Persalinan Lama
Persalinan Lama
Persalinan Lama
Sebagian besar masalah pada kala satu dan dua persalinan adalah kemajuan
persalinan yang tidak normal. Ketidaknormalan ini secara klinik dikenal dengan kasus:
1. Distosia
a. Definisi Distosia
Dystocia adalah persalinan yang sulit dengan karakteristik proses persalinan yang
lambat hingga terhenti. Ketika berakhir dengan tindakan seksio sesarea, diagnose selalu
ditegakkan sebagai Cephalopelvic Disproportion (CPD) atau partus yang gagal/ failure
to process.1
Definisi distosia menurut sumber lainnya adalah persalinan yang sulit ditandai
dengan adanya hambatan kemajuan persalinan. Persalinan yang normal (Eutocia)
adalah persalinan dengan presentasi belakang kepala yang berlangsung spontan selama
18 jam. Distosia merupakan masalah klinis yang paling sering ditemukan oleh klinisi.
Di Amerika, distosia menjadi indikasi utama dilakukannya tindakan SC sebesar 30%.2
b. Klasifikasi Distosia
Menurut penyebab, distosia dibagi menurut 3 golongan besar yaitu:
1) Distosia karena kekuatan-kekuatan yang mendorong anak tidak memadai yaitu:
Kelainan his yang merupakan penyebab paling sering pada distosia
Kekuatan mengejan yang kurang kuat, yang biasanya sering terjadi pada
ibu dengan sesak napas atau kelelahan
2) Distosia karena adanya kelainan letak janin atau kelainan fisik janin
Penyebab ini dapat ditemukan pada presentasi bahu, presentasi dahi, presentasi
muka, presentasi bokong, anak besar, hidrosefal dan monstrum
3) Distosia karena adanya kelainan pada jalan lahir
Kelainan jalan lahir yang dimaksud adalah kelainan pada bagian keras yaitu
tulang panggul seperti panggul sempit, kelainan bawaan pada panggul, atau pada
bagian lunak seperti tumor pada genitalia interna maupun visera lain didaerah
panggul yang menghalangi jalan lahir.
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 1
2. Persalinan Lama
a. Definisi Partus Lama
Partus lama adalah persalinan yang berlangsung lebih dari 24 jam dengan kontraksi
yang teratur dan menimbulkan nyeri disertai dengan adanya pembukaan serviks.
Definisi ini mempunyai keterbatasan, oleh karena itu partus lama dibedakan menurut
manajemen berdasarkan tahapan persalinan kala satu yaitu fase laten memanjang dan
fase aktif memanjang.
Fase laten memanjang terjadi jika terjadinya kontraksi yang regular pada
pembukaan sampai 4 cm lebih dari 8 jam. Fase aktif memanjang adalah terjadinya
kontraksi rahim yang regular dan menimbulkan nyeri pada pembukaan lebih dari 4 cm
lebih dari 12 jam.3
Menurut Friedman, permulaan fase laten ditandai dengan adanya kontraksi yang
menimbulkan nyeri secara regular yang dirasakan oleh ibu. Gejala ini dapat bervariasi
menurut masing-masing ibu bersalin karena mereka dapat merasaka nyeri setiap saat
terutama pada saat, sehingga definisi ini disebut definisi yang eksklusif.4
Hendricks et al melakukan observasi perubahan serviks pada 303 ibu hamil selama
empat minggu melaporkan bahwa rata-rata pembukaan serviks 1,8 cm pada nulipara
dan 2,2 cm pada multipara dengan 60% - 70% terjadi effacement pada beberapa hari
sebelum persalinan terjadi.5 Banyak studi melaporkan bahwa menurut waktu terjadinya
persalinan, persalinan terjadi pada saat pasien masuk rumah sakit.1
Selain definisi diatas, sumber lain mengatakan bahwa persalinan lama adalah fase
laten lebih dari 8 jam, persalinan berlangsung lebih dari 12 jam atau lebih tanpa
kelahiran bayi dan dilatasi serviks berada di kanan garis waspada partograf.6
2 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Partus lama dapat terjadi karena abnormalitas dari dilatasi serviks. Perbukaan
serviks berlangsung secara lambat, karena tidak terjadi penurunan kepala untuk
menekan serviks tersebut. Pada saat yang sama terjadi edema pada serviks sehingga
akan lebih sulit terjadi dilatasi. Oleh karena itu, tindakan seksio sesarea diperlukan
segera.
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 3
iminen, gawat janin
Kelainan presentasi (selain vertex dengan oksiput Malpresentasi atau malposisi
anterior)
Pembukaan serviks lengkap, ibu ingin mengedan, Kala II lama
tetapi taka da kemajuan penurunan
Sumber : Mathai et al (2002)7
e. Penanganan
Penanganan persalinan lama dibedakan atas dua macam yaitu penanganan umum
dan penanganan khusus untuk yang belum inpartu/persalinan palsu yang akan
dijelaskan dibawah ini.1, 6
1) Penanganan Umum
Penanganan umum persalinan lama antara lain:7
a) Nilai dengan segera keadaan ibu hamil dan janin termasuk hidrasi dan tanda vital
b) Kaji kembali partograf, apakah pasien sudah inpartu, nilai keadaan his, frekuensi,
durasi dan konsistensinya
c) Perbaiki keadaan umum dengan:
Dukungan emosi, perubahan posisi sesuai dengan penanganan persalinan normal
Periksa keton dalam urine dan berikan cairan baik orak maupun parenteral.
Upayakan BAK. pemasangan kateter hanya dilakukan jika perlu
d) Beri analgesia : tramadol atai petidin 25 mg IM (maksimum 1 mg/kg BB) atau
morfin 10 mg IM jika pasien merasa nyeri hebat atas advice dokter
2) Penanganan Khusus
Penanganan khusus terbagi atas penanganan khusus pada persalinan palsu, fase laten
memanjang dan fase aktif memanjang.
Persalinan Palsu
Pada persalinan lama karena memang belum masuk pada keadaan inpartu atau
persalinan palsu, tindakan yang dilakukan adalah periksa apakah ada infeksi saluran
kemih atau ketuban pecah. Jika tidak ada pasien boleh rawat jalan.
4 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Fase Laten Memanjang
Penanganan Khusus pada fase laten memanjang yaitu his berlangsung secara teratur
dan pembukaan tidak bertambah maka lakukan ulang penilaian serviks:
a) Jika tidak ada perubahan pada pendataran dan pembukaan serviks dan tidak ada
gawat janin, mungkin pasien belum inpartu
b) Jika ada kemajuan pendataran dan pembukaan serviks, maka lakukan amniotomi
dan induksi persalinan dengan oksitosin dna prostaglandin.
Lakukan penilaian ulang setiap 4 jam
Jika pasien tidak masuk fase aktif setelah dilakukan pemberian oksitosin selama
8 jam, lakukan seksio sesarea
c) Jika didapatkan tanda-tanda infeksi seperti demam dan cairan vagina berbau:
Lakukan akselerasi persalinan pervaginam dengan oksitosin
Berikan antobiotika kombinasi hingga persalinan terjadi
o Ampisilin 2 gram IV setiap 6 jam
o Gentamisin 5 mg/kg BB setiap 24 jam
o Jika persalinan pervaginam terjadi, antibiotika si hentikan pada
pascapersalinan
o Jika dilakukan seksio sesarea, lanjutkan antibiotika ditambah
metronidazole 500 mg IV setiap 8 jam sampai ibu bebas 48 jam
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 5
3. Cephalopelvic Disproportion (CPD)
Pada awalnya Cephalopelvic Disproportion (CPD) dideskripsikan sebagai obstruksi
persalinan karena adanya kontraksi pelvis yang disebabkan oleh rakhitis. Sekarang ini
kontraksi pelvis yang sebenarnya jarang terjadi dan CPD merupakan disgnosis subjektif
yang berasal dari kecurigaan klinisi bahwa bayi tidak dapat turun dan melewati panggul
karena bayi yang terlalu besar atau malposisi atau dapat disebabkan juga karena ukuran
panggul yang terlalu kecil. Kriteria terjadinya persalinan antara lain pecahnya selaput
ketuban, keluarnya lendir dan darah pervaginam, atau terjadinya penipisan/effacement
mulut rahim yang lengkap.1
Friedman mendefinisikan keadaan patologis pada kala satu fase laten adalah
memanjangnya fase laten yaitu ≥ 20 jam pada nulipara dan ≥14 jam pada multipara
antara mulainya persalinan dengan kala satu fase aktif. Friedman juga melaporkan
bahwa pemakaian obat sedative, tindakan epidural yang lebih awal dan serviks yang
kaku berhubungan dengan abnormalitas fase laten.4
Penanganan CPD:
Jika diagnose CPD telah ditegakkan, lahirkan bayi secara Seksio Sesarea
Jika janin telah meninggal, lahirkan secara craniotomy
Jika operator tidak dapat melakukan craniotomy, segera rujuk untuk dilakukan
SC
Jika pembukaan serviks sudah lengkap dan kepala sudah di stase 0 (Hodge ….)
lakukan partus dengan tindakan VE
Jika kepala terlalu tinggi dan janin masih hidup, lahirkan segera dengan SC
Kala II memanjang
Kala dua memanjang artinya lama kala dua atau kala pengeluaran lebih dari 2 jam
pada nulipara dan lebih dari 1 jam pada multipara.8 Batasan lain menurut sumber yang
berbeda dari The Ottawa’s Hospital Clinical Practice Guideline fro the Second Stage of
Labour dibagi menurut paritas dan intervensi yang diberikan seperti berikut ini:9
6 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Nulipara tanpa tindakan epidural
Jika dua jam dengan upaya mengejan yang aktif tanpa kelahiran bayi. Mengejan
yang aktif dimulai saat dilatasi sempurna. Total lama kala dua lebih dari 3 jam
tanpa kelahiran bayi
Multipara tanpa tindakan epidural
Jika satu jam mengejan yang aktif tanpa kelahiran bayi. Mengejan yang aktif
dimulai saat dilatasi sempurna. Total lama kala dua lebih dari 2 jam tanpa
kelahiran bayi
Nulipara dengan tindakan epidural
Jika dua jam dengan upaya mengejan yang aktif tanpa kelahiran bayi. Mengejan
yang aktif dimulai saat dilatasi sempurna. Total lama kala dua lebih dari 4 jam
tanpa kelahiran bayi
Multipara dengan tindakan epidural
Jika dua jam dengan upaya mengejan yang aktif tanpa kelahiran bayi. Mengejan
yang aktif dimulai saat dilatasi sempurna. Total lama kala dua lebih dari 3 jam
tanpa kelahiran bayi
Batasan diatas sama dengan yang siacu oleh ACOG practice bulletin pada bulan
Desember 2003, dimana kala dua memanjang jika lebih dari 3 jam yang menggunakan
anestesi dan lebih dari 2 jam bagi yang tidak menggunakan anestesi.
Tindakan mengejan oleh ibu sebenarnya meningkatkan risiko pada bayi karena
berkurangnya aliran darah yang berisi oksigen ke dalam darah janin. Oleh karena itu,
ibu sebaiknya dibiarkan mengejan secara spontan jika merasa ada dorongan untuk
mengejan tetapi jangan menganjurkan cara mengejan yang lama disertai dengan
menahan napas.10
Induksi Persalinan
Induksi persalinan (induction of labor) adalah tindakan artifisial digunakan untuk
menginisiasi persalinan sebelum persalinan spontan terjadi.11
Induksi persalinan adalah merangsang uterus untuk memulai terjadinya persalinan7
Akselerasi persalinan (augmented of labor) adalah meningkatkan frekuensi, lama dan
kekuatan kontraksi uterus dalam persalinan.
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 7
Induksi persalinan telah dilakukan di berbagai belahan dunia dan menjadi praktik yang
rutinitas pada maternitas modern.12
Tujuan dilakukannya induksi persalinan adalah agar tercapai kontraksi yang adekuat
yaitu 3 kali kontraksi dalam 10 menit dengan durasi 40 detik.6
Sebelum melakukan induksi persalinan, yang harus diperhatikan adalah keadaan serviks
yang siap untuk mengalami dilatasi atau serviks yang matang. Secara kuantitatif dapat
ditentukan menggunakan skor Bishop yang dapat dilihat pada table 2. Nilai > 9
menunjukkan derajat kematangan servik yang paling baik dengan angka keberhasilan
induksi persalinan yang tinggi. Umumnya induksi persalinan yang dilakukan pada kasus
dilatasi servik 2 cm, pendataran servik (effacement) 80%, kondisi servik lunak dengan
posisi tengah dan derajat desensus -1 akan berhasil dengan baik. Akan tetapi sebagian
besar kasus menunjukkan bahwa ibu hamil dengan induksi persalinan memiliki servik
yang tidak “favourable” ( Skoring Bishop < 4 ) untuk dilakukannya induksi persalinan.
Jika serviks belum matang, ada beberapa cara untuk mematangkan serviks seperti cara
mekanis dan medikamentosa/kimiawi.13
1. Cara mekanis : balon kateter, dilatator mekanis dan stripping of the membrane.
2. Kimiawi/medikamentosa:
a. Prostaglandine E2
Dinoprostone lokal dalam bentuk jelly ( Prepidil ) yang diberikan
dengan aplikator khusus intraservikal dengan dosis 0.5 mg.
Dinoproston vaginal suppositoria 10 mg (Cervidil). Pemberian
prostaglandine harus dilakukan di kamar bersalin.
Pemberian oksitosin drip paling cepat diberikan dalam waktu 6 – 12
jam pasca pemberian prostaglandine E2.
Efek samping: Tachysystole uterine pada 1 – 5% kasus yang
mendapat prostaglandine suppositoria.
8 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
b. Prostaglandine E1
Misoprostol (Cytotec) dengan sediaan 100 dan 200 µg. Pemberian
secara intravagina dengan dosis 25 µg pada fornix posterior dan
dapat diulang pemberiannya setelah 6 jam bila kontraksi uterus
masih belum terdapat. Bila dengan dosis 2 x 25 µg masih belum
terdapat kontraksi uterus, berikan ulang dengan dosis 50 µg.
Pemberian Misoprostol maksimum pada setiap pemberian dan dosis
maksimum adalah 4 x 50 µg ( 200 µg ).
Dosis 50 µg sering menyebabkan :
o Tachysystole uterin
o Mekonium dalam air ketuban
o Aspirasi Mekonium
Pemberian per oral: Pemberian 100 µg misoprostol peroral setara
dengan pemberian 25 µg per vaginam
a. Amniotomi
Amniotomi adalah tindakan memecahkan selaput amnion untuk merangsang kontraksi
karena terjadinya penurunan kepala bayi yang menekan OUI.
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 9
2. Hati-hati pada kehamilan dengan hidramnion, karena dapat menyebabkan solutio
placenta sehingga dapat terjadi perdarahan hebat dan kematian janin, pada
presentasi muka, tali pusat terkemuka dan vasa previa.
10 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Jika proses persalinan tidak terjadi dalam 1 jam setelah amniotomi, mulailah dengan
pemberikan oksitosin
Pada persalinan dengan masalah misalnya sepsis atau eklampsia, infus oksitosin
dilakukan bersamaan dengan amniotomi, tetapi tindakan ini dilakukan di tempat
layanan yang ada dokter spesialis kebidanan seperti RS, RSIA, atau puskesmas
Poned.
Gambar 1. Amniotomi
Sumber : Stormont -Vail GOM bay friendly ebook14
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 11
Tabel 2. Skor Bishop
Faktor Skor
0 1 2 3
Bukaan (cm) Tertutup 1-2 3-4 Lebih dari
5
Panjang Serviks (cm)/effacement >4 3-4 1-2 <1
Konsistensi Kenyal Rata-rata Lunak -
Posisi Posterior Tengah Anterior -
Turunnya kepala (cm dari spina -3 -2 -1 +1, +2
iskiadika)
Turunnya kepala (dengan palpasi 4/5 3/5 2/5 1/5
abdominal menurut system
perlimaan)
Sumber : Mathai et al (2002)7
b. Balon Kateter
Balon kateter / Foley Catheter merupakan pilihan lain disamping pemberian
prostaglandin untuk mematangkan serviks pada induksi persalinan. Hal yang harus
diperhatikan adalah tidak boleh memasang balon kateter pada ibu dengan perdarahan.
ketuban pecah dini, pertumbuhan janin terhambat, atau adanya infeksi vagina maupun
infeksi saluran kemih (ISK).7
12 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Cara melakukan induksi persalinan adalah:
Kaji ulang indikasi induksi persalinan
Lakukan vulva hygiene
Masukan speculum DTT kedalam vagina, pastikan ukurannya tepat sesuai dengan
berat badan ibu
Masukan balon kateter secara perlahan-lahan kedalam serviks ibu dengan
menggunakan forceps DTT atau klem panjang atau venster klem. Pastikan ujung
balon kateter telah melewati ostium uteri internum (OUI)
Gembungkan balon kateter dengan memasukan cairan sebanyak 10 steril (aqua
bidestilata) sebanyak 10 ml
Gulung sisa kateter dan masukan ke dalam vagina, atau dapat juga diplester pada
paha ibu bagian dalam
Diamkan selama 12 jam sambil diobservasi hingga timbul kontraksi uterus atau
maksimal pemasangan 12 jam.
Kempiskan balon kateter sebelum kateter dikeluarka
Jika sudah ada pembukaan lebih besar dari balon yang dibuat, kateter akan keluar
dengan sendirinya
Lanjutkan dengan pemberian oksitosin
Gambar 2. Pemasangan Balon Kateter untuk Induksi Persalinan
Sumber: Widjanarko (2011)13
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 13
c. Oksitosin
Oksitosin adalah hormone yang diproduksi oleh hipotalamus posterior yang dapat
menyebabkan kotraksi rahim juga memancarkan ASI. Pada praktek kebidanan oksitosin
yang di gunakan adalah oksitosin sintesis untuk memicu induksi maupun akselerasi
persalinan.
Oksitosin harus digunakan secara hati-hati karena dapat menyebabkan gawat janin
dan hiperstimulasi. Walaupun jarang, rupture uteri dapat terjadi dan risiko rupture uteri
pada pemberian oksitosin meningkat pada ibu multipara. Dosis oksitosin bervariasi dan
dilarutkan dalam cairan dekstrose atau cairan garam fisiologis denga tetesan dinaikan
secara bertahap sampai his adekuat ( 2 kali dalam 10 menit). Pada saat melakukan
induski persalinan dengan oksitosin, ibu harus dipantau secara ketat sehingga jika
terjadi komplikasi pada ibu dan janin dapat diketahui secara dini.7
14 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
Tabel 3. Kecepatan Infus Oksitosin untuk Induksi Persalinan
Waktu sejak Konsentrasi Tetes Dosis Volume Total
Induksi Oksitosin Per (mlU/menit) Infus Volume
(Jam) Menit Infus
Jika terjadi hiperstimulasi ( durasi lebih dari 60 detik) atau lebih dari 4 kali kontraksi
dalam 10 menit hentikan infus dan kurangi hiperstimulasi dengan :
Terbutalin 250 mcg IV pelan-pelan selama 5 menit
Salbutamol 5 mg dalam 500 ml cairan (garam fisiologis atau Ringer Lactat) 10 tetes
per menit
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 15
Tabel 4. Ekskalasi Cepat pada Primigravida. Kecepatan Infus Oksitosin untuk
Induksi Persalinan
Waktu sejak Konsentrasi Tetes Dosis Volume Total
Induksi Oksitosin Per (mlU/menit) Infus Volume
(Jam) Menit Infus
16 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami
2. Jika masih tidak tercapai kontraksi yang adekuat dengan konsentrasi yang lebih
tinggi:
Pada multigravida : induksi dianggap gagal dan segera dilakuka seksio sesarea
Induksi persalinan dengan 10 mlU oksitosin tidak boleh diberikan pada
multigravida dan pada bekas seksio sesarea
Pada primigravida: infus oksitosin bisa dinaikkan konsentrasinya yaitu:
o 10 unit dalam 500 ml dekstrose atau garam fisiologis 30 tetes per menit
o Naikan 10 tetes tiap 30 menit sampai kontraksi adekuat
o Jika kontraksi tetap tidak adekuat setelah 60 tetes per menit (60 mlU per
menit) lakukan seksio sesarea
REFERENSI
1. Ness A, Goldberg J, Berghella V. Abnormalities of the first and second stages of
labor. Obstet Gynecol Clin N Am. 2005;32(2005):201-20.
2. Bratakoesoema DS. Distosia. In: Sastrawinata S, Martaadisoebrata D,
Wirakusumah FF, editors. Obstetri Patologi, Ilmu Kesehatan Reproduksi. 2 ed.
Jakarta: Penerbit Buku Kedokteran EGC; 2005.
Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami 17
3. WHO. Educational material for teachers of midwifery. Midwifery education
modules - second edition. . Genewa: International Confederation of Midwifery,
World Health Organization; 2008.
4. Friedman E. Labor: clinical evaluation and management. 2 ed. New York:
Appleton-Century-Crofts; 1978.
5. Hendricks C, Brenner W, Kraus G. Normal cervical dilatation pattern in late
pregnancy and labor. Am J Obstet Gynecol. 1970;106:1065-80.
6. Saifuddin AB, Wiknjosastro GH, Affandi B, Waspodo D, editors. Buku
Panduan Praktis Pelayanan Kesehatan Maternal dan Neonatal. Jakarta: Yayasan
Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo; 2004.
7. Mathai M, Sangvi H, Guidotti RJ, Broekhuizen F, Chalmers B, Johnson R, et al.
Integrated Management of Pregnancy ans Childbirth. Managing Complication in
Pregnancy and Childbirth. Geneva: Reproductive Health and Research World
Health Organization; 2002.
8. NICE. Diagnosis of labour dystocia. Systematic Review. 2009;55. Epub
September 2007.
9. . The Ottawa's Hospital Clinical Practice Guideline for the Second Stage
od Labour. Oprimal Birth BC. 2006. Epub September 2006.
10. ACOG. Dystocia anf Agumentation of Labour. International Journal of
Gynecology and Obstetrics. 2003;49.
11. McGeown P. Induction of Labour and Post-term Pregnancy. In: Henderson C,
Macdonald S, editors. Mayes' Midwifery, A Textbook for Midwifes. 13 ed.
Edinburg: Elsevier Limited; 2004.
12. Enkin M, Keirse M, Neilson J, Crowther C, Duley L, Hodnett E, et al. A Guide
to Effective Care in Pregnancy and Childbirth. London: Oxford Medical
Publications; 2000.
13. Widjanarko B. Induksi dan Akselerasi Persalinan. Informasi Reproduksi
[Internet]. 2011. Available from:
http://reproduksiumj.blogspot.com/2011/09/induksi-dan-akselerasi-
persalinan.html.
14. . Amniotomi, Artificial Rupture of Membrane. Available from:
http://giftofmotherhood.com/stormontvail/files/assets/seo/page74.html.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1464 Tahun 2010
tentang izin dan Penyelenggaraan Praktik Bidan.
18 Persalinan Lama, Induksi dan Akselerasi Persalinan_Bahan Ajar _Moudy E.U Djami