HAK MUSLIM
Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam bersabda:
واذا استنصحك فمعناه طلب منك النصيحة فعليك أن تنصحه وال تداهنه وال تغشه وال
تمسك عن بيان النصيحة
“(Dan apabila minta nasihat, berilah nasihat)” artinya: Maka wajib bagimu untuk
menasehatinya, jangan hanya mencari muka di hadapannya, jangan pula menipunya,
dan janganlah kamu menahan diri untuk menerangkan nasehat –kepadanya”.2
Al Mubarakfuri berkata:
وحاصله أنه يريد خيره في حضوره وغيبته فال يتملق في حضوره ويغتاب في غيبته فإن
هذا صفة المنافقين
“Kesimpulannya adalah hendaknya seorang muslim senantiasa menginginkan
kebaikan bagi saudaranya, baik ketika dia ada ataupun tidak ada, dan janganlah dia
hanya senang mencari muka ketika berada di hadapannya dan menggunjingnya apabila
saudaranya itu tidak ada di hadapannya, karena sesungguhnyahal ini termasuk ciri
orang-orang munafik.”
Al ‘Utsaimin berkata:
1 HR. Muslim (5778), Ibnu Hibban (242), Ahmad (9080) dari Abu Hurairah Radhiyallahu ‘anhu.
2 Syarh Shahih Muslim (14/143)
وإن كنت ال تدري، فحذره، وإن كنت تعلم منه شرا، فإن كنت تعلم منه خيرا فأرشده إليه
وإن طلب أن تبين له شيئا من األمور التي تقتضي البعد عنه، ال أدري عنه: فقل له، عنه
فبينه له،
“Maka apabila kamu mengetahui kebaikan darinya maka arahkanlah ia kepadanya.
Apabila kamu mengetahui keburukan darinya maka peringatkanlah dia darinya. Apabila kamu
tidak mengetahui tentangnya maka katakanlah kepadanya; aku tidak tahu tentangnya. Apabila
dia meminta kamu untuk menerangkan sesuatu perkara yang semestinya dia menjauh darinya
maka terangkanlah hal itu kepadanya.”3
An Nawawi berkata:
وفيه دليل على جواز ذكر االنسان بما فيه عند المشاورة وطلب النصيحة وال يكون هذا
من الغيبة المحرمة بل من النصيحة الواجبة
“Di dalam hadits ini terdapat dalil yang menunjukkan bolehnya menyebutkan apa-apa yang
terdapat pada diri seseorang ketika bermusyawarah dan meminta nasehat, dan hal ini tidak
termasuk dalam perbuatan ghibah/menggunjing yang diharamkan, bahkan hal ini adalah
nasehat yang wajib”. 4
Al Fudhail bin ‘Iyadh berkata:
Hampir setiap malam dia mendatangi rumah-rumah yang ada di negeri itu untuk
melakukan aksinya, yaitu merampok. Hingga suatu malam dia kembali melaksanakan
aksinya. Kali ini ia ingin menemui seorang gadis yang selama ini ia rindukan. Di saat
ia memanjat dinding untuk menemui gadis impiannya. Pada saat yang bersamaan
ketika dia telah berada di rumah itu, tiba-tiba dia mendengar suara lantunan Al Qur’an
sedang dibacakan. Rupanya suara itu berasal dari sang pemilik rumah yang sedang
berdiri bermunajat kepada Robb-nya. Sang pencuri pun hanyut dengan lantunan ayat-
ayat Allah yang sedang dilantunkan, hingga ketika sampai pada ayat,
berlalulah masa yang panjang atas mereka lalu hati mereka menjadi keras. Dan kebanyakan
diantara mereka adalah orang-orang yang fasik.” (QS. Al-Hadid: 16)
Tak terasa air matanya berlinang, hingga akhirnya dia pun tersungkur jatuh.
Seketika badannya yang selama ini kokoh, menjadi rapuh karena mendengar ayat tadi.
Dia pun berkata dalam hatinya untuk menjawab pertanyaan Allah yang terdapat dalam
ayat di atas, “Wahai Rabb-ku, telah tiba saatnya”.
Akhirnya, ia pergi menjauh, lalu ia bermalam pada reruntuhan bangunan. Ternyata
di samping bangunan itu ada orang-orang yang mau lewat. Sebagian diantara orang-
orang itu berkata, “Ayo kita berangkat”. Sebagian lagi bilang, “Jangan dulu!! Nanti
shubuh kita berangkat, karena Fudhoil sekarang akan menghadang kita di jalan!!!”.
Mendengar perbincangan itu Fudhoil akhirnya berpikir dan berkata dalam hatinya,
“Aku berbuat maksiat di malam hari, sementara itu kaum muslimin di tempat ini takut
kepadaku. Aku memandang Allah tak akan menggiringku kepada mereka, kecuali pasti
mereka akan gemetar (karena takut kepadaku). Ya Allah, sungguh kini aku bertobat
kepada-Mu dan aku jadikan tobatku berupa hidup di Baitullah”.
Setelah kejadian itu, dia pun melalui hari-harinya dengan ketaatan kepada Allah