan (sila kedua), jiwa berkebangsaan (sila
ketiga), jiwa berkerakyatan (sila keempat), dan jiwa yang menjunjung tinggi keadaan sosial
(sila kelima).

C. Pancasila sebagai Ideologi Negara

Yang dimaksud dengan istilah Ideologi Negara adalah kesatuan gagasan-gagasan dasar yang
sistematis dan menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya baik individual maupun sosial
dalam kehidupan kenegaraan. Ideologi negara menyatakan suatu cita-cita yang ingin dicapai
sebagai titik tekanannya dan mencakup nilai-nilai yang menjadi dasar serta pedoman negara
dan kehidupannya.

Pancasila sebagai ideologi negara dengan tujuan segala sesuatu dalam bidang pemerintahan
ataupun semua yang behubungan dengan hidup kenegaraan harus dilandasi dalam hal titik
tolak pelaksanaannya, dan diarahkan dalam mencapai tujuannya dengan pancasila.

Dengan menyatukan cita-cita yang ingin dicapai ini maka dasarnya adalah sila kelima, ingin
mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia, yang dijiwai oleh sila-sila yang
lainnya sebagai kesatuan.

Di dalam Pancasila telah tertuang cita-cita, ide-ide, gagasan-gagasan yang ingin dicapai
bangsa Indonesia. Oleh karena itu Pancasila dijadikan Ideologi Bangsa.

D. Ideologi Terbuka dan Ideologi Tertutup

Ideologi Terbuka merupakan suatu sistem pemikiran terbuka sedangkan ideologi tertutup
merupakan suatu sistem pemikiran tertutup.

Ciri khas Ideologi tertutup :

1.ideologi itu bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita satu
kelompok orang yang mendasari suatu program untuk mengubah dan membaharui
masyarakat. Hal ini berarti demi ideologi masyarakat harus berkorban untuk menilai
kepercayaan ideologi dan kesetiaannya sebagai warga masyarakat.

2.Isinya bukan hanya berupa nilai-nilai dan cita-cita tertentu melainkan terdiri dari tuntutan-
tuntutan.

Ciri khas ideologi terbuka:

1.nilai-nilai dan cita-citanya tidak dipaksakan dari luar, melainkan digali dan diambil dari
suatu kekayaan rohani, moral dan budaya masyarakat itu sendiri.
2.dasarnya bukan keyakinan ideologis sekelompok orang, melainkan hasil musyawarah.

3. tidak diciptakan oleh negara melainkan digali dan ditemukan masyarakat itu sendiri.

4.Isinya tidak operasional. Menjadi operasional ketika sudah dijabarkan ke dalam perangkat
peraturan

Jadi ideologi terbuka adalah milik seluruh rakyat dan masyarakat dalam menemukan dirinya,
kepribadiannya di dalam ideologi tersebut.

E. Pancasila sebagai Ideologi Terbuka

Pancasila sebagai ideologi terbuka maksudnya adalah Pancasila bersifat aktual,


dinamis, antisipatif dan senantiasa mampu menyesuaikan dengan perkembangan jaman.
Sebagai suatu ideologi terbuka, Pancasila memiliki dimensi :

Dimensi idealistis, yaitu nilai-nilai dasar yang terkandung dalam pancasila yang
bersifat sistematis dan rasional yaitu hakikat nilai yang terkandung dalam lima sila Pancasila.

Dimensi normatif, nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila perlu dijabarkan


dalam suatu sistem norma, sebagaimana terkandung dalam Pembukaan UUD 1945.

Dimensi realistis, harus mampu mencerminkan realitas yang hidup dan


berkembang dalam masyarakat. Oleh karena itu Pancasila harus dijabarkan dalam kehidupan
sehari-hari sehingga bersifat realistis artinya mampu dijabarkan dalam kehidupan nyata
dalam berbagai bidang.

Keterbukaan Pancasila dibuktikan dengan keterbukaan dalam menerima budaya asing masuk
ke Indonesia selama budaya asing itu tidak melanggar nilai-nilai yang terkandung dalam lima
sila Pancasila. Misalnya masuknya budaya India, Islam, barat dan sebagainya.

F. Pancasila sebagai Pemersatuan Bangsa

Dalam kehidupan bangsa Indonesia yang beraneka ragam adat dan budaya, pada
dasarnya setiap adat budaya telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila sehingga dapat
dinyatakan berpancasila dalam adat budaya. Di samping itu, di dalam kehidupan
beragamapun telah mengamalkan juga kelima unsur Pancasila dalam kehidupan sehari-hari.
Setiap agama di Indonesia pada dasarnya mengajarkan berketuhanan, mengajarkan juga
tentang kemanusiaan dan menumbuhkan rasa persatuan dan keadilan. Jadi semua bentuk
agama apapun di Indonesia telah mengamalkan Pancasila sehingga dalam kehidupan
beragama ada rasa persatuan dan saling menghormati antar umat beragama.

Bangsa Indonesia yang terdiri dari berbagai macam-macam suku pun bukan menjadi
suatu pembeda bagi warga negara Indonesia, justru ini dijadikan nilai positif bagi Indonesia
sebagai yang beragam suku dan budaya. Semboyan Bhineka Tunggal Ika yang artinya
walaupun berbeda-beda tetapi tetap satu jua adalah prinsip kuat bangsa Indonesia walaupun
Indonesia adalah bangsa majemuk yang multi agama, multi bahasa, multi budaya dan multi
ras.

Pancasila merupakan ideologi dan dasar negara utama bagi Indonesia. Pancasila terdiri dari
dua kata dari Sanskerta: panca berarti lima dan sila berarti prinsip atau asas. Pancasila adalah
pedoman hidup bagi kehidupan berbangsa dan bernegara bagi setiap warga negara Indonesia.
Oleh sebab itu Pancasila telah memegang peranan penting sebagai fondasi yang kuat dalam
menjalankan pemerintahan Indonesia.

Dari seluruh sila-sila dalam Pancasila, tentu Pancasila memiliki posisi sendiri dari ideologi-
ideologi lain di dunia. Negara Indonesia merupakan negara demokrasi, yang berarti Indonesia
mengarah ke Liberalisme dalam hal ini. Liberalisme merupakan suatu paham yang
mengutamakan kebebasan individu. Hak setiap individu dilindungi dan diakui dalam
liberalisme. Dalam negara demokrasi, tentu mementingkan suara rakyat dan memberikan
kebebasan dalam setiap aspek kehidupan, seperti kebebasan dalam hak memberi suara untuk
pemilu.

Selain Liberalisme, Pancasila juga mengarah ke ideologi sosialisme dalam kehidupan sosial
masyarakat Indonesia. Sosialisme merupakan ideologi yang menekankan keberadaan
kelompok. Sosialisme mengutamakan paham pertemanan atau persahabatan dan bertentangan
dengan individualisme. Warga Indonesia masih menekankan kepentingan sosial daripada
individualis. Sosialisme juga merupakan bentuk perlawanan terhadap konsep kepemilikan
privat atas alat-alat produksi para pekerja, mengambil alih kepemilikan alat-alat produksi
yang kemudian akan digunakan oleh pemerintah (sebagai representasi dari kaum pekerja)
untuk memenuhi kebutuhan sosial secara merata.

3. Benarkah Pancasila itu


diperlukan sebagai dasar negara? Apa buktinya jika Pancasila itu perlu
dijadikan dasar negara Indonesia? Untuk menjawab pertanyaan tersebut kita
akan mulai dari analogi terlebih dahulu. Apakah Anda mempunyai kendaraan?
Apa yang harus Anda lakukan jika tidak ada jalan yang dapat dilalui? Ya,
Pancasila seperti jalan aspal yang memberikan arah kemana kendaraan itu
dapat dibawa tanpa ada kerusakan. Berbeda dengan jalan yang tidak diaspal,
meskipun kendaraan dapat berjalan tetapi dalam waktu yang singkat
kendaraan Anda akan cepat rusak.

Oleh karena itu, Pancasila merupakan pandangan hidup dan kepribadian


bangsa yang nilai-nilainya bersifat nasional yang mendasari kebudayaan
bangsa, maka nilai-nilai tersebut merupakan perwujudan dari aspirasi (cita-
cita hidup bangsa) (Muzayin, 1992: 16).
Dengan Pancasila, perpecahan bangsa Indonesia akan mudah dihindari karena
pandangan Pancasila bertumpu pada pola hidup yang berdasarkan
keseimbangan, keselarasan, dan keserasian sehingga perbedaan apapun
yang ada dapat dibina menjadi suatu pola kehidupan yang dinamis, penuh
dengan keanekaragaman yang berada dalam satu keseragaman yang kokoh
(Muzayin, 1992: 16).
Dengan peraturan yang berlandaskan nilai-nilai Pancasila, maka perasaan adil
dan tidak adil dapat diminimalkan. Hal tersebut dikarenakan Pancasila sebagai
dasar negara menaungi dan memberikan gambaran yang jelas tentang
peraturan tersebut berlaku untuk semua tanpa ada perlakuan diskriminatif
bagi siapapun.

Oleh karena itulah, Pancasila memberikan arah tentang hukum


harus menciptakan keadaan negara yang lebih baik dengan berlandaskan
pada nilai-nilai ketuhanan, kemanusiaan, persatuan, kerakyatan, dan keadilan.
Dengan demikian, diharapkan warga negara dapat memahami dan
melaksanakan Pancasila dalam kehidupan sehari-hari, dimulai dari kegiatan-
kegiatan sederhana yang menggambarkan hadirnya nilai-nilai Pancasila
tersebut dalam masyarakat. Misalnya saja, masyarakat selalu bahu-membahu
dalam ikut berpartisipasi membersihkan lingkungan, saling menolong, dan
menjaga satu sama lain. Hal tersebut mengindikasikan bahwa nilai-nilai
Pancasila telah terinternalisasi dalam kehidupan bermasyarakat.
Lalu, bagaimana dengan pemerintah? Sebagai penyelenggara negara, mereka
seharusnya lebih mengerti dan memahami dalam pengaktualisasian nilai-nilai
Pancasila dalam kehidupan kenegaraan. Mereka harus menjadi panutan bagi
warga negara yang lain, agar masyarakat luas meyakini bahwa Pancasila itu
hadir dalam setiap hembusan nafas bangsa ini. Demikian pula halnya dengan
petugas pajak yang bertanggung jawab mengemban amanat untuk
menghimpun dana bagi keberlangsungan pembangunan, mereka harus
mampu menjadi panutan bagi warga negara lain, terutama dalam hal
kejujuran sebagai pengejawantahan nilai-nilai Pancasila dari nilai Ketuhanan,
kemanusiaan, persatuan, musyawarah, dan keadilan. Nilai-nilainya hadir
bukan hanya bagi mereka yang ada di pedesaan dengan keterbatasannya,
melainkan juga orang-orang yang ada dalam pemerintahan yang notabene
sebagai pemangku jabatan yang berwenang merumuskan kebijakan atas
nama bersama. Hal tersebut sejalan dengan pokok pikiran ke-empat yang
menuntut konsekuensi logis, yaitu Undang-Undang Dasar harus mengandung
isi yang mewajibkan pemerintah dan lain-lain penyelenggara negara untuk
memelihara budi pekerti kemanusiaan yang luhur dan memegang teguh cita-
cita moral rakyat yang luhur. Pokok pikiran ini juga mengandung pengertian
takwa kepada Tuhan Yang Maha Esa dan pokok pikiran kemanusiaan yang adil
dan beradab sehingga mengandung maksud menjunjung tinggi hak asasi
manusia yang luhur dan berbudi pekerti kemanusiaan yang luhur. Pokok
pikiran ke-empat Pembukaan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945 merupakan asas moral bangsa dan negara (Bakry,
2010).

4. Pancasila Sebagai Ideologi Terbuka


Pancasila merupakan ideologi yang tumbuh dari dalam jatidiri masyarakat Indonesia. Ideologi
Pancasila hanya ada satu di dunia, yaitu di Indonesia. Dalam pelaksanaan ideologi sebagi ideologi
terbuka, Pancasila berperan penting dalam menyikapi perkembangan zaman. Kita harus sama-sama
menjaga Pancasila supaya tetap kokoh dan tidak mudah oleh idealisme-idealisme yang akan
menyudutkan Pancasila.

Pancasila sebagi ideologi terbuka harus berperan sebagai berikut

1. Ideologi Pancasila harus mampu menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi zaman yang terus
mengalami perubahan.
2. Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung makna, bahwa nilai-nilai dasar pancasila dapat
dikembangkan sesuai dengan dinamika kehidupan berbangsa dan bernegara.
3. Pancasila harus mampu mengikuti perkembangan zaman secara kreatif dengan memperhatikan
kebutuhan dan perkembangan masyarakat Indonesia sendiri.
4. Sebagai ideologi terbuka Pancasila harus mampu memberikan orientasi ke depan yang
mengharuskan bangsa indonesia untuk selalu menyadari situasi kehidupan yang sedang dan akan di
hadapinya, terutama menghadapi globalisasai dan keterbukaan.
5. Ideologi Pancasila menghendaki agar Bangsa Indonesia tetap bertahan dalam jiwa dan budaya
Bangsa Indonesia dalam ikatan wadah NKRI.

3 Nilai yang Terkandung Dalam Pancasila Sebagai


Ideologi Terbuka
Bangsa Indonesia mengakui bahwa Pancasila sebagai ideologi terbuka mengandung tiga hal
fleksibilitas yaitu nilai dasar, nilai instrument, dan nilai praktis, adapun ketiga nilai tersebut sebagai
berikut.

1. Nilai dasar
Nilai dasar adalah asas-asas yang diterima sebagi dalil mutlak. Nilai dasar yang bersumber dari nilai-
nilai budaya dan masyarakat Indonsia sendiri, yaitu bersumber dari kebudayaan bnagsa yang sesuai
dengan konstitusi UUD 1945 yang mencerminkan hakikat nilai kultural (budaya). Hal tersebut
terdapat dalam pembukaan UUD1945. Wujud nyata dari nilai dasar adalah sila 1 sampai sila 5 yang
terdapat dalam Pancasila.

2. Nilai Instrumen
Nilai instrumen adalah pelaksanaan umum dari nilai-nilai dasar. Pada umumnya pelaksanaan
tersebut dalam wujud norma sosial atau norma hukum untuk selanjutnya terkristalisasi dalam
lembaga-lembag yang sesuai dengan kebutuhan tempat dan waktu. Nilai instrumen ini kedudukannya
lebih rendah dari nilai dasar, tetapi dapat terwujudkan nilai umum menjadi nilai konkret, serta sesuai
perkembangan zaman. Hal tersebut tertuang dalam batang tubuh UUD 1945, ketetapan MPR,
Peraturan Perundang-undangan(PP), dan Kepres (Keputusan Presiden).

3. Nilai Praktis
Nilai praktis adalah nilai yang sebenarnya dilakukan dalam kehidupan sehari-hari. Nilai inilah yang
sesungguhnya bahan ujian. Apakah nilai dasar dan nilai instrumen dan benar-benar hidup dalam
masyarakat atau tidak. Dalam hal ini nilai praktis seperti menghormati, kerukunan, dan gotong-royong
dapat diwujudkan dalam bentuk sikap, perbuatan, dan tingkah laku sehari-hari.
Sebagai masyarakat yang menganut sistem demokrasi, hendaknya kita bersama-sama
memperjuangkan keutuhan nila-nilai yang terkandung dalam Pancasila. Kita harus menjunjung tinggi
harkat dan martabat bangsa. Bangsa di dunia telah mengakui keberadaan dan eksistensi Pancasila
sebagai ideologi terbuka. Pancasila adalah ideologi yang termasuk dalam falsafah hidup bangsa
paling kuat di dunia, maka dari itu hendaknya kita harus senantiasa menjaga keutuhannya.

5. Tantangan Pancasila Sebagai Ideologi Diera Globalisasi Sekarang ini di abad ke 21, kita hidup di
zaman yang global atau era globalisasi. Proses globalisasi yang menimbulkan tantangan dan
ancaman bagi bangsa Indonesia dewasa ini adalah desakan konsumetisme yang melanda kehidupan
bangsa bagaikan tsunami. Globalisasi membawa masyarakat dapat menyaksikan gedung-gedung
menjulang dan hotel-hotel mewah. Globalisasi mendorong mereka untuk mengunjungi mal-mal yang
penuh dengan barang-barang produk impor. Demikian juga dengan iklan-iklan televisi yang dibanjiri
dengan produk-produk sehingga membawa pada sikap konsumerisme. Saat ini Bangsa Indonesia
dibuat sebagai bangsa importir yang terpaksa hidup dari barangbarang kebutuhan yang berasal dari
luar negeri. Dengan demikian masyarakat menjalani kehidupan yang palsu, karena masyarakat
dibuat hidup mewah walaupun sebenarnya miskin, karena produk yang dikonsumsi buatan negara
lain. Ancaman konsumerisme terletak dalam kenyataan bahwa kekuatan-kekuatan perusahaan
ekonomi merupakan pemegang kekuatan global yang mampu menjadikan konsumerisme sebagai
alat untuk mendatangkan keuntungan dengan mengeksploitasi kondisi bangsa-bangsa miskin yang
bergantung kepada kekuatan-kekuatan ekonomi global tersebut. Dengan kata lain, konsumerisme
menjadi alat untuk mempertahankan dominasi kekuatan ekonomi global terhadap bangsa-bangsa
yang menderita. Oleh karena itu, agar masyarakat dapat hidup bebas sesuai dengan jati dirinya
sepatutnya bangsa Indonesia bangkit dari keterpurukan. Yakni dengan menggalang kekuatan untuk
mencegah konsumerisme dan ketergantungan tersebut dengan membuat bangsa berorientasi
kepada kerja yang produktif. Ini berarti menumbuhkan etos kerja yang menjadi andalan masyarakat
produktif. Melalui proses itu bangsa Indonesia akan menghargai hasil karyanya sendiri dan
mempunyai kepercayaan diri karena atos kerja adalah wujud yang mencerminkan perkembangan dan
peningkatan harkat bangsa sebagai manusia. Dengan meninggalkan bentuk kehidupan yang palsu
dan semu itu, bangsa Indonesia akan kembali sebagai bangsa yang sadar akan harkatnya sendiri
untuk mampu bersaing. Tantangan dari Dalam

6 Tantangan berat yang harus dihadapi ke dalam adalah masalah mentalitas bangsa. Sikap-sikap
yang melemahkan bangsa Indonesia seperti oportunis dan pragmatis yang melemahkan ketahanan
bangsa dan merenggangkan solidaritas terhadap sesama. Sikap-sikap itu membuka lebar-lebar
merajalelanya nafsu serakah di segala bidang, keserakahan untuk menguasai harta benda, untuk
berkuasa dan untuk dihormati. Kondisi itu mendorong orang untuk berlaku tidak jujur, tidak adil, dan
bahkan bertindak semenamena dengan menyalahgunakan wewenang, menjalankan KKN, dan tidak
segan-segan melakukan tindakan kekerasan dan kriminalitas. Disposisi mental seperti itu membuat
seseorang mudah berbohong, munafik, sanggup berkhianat terhadap sahabatnya, hingga tega
menjual bangsa dan tanah airnya. Kondisi demikian memberi peluang yang makin besar bagi
dominasi kelompok kepentingan global. Oleh karena itu untuk mengatasi keterpurukan bangsa dan
membangun bangsa yang seutuhnya, kita perlu meningkatkan ketahanan budaya dan ketahanan
pangan bangsa dan mengintegrasikannya melalui tindakan-tindakan komunikatif ke semua instituasi.
Sehingga dengan ketahanan pangan, maka bangsa ini mampu memenuhi kebutuhannya sendiri.
Sedangkan ketahanan budaya akan menjadi benteng bagi derasnya budaya global yang tidak sesuai
dengan budaya bangsa. B. Penyebab Lunturnya Ideologi Pancasila Penyebab lunturnya ideology
pancasila yang merupakan tantangab berat dalam mengukuhkanideologi pancasila adalah sebagai
berikut: 1. Melemahnya Penghayatan terhadap Pancasila sebagai Pandangan Hidup Bangsa
Pancasila merupakan gagasan bangsa Indonesia yang merupakan kesatuan yang bulat dan utuh.
Oleh sebab itu Pancasila disebut juga kepribadian bangsa Indonesia. Setiap negara yang ingin
memantapkan jati dirinya pertama-tama harus mengetahui dan merumuskan dengan jelas arah dan
tujuan yang ingin dicapai. Untuk itu diperlukan pandangan hidup. Pancasila dijadikan pandangan
hidup berbangsa dan bernegara sejak Proklamasi Kemerdekaan tahun Penetapan pandangan hidup
yang berdasarkan Pancasila ini dilakukan berdasarkan kesepakatan dan kesadaran penuh bangsa
Indonesia. Dengan Pancasila, bangsa Indonesia telah mampu memecahkan berbagai permasalahan
di bidang politik, ekonomi dan budaya yang timbul dalam perubahan sosial budaya yang bersifat
global. 2. Pengaruh Unsur Budaya dalam Pemakaian Bahasa Indonesia Bangsa Indonesia perlu
mensyukuri dan sekaligus bangga karena memiliki bahasa nasional yang diakui, dipelajari dan
dijadikan sevagai jati diri bangsa, khususnya dalam berkomunikasi. Modernisasi dan globalisasi juga
ikut mempengaruhi atau mungkin mengubah berbagai unsur bahasa yang kita miliki, misalnya
perbendaharaan kata, gaya berbahasa dan struktur pembahasan yang digunakan. Ini semua menjadi
tantangan agar kita dapat membangun bahasa Indonesia tanpa menghilangkan ciri khas bahasa itu
sendiri, yang terbukti dapat mempersatukan berbagai suku, etnis dan agama di seluruh Indonesia. 3.
Berkurangnya Legitimasi Agama Banyak sarjana Sosiologi dan Antropologi beranggapan bahwa
ketika agama berhadapan dengan

7 modernisasi, peranannya sebagai faktor legitimasi utama dalam masyarakat akan tersisihkan dan
digantikan oleh lembaga-lembaga kemasyarakatan yang dibentuk oleh masyarakat itu sendiri atas
dasar kemajuan ilmu pengetahuan. Gencarnya modernisasi dan globalisasi, sedikit banyak telah
mempengaruhi pola beragama dan terhadap kepercayaan dalam masyarakat Indonesia. Menghadapi
kenyataan ini, agama dituntut dapat senantiasa menjawab tantangan global tersebut. Caranya
dengan menggali nilai-nilai dan melakukan redifinisi terhadap konsep-konsep beragama yang
dianggap tidak relevan lagi dengan tuntutan zaman. Namun bukan berarti kita mengubh ajaran
mendasar dari agama dan keyakinan yang kita anut selama ini. 4. Dekadensi Moral dan Kekacauan
Kemanusiaan Dekadensi moral adalah melemahnya atau terkikisnya nilai-nilai kemanusiaan, kasih
sayang dan kebersamaan didalam diri manusia. Semua ini melahirkan manusia-manusia yang suka
merampas hak orang lain dan tidak mempedulikan nasib sesamanya. 5. Perubahan Pola Perilaku
dalam Pergaulan Pola perilaku yang hingga saat ini masih ditemukan dan merupakan warisan leluhur
diantaranya adalah kekeluargaan, musyawarah untuk mencapai mufakat dan gotong royong. Semua
ini menjadi ciri khas bangsa Indonesia yang tidak dimiliki oleh bangsa-bangsa lain. Akan tetapi
dengan semakin derasnya arus globalisasi mau tidak mau kepribadian tersebut akan terpengaruh
atau mungkin bisa dikatakan tercemar oleh corak kebudayaan asing yang lebih mementingkan
individualisme, formalisme, kontrak kerja resmi dan lain sebagainya. Dalam menghadapi tantangan
global, Selo Soemardjan menyatakan bahwa bangsa Indonesia membutuhkan unsur-unsur
kepribadian sebagai berikut. Kemampuan dan kebiasaan berpikir secara rasional dan realistis serta
objektif dalam menghadapi masalah-masalah yang dijumpai. Kemampuan ini menjadi sarana untuk
bekerja secara sistematis, efisien dan efektif. Kesadaran akan hak dan kewajiban sebagai warga
masyarakat dan warga negara untuk berperilaku yang tidak melanggar nilai-nilai sosial dan kaidah-
kaidah hukum. Memiliki rasa harga diri dan kepercayaanpada diri sendiri untuk ikut serta dalam tata
masyarakat yang diwarnai dengan sistem bersaing. Memiliki pengetahuan yang luas dan suatu
kehlian yang ditekuni secara profesional. Mempunyai cita-cita hidup yang ingin dicapai melalui segala
jalan yang sah dan etis yang dapat dibenarkan. C. Hambatan pengamalan nilai-nilai pancasila Dalam
implementasi nilai-nilai Pancasila tidak selalu berjalan mulus. Banyak sekali hambatanhambatan yang
terjadi. Disebutkan bahwa hambatan itu terjadi karena proses globalisasi yang begitu cepat setelah
Perang Dunia II, membawa masyarakat Indonesia cenderung berorientasi pada nilai yang datang dari
luar. Nilai individual, materialistis, pragmatis semakin kuat, lebihlebih dengan perkembangan
pariwisata yang pesat dan gelombang hegemoni pasar bebas. Adapun hambatan-hambatannya
antara lain sebagai berikut: Pada sila pertama (Ketuhanan Yang Maha Esa): masih terasa ada
gangguan dengan munculnya terorisme, perusakan tempat ibadah, paham-paham aliran sesat, dll
yang jelas-jelas bertentangan dengan nilai yang tersirat dalam sila pertama yaitu toleransi antar umat
beragama. Pada sila kedua (Kemanusiaan yang adil dan beradab): di Indonesia masih terdapat
perbuatan yang tidak manusiawi seperti penganiayaan terhadap anak sendiri, majikan kepada
pembantunya dll. Hal itu bertentangan dengan prinsip kemanusiaan yang mengedepankan kasih
sayang sesama manusia dan rasa saling menghormati antar manusia. Pada sila ketiga (Persatuan
Indonesia): banyak sekali daerah-daerah yang ingin melepaskan diri dari NKRI, juga perang antar
suku, antar daerah, antar desa yang hanya karena masalah sepele. Pada sila keeempat (Kerakyatan
Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam

8 Permusyawaratan Perwakilan): dalam mengambil keputusan, kalangan atas masih mengutamakan


kepentingan sendiri tanpa memikirkan nasib rakyat kecil. Hal ini sangat bertolak belakang dengan
tujuan dewan perwakilan sebagai wakil rakyat yang mengutamakan kepentingan rakyat. Pada sila
kelima (Keadilan sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia). Tampak sekali ketidakadilan yang terjadi di
Indonesia. Seperti kasus penyuapan terhadap hakim.

Anda mungkin juga menyukai