Anda di halaman 1dari 10

LAPORAN PENDAHULUAN

HEMOROID

Disusun Oleh:
HILMI AZIZ YUSMA

NIM: 1708163

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2017
A. Pengertian
Hemoroid (“wasir”) adalah pembengkakan submukosa pada lubang anus yang
mengandung pleksus pada lubang vena, dan arteri kecil. Hemoroid interna hanya
melibatkan jaringan lubang anus bagian atas (Grace. Pierce A).
Hemoroid dibedakan antara yang intern dan yang ekstern. Hemoroid intern adalah
pleksus vena hemoroidalis superior diatas garis mukokutan dan ditutupi oleh mukosa.
Hemoroid intern ini merupakan bantalan vaskuler di dalam jaringan submukosa pada
rectum sebelah bawah. Sering hemoroid terdapat pada tiga posisi primer yaitu kanan-
depan, kanan-belakang, dan kiri-lateral. Hemoroid yang lebih kecil terdapat diantara
ketiga letak primer tersebut. Kedua pleksus hemoroid, internus dan eksternus, saling
berhubungan secara longgar dan merupakan awal dari aliran vena yang kembali bermula
dari rectum sebelah bawah dan anus. Pleksus hemoroid intern mengalirkan darah ke vena
hemoroidalis superior dan selanjutnya ke vena porta.

B. Etiologi
Hemoroid dapat menimbulkan gejala karena banyak hal. Faktor yang memegang
peranan kausal ialah mengedan pada waktu defekasi, konstipasi menahun, kehamilan,
dan obesitas. Peningkatan tekanan vena akibat mengedan (diet rendah serat) atau
perubahan hemodinamik (misalnya selama hamil) menyebabkan dilatasi kronis dari
pleksus submukosa. Beberapa faktor etiologi telah diajukan, termasuk konstipasi atau
diare, sering mengejan, kongesti pelvis pada kehamilan, pembesaran prostat, fibroma
uteri, dan tumor rektum.

C. Klasifikasi
Hemoroid interna dikelompokan dalam 4 derajat :
1. Derajat satu
Tidak menonjol melalui anus dan hanya dapat ditemukan dengan protoskopi, lesi
biasanya terletak pada posterior kanan dan kiri dan anterior kanan, mengikuti
penyebaran cabang-cabang vena hemoroidalis superior dan tampak sebagai
pembengkakan globular kemerahan.
2. Derajat dua
Dapat mengalami prolapsus melalui anus saat defekasi hemoroid ini dapat mengecil
secara spontan atau dapat direduksi (dikembalikan ke dalam) secara manual.
3. Derajat tiga
Mengalami prolapsus secara permanen (kadang dimana varises yang keluar tidak
dapat masuk kembali) dengan sendirinya tapi harus didorong. Dalam hal ini
mungkin saja varieses keluar dan harus didorong kembali tanpa perdarahan.
4. Derajat empat
Akan timbul keadaan akut, dimana varieses yang keluar pada saat defekasi tidak
dapat didorong masuk kembali hal ini akan menimbulkan rasa sakit. Biasanya ini
terdapat trombus yang diikuti infeksi dan kadang-kadang timbul peningkatan
rektum.

D. Patofisiologi
Pada permulaan terjadi varises hemoroidalis, belum timbul keluhan keluhan. Akan
timbul bila ada penyulit seperti perdarahan , trombus dan infeksi. Hemoroid timbul
akibat kongesti vena yang disebabkan gangguan aliran balik dari vena hemoroidalis.
Kantung-kantung vena yang melebar menonjol ke dalam saluran anus dan rektum terjadi
trombosis, ulserasi, perdarahan dan nyeri. Perdarahan umumnya terjadi akibat trauma
oleh feses yang keras. Darah yang keluar berwarna merah segar meskipun berasal dari
vena karena kaya akan asam. Nyeri yang timbul akibat inflamasi dan edema yang
disebabkan oleh trombosis. Trombosis adalah pembekuan darah dalam hemoroid.
Trombosis ini akan mengakibatkan iskemi pada daerah tersebut dan nekrosis.
Pada dasarnya hemoroid di bagi menjadi dua klasifikasi, yaitu :
1. Hemoroid Interna
Gejala - gejala dari hemoroid interna adalah pendarahan tanpa rasa sakit karena tidak
adanya serabut serabut rasa sakit di daerah ini.
Hemoriud interna terbagi menjadi 4 derajat :
a. Derajat I
Timbul pendarahan varises, prolapsi atau tonjolan mokosa tidak melalui anus
dan hanya dapat di temukan dengan proktoskopi.
b. Derajat II
Terdapat trombus di dalam varises sehingga varises selalu keluar pada saat
depikasi, tapi setelah defekasi selesai, tonjolan tersebut dapat masuk dengan
sendirinya.
c. Derajat III
Keadaan dimana varises yang keluar tidak dapat masuk lagi dengan sendirinya
tetapi harus di dorong.
d. Derajat IV
Suatu saat ada timbul keaadan akut dimana varises yang keluar pada saat
defekasi tidak dapat di masukan lagi. Biasanya pada derajat ini timbul thrombus
yang di ikuti infeksi dan kadang kadang timbul perlingkaran anus, sering di
sebut dengan Hemoral Inkaresata karena seakan - akan ada yang menyempit
hemoriod yang keluar itu, pada hal pendapat ini salah karena muskulus spingter
ani eksternus mempunyai tonus yang tidak berbeda banyak pada saat membuka
dan menutup. Tapi bila benar terjadi, inkaserata maka setelah beberapa saat
akan timbul nekrosis tapi tidak demikiaan halnya. Lebih tepat bila di sebut
dengan perolaps hemoroid.
2. Hemoroid Eksterna
Hemoroid eksrterna jarang sekali berdiri sendiri, biasanya perluasan hemoroid
interna. Tapi hemoroid eksterna dapat di klasifikasikan menjadi 2 yaitu :
a. Akut
Bentuk akut berupa pembengkakan bulat kebiruan pada pinggir anus dan
sebenarnya adalah hematom, walaupun disebut sebagai trombus eksterna akut.
Tanda dan gejala yang sering timbul adalah:
1) Sering rasa sakit dan nyeri
2) Rasa gatal pada daerah hemorid
Kedua tanda dan gejala tersebut disebabkan karena ujung - ujung saraf pada
kulit merupakan reseptor rasa sakit.
b. Kronik
Hemoroid eksterna kronik atau “Skin Tag” terdiri atas satu lipatan atau lebih
dari kulit anus yang berupa jaringan penyambung dan sedikit pembuluh darah.

E. Pengkajian Keperawatan
1. Pengkajian Subyektif
a. Riwayat Penyakit Sekarang
1) Apakah ada rasa gatal, terbakar dan nyeri selama defekasi?
2) Adakah nyeri abdomen?
3) Apakah terdapat perdarahan dari rektum? Berapa banyak, seberapa sering,
apa warnanya?
4) Adakah mucus atau pus?
5) Bagaimana pola eliminasi klien? Apakah sering menggunakan laksatif?
b. Riwayat Penyakit Dahulu
Kaji penyakit yang dapat menyebabkan hemoroid seperti (Sembelit, genetic
predisposisi, infeksi anal, pembedahan rektal atau episiotomi, hipertensi portal
(sirosis), gatal – gatal disekitar rektum.)
c. Riwayat diet :
1) Bagaimana pola makan klien?
2) Apakah klien mengkonsumsi makanan yang mengandung serat?
d. Riwayat pekerjaan :
1) Apakah klien melakukan pekerjaan yang memerlukan duduk atau berdiri
dalam waktu lama?
2) Aktivitas dan latihan : Seberapa jumlah latihan dan tingkat aktivitas?
Pengkajian obyektif :
3) Menginspeksi feses apakah terdapat darah atau mucus dan area perianal
akan adanya hemoroid, fisura, iritasi, atau pus.
4) Menginspeksi Bengkak (bendungan) di dalam atau diluar rectum Nyeri
5) Mengkaji gatal daerah rectum
6) Mengkaji gangguan mukosa rectum
7) Mengkaji perdarahan pada saat b.a.b berwarna merah segar
e. Pemeriksaan Diagnostik
Riwayat
1) Mengkaji nyeri, gatal, atau kemungkinan perdarahan.
2) Pertanyaan kebiasaan buang air besar ; konstipasi, mengejan saat defekasi.
f. Pemeriksaan fisik
1) Inspeksi untuk haemorrhoid eksternal ada prolaps atau internal
haemorrhoid.
2) Pemeriksaan rectal toucer ( colok dubur )
3) Proctosigmoidoscopy untuk menentukan lokasi dan keadaan dari
haemorrhoid.
g. Pemeriksaan penunjang
1) Pemeriksaan Eksternal dengan anoskop atao proktoskop menunjukkan
hemoroid atau hemoroid-hemoroid
2) Barium enema atau sigmoidoskopi untuk menangani lesi kolonik yang lebih
serius yang menyebabkan pendarahan rektal, seperti polip.

F. Diagnosa Keperawatan
1. Nyeri akut berhubungan dengan gangguan pada jaringan kulit
2. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kekurangan suply O2 dengan kebutuhan.
3. Konstipasi berhubungan dengan gangguan fisiologis (hemoroid).

G. Intervensi

NO DX TUJUAN DAN KH INTERVENSI


1 Nyeri b.d gangguan NOC : NIC :
pd jaringan kulit  Pain Level,  Pain Management
Definisi :  Pain control,  Lakukan pengkajian
Sensori yang tidak  Comfort level nyeri secara
menyenangkan dan Setelah dilakukan komprehensif termasuk
pengalaman tindakan selama lokasi, karakteristik,
emosional yang 3x24jam diharapkan durasi, frekuensi,
muncul secara aktual klien mampu kualitas dan faktor
atau potensial mengurangi rasa nyeri. presipitasi
kerusakan jaringan Kriteria Hasil :  Observasi reaksi
atau menggambarkan  Mampu mengontrol nonverbal dari
adanya kerusakan nyeri (tahu ketidaknyamanan
(Asosiasi Studi Nyeri penyebab nyeri,  Gunakan teknik
Internasional): mampu komunikasi terapeutik
serangan mendadak menggunakan untuk mengetahui
atau pelan tehnik pengalaman nyeri
intensitasnya dari nonfarmakologi pasien
ringan sampai berat untuk mengurangi  Kaji kultur yang
yang dapat nyeri, mencari mempengaruhi respon
diantisipasi dengan bantuan) nyeri
akhir yang dapat  Melaporkan bahwa  Evaluasi pengalaman
diprediksi dan dengan nyeri berkurang nyeri masa lampau
durasi kurang dari 6 dengan  Evaluasi bersama
bulan. menggunakan pasien dan tim
manajemen nyeri kesehatan lain tentang
 Mampu mengenali ketidakefektifan kontrol
nyeri (skala, nyeri masa lampau
intensitas, frekuensi  Bantu pasien dan
dan tanda nyeri) keluarga untuk mencari
 Menyatakan rasa dan menemukan
nyaman setelah dukungan
nyeri berkurang  Kontrol lingkungan
 Tanda vital dalam yang dapat
rentang normal mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan
kebisingan
 Kurangi faktor
presipitasi nyeri
 Pilih dan lakukan
penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)
 Kaji tipe dan sumber
nyeri untuk menentukan
intervensi
 Ajarkan tentang teknik
non farmakologi
 Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
 Evaluasi keefektifan
kontrol nyeri
 Tingkatkan istirahat
 Kolaborasikan dengan
dokter jika ada keluhan
dan tindakan nyeri tidak
berhasil.
2 Intoleransi aktivitas NOC : NIC :
b/d kekurangan  Energy  Energy Management
suply O2 dengan conservation  Observasi adanya
kebutuhan  Self Care : ADLs pembatasan klien dalam
Definisi : Kriteria Hasil : melakukan aktivitas
Ketidakcukupan  Berpartisipasi  Dorong anal untuk
energu secara dalam aktivitas mengungkapkan
fisiologis maupun fisik tanpa perasaan terhadap
psikologis untuk disertai keterbatasan
meneruskan atau peningkatan  Kaji adanya factor yang
menyelesaikan tekanan darah, menyebabkan kelelahan
aktifitas yang diminta nadi dan RR  Monitor nutrisi dan
atau aktifitas sehari  Mampu sumber energi
hari. melakukan tangadekuat
aktivitas sehari  Monitor pasien akan
hari (ADLs) adanya kelelahan fisik
secara mandiri dan emosi secara
berlebihan
 Monitor respon
kardivaskuler terhadap
aktivitas
 Monitor pola tidur dan
lamanya tidur/istirahat
pasien
3 Konstipasi NOC: NIC :
berhubungan dengan  Bowl Elimination  Manajemen konstipasi
Gangguan fisiologis:  Hidration  Identifikasi faktor-
Hemoroid Setelah dilakukan faktor yang
tindakan keperawatan menyebabkan
selama 3x24 jam konstipasi
konstipasi pasien  Monitor tanda-tanda
teratasi dengan kriteria ruptur bowel/peritonitis
hasil:  Jelaskan penyebab dan
 Pola BAB dalam rasionalisasi tindakan
batas normal pada pasien
 Feses lunak  Konsultasikan dengan
 Cairan dan serat dokter tentang
adekuat peningkatan dan
 Aktivitas adekuat penurunan bising usus
 Hidrasi adekuat  Kolaburasi jika ada
tanda dan gejala
konstipasi yang
menetap
 Jelaskan pada pasien
manfaat diet (cairan dan
serat) terhadap
eliminasi
 Jelaskan pada klien
konsekuensi
menggunakan laxative
dalam waktu yang lama
 Kolaburasi dengan ahli
gizi diet tinggi serat dan
cairan
 Dorong peningkatan
aktivitas yang optimal
 Sediakan privacy dan
keamanan selama BAB
H. Daftar Pustaka

R.Taylor,Clive. 2006. Ringkasan Patologi Anatomi. Jakarta : EGC.


Sjamsuhidayat. 2005. Buku Ajar Ilmu Bedah Edisi 2. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran
EGC
Black, Joyce M., Hawks, Jane Hokanson. 2005. Medical Surgical Nursing.
Jakarta : Evolve
Price, A. Sylvia.2006. Patofisiologi edisi 6. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran. EGC
Perhimpunan Dokter Spesialis Penyakit Dalam. 2006. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam
Jilid I edisi IV.
Smeltzer, Suzanne C., Bare, Brenda G. 2002. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah
Edisi 8. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC
Brunner & Suddarth. 2001. Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah. EGC: Jakarta.
Tambayong, Jan. 2000. Patofisiologi untuk Keperawatan. Jakarta : EGC.
Pyree, Anderson Sylura. 1997. Patofisiologi Edisi I. Jakarta : EGC.

Anda mungkin juga menyukai