Anda di halaman 1dari 11

MORFOLOGI TUMBUHAN

Catharantus roseus (Tapak Dara)

Disusun Oleh :
Bunga Azka Salsabilla Afandi (151910483007)
Alif Daffa Vivaldi (151910483017)
Syarahiel Hamdani (151910483027)

D4 Pengobatan Tradisional
Fakultas Vokasi
Universitas Airlangga

i
DAFTAR ISI

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga
saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Morfologi Charantia roseus” ini
tepat pada waktunya. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas dosen pada mata kuliah BOTANI . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk
menambah wawasan tentang morfologi Charantia roseus bagi para pembaca dan juga bagi
penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Rini Hamsidi selaku dosen BOTANI
telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai
dengan bidang studi yang saya tekuni. Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua
pihak yang telah membagi sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan
makalah ini. Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Surabaya, 15 November 2019

Penulis

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Catharantus roseus atau biasa disebut Tapak Dara adalah salah satu
tanaman yang tersebar luas di daerah tropis. Tanaman ini pada mulanya berasal
dari Madagaskar sehingga dikenal juga dengan nama Madagascar periwinkle.
Pada saat ini tanaman ini sudah menyebar hampir di seluruh daerah tropis seperti
di China, India, Indonesia, Australia, Amerika Utara dan Selatan. Di Bali dan
Indonesia umumnya tanaman ini sering dijumpai sebagai tanaman hias yang
ditanam di halaman depan rumah. Tanaman ini memiliki warna bunga yang indah
seperti ungu muda, merah muda atau putih.
Penyebaran tanaman tapak dara yang luas diberbagai daerah ini
menyebabkan tanaman ini banyak memiliki nama lokal, seperti di Indonesia
tanaman ini dikenal dengan berbabai nama seperti kembang tapak dara (Jawa),
sindapor (Sulawesi), kembang tembaga (Sunda). Di Malaysia dikenal dengan
nama kemunting cina, kembang sari cina, sedangkan di Philippine dikenal dengan
nama tsitsirika, dalam bahasa Inggris disebut periwinkle, di China dikenal dengan
nama chang chun hua, dan di Belanda disebut dengan soldaten bloem.
Tanaman tapak dara ini dapat tumbuh di dataran rendah sampai dataran
tinggi dengan ketinggian 800 m dari permukaan laut (dpl.). Tanaman ini
menyukai tempat yang terbuka, namun juga dapat tumbuh pada tempat yang
ternaungi. Tanaman ini tumbuh kesamping dengan banyak cabang, dengan
tinggi berkisar antara 0,2 – 1,0 m, sehingga tanaman ini cocok digunakan
sebagai tanaman hias.

1.2 Tujuan Penelitian


Makalah ini ditulis bertujuan untuk mengidentifikasi morfologi tumbuhan
Catharantus roseus (Tapak Dara) secara makroskopis

2
1.3 Manfaat Penelitian
Manfaat penelitian kami memiliki manfaat secara teoritis berupa menambah
pengetahuan pembaca tentang morfologi tanaman Catharantus roseus (Tapak
Dara), serta mengetahui khasiat dan kandungan senyawa apa saja yang dimiliki
oleh tanaman ini. Secara praktis makalah yang kami buat bisa dimanfaatkan oleh
masyarakat sebagai referensi dalam menggunakan tanaman Tapak Dara.

2
BAB II
PEMBAHASAN

Catharantus roseus berasal dari famili Apocynacae dan ordo Gentianales. Tanaman
ini mempunyai nama sinonim Vinca rosea. L dan Lochnera rosea. R. Memiliki banyak nama
lokal, namun secara umum tanaman ini disebut dengan Tapak dara. Bagian yang dapat
dijadikan simplisia adalah akar dan daun maka tanaman ini memiliki nama simplisia
Catharanti Radix dan Catharanti Folium. Tanaman ini memiliki habitus daerah Tropis serta
juga dapat hidup di dataran rendah – 800 mdpl.
Memiliki ciri batang yang berambut serta pangkal batangnya berkayu. Memiliki jenis
daun tunggal, filotaksisnya berhadapan berbentuk memanjang sampai bulat telur. Memiliki
ukuran panjang 2,5 cm – 9 cm serta lebar 1,5 cm – 2,5 cm. Margo folii rata, berbasis runcing
serta memili apex membulat. Memiliki warna hijau pada daun bagian atas dan bawah, tekstur
daun halus pada bagian atas dan bawah. Nervatio menyirip serta tidak memiliki stipulae.
Bunganya merupakan bunga tunggal, memiliki bau khas dan rasa yang pahit.
Memiliki warna putih hingga merah muda, jumlah petal ada 5 dengan inflorensi solitary.
Memiliki buah berwarna hijau sampai kuning tua, yang merupakan buah kering berbiji
banyak rasa pahit dan tidak berbau.

2
BAB III
KESIMPULAN

2
DAFTAR PUSTAKA

Badan pengawas obat dan makanan RI.2010. Acuan Sediaan Herbal. Jakarta : Direktorat
OAI, Deputi II, BPPOM RI
Departemen kesehatan RI.1989. Materia Medika Indonesia Jilid V.Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. PP 140 -142
Departemen kesehatan RI.1989. Materia Medika Indonesia Jilid VI.Jakarta : Direktorat
Jenderal Pengawasan Obat dan Makanan. PP 67 – 71
Kaushik, Shuchi, dkk. (2017). An Overview of Catharanthus Roseus and Medicinal
Properties of Their Metabolites Against Important Diseases. European Academic Research.
5(2): 1237-1247
Koul, Meenakshi, dkk. (2013). Catharanthus Roseus and Prospects of Its Endophytes: A New
Avenue for Production of Bioactive Metabolites. International Journal of Pharmaceutical
Sciences and Research. 4(7): 2705-2716. DOI: 10.13040/IJPSR.0975-8232.4(7).2705-16
Steenis, Dr.C.G.G.J. Van Steenis, dkk.2008. Flora untuk Sekolah Indonesia.Jakarta:
PT.Pradnya Paramita. PP 320- 321
Tjitrosoepomo, Gembong. 2016. Morfologi Tumbuhan. Yogyakarta : Gadjah mada university
press

3
3

Anda mungkin juga menyukai