Anda di halaman 1dari 45

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menua di pengaruhi berbagai macam faktor yang saling berkaitan.

Sampai saat ini banyak definisi dan teori yang menjelaskan tentang proses

penuaan. Secara umum, proses menua didefinisikan sebagai perubahan

terkait waktu bersifat universal, intrinsik, dan progresif. Keadaan tersebut

dapat menyebabkan berkurangnya kemampuan beradaptasi terhadap

lingkungan untuk dapat bertaha hidup (Nugroho, 2000).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) merupakan bagian dari

penyakit infeksi yang dapat menyerang lansia. Infeksi saluran pernapasan

akut (ISPA) adalah infeksi saluran pernapasan akut yang menyerang

tenggorokan, hidung dan paru-paru yang berlangsung kurang lebih 14 hari,

ISPA mengenai struktur saluran di atas laring, tetapi kebanyakan penyakit

ini mengenai bagian saluran atas dan bawah secara stimulan atau berurutan

(Muttain, 2008). ISPA yang terjadi pada lansia disebabkan oleh beberapa

penyebab yaitu, gizi, kurang mengkonsumsi makanan 4 sehat 5 sempurna,

kurang memperbanyak minum air putih, dan kurang olah raga. Adapun

komplikasi ketika penyakit ISPA pada lansia tidak di tangani berakibat

Hipoksemia dimana nantinya klien akan mengalamipenurunan nilai

PaO2< 55 mmHg, dengan nilai suturasi oksigen < 85%. Pada awalnya

kliean akan mengalami perubahan mood, penurunan konsentrasi, dan

menjadi pelupa. Pada tahap lanjut akan timbul sianosis (Aru dkk, 2006).

1
World Health Organization (WHO) memperkirakan insiden

(ISPA) di negara berkembang dengan angka kematian di atas 40 per 1000

orang adalah 15-20 % pertahun pada golongan lansia. WHO menyatakan

sebanyak 5 juta lansia di dunia meninggal setiap tahun dan sebagian besar

kematian tersebut terdapat di Negara berkembang, dimana ISPA

merupakan salah satu penyebab utama kematian dengan membunuh

sebanyak 2 juta lansia setiap tahun (Asrun, 2010).

Peran perawat dalam menangani kasus ISPA mampu memahami

konsep penyakit yang dialami klien dengan asuhan keperawatan penyakit

ISPA. Sebagai perawat juga harus mampu memberikan asuhan

keperawatan secara tepat dan komprehensif sesuai dengan tugas perawat.

Perawat harus selalu meningkatkan pelayanan kesehatan. Salah satunya

adalah memberikan edukasi atau pendidikan kesehatan, pendidikan

kesehatan pada penderita maupun pada keluarganya. Akan sangat berarati

bagi penderita. Oleh sebab itu, penulis tertarik mengambil kasus dengan

judul “Asuhan Keperawatan Gerontik Ny.S dengan masalah utama ISPA”.

B. Rumusan Masalah

Bagaimana Asuhan Keperawatan Gerontik dengan masalah utama ISPA ?

C. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Menjelaskan Asuhan Keperawatan Gerontik Dengan Masalah Utama

“ISPA” pada Ny. S di Unit Pelayanan Sosial Pucang Gading

Semarang.

2
2. Tujuan Khusus

Adapun tujuan khusus penulisan makalah ini yaitu :

a. Teridentifikasinya masalah keperawatan pada Ny.S

b. Teridentifikasinya intervensi keperawatan yang tepat pada Ny.S

c. Teridentifikasinya implementasi keperawatan yang tepat pada Ny.S

d. Teridentifikasinya evaluasi keperawatan yang tepat pada Ny.S

3
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Penyakit

1. Pengertian

Infeksi saluran pernafasan akut adalah infeksi akut yang

menyerang salah satu bagian/ lebih dari saluran napas. Bagian organ yang

terserang mulaindari hidung sampai alveoli termasuk adneksanya (sinus,

romgga telinga tengah, pleura) (Depkes RI, 2011).

Infeksi saluran pernapasan atas adalah infeksi yang disebabkan

mikroorganisme di struktur saluran nafas atas yang tidak berfungsi untuk

pertukaran gas, termasuk rongga hidung, faring dan laring, yang dikenal

dengan ISPA antara lain pilek, faringitis atau radang tenggorok, laryngitis,

dan influenza tanpa komplikasi (Corwin, 2009).

Infeksi Saluran Pernafasan Akut adalah penyakit infeksi yang

sangat umum dijumpai pada anak-anak dengan gejala batuk, pilek, panas

atau ketiga gejala tersebut muncul secara bersamaan.

lnfeksi Saluran Pernafasan Akut (ISPA) yang diadaptasi dari

bahasa Inggris Acute Respiratory Infection (ARl) mempunyai pengertian

sebagai berikut:

4
1. Infeksi adalah masuknya kuman atau mikoorganisme kedalam

tubuh manusia dan berkembang biak sehingga menimbulkan gejala

penyakit.

2. Saluran pernafasan adalah organ mulai dari hidung hingga alfeoli

beserta organ secara anatomis mencakup saluran pemafasan bagian

atas.

3. Infeksi akut adalah infeksi yang berlangsung sampai 14 hari. Batas

14 hari diambil untuk menunjukkan proses akut meskipun untuk

beberapa penyakit yang digolongkan ISPA. Proses ini dapat

berlangsung dari 14 hari.

Infeksi saluran nafas adalah penurunan kemampuan pertahanan

alami jalan nafas dalam menghadapi organisme asing.

ISPA sering disalah artikan sebagai infeksi saluran pernapasan

atas. Yang benar II ISPA merupakan singkatan dari Infeksi Saluran

Pernapasan Akut. ISPA meliputi saluran pernapasan bagian atas dan

saluran pernapasan bagian bawah.

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan yang berlangsung sampai

14 hari. Yang dimaksud dengan saluran pernapasan adalah organ mulai

dari hidung sampai gelembung paru, beserta organ-organ disekitarnya

seperti : sinus, ruang telinga tengah dan selaput paru.

Klasifikasi dari Infeksi Saluran Pernafasan Atas terdiri dari:

1) Nasofaringitis

Nasofaringitis yang disebut juga sebagai flu biasa, adalah

infeksi virus pada hidung dan tenggorokan (Muscari, 2005).

5
2) Faringitis

Faringitis adalah inflamasi akut atau kronis pada faring yang

mana merupakan masalah tenggorokan paling sering terjadi

yang biasanya sembuh dalam 3 hingga 10 hari, kecuali terjadi

komplikasi (Bilotta,2013)

Menurut Smeltzer (2014), faringitis dibagi menjadi dua sebagai

berikut:

a) Faringitis akut

Faringitis akut adalah inflamasi mendadak yang amat nyeri

pada faring, yang sebagian besar disebabkan oleh infeksi

virus, dan sebagian lagi disebabkan oleh infeksi bakteri.

b) Faringitis kronis lazim terjadi pada orsng dewasa yang

bekerja atau tinggal di lingkungan berdebu, menggunakan

suara mereka secara berlebihan, menderita batuk kronis,

dan memiliki kebiasaan menggunakan alcohol atau

tembakau.

3) Laryngitis

Laryngitis infeksius akut merupakan peyakit yang sering terjadi

paada anak-anak yang sudah besar dan remaja. Virus biasanya

menjadi agens penyebab dari infeksi ini, dan keluhan utamanya

adalah suara serak, yang dapat disertai gejala pernapasan atas

lainnya dan manifestasi spesifik (Wong, 2009).

4) Influenza

6
Influenza atau “flu” merupakan suatu penyakit yang

disebabkan oleh berbagai vius. Virus ini mengalami perubahan

signifikan dari waktu ke waktu (Wong, 2009).

2. Etiologi

Sebagian besar ISPA disebablam virus, meskipun bakteri juga

dapat terlibat sejak awal atau yang bersifat sekunder terhadap infeksi

virus. Semua jenis infeksi mengaktifkan respon imun dan inflamasi

sehingga terjadi pembengkakan dan edema jaringan yang terinfeksi

(Corwin, 2009)

Penyebab lain dari terjadinya ISPA adalah status imunisasi, anak yang

tidk mendapatkan imunisasi mempunyai resiko lebih tinggi dari pada tidak

mendapatkan imunisasi, pemberian kapsul vitamin A meningkatkan

imunitas anak, dan keadaan anggota keluarga yang merokok di dalam

rumahnya. Status ekonomi yang rendah dan hunia yang padat (populasi

udara) juga dapat memicu resiko infeksi (Marni, 2014).

ISPA disebabkan oleh adanya infeksi pada bagian saluran pernapasan.

ISPA dapat disebabkan oleh bakteri, virus, jamur dan polusi udara:

a. Pada umumnya ISPA disebabkan oleh bakteri. Bakteri yang dapat

menyebabkan pneumonia adalah Streptococcus pneumonia,

Mycoplasma pneumonia, Staphylococcus aureus, dan bekteri yang

paling sering menyebabkan ISPA adalah Streptococcus

pneumonia.

7
b. ISPA yang disebabkan oleh virus dapat disebabkan oleh virus

sinsisial pernapasan, hantavirus, virus influenza, virus

parainfluenza, adenovirus, rhinovirus, virus herpes simpleks,

sitomegalovirus, rubeola, varisella.

c. ISPA yang disebabkan oleh jamur dapat disebabkan oleh

candidiasis, histoplasmosis, aspergifosis, Coccidioido mycosis,

Cryptococosis, Pneumocytis carinii.

d. ISPA yang disebabkan oleh polusi, antara lain disebabkan oleh

asap rokok, asap pembakaran di rumah tangga, asap kendaraan

bermotor dan buangan industri serta kebakaran hutan dan lain-lain

(WHO, 2007)

3. Patofisiologi

Proses terjadinya ISPA diawali dengan masuknya beberapa bakteri

dari genus streptokokus, stafilokokus, pneumokokus, hemofillus,

bordetella dan korinebakterium dan virus dari golongan mikrovirus

(termasuk didalamnya virus para influenza dan virus campak),

adenoveirus, koronavirus, pikornavirus, herpesvirus kedalam tubuh

manusia melalui partikel udara (droplet infection). Kuman ini akan

melekat pada sel epitel hidung dengan mengikuti proses pernapasan maka

kuman tersebut bisa masuk ke bronkus dan masuk ke saluran pernapasan,

yang mengakibatkan demam, batuk, pilek, sakit kepala dan sebagainya

(Marni, 2014)

8
4. Pathway

Infeksi Saluran Penafasan Atas

Resiko
Virus/ bakteri
infeksi

Nasofaringitis Faringitis Laryngitis Influenza

Inflamasi

Malaise Sakit Demam Batuk Peningkatan

Kepala ringan produksi

mukus

Nyeri
Lemah akut

lesu

sumbatan jalan napas


Intoleransi
aktivitas

9
Pertukaran Bersihan Jalan
nafas Tidak
Ansietas efektif
O2 &

CO2 tidak

adekuat

Pola nafas
Sumber: Corwin, 2009; Wong, 2009 Tidak efektif

5. Manifestasi Klinis

Umumnya penyakit infeksi saluran pernafasan atas biasanya ditandai

dengan keluhan dan gejala yang ringan biasanya diawali dengan demam,

batuk, hidung tersumbat, dan sakit tenggorokan. Bahwa tanda bahaya bias

dilihat berdasarkan tanda-tanda klinis dari hasil pemeriksaan

laboratorium.secara klinis pad ape,eriksaan respirasi akan terdapat tanda

gejala sebagai beriku: takipnea, nafas tidak tertur (apnea), reaksi dindin

thoraks, nafas cuping hidung, sianosis, suara nafas lemah atau hilang, dan

wheezing. Sedangkan pada system kariovaskuler akan menunjukan gejala

takikardia, bradikardi, hypertensi, dan hypotensi (Marni, 2014).

Tanda-tanda klinis dari ISPA :

1. Pada sistem respiratorik adalah: tachypnea, napas tak teratur

(apnea), retraksi dinding thorak, napas cuping hidung, cyanosis,

suara napas lemah atau hilang, grunting expiratoir dan wheezing.

10
2. Pada sistem cardial adalah: tachycardia, bradycardiam, hypertensi,

hypotensi dan cardiac arrest.

3. Pada sistem cerebral adalah : gelisah, mudah terangsang, sakit

kepala, bingung, papil bendung, kejang dan coma.

4. Pada hal umum adalah : letih dan berkeringat banyak.

Tanda-tanda laboratoris :

1. hypoxemia,

2. hypercapnia dan

3. acydosis (metabolik dan atau respiratorik)

6. Pemeriksaan Diagnostik

Diagnosis ISPA oleh karena virus dapat ditegakkan dengan pemeriksaan

laboratorium terhadap jasad renik itu sendiri. Pemeriksaan yang dilakukan

adalah :

a. Biakan virus

b. Serologis

c. Diagnostik virus secara langsung.

Sedangkan diagnosis ISPA oleh karena bakteri dilakukan dengan

pemeriksaan sputum, biakan darah, biakan cairan pleura.

Fokus utama pada pengkajian pernafasan ini adalah pola, kedalaman,

usaha serta irama dari pernafasan.

a. Pola, cepat (tachynea) atau normal

b. Kedalaman, nafas normal, dangkal atau terlalu dalam yang biasanya

dapat kita amati melalui pergerakan rongga dada dan pergerakan

abdomen.

11
c. Usaha, kontinyu, terputus-putus, atau tiba-tiba berhenti disertai

dengan adanya bersin.

d. Irama pernafasan, bervariasi tergantung pada pola dan kedalaman

pernafasan.

e. Observasi lainya adalah terjadinya infeksi yang biasanya ditandai

dengan peningkatan suhu tubuh, adanya batuk, suara nafas wheezing.

Bisa juga didapati adanya cyanosis, nyeri pada rongga dada dan

peningkatan produksi dari sputum.

7. Komplikasi

a. Penemonia

b. Bronchitis

c. Sinusitis

d. Laryngitis

e. Kejang deman (Soegijanto, S, 2009).

8. Penatalaksanaan

Penemuan dini penderita pneumonia dengan penatalaksanaan kasus

yang benar merupakan strategi untuk mencapai dua dari tiga tujuan

program (turunnya kematian karena pneumonia dan turunnya penggunaan

antibiotik dan obat batuk yang kurang tepat pada pengobatan penyakit

ISPA).

Pedoman penatalaksanaan kasus ISPA akan memberikan petunjuk

standar pengobatan penyakit ISPA yang akan berdampak mengurangi

penggunaan antibiotik untuk kasus-kasus batuk pilek biasa, serta

12
mengurangi penggunaan obat batuk yang kurang bermanfaat. Strategi

penatalaksanaan kasus mencakup pula petunjuk tentang pemberian

makanan dan minuman sebagai bagian dari tindakan penunjang yang

penting bagi pederita ISPA.

Penatalaksanaan ISPA meliputi langkah atau tindakan sebagai berikut :

a. Upaya pencegahan

Pencegahan dapat dilakukan dengan :

1) Menjaga keadaan gizi agar tetap baik.

2) Immunisasi.

3) Menjaga kebersihan perorangan dan lingkungan.

4) Mencegah anak berhubungan dengan penderita ISPA.

b. Pengobatan dan perawatan

Prinsip perawatan ISPA antara lain :

1) Menigkatkan istirahat minimal 8 jam perhari

2) Meningkatkan makanan bergizi

3) Bila demam beri kompres dan banyak minum

4) Bila hidung tersumbat karena pilek bersihkan lubang hidung

dengan sapu tangan yang bersih

5) Bila badan seseorang demam gunakan pakaian yang cukup tipis

tidak terlalu ketat.

6) Bila terserang pada anak tetap berikan makanan dan ASI bila

anak tersebut masih menetek

c. Pengobatan antara lain :

13
1) Mengatasi panas (demam) dengan memberikan parasetamol atau

dengan kompres, bayi dibawah 2 bulan dengan demam harus

segera dirujuk. Parasetamol diberikan 4 kali tiap 6 jam untuk

waktu 2 hari. Cara pemberiannya, tablet dibagi sesuai dengan

dosisnya, kemudian digerus dan diminumkan. Memberikan

kompres, dengan menggunakan kain bersih, celupkan pada air

(tidak perlu air es).

2) Mengatasi batuk. Dianjurkan memberi obat batuk yang aman

yaitu ramuan tradisional yaitu jeruk nipis ½ sendok teh dicampur

dengan kecap atau madu ½ sendok teh , diberikan tiga kali sehari.

14
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

A. Pengkajian

1. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit

tenggorokan.

2. Riwayat penyakit sekarang : Dua hari sebelumnya klien mengalami

demam mendadak, sakit kepala, badan lemah, nyeri otot dan sendi,

nafsu makan menurun, batuk,pilek dan sakit tenggorokan.

3. Riwayat penyakit dahulu : Kilen sebelumnya sudah pernah mengalami

penyakit sekarang

4. Riwayat penyakit keluarga : Menurut pengakuan klien,anggota

keluarga ada juga yang pernah mengalami sakit seperti penyakit klien

tersebut.

5. Riwayat sosial : Klien mengatakan bahwa klien tinggal di lingkungan

yang berdebu dan padat penduduknya

B. Diagnosa Keperawatan

15
1. Dx : Bersihan jalan nafas tidak efektif berhubungan

dengan penurunan ekspansi paru.

Tujuan Kriteria Hasil :

a. Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih,

tidak ada sianosis dan dyspneu (mampu mengeluarkan sputum,

mampu bernafas dengan mudah, tidak ada pursed lips).

b. Menunjukkan jalan nafas yang paten (klien tidak merasa tercekik,

irama nafas, frekuensi pernafasan dalam rentang normal, tidak ada

suara nafas abnormal)

c. Tanda Tanda vital dalam rentang normal (tekanan darah, nadi,

pernafasan)

Intervensi :

a. Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi

b. Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan nafas buatan

c. Lakukan fisioterapi dada jika perlu

d. Keluarkan sekret dengan batuk atau suction

e. Auskultasi suara nafas, catat adanya suara tambahan

f. Lakukan suction pada mayo

g. Berikan bronkodilator bila perlu

h. Berikan pelembab udara Kassa basah NaCl Lembab

i. Atur intake untuk cairan mengoptimalkan keseimbangan.

j. Monitor respirasi dan status O2

k. Bersihkan mulut, hidung dan secret trakea

l. Pertahankan jalan nafas yang paten

16
m. Atur peralatan oksigenasi

n. Monitor aliran oksigen

o. Pertahankan posisi pasien

p. Observasi adanya tanda tanda hipoventilasi

q. Monitor adanya kecemasan pasien terhadap oksigenasi

2. Dx : Hipertermi berhubungan dengan invasi mikroorganisme

Tujuan dan Kriteria Hasil :

a. Suhu tubuh dalam rentang normal

b. Nadi dan RR dalam rentang normal

c. Tidak ada perubahan warna kulit dan tidak ada pusing

Intervensi

a. Monitor suhu sesering mungkin

b. Monitor warna dan suhu kulit

c. Monitor tekanan darah, nadi dan RR

d. Monitor intake dan output

e. Tingkatkan intake cairan dan nutrisi

f. Berikan pasien kompres air hangat, hindari pemberian kompres

dingin.

g. Tingkatkan sirkulasi udara.

h. Kolaborasi pemebrian cairan intravena.

i. Ajarkan pada pasien cara mencegah keletihan akibat panas.

j. Kolaborasi pemberian antipiretik.

k. Identifikasi penyebab dari perubahan vital sign

17
3. Dx : Ketidakseimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan ketidak mampuan dalam memasukan dan mencerna makanan

Tujuan dan Kriteria Hasil :

a. Adanya peningkatan berat badan sesuai dengan tujuan

b. Berat badan ideal sesuai dengan tinggi badan

c. Mampu mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

d. Tidak ada tanda tanda malnutrisi

e. Menunjukkan peningkatan fungsi pengecapan dari menelan

f. Tidak terjadi penurunan berat badan yang berarti

Intervensi :

a. Kaji adanya alergi makanan

b. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori dan

nutrisi yang dibutuhkan pasien.

c. Anjurkan pasien untuk meningkatkan intake Fe

d. Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin C

e. Yakinkan diet yang dimakan mengandung tinggi serat untuk

mencegah konstipasi

f. Berikan makanan yang terpilih ( sudah dikonsultasikan dengan ahli

gizi)

g. Monitor jumlah nutrisi dan kandungan kalori

h. Berikan informasi tentang kebutuhan nutrisi

i. Kaji kemampuan pasien untuk mendapatkan nutrisi yang

dibutuhkan

18
4. Dx : Kurang pengetahuan tentang penatalaksanaan ISPA berhubungan

dengan kurang informasi

Tujuan dan Kriteria Hasil :

a. Pasien dan keluarga menyatakan pemahaman tentang penyakit,

kondisi, prognosis dan program pengobatan.

b. Pasien dan keluarga mampu melaksanakan prosedur yang

dijelaskan secara benar.

c. Pasien dan keluarga mampu menjelaskan kembali apa yang

dijelaskan perawat/tim kesehatan lainnya.

Intervensi

a. Berikan penilaian tentang tingkat pengetahuan pasien tentang

proses penyakit yang spesifik.

b. Jelaskan patofisiologi dari penyakit dan bagaimana hal ini

berhubungan dengan anatomi dan fisiologi, dengan cara yang tepat.

c. Gambarkan tanda dan gejala yang biasa muncul pada penyakit,

dengan cara yang tepat

d. Gambarkan proses penyakit, dengan cara yang tepat.

e. Identifikasi kemungkinan penyebab, dengan cara yang tepat.

f. Diskusikan perubahan gaya hidup yang mungkin diperlukan untuk

mencegah komplikasi di masa yang akan datang dan atau proses

pengontrolan penyakit.

g. Diskusikan pilihan terapi atau penanganan.

h. Instruksikan pasien mengenai tanda dan gejala untuk melaporkan

pada pemberi perawatan kesehatan, dengan cara yang tepat

19
C. Evaluasi

Evaluasi addalah stadium pada proses keperawatan dimana taraf

keberhasilan dalam pencapaian tujuan keperawatan dinilai dan kebutuhan

untuk memodifikasi tujuan atau intervensi keperawatan ditetapkan

(Brooker, 2001).Evaluasi yang diharapkan pada pasien dengan

myocarditis (Doenges, 1999) adalah :

1. Bersihan jalan nafas efektif, tidak ada bunyi atau nafas tambahan.

2. Suhu tubuh pasien dalam rentang normal antara 36 -37,5 C

3. Klien dapat mencapai BB yang direncanakan mengarah kepada BB

normal.

4. Pengetahuan adekuat serta tidak terjadi komplikasi pada klien.

20
BAB IV

LAPORAN KASUS

A. Pengkajian

1. Data Biografi

Nama : Ny. M

TTL : Kuala Kapuas, 15 September 1939

Jenis Kelamin : Perempuan

Pendidikan : SD

Agama : Islam

Status Perkawinan : Janda

TB/BB : 151 cm/45 kg

Penampilan : Bersih, kurang rapi, gigi ompong

Ciri-ciri Tubuh : Kulit keriput, ada bekas luka gores di lutut kiri, kifosis

Alamat : Jl.Batu Manyar No.21

Orang Yang Dekat : Ny. S

Hubungan : Anak kandung

Alamat/Telepon : Jl.Batu Manyar No.21

21
2. Riwayat Keperawatan

a. Genogram

Keterangan :

: laki-laki : satu rumah

: perempuan : meninggal

: menikah : pasien

b. Riwayat keluarga

Klien adalah anak ketiga dari 3 orang bersaudara. Merupakan anak dari

pasangan petani. Ayah klien meninggal dunia saat klien duduk di kelas 4

SD. Sedangkan ibu klien meninggal saat klien kelas 6 SD. Klien sendiri

22
tidak tahu penyakit apa yang pernah diderita oleh mendiang orang

tuanya. Setelah orang tua klien meninggal dunia, awalnya klien tinggal

bertiga dengan saudara-saudara klien saja sebelum akhirnya kakak

pertamanya menikah. Klien akhirnya tinggal berdua dengan kakak

keduanya sampai akhirnya kakak klien juga menikah. Klien lupa kapan

tepatnya klien menikah. Klien menikah dengan seorang guru dan

memiliki 4 orang anak. Setelah suami klien meninggal dunia tahun 2003

karena stroke, klien tinggal dengan anak bungsunya di rumah.

3. Riwayat Pekerjaan

a. Pekerjaan saat ini : -

b. Alamat Pekerjaan : -

c. Jarak Dari Rumah : -

d. Alat Transportasi : -

e. Pekerjaan Sebelumnya : -

f. Jarak Dari Rumah : -

g. Alat Transportasi : -

h. Sumber-sumber Pendapatan & Kecukupan Terhadap Kebutuhan :

Sumber pendapatan didapat dari hasil pensiunan suami klien dan dari

penghasilan anak-anak klien terutama anak bungsu klien.

4. Riwayat Lingkungan Hidup

a. Tipe tempat tinggal : -

b. Jenis lantai rumah : Kayu Ulin

c. Kondisi lantai : Kering

d. Tangga rumah :-

23
e. Penerangan : Cukup

f. Tempat tidur : Aman

g. Alat dapur : Berserakan

h. WC : Cukup baik, lumayan bersih, tapi agak licin

i. Kebersihan lingkungan : Kurang bersih

j. Jumlah orang yang tinggal dalam satu rumah : 3 orang

k. Derajat privasi :-

l. Tetangga terdekat : Ny.K

m. Alamat dan telepon : Jl. Batu berlian No.11

5. Riwayat Rekreasi

a. Hobbi/Minat : Berkebun dan Menyulam

b. Keanggotaan Organisasi : Organisasi Wanita Wredatama

c. Liburan/Perjalanan : Terakhir kali pada tahun 2011, klien pergi

mengunjungi anak tertuanya di banjarmasin

6. Sistem Pendukung

a. Perawat : Ny.N

b. Jarak dari rumah : 2 Km

c. Rumah Sakit : RSUD Dr. Murjani Jarak 3,5 km

d. Klinik : -

e. Pelayanan Kes. Dirumah : -

f. Makanan yg dihantarkan : -

g. Perawatan sehari-hari yang dilakukan di rumah : -

h. Lain-lain : -

7. Deskripsi Kekhususan

24
a. Kebiasaan Ritual : Shalat wajib 5 waktu, shalat sunat

b. Yang Lainnya : Mengaji setiap shalat magrib berakhir

8. Status Kesehatan

a. Status Kesehatan Umum Selama 5 tahun Yang Lalu : Pasien mengatakan

sering terpapar asap rokok yang dikonsumsi oleh suaminya, dan sejak

setahun belakangan sering merasakan sesak napas, dan batuk.

b. Status Kesehatan Umum Selama setahun Yang lalu : klien sering

mengeluh sesak napas, batuk berdahak, dan nyeri dada

c. Keluhan Utama : Klien mengeluh demam, batuk , pilek, sakit

tenggorokan.

d. Pemahaman & Penatalaksanaan Masalah Kesehatan :

klien menyadari dirinya sudah lansia dan sering sakit-sakitan. Klien

tergolong orang yang kurang peduli terhadap kesehatannya, kalau sakit

klien akan jarang berobat berobat. Klien juga tidak tahu apa yang sedang ia

derita belakangan ini.

e. Obat-obatan:

Menurut klien obat yang diminumnya adalah paracetamol dan vitamin

(karenaa sampel sudah tidak ada)

f. Alergi (Catatan Agent dan Reaksi Spesifik)

Obat-obatan : -

Makanan : -

Faktor Lingkungan : -

g. Penyakit Yang Diderita : Arthritis Gout (Asam Urat)

9. Pengkajin Fungsional Klien

25
a. Modifikasi dari Bartel Indeks

Dengan
No Kriteria Mandiri Keterangan
Bantuan
1 Makan 10 Frekuensi: 3x sehari
Jumlah: secukupnya
Jenis, nasi, sayur, lauk
2 Minum 10 Frekuensi: 6-8 kali
sehari
Jumlah: secangkir
kecil
Jenis: air putih, dan
susu
3 Berpindah dari satu tempat 15 Mandiri
ketempat lain
4 Personal toilet (cuci muka, 5 Frekuensi: 3x
menyisir rambut, gosok gigi).
5 Keluar masuk toilet ( 5 Frekuensi: 2-3 kali
mencuci pakaian, menyeka
tubuh, meyiram)
6 Mandi 15 2x sehari pada pagi
hari dan sore hari
sebelum Ashar.
7 Jalan dipermukaan datar 10 Setiap ingin
melakukan sesuatu
misalnya mengambil
minum atau ke kamar
mandi.
8 Naik turun tangga 10 Baik tapi harus pelan-
pelan
9 Mengenakan pakaian 10 Mandiri dan rapi
10 Kontrol Bowel (BAB) 10 Frekuensi: 1x sehari
Konsistensi: padat
11 Kontrol Bladder (BAK) 10 Frekuensi: 6x sehari
Warna: kuning
12 Olah raga/ latihan 10 Klien mengikuti
senam yang diadakan
PSTW saat pagi hari
13 Rekreasi/ pemanfaatan waktu 10 Jenis: rekreasi keluar
luang 1 tahun sekali dari
bpstw/hanya duduk
saja kadang

26
mengobrol dengan
teman.
Keterangan:
a. 130 : mandiri
b. 65-125 : ketergantungan sebagian
c. 60 : ketergantungan total
Setelah dikaji didapatkan skor : 130 yang termasuk dalam kategori
mandiri

10. Pengkajian Status Mental Gerontik


a. Short Portable Status Mental Questioner (SPSMQ)
Benar Salah
No Pertanyaan
√ 01 Tanggal berapa hari ini?
√ 02 Hari apa sekarang?
√ 03 Apa nama tempat ini?
√ 04 Dimana alamat anda?
√ 05 Berapa umur anda?
√ 06 Kapan anda lahir?
√ 07 Siapa presiden Indonesia sekarang?
√ 08 Siapa presiden Indonesia sebelumnya?
√ 09 Siapa nama ibu anda?
Jumlah Jumlah 10 Kurangi 3 dari 20 dan tetap pengurangan 3 dari
setiap angka baru, semua secara menurun

Interpretasi hasil:
a. Salah 0-3: fungsi intelektual utuh
b. Salah 4-5 : kerusakan intelektual ringan
c. Salah 6-8 : Kerusakan intelektual sedang
d. Salah 9-10: Kerusakan intelektual berat
Skor yang didapatkan dari hasil pengkajian yaitu salah 1 sehingga
disimpulkan Ny. K memiliki fungsi intelektual utuh.

11. Tinjauan Sistem

Keadaan umum : Baik

Tingkat kesadaran : Composmentis

Tanda-tanda vital : TD: 130/70 mmHg N: 68x/m

27
RR: 20x/m T: 36,3oC

TB: 152 cm BB: 48 Kg

12. Pengkajian Persistem

PERNAFASAN (B1: BREATHING)

1. Bentuk Dada : Simetris

2. Sekresi dan Batuk : Ada

3. Pola Nafas

a. Frekuensi nafas : 25x/m dan teratur

4. Bunyi Nafas

a. Normal :-

b. Abnormal : Ronkhi

c. Resonen lokal : -

5. Pergerakan dada : ada

6. Tractil Fremitus/Fremitus Lokal : -

7. Alat Bantu Pernafasan : -

CARDIOVASCULAR (B2: BLEEDING)

1. Frekuensi Nadi : 85x/m dan reguler

2. Bunyi jantung : Normal

3. Letak jantung : Ictus cordis teraba pada ICS 5 kira- kira satu jari

medial dari garis midclavicula

4. Pembesaran jantung : Tidak

5. Nyeri dada : Tidak

6. Edema : Tidak

7. Clubbing finger : Tidak

28
PERSARAFAN (B3: BRAIN)

Tingkat Kesadaran: Composmentis

1. GCS : 14

2. Refleks : Normal

3. Koordinasi gerak : Ya

4. Kejang : Tidak

5. Lain-lain : -

PENGINDERAAN (PERSEPSI SENSORI)

1. Mata (Penglihatan)

a. Bentuk : Normal

b. Visus : -

c. Pupil : Isokor

d. Gerak bola mata : Normal

e. Medan penglihatan : Menyempit

f. Buta warna : Tidak

g. Tekanan Intra Okuler : Tidak

2. Hidung (Penciuman)

a. Bentuk : Normal

b. Gangguan Penciuman : Tidak

3. Telinga (Pendengaran)

a. Aurikel : Normal

b. Membran tympani : Keruh

c. Otorrhae : Tidak

d. Gangguan Pendengaran : Ya

29
e. Tinitus : Ya

4. Peras : Normal

5. Peraba : Normal

PERKEMIHAN-ELIMINASI URI (B4: BLADDER)

Masalah kandung kemih : Sering

Produksi urine : 250ml/hari

Frekuensi : 2-6x/hari

Warna : Kuning Jernih

Bau : Amoniak

PENCERNAAN-ELIMINASI ALVI (B5: BOWEL)

1. Mulut dan Tenggorokan

a. Mulut : Selaput lendir mulut lembab

b. Lidah : Hiperemik

c. Kebersihan Rongga Mulut : Tidak berbau

d. Tenggorokan : Sakit Menelan

e. Abdomen : Kenyal

f. Pembesaran Hepar : Tidak

g. Pembesaran Lien : Tidak

h. Asites : Tidak

2. Masalah Usus Besar dan Rectum/Anus

BAB : 2X/hari, Tidak ada masalah

Obat pencahar : Tidak

Lavemen : Tidak

OTOT, TULANG, DAN INTEGUMEN (B6: BONE)

30
1. Otot dan Tulang

Kemampuan pergerakan sendi lengan dan tungkai (ROM): Bebas

Kemampuan kekuatan otot:

- Tidak ada fraktur

- Tidak ada dislokasi

- Tidak ada haematom

2. Integumen

Warna kulit : Hiperpigmentasi

Akral : Hangat

Turgor : Tidak Elastik

Tulang belakang : Kiposis

13. Reproduksi

Perempuan:

Payudara : Bentuk simetris, Tidak ada benjolan

Kelamin : Bentuk normal, tidak ada keputihan, klien menopause

14. Endokrin

Klien tidak memiliki kelainan endokrin

15. Pengetahuan

Pengetahuan klien tentang kesehatan dirinya: klien menyadari dirinya sudah

lansia dan akan rentan terhadap sakit. Klien memang selalu berobat tiap kali

dia sakit. Tapi klien tidak mengerti manfaat obat-obatan yang didapatnya

secara spesifik.

B. Analisa Data

31
No. Data Fokus Etiologi Problem

1. DS : Infeksi Ketidakefektifan

- Pasien mengatakan bersihan jalan nafas

sudah 5 hari batuk

berdahak dan sulit

untuk di keluarkan

DO :

- Pasien tampak

batuk-batuk

- Perkusi : sonor

2. DS : Posisi tubuh Ketidakefektifan pola

- Pasien mengatakan yang nafas

sesak nafas menghambat

DO : ekspansi paru

- Nadi : 90x/menit

- RR : 24x/menit

- Suhu :37,8˚C

- Terdapat otot nafas

tambahan

- Irama nafas : cepat

- Ada nafas cuping

hidung

- Terdapat suara

nafas

32
tambahan (ronkhi

kasar)

C. Diagnosa Keperawatan

1. Ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d. Infeksi

2. Ketidakefektifan pola nafas b.d. Posisi tubuh yang menghambat ekspansi

paru

D. INTERVENSI

Dx Tujuan/NOC Rencana tindakan/NIC

I Setelah dilakukan kunjungan selama 3 NIC : Manajemen jalan nafas (3140)

x 24 jam diharapakn ketidakefektifan 1. Posisikan pasien untuk

pola nafas pada lansia dapat teratasi memaksimalkan ventilasi

dengan kriteria hasil : 2. Lakukan fisioterapi dada

NOC: Status Pernafasan : 3. Buang sekret dengan

Kepatenan Jalan Nafas (0410) memotivasi pasien untuk

indikator Awal Tuju melakukan batuk atau menyedot

an lendir

Kemampuan 3 5 4. Motivasi pasien untuk

mengeluarkan sekret bernafas pelan, dalam, berputar,

Batuk 3 5 dan batuk

Akumulasi Sputum 4 5 5. Instruksikan bagaimana agar

Keterangan : bisa melakukan batuk efektif

1 : Devisiasi Berat 6. Auskultasi suara nafas, catat

2 : Devisiasi Cukup Berat area yang ventilasi menurun

33
3 : Devesiasi Sedang atau tidak ada dan adanya suara

4 : Devesiasi Ringan tambahan

5 : Devesiasi Normal 7. Posisikan untuk meringankan

sesak nafas

II Setelah dilakukan kunjungan selama 3 NIC : Monitor Pernafasan (3350)

x 24 jam diharapakn ketidakefektifan 1. Monitor kecepatan irama

pola nafas pada lansia dapat teratasi kedalaman, dan kesulitan

dengan kriteria hasil : bernafas

Status Pernafasan ( 0415 ) 2. Monitor suara nafas

indikator Awal Tuju tambahan seperti ngorok dan

an mengi

Frekuensi pernafasan 3 5 3. Monitor pola nafas

Irama pernafasan 3 5 4. auskultasi suara nafas, catat

Suara auskultasi 4 5 area dimana terjadi penurunan

Kedalaman inspirasi 4 5 atau tidak adanya ventilasi dan

Keterangan : keberadaan suara nafas

1 : Devisiasi Berat tambahan

2 : Devisiasi Cukup Berat 5. Auskultasi suara nafas

3 : Devesiasi Sedang setelah tindakan

4 : Devesiasi Ringan 6. Monitor keluhan sesak nafas

5 : Devesiasi Normal pasien termasuk kegiatan yang

meningkatkan atau

memperburuk sesak nafas

34
tersebut

7. Berikan bantuan terapi nafas

jika diperlukan

E. IMPLEMENTASI

Hari/Tgl DX Implementasi Respon Pasien Paraf

Senin, I - Mengkaji keadaan pasien, dan DS : - pasien mengatakan

14Okt keluhan pasien. sesak nafas, batuk, dan

2019 nyeri dada.

DO :

- Keadaan Umum : cukup

- RR : 25x/menit

-hasil auskultasi, ada suara

nafas tambahan Ronkhi

- pasien terlihat sesak nafas

-adanya sekresi dan batuk

- Memotivasi dan mengajarkan

pasien untuk bernafas pelan dan DS : -

dalam DO :

- pasien dapat melakukan

nafas pelan dan dalam dan

mengikuti intruksi perawat

35
- mengajarkan pasien cara batuk

efektif DS : -

DO :

- pasien mampu melakukan

cara batuk efektif, tetapi

masih harus dibantu.

II - Mengkaji pernafasan pasien DS : pasien mengatakan

meliputi irama, frekuensi, sesak nafas dan batuk

kedalaman, pola nafas, dan DO :

suara tambahan - Pola nafas teratur dengan

frekuensi 25x/menit

-terdapat suara nafas

tambahan (Ronkhi)

-adanya pergerakan dinding

dada

Selasa, I - Mengkaji keadaan pasien, dan DS : - pasien mengatakan

15-Okt- keluhan pasien. sesak nafas berkurang,

2019 masih batuk belum bisa

mengeluarkan dahak, dan

nyeri dada sudah berkurang.

DO :

- Keadaan Umum : cukup

36
- RR : 25x/menit

-hasil auskultasi, ada suara

nafas tambahan Ronkhi

- pasien terlihat sedikit

tenang dan nafas mulai

teratur

- masih adanya sekresi dan

batuk

- Memotivasi dan mengajarkan DS : -

pasien untuk bernafas pelan dan DO :

dalam - pasien dapat melakukan

nafas pelan dan dalam dan

mengikuti intruksi perawat.

- mengajarkan pasien cara batuk DS : -

efektif DO :

- pasien mampu melakukan

cara batuk efektif, tetapi

belum bisa mengeluarkan

dahak

37
II - Mengkaji pernafasan pasien DS : pasien mengatakan

meliputi irama, frekuensi, sesak nafas dan batuk

kedalaman, pola nafas, dan

suara tambahan DO :

- Pola nafas teratur dengan

frekuensi 25x/menit

-terdapat suara nafas

tambahan (Ronkhi)

-adanya pergerakan dinding

dada

Rabu, I - Mengkaji keadaan pasien, dan DS : - pasien mengatakan

16-Okt- keluhan pasien. sesak nafas berkurang ,

2019 masih batuk tapi sudah bisa

mengeluarkan dahak, dan

sudah tidak nyeri dada.

DO :

- Keadaan Umum : cukup

- RR : 22x/menit

-hasil auskultasi, ada suara

nafas tambahan Ronkhi

-pasien terlihat sedikit

tenang dan nafas mulai

teratur

38
- sudha tidak ada nyeri dada

- Memotivasi dan mengajarkan DS : -

pasien untuk bernafas pelan dan DO :

dalam - pasien dapat melakukan

nafas pelan dan dalam dan

mengikuti intruksi perawat.

- mengajarkan pasien cara batuk DS : -

efektif DO :

- pasien mampu melakukan

cara batuk efektif, dan bisa

mengeluarkan dahak

II - Mengkaji pernafasan pasien DS : pasien mengatakan

meliputi irama, frekuensi, sesak nafas dan batuk

kedalaman, pola nafas, dan

suara tambahan DO :

- Pola nafas teratur dengan

frekuensi 22x/menit

-terdapat suara nafas

39
tambahan (Ronkhi)

-sudah tidak adanya

pergerakan dinding dada

F. EVALUASI

Hari /Tgl DX Evaluasi Paraf

Senin, I S : - pasien mengatakan sesak nafas, batuk, dan nyeri dada.

14-Okt

2019 O : - Keadaan Umum : cukup

- RR : 25x/menit

- hasil auskultasi, ada suara nafas tambahan Ronkhi

- pasien terlihat sesak nafas

- adanya sekresi dan batuk

A : Masalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

II S : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

O : - Pola nafas teratur dengan frekuensi 25x/menit

- terdapat suara nafas tambahan (Ronkhi)

40
- adanya pergerakan dinding dada

A : Masalah belum Teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

Selasa, I S : -pasien mengatakan sesak nafas berkurang, masih batuk

15-Okt belum bisa mengeluarkan dahak, dan nyeri dada sudah

2019 berkurang.

O : - Keadaan Umum : cukup

- RR : 25x/menit

- hasil auskultasi, ada suara nafas tambahan Ronkhi

- pasien terlihat sedikit tenang dan nafas mulai teratur

- masih adanya sekresi dan batuk

A : Masalah Belum Teratasi

P : Lanutkan Intervensi

II S : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

O : - Pola nafas teratur dengan frekuensi 25x/menit

- terdapat suara nafas tambahan (Ronkhi)

- adanya pergerakan dinding dada

41
A : MAsalah belum teratasi

P : Lanjutkan Intervensi

Rabu, I S : - pasien mengatakan sesak nafas berkurang , masih batuk

16-Okt tapi sudah bisa mengeluarkan dahak, dan sudah tidak

2019 nyeri dada.

O : - Keadaan Umum : cukup

- RR : 22x/menit

-hasil auskultasi, ada suara nafas tambahan Ronkhi

-pasien terlihat sedikit tenang dan nafas mulai teratur

- sudha tidak ada nyeri dada

A : Masalah teratasi sebagian

P : Lanjutkan Intervensi

II S : pasien mengatakan sesak nafas dan batuk

O : - Pola nafas teratur dengan frekuensi 22x/menit

-terdapat suara nafas tambahan (Ronkhi)

-sudah tidak adanya pergerakan dinding dada

A : Masalah Sebagian Teratasi

42
P : Lanjutkan Intervensi

BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

Berdasarkan hasil studi kasus penerapan asuhan keperawatan pada kasus

ISPA, penulis dapat mengambil keputusan sebagai berikut:

1. Pada hasil pengkajian didapatkan kesamaan data dari kasus yang

diangkat dengan teori yang sudah ada. Dimana pasien

mengeluhkan batuk, dan sesak nafas. Hasil pemeriksaan fisik

terlihat sesak nafas, dan terlihat lemah.

2. Diagnosa keperawatan yang muncul ketidakefektifan bersihan

jalan napas, ketidakefektifan pola nafas

3. Intervensi keperawatan yang direncanakan tergantung kepada

masalah keperawatan yang ditemukan. Intervensi yang dilakukan

dirumuskan berdasarkan diagnosa yang telah didapatkan.

4. Implementasi yang dilaksanakan sesuai dengan intervensi.

5. Pada tahap akhir mengevaluasi dengan tindakan yang sudah

dilakukan.

B. SARAN

1. Bagi penulis

43
Diharapkan bisa memberikan asuhan keperawatan dengan baik

khususnya pada penderita ISPA

2. Bagi klien

Diharapkan klien mampu mengetahui tentang penyakit ISPA dan

cara perawatan ISPA

3. Bagi institusi pendidikan

Diharapkan lebih bisa meningkatkan pendidikan yang lebih

berkualitas dan profesional sehingga tercipta perawat yang terampil

inovatif sehingga mampu memberikan asuhan keperawatan sesuai

dengan kode etik keperawatan khususnya pemberian asuhan

keperawatan dengan kasus ISPA.

44
DAFTAR PUSTAKA

Billota, Kimberly A. J (2013). Kapita Selekta Penyakit Dengan Implikasi

Keperawatan : Ed.2.Jakarta : EGC

Corwin, Elizabeth J. (2009). Buku Saku Patofisiologi : Ed.3. Jakarta : EGC

Direktorat Jendral pengendalian Penyakit & Penyehatan Lingkungan. (2011).

Pedoman Pengendalian Infeksi Saluran Pernafasan Akut. Jakarta :

Departemen Kesehatan RI

Muscari, Mary E. (2005). Paduan Belajar : Keperawatan Pediatrik, Ed.3. Jakarta

:EGC

Smeltzer, Susan C. (2014). Keperawatan Medikal Bedah Brunner dan Suddarth,

Ed.12. Jakarta: EGC

Wong, Donna L. (2009). Pedoman Klinis Keperawatan Pediatrik. Ed. 4. Jakarta :

EGC

45

Anda mungkin juga menyukai