PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses
ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan
(Muttain, 2008). ISPA yang terjadi pada lansia disebabkan oleh beberapa
kurang memperbanyak minum air putih, dan kurang olah raga. Adapun
PaO2< 55 mmHg, dengan nilai suturasi oksigen < 85%. Pada awalnya
menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis (Aru dkk, 2006).
1
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden
sebanyak 5 juta lansia di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar
bagi penderita. Oleh sebab itu, penulis tertarik mengambil kasus dengan
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Semarang.
2
2. Tujuan Khusus
3
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Pengertian
menyerang salah satu bagian/ lebih dari saluran napas. Bagian organ yang
pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal
dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laryngitis,
sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas
sebagai berikut:
4
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam
penyakit.
atas.
1) Nasofaringitis
5
2) Faringitis
komplikasi (Bilotta,2013)
berikut:
a) Faringitis akut
tembakau.
3) Laryngitis
4) Influenza
6
Influenza atau “flu” merupakan suatu penyakit yang
2. Etiologi
dapat terlibat sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi
(Corwin, 2009)
Penyebab lain dari terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang
tidk mendapatkan imunisasi mempunyai resiko lebih tinggi dari pada tidak
rumahnya. Status ekonomi yang rendah dan hunia yang padat (populasi
ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara:
pneumonia.
7
b. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus
(WHO, 2007)
3. Patofisiologi
melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka
(Marni, 2014)
8
4. Pathway
Resiko
Virus/ bakteri
infeksi
Inflamasi
mukus
Nyeri
Lemah akut
lesu
9
Pertukaran Bersihan Jalan
nafas Tidak
Ansietas efektif
O2 &
CO2 tidak
adekuat
Pola nafas
Sumber: Corwin, 2009; Wong, 2009 Tidak efektif
5. Manifestasi Klinis
dengan keluhan dan gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam,
batuk, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Bahwa tanda bahaya bias
gejala sebagai beriku: takipnea, nafas tidak tertur (apnea), reaksi dindin
thoraks, nafas cuping hidung, sianosis, suara nafas lemah atau hilang, dan
10
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,
Tanda-tanda laboratoris :
1. hypoxemia,
2. hypercapnia dan
6. Pemeriksaan Diagnostik
adalah :
a. Biakan virus
b. Serologis
abdomen.
11
c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai
pernafasan.
Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan
7. Komplikasi
a. Penemonia
b. Bronchitis
c. Sinusitis
d. Laryngitis
8. Penatalaksanaan
yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan
antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit
ISPA).
12
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi
a. Upaya pencegahan
2) Immunisasi.
6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila
13
1) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau
dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.
14
BAB III
A. Pengkajian
tenggorokan.
demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,
penyakit sekarang
keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien
tersebut.
B. Diagnosa Keperawatan
15
1. Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan
pernafasan)
Intervensi :
16
m. Atur peralatan oksigenasi
Intervensi
dingin.
17
3. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan
Intervensi :
mencegah konstipasi
gizi)
dibutuhkan
18
4. Dx : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan
Intervensi
pengontrolan penyakit.
19
C. Evaluasi
1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.
normal.
20
BAB IV
LAPORAN KASUS
A. Pengkajian
1. Data Biografi
Nama : Ny. M
Pendidikan : SD
Agama : Islam
Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, kifosis
21
2. Riwayat Keperawatan
a. Genogram
Keterangan :
: perempuan : meninggal
: menikah : pasien
b. Riwayat keluarga
Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari
pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4
SD. Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri
22
tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang
tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal
keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan
memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003
3. Riwayat Pekerjaan
b. Alamat Pekerjaan : -
d. Alat Transportasi : -
e. Pekerjaan Sebelumnya : -
g. Alat Transportasi : -
Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari
d. Tangga rumah :-
23
e. Penerangan : Cukup
k. Derajat privasi :-
5. Riwayat Rekreasi
6. Sistem Pendukung
a. Perawat : Ny.N
d. Klinik : -
f. Makanan yg dihantarkan : -
h. Lain-lain : -
7. Deskripsi Kekhususan
24
a. Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat
8. Status Kesehatan
sering terpapar asap rokok yang dikonsumsi oleh suaminya, dan sejak
tenggorokan.
klien akan jarang berobat berobat. Klien juga tidak tahu apa yang sedang ia
e. Obat-obatan:
Obat-obatan : -
Makanan : -
Faktor Lingkungan : -
25
a. Modifikasi dari Bartel Indeks
Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali
sehari
Jumlah: secangkir
kecil
Jenis: air putih, dan
susu
3 Berpindah dari satu tempat 15 Mandiri
ketempat lain
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x
menyisir rambut, gosok gigi).
5 Keluar masuk toilet ( 5 Frekuensi: 2-3 kali
mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi
hari dan sore hari
sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan datar 10 Setiap ingin
melakukan sesuatu
misalnya mengambil
minum atau ke kamar
mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10 Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari
Konsistensi: padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti
senam yang diadakan
PSTW saat pagi hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Jenis: rekreasi keluar
luang 1 tahun sekali dari
bpstw/hanya duduk
saja kadang
26
mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori
mandiri
Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga
disimpulkan Ny. K memiliki fungsi intelektual utuh.
27
RR: 20x/m T: 36,3oC
3. Pola Nafas
4. Bunyi Nafas
a. Normal :-
b. Abnormal : Ronkhi
c. Resonen lokal : -
3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira- kira satu jari
6. Edema : Tidak
28
PERSARAFAN (B3: BRAIN)
1. GCS : 14
2. Refleks : Normal
3. Koordinasi gerak : Ya
4. Kejang : Tidak
5. Lain-lain : -
1. Mata (Penglihatan)
a. Bentuk : Normal
b. Visus : -
c. Pupil : Isokor
2. Hidung (Penciuman)
a. Bentuk : Normal
3. Telinga (Pendengaran)
a. Aurikel : Normal
c. Otorrhae : Tidak
d. Gangguan Pendengaran : Ya
29
e. Tinitus : Ya
4. Peras : Normal
5. Peraba : Normal
Frekuensi : 2-6x/hari
Bau : Amoniak
b. Lidah : Hiperemik
e. Abdomen : Kenyal
h. Asites : Tidak
Lavemen : Tidak
30
1. Otot dan Tulang
2. Integumen
Akral : Hangat
13. Reproduksi
Perempuan:
14. Endokrin
15. Pengetahuan
lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali
dia sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya
secara spesifik.
B. Analisa Data
31
No. Data Fokus Etiologi Problem
1. DS : Infeksi Ketidakefektifan
untuk di keluarkan
DO :
- Pasien tampak
batuk-batuk
- Perkusi : sonor
DO : ekspansi paru
- Nadi : 90x/menit
- RR : 24x/menit
- Suhu :37,8˚C
tambahan
hidung
- Terdapat suara
nafas
32
tambahan (ronkhi
kasar)
C. Diagnosa Keperawatan
paru
D. INTERVENSI
an lendir
33
3 : Devesiasi Sedang atau tidak ada dan adanya suara
sesak nafas
an mengi
meningkatkan atau
34
tersebut
jika diperlukan
E. IMPLEMENTASI
DO :
- RR : 25x/menit
dalam DO :
35
- mengajarkan pasien cara batuk
efektif DS : -
DO :
frekuensi 25x/menit
tambahan (Ronkhi)
dada
DO :
36
- RR : 25x/menit
teratur
batuk
efektif DO :
dahak
37
II - Mengkaji pernafasan pasien DS : pasien mengatakan
suara tambahan DO :
frekuensi 25x/menit
tambahan (Ronkhi)
dada
DO :
- RR : 22x/menit
teratur
38
- sudha tidak ada nyeri dada
efektif DO :
mengeluarkan dahak
suara tambahan DO :
frekuensi 22x/menit
39
tambahan (Ronkhi)
F. EVALUASI
14-Okt
- RR : 25x/menit
P : Lanjutkan Intervensi
40
- adanya pergerakan dinding dada
P : Lanjutkan Intervensi
2019 berkurang.
- RR : 25x/menit
P : Lanutkan Intervensi
41
A : MAsalah belum teratasi
P : Lanjutkan Intervensi
- RR : 22x/menit
P : Lanjutkan Intervensi
42
P : Lanjutkan Intervensi
BAB V
PENUTUP
A. KESIMPULAN
dilakukan.
B. SARAN
1. Bagi penulis
43
Diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik
2. Bagi klien
44
DAFTAR PUSTAKA
Departemen Kesehatan RI
:EGC
EGC
45