Disusun oleh:
Dinar Aufia Fadilla H 1819711051
Zahra Amanda Nurhaliza 1810711092
Annisa Nabilla 1810711098
Hilmi Yoda 1810711099
Klasifikasi Asma
Klasifikasi asma dapat dilakukan berdasarkan 3 hal, yait etiologi, derajat
penyakit dan pola keterbatasan aliran udara. Klasifikasi asma berdasarkan derajat
penyakit penting bagi pengobatan dan perencanaan penatalaksanaan jangka panjang,
semakin berat asma semakin tinggi pengobatan.
Secara klinis, berdasarkan derajat penyakit asma dibagi menjadi 4 yaitu :
1. Asma Intermitten atau Asma Bronkhial
Gejalanya yaitu :
Singkat kurang dari 1x perminggu
Gejala asma malam kurang dari 2x perbulan
Bronkodilator diperlukan bila ada serangan, jika serangan agak berat
mungkin memerlukan kortikosteroid
Tidak mengalami gangguan saat beraktivitas
Biasanya jika mengalami asma jenis ini, maka Anda tidak akan diberikan obat
pengendali asma. Hanya saja, perlu menghindari berbagai hal yang dapat
membuat asma ini muncul.
2. Asma Perisisten Ringan
Gejalanya yaitu:
Gejala muncul lebih dari 2x dalam satu minggu
Gejala asma malam kurang dari 2x perbulan
Eksaserbasi (serangan asma seeprti sesak napas dan batuk)
mempengaruhi aktivitas dan tidur
Membutuhkan bronkodilator dan kortikosteroid
Aktivitas sedikit terganggu
Biasanya asma jenis ini akan diberikan obat antiinflamasi oleh dokter.
3. Asma Perisisten Sedang
Gejalanya yaitu:
Membutuhkan steroid inhalasi dan bronkodilator setiap hari
Gejala hamper tiap hari
Gejala asma malam lebih dari 1x perminggu
Eksaserbasi mempengaruhi aktivitas dan tidur
Orang yang memiliki asma persisten sedang akan diberikan obat untuk
mengendalikan penyakit asma yang dideritanya. Selain itu, pasien dengan
jenis asma ini akan dianjurkan untuk melakukan terapi bronkodilator, yaitu
terapi yang terdiri dari berbagai obat-obatan yang berfungsi untuk
melegakan dan memperlancar pernapasan.
4. Asma Peristen Berat
Gejalanya yaitu :
Gejala muncul setiap hari, bahkan hamper seharian
Mengalami asma malam tiap hari
Menggunakan inhaler beberapa kali dalam satu hari
Aktivitas sangat terganggu
Obat pengendali asma yang diberikan pada penyakit asma persisten berat
ini tak cukup satu jenis saja. dokter akan memberikan beberapa kombinasi
inhaler glukokortikosteroid dalam dosis tinggi.
Prevalensi Asma
Prevalensi asma pada penduduk semua umur menurut provinsi (2018),
provinsi tertinggi adalah DIY dengan jumlah 4,5% penduduk terkena penyakit asma.
Prevalensi (diagnosis dokter) pada penduduk semua umur, 2018 didapat sebesar 5,1%
pada umur 75 tahun keatas terkena asma. Penderita asma pada laki-laki sebesar 2,3% dan
perempuan 2,5%. Berdasarkan wilayah penderita asma paling tertinggi terdapat pada
masyarakat perkotaan sebesar 2,6%, sedangkan dipedesaan sebesar 2,1%. Berdasarkan
tingkat Pendidikan penderita asma pada tamat D1/D2/D3/PT sebesar 3,0% sedangkan
berdasarkan tingkat pekerjaan penderita asma paling tinggi pada penduduk yang tidak
bekerja yaitu sebesar 3,1%.
B. ETIOLOGI
Rangsangan atau faktor pencetus yang sering menimbulkan asma adalah:
1. Faktor Ekstrinsik (alergik)
Reaksi alergik yang disebabkan oleh allergen yang dikenal seperti debu,
serbuk-serbuk, bulu0bulu binatang. Faktor alergi dibagi menjadi 3 yaitu:
Inhalan: yang masuk melalui saluran pernapasan (co: debu, bulu
binatang, bakteri dan polusi)
Ingestan : yang masuk melalui mulut (con : logam)
Kontakan : yang masuk melalui kontak dengan kulit
2. Faktor Intrinsik (non-alergik)
Tidak berhubungan dengan allergen, seperti infeksi, latihan, emosi dan polusi
lingkungan yang dapat mencetuskan serangan.
3. Genetik
Faktor yang diturunkan adalah bakat alerginya, meskipun belum diketahui
bagaimana cara penurunannya.
4. Perubahan cuaca
Cuaca lembab dan hawa pegunungan yang dingin sering mempengaruhi asma.
Atmosfir yang mendadak dingin merupakan faktor pemicu terjadinya serangan
asma.
5. Stres
Stress atau gangguan emosi dapat menjadi pencetus serangan asma dan juga
dapat memperberat serangan asma yang sudah ada, jika stress belum diatasi
maka gejala belum bisa diobati.
6. Lingkungan kerja
Mempunyai hubungan langsung dengan sebab terjadinya serangan asma.
Misalnya orang bekeja di lab hewan, industry tektil, polisi lalu lintas. Gejala
asmanya akan membaik pada waktu libur kerja atau cuti.
7. Olahraga atau Aktivitas Jasmani
Sebagian penderita asma akan melakukan aktivitas jasmani atau olahraga yang
berat. Lari cepat paling mudah menimbulkan serangan asma. Serangan asma
karena aktivitas biasanya terjadi segera setelah aktivitas selesai.
C. PATOFISIOLOGI
Asma melibatkan proses peradangan kronis yang menyebabkan edema
mukosa, sekresi mucus, dan peradangan saluran napas. Ketika orang dengan asma
terpapar oleh alergen ekstrinsik dan iritan (misalnya, debu, serbuk sari, asap, tungau,
obat-obatan , makanan, infeksi saluran napas) saluran napasnya akan meradang yang
menyebabkan kesuliatn bernapas, dada terasa sesak, dan mengi. Manifestasi klinis
awal, disebut reaksi fase cepat (early-phase), berkembang dengan cepat dan bertahan
sekitar satu jam.
Ketika seorang klien terpapar sebuah alergen, immunoglobulin E (IgE) akan
diproduksi oleh limfosit B, antibody IgE akan melekat pada sel mast dan basophil di
dinding bronkus. Sel mast akan mengosongkan dirinya melepaskan mediator
peradangan kimia,seperti histamine, bradikinin, prostaglandin, dan substansi reaksi
lambat (slow-reacting substance/SRS-A). zat-zat tersebut menginduksi dilatasi kapiler
yang menyebabkan edema saluran napas Dalam usaha untuk menyingkirkan alergen.
Mereka juga menginduksi kontriksi saluran napas untuk menutupnya, sehingga tidak
menghirup alergen lebih banyak lagi.
Sekitar setengah dari seluruh klien asma mengalami reaksi fase lambat (late-
phase). Meskipun manifestasi klinis yang dihasilkan sama dengan pada fase awal,
rekasi fase lambat akan dimulai 4-8 jam setelah paparan dan dapat bertahan selama
beberapa jam atau hari.
Pada kedua fase, pelepasan mediator kimia menghasilkan respons pada
saluran napas. Pada respons fase lambat, mediator menarik sel-sel radang lainnya dan
membuat siklus obstruksi, serta inflamasi yang terus-menerus. Peradangan kronis ini
menyebabkan saluran napas menjadi hiperesposif. Saluran napas yang hiperesponsif
ini menyebakan episode berikutnya berespons tidak hanya pada antigen spesifik,
tetapi pada rangsangan seperti kelelahan fisik dan menghirup udara dingin. Frekuensi
dan keparahan dari gejala klinis yang ada dapat meningkat.
Reseptor alfa-adrenergik dan beta adrenergenik dari sistem saraf simpatis
dapat ditemukan pada bronkus.rangsangan terhadap reseptor alfa-adrenergenik
menyebabkan konstriksi bronkus, sebaliknya rangsanag pada reseptor beta
adrenergenik menyebabkan dilatasi bronkus. Adenosin monofosfat siklik (Camp)
merupakan penyeimbang antara kedua reseptor tersebut. Beberapa teori menyatakan
bahwa asma merupakan hasil dari kurangnya rangsangan terhadap reseptor beta
adrenergenik.
E. KOMPLIKASI
Berbagai komplikasi menurut Mansjoer (2008) yang mungkin timbul adalah :
1. Pneumothoraks
Pneumothoraks adalah keadaan adanya udara di dalam rongga pleura yang
dicurigai bila terdapat benturan atau tusukan dada. Keadaan ini dapat
menyebabkan kolaps paru yang lebih lanjuut lagi dapat menyebabkan kegagalan
napas.
2. Pneumomediastinum
Pneumomeduastinum dari bahasa Yunani pneuma “udara”, juga dikenal sebagai
emfisema mediastinum adalah suatu kondisi dimana udara hadir di mediastinum.
Pertama dijelaskan pada 1819 oleh Rene Laennec, kondisi ini daoat disebabkan
oleh trauma fisik atau situasi lain yang mengarah ke udara kelaur dari paru-paru,
saluran udara atau usus ke dalam rongga dada.
3. Atelektasis
Atelektasis adalah pengkerutan sebagian atau seluruh paru-paru akibat penyubatan
saluran dada (bronkus, mapun bronkiolus) atau akibat pernapasan yang sangat
dangkal.
4. Aspergilosis
Aspergilosis merupakan penyakit pernapasan yang disebakan oleh jamur dan
tersifat oleh adanya gangguan pernapasan yang berat. Penyakit ini juga dapat
menimbulkan lesi pada berbagai organ lainnya, misalnya pada otak dan mata.
Istilah aspergilosis dipakai untuk menunjukkan adanya infeksi aspergillus sp.
5. Gagal napas
Gagal napas dapat terjadi bila pertukaran oksigen terhadap karbondioksida dalam
paru-paru tidak dapat memelihara laju konsumsi oksigen dan pembentukan
karbondioksida dalam sel-sel tubuh.
6. Bronkhitis
Bronkhitis atau radang paru-paru adalah kondisi di mana lapisa-lapisan bagian
dalam dari saluran pernapasan di paru-paru yang kecil (bronkhiolus) mengalami
bengkak. Selain bengkak juga terjadi peningkatan produksi lender (dahak).
Akibatnya penderita merasa perlu batuk berulang-ulang dalam upaya
mengeluarkan lendiryang berlebihan, atau merasa sulit bernapas karena sebagian
saluran udara menjadi sempit oleh adanya lendir.
F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Pemeriksaan penunjang ASMA
Tes untuk melihat adanya peradangan pada saluran napas. Dalam tes
ini, dokter akan mengukur kadar oksida nitrat dalam napas ketika pasien
bernapas. Jika kadar zat tersebut tinggi, maka bisa jadi merupakan tanda-
tanda peradangan pada saluran pernapasan. Selain oksida nitrat, dokter
juga akan mengambil sampel dahak untuk mengecek apakah paru-paru
pasien mengalami radang.
Tes responsivitas saluran napas (uji provokasi bronkus). Tes ini
digunakan untuk memastikan bagaimana saluran pernapasan pasien
bereaksi ketika terpapar salah satu pemicu asma. Dalam tes ini, pasien
biasanya akan diminta menghirup serbuk kering (mannitol). Setelah itu
pasien akan diminta untuk menghembuskan napas ke dalam spirometer
untuk mengukur seberapa tinggi tingkat perubahan FEV1 dan FVC setelah
terkena pemicu. Jika hasilnya turun drastis, maka dapat diperkirakan
pasien mengidap asma. Pada anak-anak, selain mannitol, media yang
bisa dipakai untuk memicu asma adalah olah raga.
Pemeriksaan status alergi. Pemeriksaan ini dilakukan untuk mengetahui
apakah gejala-gejala asma yang dirasakan oleh pasien disebabkan
oleh alergi. Misalnya alergi pada makanan, tungau, debu, serbuk sari, atau
gigitan serangga.
CT Scan. Pemeriksaan ini bisa dilakukan oleh dokter apabila mencurigai
bahwa gejala sesak napas pada diri pasien bukan disebabkan oleh asma,
melainkan infeksi di dalam paru-paru atau kelainan struktur rongga hidung.
Pemeriksaan rontgen. Tujuan dilakukannya pemeriksaan ini sama seperti
pemeriksaan CT Scan, yaitu untuk melihat apakah gangguan
pernapasandisebabkan oleh kondisi lain.
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
1. Farmakologi
Menurut Long (1996) pengobatan asma diarahkan terhadao gejala-gejala yang
timbul saat serangan, mengendalikan penyebab spesifik dan perawatan
pemeliharaan kesehatan optimal yang umum. Tujuan utama dari berbagai macam
pengobatan adalah pasien segera mengalami relaksasi bronkus. Teraoi awal, yaitu
:
a. Memberikan oksigen pernasal
b. Antogonis beta 2 adrenerganik (salbutamol atau fenetoral 2,5 mg atau
terbutalin 10 mg). inhalisi nebulisai dan pemberian yang dapat diulang setiap
20 menit sampai 1 jam. Pemberian antagonis beta 2 adrenerganik dapat secara
subcutan atau intravena dengan dosis salbutomil 0,25 mg dalam larutan
dekstrose 5%
c. Aminophilin intravena 5-6 mg per kg, jika sudah menggunakan obat ini dalam
12 jam sebelumnya makan cukup diberikan setengah dosis.
d. Kortikosteroid hidrokortison 100-200 mg intravena jika tidak ada respon
segera atau dalam serangan sangat berat
e. Bronkodilator, untuk mengatasi obstruksi jalan napas, termasuk didalamnya
golongan beta adrenergenik dan anti kolinergik.
2. Pengobatan secara sederhana atau non farmokologis
Menurut doesnges (2000) penatalaksanaan nonfarmakologis asma yaitu :
a. Fisioterapi dada dan batuk efektif membantu pasien untuk mengeluarkan
sputum dengan baik
b. Latihan fisik untuk meningkatkan toleransi aktivitas fisik
c. Berikan posisi tidur yang nyaman (semi fowler)
d. Anjurkan untuk minum air hangat 1500-2000 ml per hari
e. Usaha agar pasien mandi air hangat setiap hari
f. Hindarkan pasien dari factor pencetus
H. ASKEP
Data Subjektif Data Objektif
Pasien mengeluh sesak Pasien terlihat gelisah
Pasien mengeluh batuk berdahak dan Pasien terlihat putus asa
dahaknya berwarna putih kental Pasien bernapas menggunakan cuping hidung
Pasien memiliki riwayat asma sejak SD Suara napas pasien terdengar wheezing
Pasien mengatakan keluarganya memiliki
riwayat asma yaitu dari ibunya TTV:
TD: 120/80 mmHg
RR: 36x/mnt
HR: 100x/mnt
S: 37◦C
ANALISA DATA
No Data Masalah Etiologi
1 DS:
Pasien mengeluh sesak
Pasien mengeluh batuk berdahak
dan dahaknya berwarna putih Ketidakefektifan Bersihan Asma
kental Jalan Napas
Pasien memiliki riwayat asma
sejak SD
Pasien mengatakan keluarganya
memiliki riwayat asma dari
ibunya
DO:
Suara napas pasien terdengar
wheezing
2 DS:
Pasien mengeluh sesak Dispnea
Ketidakefektifan Pola Pernapasan bibir
DO: Napas Takipnea
Pasien bernapas menggunakan
cuping hidung
RR: 36x/mnt
3 DS:
-
Gelisah
DO: Ansietas Gangguan pola napas
Pasien terlihat gelisah Peningkatan
Pasien terlihat putus asa frekuensi pernapasan
RR: 36x/mnt
DIAGNOSA KEPERAWATAN
No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Paraf dan Nama
(P&E) Ditemukan Teratasi Jelas
1 Ketidakefektifan Bersihan
Jalan Napas b.d Asma
ditandai dengan suara napas
tambahan, dispnea, sputum
berlebih (Domain 11. Kelas 2.
Kode Diagnosis 00031 hal
384)
2 Ketidakefektifan Pola Napas
b.d dipsnea, pernapasan bibir,
dan takipnea (Domain 4.
Kelas 4. Kode diagnosis 0032
hal. 228)
3 Ansietas b.d gelisah,
gangguan pola napas, dan
peningkatan frekuensi
pernapasan (Domain 9. Kelas
2. Kode diagnosis 00146 hal.
324)
4 Gangguan Pertukaran Gas b.d
pola pernapasan abnormal,
dipsnea, dan hipoksia
(Domain 3. Kelas 4. Kode
diagnosis 00030 hal 207)
5 Defisien Pengetahuan b.d
kurang informasi, kurang
sumber pengetahuan ditandai
dengan kurang pengetahuan
(Domain 5. Kelas 4. Kode
diagnosis 00126 hal 257)
6 Konflik Pengambilan
Keputusan b.d kurang
informasi ditandai dengan
menunda membuat keputusan,
bimbang mengenai pilihannya
(Domain 10. Kelas 3. Kode
diagnosis 00083 hal 367)
INTERVENSI KEPERAWATAN
Tanggal No Tujuan dan Kriteria Hasil Rencana Tindakan dan
Dx Rasional
07/11/19 1 Setelah dilakukan tindakan 1x24 Manajemen Jalan Napas (3140)
jam, masalah ketidakefektifan 1. Instruksikan bagaimana
bersihan jalan napas dapat teratasi agar bisa melakukan batuk
dengan kriteria hasil: efektif
Status Pernapasan: Kepatenan Rasional: agar pasien
Jalan Napas (0410) dapat mengeluarkan
1. Suara napas tambahan dahaknya
dipertahankan pada 2. Buang sekret dengan
terdengar wheezing (1) memotivasi pasien untuk
ditingkatkan pada sedikit melakukan batuk atau
terdengar wheezing (3) menyedot lendir
2. Batuk dipertahankan pada Rasional: agar pasien
batuk berdahak (2) dapat bernapas dengan
ditingkatkan pada tidak lega
berdahak (4)
07/11/19 2 Setelah dilakukan tindakan 1x24 Manajemen Asma (3210)
jam, masalah ketidakefektifan pola 1. Ajarkan teknik yang tepat
napas dapat teratasi dengan kriteria untuk menggunakan
hasil: pengobatan dan alat
Status Pernapasan (0415) (inhaler, nebulizer)
1. Frekuensi pernapasan Rasional: agar pasien
dipertahankan pada 36x/mnt dapat mengetahui cara
(1) ditingkatkan pada penggunaan obat asma)
20x/mnt (3) 2. Ajarkan teknik bernapas/
2. Pernapasan cuping hidung relaksasi
dipertahankan pada bernapas Rasional: agar pasien
menggunakan cuping hidung dapat menerapkannya
(2) ditingkatkan pada sewaktu asma
bernapas melalui hidung (4)
Pengkajian
Pengkajian pasien yang mengalami serangan asma akut harus sangat terfokus dan
cepat.
Riwayat kesehatan. Gejala saat ini, termasuk kekakuan dada, sesak napas; durasi
serangan saat ini tindakan yang digunakan untuk meredakan gejala dan efek yang
ditimbulkan mengidentifikasi faktor yang mempresipitasi untuk serangan; frekuensi
serangan; medikasi saat ini alergi; yang diketahui.
Pemeriksaan fisik.Tingkat distres yang tampak; warna;tanda-tanda vital; kecepatan
pernapasan dan ekskursi,suara nafas di seluruh lapang paru; nadi apikal.
Pemeriksaan diagnostik: Volume ekspirasi paksa, kecepatan aliran ekspirasi; puncak
pas darah arteri.
Keluarga, lingkungan, dan riwayat pekerjaan merupakan hal esensial yang dikaji.
Selama episode asma akut, dilakukan pemeriksaan sputum dan darah, oksimetri nadi,
gas darah arteri, hipokapnea, dan alkalosis respiratori.