“MARGARIN”
DISUSUN OLEH
DOSEN PENGAMPU :
UNIVERSITAS JAMBI
1
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat dan
hidayahnya sehingga tugas penyusunan makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya.
Makalah ini disusun untuk diajukan sebagai salah satu tugas mata kuliah Kimia Sawit semester
Genap. Kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pembimbing mata kuliah Kimia Sawit
yang telah membantu kami dalam penyelesaian makalah ini. Makalah ini di kemas dan di sajikan
secara khusus dengan cara penyajian yang menarik, atraktif, inovatif dan komunikatif. Selain itu
penyajiannya disusun secara urut dan teratur sesuai dengan makalah pada umumnya.
Kami menyadari bahwa penyusunan makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Hal itu
disebabkan karena keterbatasan wawasan dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami senantiasa mengharapkan kritik dan saran dari pembaca, dan kami berharap mudah-
mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca sekalian.
Penulis
2
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI................................................................................................................................................. 3
PENDAHULUAN ........................................................................................................................................ 4
BAB II........................................................................................................................................................... 6
PEMBAHASAN ........................................................................................................................................... 6
2.3 Margarine.............................................................................................................................................. 10
PENUTUP .................................................................................................................................................. 17
3
BAB I
PENDAHULUAN
Industri kelapa sawit di Indonesia telah berkembang pesat dengan dukungan pertumbuhan
perkebunan yang sangat pesat pula hingga mencapai lebih dari 6.3 juta hektar yang terdiri dari
sekitar 60% yang diusahakan oleh perkebunan besar dan 40% oleh perkebunan rakyat.
Pertumbuhan perkebunan sawit ini tidak terlepas dari politik ekspansi pada akhir 1970 an disertai
pengenalan PIR sebagai sarana untuk menggerakkan keikut sertaan rakyat dalam budidaya
perkebunan sawit. Pertumbuhan pesat juga terjadi pada ke dua jenis pengusahaan yaitu
perkebunan besar dan perkebunan rakyat. Sampai dengan tahun 2007 tercatat 965 perusahaan
dengan luas perkebunan 3.753 juta hektar yang dimiliki oleh perkebunan Negara swasta nasional
dan asing. Sementara perkebunan rakyat telah mencapai 2,565 juta hektar, suatu perkembangan
yang luar biasa mengingat pada awal pengenalanya hanya 3.125 hektar (1979) yang hanya
mewakili 1,20% saja dari total perkebunan sawit yang ada ketika itu
Akhir-akhir ini industri kelapa sawit cukup marak dibicarakan, karena dunia saat ini
sedang ramai-ramainya mencari sumber energi baru pengganti minyak bumi yang cadangannya
semakin menipis. Salah satu alternatif pengganti tersebut adalah energi bio diesel dimana bahan
baku utamanya adalah minyak mentah kelapa sawit atau yang lebih dikenal dengan nama Crude
Palm Oil (CPO). Bio diesel ini merupakan energi alternatif yang ramah lingkungan, selain itu
sumber energinya dapat terus dikembangkan ,sangat berbeda dengan minyak bumi yang jika
cadangannya sudah habis tidak dapat dikembangkan kembali
Margarine yang lebih rinci merupakan emulsi dari fase lemak dan fase berair. Fase
lemak sebagai fase yang kontinyu yang merupakan campuran dari berbagai jenis minyak baik
hewani maupun nabati. Margarine di produksi berdasarkan penemuan hasil penelitian seorang
sarjana kimia dari Perancis yang bernama Hippalyte Megemouries. Meskipun pengolahan dan
4
beberapa bahan penyusun mengalami perkembangan dan modifikasi, tetapi prinsip dasar yang
digunakan masih bersumber pada hasil penemuannya.
1.3 Tujuan
1. Menjelaskan Pengertian CPO
2. Menjelaskan produk turunan Kelapa Sawit
3. Menjelaskan bagaimana Proses pembuatan salah satu Produk Turunan CPO yaitu
Margarin
5
BAB II
PEMBAHASAN
Crude palm oil (CPO) adalah minyak dan lemak kasar hasil pengepresan tandan segar
buah sawit, dimurnikan dengan proses refinery, dan digunakan sebagai bahan baku dalam proses
produksi margarin. Di Indonesia industri pengolahan seperti ini masih mengalami peningkatan
seiring dengan makin ditingkatkannya area perkebunan sawit di seluruh nusantara. Indonesia
adalah salah satu negara penghasil CPO terbesar di dunia kemudian diikuti oleh negara Malaysia.
Industri ini harus terus di kembangkan baik dari segi teknologi pengolahan dibidang perkebunan,
teknologi pengolahan pangan, dan teknologi untuk dipersifikasi produk pangan olahan. Secara
umum terdapat 4 tahapan proses pengolahan minyak dan lemak berasal dari CPO untuk
digunakan sebagai bahan baku proses produksi margarin, shortening, pastry dan minyak goreng
yaitu :
1. Proses pemurnian (refined) CPO.
2. Proses fraksinasi.
3. Proses hidrogenasi.
4. Proses interesterifikasi kimia dan enzim.
Produk pangan olahan yang ada di Indonesia saat ini pada umumnya adalah
menggunakan minyak dan lemak dari sawit, mulai dari produk makanan formula untuk anak-
anak hingga produk makanan untuk orang dewasa. Bahan baku minyak dan lemak yang
digunakan adalah berasal dari campuran (blending) antara RBDPO (refined bleached deodorized
palm oil), RBDPS (palm stearine) dan RBDPE (palm olein), minyak proses hidrogenasi, minyak
proses interesterifikasi kimia dan interesterifikasi enzimatik.
Untuk itu, sebelum diolah menjadi berbagai produk olahan minyak dan lemak, perlu
dilakukan proses pemurnian CPO dengan tahapan-tahapan sebagai berikut :
6
1. Pemanenan
Kriteria pemanenan buah sawit, yaitu tanaman telah berumur ± 31 bulan. Penyebaran
panen telah mencapai 1:5 artinya setiap 5 pohon terdapat 1 tandan buah matang panen. 60%
atau lebih buahnya telah matang panen, dan berat tandan mencapai 3 kg/lebih. Ciri-ciri dari
tandan matang panen, yaitu adanya buah yang lepas/jatuh dari tandan sekurang-kurangnya 5
buah untu tandan yang beratnya kurang dari 10kg, atau sekurang-kurangnya 10 buah untuk
tandan yang beratnya 10kg atau lebih.
2. Sterilisasi
Yaitu memberikan steam/uap air pada tandan dalam suatu alat steriliser berupa
autoclave besar. Tujuan dari sterilisasi, yaitu merusak enzim lipolitik untuk mencegah
hidrolisis (pembentukan asam lemak bebas), memudahkan pelepasan buah dari tandan,
melunakkan buah, dan mengkoagulasikan gum/emulsifier sehingga memudahkan
pengambilan minyak.
3. Stripping/threshing/pemipilan/perontokan
Alat yang digunakan bernama stripper (pemipil) yang berfungsi melepaskan buah dari
tandan dengan cara membnting tandan. Ini juga disebut tahap proses bantingan dengan
rangkaian peralatan yang disebut stasiun bantingan. Tujuan dari stripping yaitu pelepasan
buah kelapa sawit dari tandan dan hasil pipilam disebut dengan brondolan, minyak hasi
ekstraksi tidak terserap lagi oleh tandan sehingga tidak menurunkan efisiensi pengolahan,
serta tandan tidak mempengaruhi volume bahan dalam tahap pengolahan lebih lanjut.
4. Digesti
Digunakan ketel atau tangki silinder tertutup dalam steam jacket. Didalam tangki
terdapat pisau-pisau atau batang-batang yang terhubung pada poros utama berfungsi
untuk menghancurkan buah yang telah dipisahkan dari tandan. Tujuan dari digesti, yaitu
7
membebaskan minyak dari perikarp, menghasilkan temperatur yang cocok bagi massa
tersebut dikempa/ekstraksi (190oC), pengurangan volume untuk meningkatkan efisiensi
pengolahan, serta penirisan minyak yang telah dilepaskan selama proses digesti. Dalam
digester buah akan hancur akibat gesekan, tekanan, dan pemotongan. Brondolan tercacah
berupa bubur. Minyak telah mulai dilepaskan dari buah melalui lubang dibawah digester.
Minyak kasar hasil digesti dan ekstraksi di saring agar serabut kasarnya dapat
dipisahkan. Minyak hasil penyaringan ditampung dalam tangki dan dilakukan pemanasan
95-100oC yang berfungsi untuk memperbesar perbedaan berat jenis minyak, air, sludge
yang dapat membantu proses pengendapan. Kemudin dilakukan pengendapan dalam
tangki yang berfungsi agar minyak kasar/crude oil terpisah menjadi minyak dan
sludge/lumpur. Minyak dalam sludge dipisahkan dengan senrifugasi. Minyak sawit
kasar/crude palm oil dilakukan pemurnian dengan cara fisik ataupun kimia.
8
Produksi dari penyulingan, pemutihan dan penghilangan bau atau Refined, Bleached
and Deodorised (RBD) minyak sawit.
Minyak kelapa sawit pada dasarnya terdiri dari dua bagian yaitu stearin (fraksi padatan)
dan olein (fraksi cairan). Pemisahan kedua fraksi tersebut dilakukan melalui proses fraksinasi.
Pada proses fraksinasi akan didapatkan fraksi stearin sebanyak 25 persen dan fraksi olein
(minyak makan) sebanyak 75 persen. Stearin memiliki slip melting point sekitar 44.5-56.2oC
sedangkan olein pada kisaran 13-23oC. Hal ini menunjukkan bahwa stearin yang memiliki slip
melting pont lebih tinggi akan berada dalam bentuk padat pada suhu kamar.
Fraksi stearin merupakan produk sampingan yang diperoleh dari minyak sawit bersama-
sama dengan fraksi olein. Teknologi pengolahan hasil samping fraksi olein telah banyak
dikembangkan, dibandingkan fraksi sterain. Salah satu pemanfaatan produk samping fraksi
strearin adalah margarin. Teknologi pengolahan margarin dari fraksi sterain CPO bermacam-
macam. berbagai teknologi pengolahan tersebut berpengaruh terhadap margarin yang dihasilkan.
Oleh karena itu, pengetahuan mengenai teknologi pengolahan margarin dari fraksi stearin CPO
perlu diketahui sehingga diperoleh hasil margarin yang bermutu tinggi.
9
Minyak sawit mentah (CPO) dimurnikan melalui beberapa tahap untuk menghasilkan minyak
kepala sawit murni. Pertama, getah (gum) dalam CPO dihilangkan menggunakan asam fosfat
dan kemudian zat sisa dan pigmen warna dihilangkan dengan pemutihan. Minyak tersebut
diproses dengan uap bertemperatur tinggi untuk menghilangkan bau dan rasa, dan didinginkan
dalam suhu ruang. Proses tersebut akan menghasilkan minyak sawit Refined, Bleached and
Deodorised (Minyak sawit RBD).
Minyak sawit RBD kemudian diproses melalui fraksinasi untuk menghasilkan minyak cair
yang disebut olein RBD dan minyak padat yang disebut stearin RBD. Dalam proses fraksinasi,
minyak sawit RBD dikristalisasi. Minyak kristalisasi kemudian disaring melalui sebuah
lapisan membran untuk memisahkan olein RBD dari stearin RBD. Olein RBD, yang biasa
disebut olein kelapa sawit, adalah minyak cair. Olein kelapa sawit dapat digunakan sebagai
minyak yang dapat dimakan biasanya untuk minyak masak untuk digunakan oleh pabrik
makanan, restoran dan penggunaan di rumah tangga. Stearin RBD, biasanya disebut stearin
kelapa sawit, adalah minyak padat yang digunakan untuk zat lemak khusus atau Specialty Fats
dan produk oleochemicals.
2.3 Margarine
Margarine adalah makanan berlemak yang menyerupai mentega baik dalam hal
kenampakan maupun sifat dan komposisinya. Produk tersebut di buat dengan maksud sebagai
penganti dari mentega. Pengertian margarine yang lebih rinci merupakan emulsi dari fase
10
lemak dan fase berair. Fase lemak sebagai fase yang kontinyu yang merupakan campuran dari
berbagai jenis minyak baik hewani maupun nabati.
Produksi margarin
Bahan mentah pada pengolahan margarine meliputi lemak dan minyak dari berbagai
jenis yaitu air susu, air dan susu skim. Sedangkan bahan pembantu yang digunakan meliputi
bumbu yang ditambahkan untuk memberikan rasa dan aroma agar menyerupai mentega dan
bahan pembantu juga berfungsi sebagai emulsifier, antioksidan dan vitamin. Campuran lemak
dan minyak serta bahan pembantu yang larut didalamnya merupakan adonan fase lemak. Air
atau air susu yang telah diperam beserta bahan pembantu yang larut didalamnya merupakan
adonan fase berair.
11
2.3.1 Proses Pembuatan Margarine
1. Emulsifikasi
Emulsifikasi dilakukan dalam suatu alat yang disebut dengan churn sehingga
prosesnya disebut dengan churning. Dalam praktek pembuatan margarine secara modern
untuk mencapai kadar air akhir dari margarine sebesar 16 persen jumlah fase berair yang
digunakan 17-20 persen. Jika dalam proses pengolahan margarine emulsi yang dihasilkan
tidak stabil akan menunjuk kecendrungan untuk memisah dengan penetesan titik air,
dengan demikian proses emulsifikasi merupakan tahapan yang penting dalam proses
selanjutnya. Kehalusan dispersi antar fase pada dasarnya dipengaruhi oleh pengadukan
mekanis dan stabilisator emulsi. Produsen mengarah pada teknik emulsifikasi dan
penggunaan stabilisator yang dapat menghasilkan flavor yang sangat baik.
Dispersi fase berair yang sangat halus dapat membantu margarine terlindung
terhadap kerusakan oleh mikrobia yang beberapa diantaranya dapat hidup dalam lemak,
hanya apabila terdapat air. Infeksi mikrobia dari udara mengalami kesulitan jika titik-titik
air terkurung dalam lemak. Bahkan infeksi dalam titik air akan mati karena titik air yang
diselubungi dengan lemak tidak cukup oksigen yang sangat diperlukan oleh mikrobia
atau jumlah nutrien dalam titik air tidak cukup untuk menompang kehidupan dan
pertumbuhan mikroba tersebut. Dengan demikian emulsifikasi merupakan tahapan
pengolahan margarine yang sangat penting. Apabila pengetahuan tentang proses
emulsifikasi kurang berkembang maka diperlukan ilmu dan seni dari pekerja terhadap
keberhasilannya.
12
dimaksudkan untuk memastikan type kristalisasi dari gliserida padat yang dihasilkan
sesuai dengan yang dikehendaki.
Pada dasarnya proses kristalisasi dapat dilakukan dengan dua cara :
a. Pendinginan cara basah
Pendinginan cara basah merupakan cara lama tetapi masih digunakan oleh industri
kecil. Cara tersebut dikatakan merupakan cara yang paling tepat untuk membuat
margarine dengan kualitas yang tinggi. Pendinginan dengan cara ini dengan
menggunakan air pendingin yang disemprotkan dengan tekanan. Pendinginan dengan
cara ini biasanya untuk keperluan pembuatan roti sehingga menghasilkan konsistensi
yang liat.
b. Pendinginan cara kering
Pendinginan ini dilakukan dengan menggunakan satu atau dua silinder. Larutan
pedingin yang biasanya digunakan adalah berupa air garam.
3. Tempering
4. Kneading
5. Pengemasan
13
pada suhu yang relatif rendah. Dengan penyimpanan suhu rendah dapat mempertahankan
flavor, memperkecil penetesan senyawa berlemak dan memperpanjang umur simpannya.
Kerusakan margarine biasanya dinyatakan dalam bentuk ketengikan dan kebasian. Kedua
kerusakan tersebut akibat gabungan dari beberapa peristiwa.
Hilangnya flavor disebabkan oleh penguapan atau oleh peristiwa oksidasi, sedangkan
hidrolisis diakibatkan oleh adanya akitifitas enzim dari mikrobia. Sebagian besar
ditemukan dalam lemak yang termasuk golongan minyak kelapa yang mengandung asam
lemak radikal.
Margarin dapat dibuat dari lemak hewani, yakni salah satunya diproduksi dari lemak
beef yang disebut oleo-margarine. Margarin sedikitnya mengandung 80% lemak dari total
beratnya. Sisanya (kurang lebih 17-18%) terdiri dari turunan susu skim, air, atau protein
kedelai cair. Dan sisanya 1-3% merupakan garam, yang ditambahkan sebagai flavor.
14
1. Tahap Netralisasi
Netralisasi adalah suatu proses untuk memisahkan asam lemak bebas dari minyak atau
lemak dengan cara mereaksikan asam lemak bebas dengan basa atau pereaksi lainnya
sehingga membentuk sabun (soap stock). Netralisasi dengan kaustik soda (NaOH) banyak
dilakukan dalam skala industri, karena lebih efisien dan lebih murah dibandingkan dengan
cara netralisasi lainnya.
Pemucatan ialah suatu proses pemurnian untuk menghilangkan zat-zat warna yang
tidak disukai dalam minyak. Pemucatan dilakukan dengan mencampur minyak dengan
sejumlah kecil adsorben, seperti bleaching earth (tanah pemucat), dan karbon aktif. Zat
warna dalam minyak akan diserap oleh permukaan adsorben dan juga menyerap suspensi
koloid (gum dan resin) serta hasil degradasi minyak misalnya peroksida. (Ketaren,1986).
3. Tahap Hidrogenasi
Hidrogenasi adalah proses pengolahan minyak atau lemak dengan jalan menambahkan
hidrogen pada ikatan rangkap dari asam lemak, sehingga akan mengurangi ketidakjenuhan
minyak atau lemak, dan membuat lemak bersifat plastis. Proses hidrogenasi bertujuan
untuk menjenuhkan ikatan rangkap dari rantai karbon asam lemak pada minyak atau
lemak. Proses hidrogenasi dilakukan dengan menggunakan hydrogen murni dan
ditambahkan serbuk nikel sebagai katalisator.
Nikel merupakan katalis yang sering digunakan dalam proses hidrogenasi daripada
katalis yang lain (palladium, platina, copper chromite). Hal ini karena nikel lebih ekonomis
15
dan lebih efisien daripada logam lainnya. Nikel juga mengandung sejumlah kecil Al dan
Cu yang berfungsi sebagai promoter dalam proses hidrogenasi minyak.
4. Tahap Emulsifikasi
Emulsifier fase minyak merupakan bahan tambahan yang dapat larut dalam minyak
yang berguna untuk menghindari terpisahnya air dari emulsi air minyak terutama dalam
penyimpanan. Emulsifier ini contohnya Lechitin sedangkan penambahan b- karoten
pada margarine sebagai zat warna serta vitamin A dan D untuk menambah gizi.
Emulsifier fase cair merupakan bahan tambahan yang tidak larut dalam minyak.
Bahan tambahan ini dicampurkan ke dalam air yang akan dipakai untuk membuat
emulsi dengan minyak. Emulsifier fase cair ini adalah : · garam untuk memberikan rasa
asin TBHQ sebagai bahan anti oksidan yang mencegah teroksidasinya minyak yang
mengakibatkan minyak menjadi rusak dan berbau tengik · Natrium Benzoat sebagai
bahan pengawet. Vitamin A dan D akan bertambah dalam minyak. Selain itu minyak
akan berbentuk emulsi dengan air dan membentuk margarin. Beberapa bahan tambahan
seperti garam, anti oksidan dan Natrium benzoat juga akan teremulsi dalam margarin
dalam bentuk emulsifier fase cair.
16
BAB III
PENUTUP
3.1 KESIMPULAN
Hasil utama tanaman kelapa sawit adalah minyak sawit atau yang sering dikenal dengan
nama CPO (Crude Palm Oil) dan inti sawit. Minyak sawit dapat dimanfaatkan di berbagai
industri karena memiliki susunan dan kandungan gizi yang cukup lengkap. Industri yang banyak
menggunakan minyak sawit sebagai bahan baku adalah industri pangan, industri kosmetik, dan
farmasi. Bahkan minyak sawit telah dikembangkan sebagai sakah satu bahan bakar.
Crude palm oil (CPO) adalah minyak dan lemak kasar hasil pengepresan tandan segar
buah sawit, dimurnikan dengan proses refinery, dan digunakan sebagai bahan baku dalam proses
produksi margarin. Di Indonesia industri pengolahan seperti ini masih mengalami peningkatan
seiring dengan makin ditingkatkannya area perkebunan sawit di seluruh nusantara. Indonesia
adalah salah satu negara penghasil CPO terbesar di dunia kemudian diikuti oleh negara Malaysia
Minyak sawit mentah (CPO) dimurnikan melalui beberapa tahap untuk menghasilkan minyak
kepala sawit murni. Pertama, getah (gum) dalam CPO dihilangkan menggunakan asam fosfat dan
kemudian zat sisa dan pigmen warna dihilangkan dengan pemutihan. Minyak tersebut diproses
dengan uap bertemperatur tinggi untuk menghilangkan bau dan rasa, dan didinginkan dalam
suhu ruang. Proses tersebut akan menghasilkan minyak sawit.
Margarine adalah makanan berlemak yang menyerupai mentega baik dalam hal kenampakan
maupun sifat dan komposisinya. Produk tersebut di buat dengan maksud sebagai penganti dari
mentega. Pengertian margarine yang lebih rinci merupakan emulsi dari fase lemak dan fase
berair. Fase lemak sebagai fase yang kontinyu yang merupakan campuran dari berbagai jenis
17
minyak baik hewani maupun nabati. Proses Pembuatan Margarin diantaranya Emulsifikasi,
Pendinginan Dan Kristalisasi Emulsi, Tempering, Kneading, Pengemasan
2.3 SARAN
Penulis berharap kepada dosen pengampu kimia sawit agar dapat memberikan kritik
dan saran agar penulis dapat membuat makalah di kesempatan lain dengan baik. Semoga
makalah ini berguna bagi penulis pada khususnya juga para pembaca yang budiman pada
umumnya.
18
DAFTAR PUSTAKA
http://www.pdf-archive.com/2011/03/16/65-tri-ratna-nastiti/65-tri-ratna-nastiti.pdf. (diakses 10
Desember 2015)
http://informasibakery.blogspot.com/2008/12/proses-pembuatan-margarine.html. (diakses 10
Desember 2015)
http://tanibarabai.blogspot.co.id/2013/04/makalah-perkembangan-cpo.html (diakses 10
Desember 2015)
Soerawidjaja, T., 2005, Mendorong Upaya Pemanfaatan dan Sosialisasi Biodiesel Secara
Nasional , Makalah disampaikan pada pertemuan duabulanan ke-3. Jakarta : LP3E KADIN
Indonesia
19