Anda di halaman 1dari 22

BAB I

TINJAUAN TEORI

A. DEFINISI
Pneumonia adalah proses infalmatori parenkim paru yang umumnya
disebabkan oleh agens infeksius pneumonia adalah penyakit infeksius yang
sering menyebabkan kematian di amerika serikat dengan pria menduduki
peringkat keempat dan wanita sebagai peringkat kelima sebagai akibat
hospitalisasi. (KMB vol 1,brunner & suddarth).
Pneumonia adalah infeksi yang umum ditemukan di komunitas dan rumah
sakit. Kasus ini dihadapi perawat keperawatan kritis ketika infeksi tersebut
memperberat kondisi penyakit yang serius atau menyebabkan gawat napas.
Pneumonia yang didapat di komunitas (community acquired pneumonia,CAP)
adalah sejenis infeksi parenkim paru akut pada inividu yang tidak menjalani
hospitalisasi atau perawatan di fasilitas perawatan jangka panjang sebelum
awitan gejala terjadi. Pneumonia nosokomial atau yang didapat di rumah sakit
(hospital acquired pneumonia,HAP) didefinisikan sebagai pneumonia yang
sering terjadi lebih dari 48 jam setelah pasien masuk rumah sakit, tidak
termasuk infeksi pada fase inkubasi pada saat pasien masuk (keperawatan
kritis, vol 1).
Pneumonia adalah suatu penyakit peradangan akut parenkik paru yang
biasanya dari suatu infeksi saluran pernapasan bawah akut (ISNBA). Dengan
gejala batuk dan disertai sesak napas yang disebabkan agen infeksius seperti
virus, bakteri, mycoplasma (fungi) dan aspirasi substansi asing, berupa radang
paru yang disertai eksudasi dan konsolidasi dan dapat dilihat melalui gambaran
radiologis (aplikasi NANDA, NIC-NOC, jilid 3).

1
B. ANATOMI FISIOLOGI
Saluran Pernafasan Bagian Atas terdiri dari Hidung, Faring, Laring dan
Saluran Pernafasan Bagian Bawah terdiri dari Trachea, Bronkus, Bronkiolus,
Alveoli
1. Hidung
Rongga hidung dilapisi sebagai selaput lendir yang sangat kaya akan
pembuluh darah, dan bersambung dengan lapisan faring dan dengan selaput
lendir sinus yang mempunyai lubang masuk ke dalam rongga hidung.
Septum nasi memisahkan kedua cavum nasi. Struktur ini tipis terdiri dari
tulang dan tulang rawan, sering membengkok kesatu sisi atau sisi yang lain,
dan dilapisi oleh kedua sisinya dengan membran mukosa. Dinding lateral
cavum nasi dibentuk oleh sebagian maxilla, palatinus, dan os. Sphenoidale.
Tulang lengkung yang halus dan melekat pada dinding lateral dan menonjol
ke cavum nasi adalah : conchae superior, media, dan inferior. Tulang-
tulang ini dilapisi oleh membrane mukosa. Sinus merupakan rongga-rongga
yang berisi udara di dalam hidung disekitar rongga hidung dan mempunyai
hubungan-hubungan dengan rongga hidung. Sinus paranasalis adalah ruang
dalam tengkorak yang berhubungan melalui lubang kedalam cavum nasi,
sinus ini dilapisi oleh membrana mukosa yang bersambungan dengan
cavum nasi. Fungsi dari Sinus paranalis sebagai penghangat dan
melembabkan udara pada produksi mukus (lendir). Sinus paranalis terdiri
dari:
a. Sinus frontalis, diantara concha media dan superior
b. Sinus maksilaris, pertengahan antara mulut dan hidung
c. Sinus Sphenoidalis, diatas concha superior
d. Sinus ethmoidalis, oleh beberapa lubang diantara concha superior dan
media dan dianta concha media dan inferior Pada bagian belakang, cavum
nasi membuka kedalam nasofaring melalui appertura nasalis posterior.
Fungsi dari rongga hidung adalah
 Sebagai jalan keluar/masuknya udara
 Penyaring

2
 Melembabkan dan menghangatkan udara
 Ruang resonansi fungsi bicara
 Tempat reseptor pembau
 Pharing
2. Pharing adalah pipa berotot yang berjalan dari dasar tengkorak sampai
persambungannya dengan esofagus pada ketinggian tulang rawan krikoid.
Maka letaknya di belakang larinx (larynx faringeal).
Bagian-bagian dari pharing:
a. Nasopharing: sebagai jalan napas
b. Oropharing: sebagai jalan makanan dan udara, merupakan gabungan
sistem respirasi dan pencernaan.
c. Laringopharing: sebagai jalan makanan dan udara, dan merupakan
pemisah antara esophagus dan trakea
3. Laring
Laring merupakan jalan udara sebagai saluran peralihan makanan dan
udara yang menghubungkan pharing dan trachea. Laring terdiri atas tulang
rawan hyalin (besar-besar) dan tulang rawan elastis (kecil-kecil). Laring
mempunyai 2 lipatan mukosa yang disebut Pilika vokalis/ falls vocal cord,
fungsi lain dari pilika vokalis adalah :
 Menutup saluran napas saat mengejan
 Secara refleks menutup saluran napas bila berada pada tempat
dengan udara yang tidak dikehendaki oleh paru-paru.
 Secara Intermitent membuka menutup saat batuk.
 Terlibat dalam proses bicara
4. Trachea
Trachea adalah tabung fleksibel dengan panjang kira-kira 10 cm dengan
lebar 2,5 cm. trachea berjalan dari cartilago cricoidea kebawah pada bagian
depan leher dan dibelakang manubrium sterni, berakhir setinggi angulus
sternalis (taut manubrium dengan corpus sterni) atau sampai kira-kira
ketinggian vertebrata torakalis kelima dan di tempat ini bercabang mcnjadi
dua bronckus (bronchi).

3
5. Bronkus
Bronchus yang terbentuk dari belahan dua trachea pada ketinggian kira-kira
vertebrata torakalis kelima, mempunyai struktur serupa dengan trachea dan
dilapisi oleh. Jenis sel yang sama. Bronkus-bronkus itu berjalan ke bawah
dan kesamping ke arah tampuk paru. Bronkus kanan lebih pendek dan lebih
lebar, dan lebih vertikal daripada yang kiri, sedikit lebih tinggi dari arteri
pulmonalis dan mengeluarkan sebuah cabang utama lewat di bawah arteri,
disebut bronkus lobus bawah. Bronkus kiri lebih panjang dan lebih
langsing dari yang kanan, dan berjalan di bawah arteri pulmonalis sebelurn
di belah menjadi beberapa cabang yang berjalan ke lobus atas dan bawah.
6. Bronkiolus
Bronkiolus merupakan percabangan bronkus yang terkecil yang tidak
didukung lagi oleh cincin tulang rawan. Bronkiolus terdiri atas Bronchiolus
terminalis dan bronchiolus respiratorius. Fungsi utama dari bronkiolus
adalah menyalurkan udara dari bronkus ke alveoli, dan untuk mengontrol
jumlah udara yang didistribusikan melalui paru-paru dengan konstriksi dan
dilatasi.
7. Paru-paru
Paru-paru terdapat dalam rongga thoraks pada bagian kiri dan kanan. Paru-
paru memilki :
a. Apeks, Apeks paru meluas kedalam leher sekitar 2,5 cm diatas
clavicula
b. Permukaan costo vertebra, menempel pada bagian dalam dinding dada
c. Permukaan mediastinal, menempel pada perikardium dan jantung.
d. Basis, Terletak pada diafragma.

Paru-paru juga dilapisi oleh pleura yaitu parietal pleura dan visceral pleura.
Di dalam rongga pleura terdapat cairan surfaktan yang berfungsi untuk
lubrikasi. Paru kanan dibagi atas tiga lobus yaitu lobus superior, medius
dan inferior sedangkan paru kiri dibagi dua lobus yaitu lobus superior dan
inferior. Tiap lobus dibungkus oleh jaringan elastik yang mengandung

4
pembuluh limfe, arteriola, venula, bronchial venula, ductus alveolar, sakkus
alveolar dan alveoli. Diperkirakan bahwa stiap paru-paru mengandung 150
juta alveoli, sehingga mempunyai permukaan yang cukup luas untuk
tempat permukaan/pertukaran gas

Fungsi Sistem Pernafasan

Sebagai tempat pertukaran gas, keseimbangan asam basa, phonasi (untuk


mengeluarkan suara), proteksi tubuh terhadap benda asing melalui proses
pernafasan ke dalam tubuh, penyedia jalan untuk pengeluaran air dan panas
dari dalam tubuh.
Pertukaran gas (O2 dan CO2 ) terjadi pada sel tubuh dan lingkungan, meliputi :
1. Ventilasi yaitu pergerakan udara keluar masuk paru, kecepatan disesuaikan
dengan kebutuhan tubuh terhadap O2 dan pengeluaran CO2.
2. Difusi gas
Difusi gas adalah suatu proses dimana terjadi pertukaran gas yaitu
masuknya oksigen dari luar tubuh dan keluarnya gas karbondioksida
Dalam difusi terdapat dua proses :
a. Melalui membran : membran alveoli/membran pernafasan
Pada waktu barnafas, oksigen masuk melalui batang tenggorok (trakea)
dan pipa bronchial ke alveoli dan erat hubungannya dengan darah
kapiler pulmonaris. Membrane alveoli kapiler memisahkan oksigen dari
darah merah dan dibawa ke jantung. Dari sini dipompa dalam pembuluh
darah (arteri) ke semua bagian tubuh. Untuk proses pertukaran
karbondioksida terjadi dengan arah sebaliknya. Di dalam paru-paru,
karbondioksida adalah salah satu buangan metabolisme, menembus
membrane alveolar kapiler dari kapiler darah ke alveoli dan setelah
melalui pipa bronchial dan trakea, dinafaskan kembali keluar melalui
hidung.
b. Tanpa membrane

5
3. Pertukaran gas.
Setelah oksigen berdifusi dari alveoli ke dalam paru, oksigen akan
ditranspor dalam bentuk gabungan dengan haemoglobin ke kapiler
jaringan, dimana oksigen dilepaskan untuk digunakan oleh sel.
Bergabungnya O2 dengan Hb dalam sel darah merah memungkinkan darah
mengangkut 30-100 kali jumlah oksigen lebih banyak jika tanpa Hb.

C. ETIOLOGI
Penyebaran infeksi terjadi melalui droplet dan sering disebabkan oleh
streptococcus pneumonia, memalui slang infus oleh staphylococcus aureus
sedangkan pada pemakaian ventilator oleh p. Aeruginosa dan enterobacter.
Dan masa kini terjadi perubahan keadaan pasien seperti kekebalan tubuh dan
penyakit kronis, polusi lingkungan, penggunaan antibiotik yang tidak tepat.
Setelah masuk ke paru-paru organisme bermultiplikasi dan jika telah berhasil
mengalahkan mekanisme pertahanan paru terjadi pneumonia. Selain diatas
penyebab terjadiya pneumonia sesuai penggolongannya yaitu:
1. Bakteria: diplococcus pneumonia, pneumococcus, streptococcus
hemolitycus, streptococcus aureus, hemophilus influinzae,mycibacterium
tuberkulosis, bacillus friedlander.
2. Virus: respiratory syncytial virus, adeno virus, v. Sitomegalitik, v.
Influenza.
3. Mycoplasma pneumonia
4. Jamur: Histoplasma capsulatum, cryptococcus neuroformans, blastomyces
dermatitides, coccidodies immitis, aspergilus species, candida albicans
5. Aspirasi: makanan, kerosene (bensin,minyak tanah), cairan amnion, benda
asing
6. Sindrom loeffler

6
Klasifikasi berdasarkan anatomi

1. Pneumonia lobaris, melibatkan seluruh atau satu bagian besar dari satu atau
lebih lobus paru. Bila kedua paru terkena, maka dikenal sebagai pneumonia
bilateral atau “ganda”
2. Pneumonia lobularis (broncopneumonia) terjadi pada ujung akhir bercak
konsolidasi dalam lobus yang yang berada didekatnya, disebut juga
pneumonia lobularis.
3. Pneumonia interstitial (bronkiolitis) proses inflamasi yang terjadi di dalam
dinding alveolar (interstisium) dan jaringan peribronkial serta interlobular.

Klasifikasi pneumonia berdasarkan inang dan lingkungan:

1. Pneumonia komunitas
Dijumpai pada H. Influenza pada pasien perokok, patogen atipikal pada
lansia,gram negatif pada pasien dari rumah jompo, dengan adanya PPOK,
penyakit penyerta kardiopulmonal/jamak atau paska terapi antibiotika
spectrum luas.
2. Pneumonia nosokomial
Tergantung pada 3 faktor yaitu: tingkat berat sakit, adanya resiko untuk
jenis pathogen tertentu dan masa menjelang onset pneumonia.
3. Pneumonia aspirasi
Disebabkan oleh infeksi kuman, pneumonitis kimia akibat aspirasi bahan
toksik, akibat aspirasi cairan insert misalnya cairan makanan atau lambung,
edema paru, dan obstruksi mekanik simple oleh bahan padat.
4. Pneumonia pada gangguan imun
Terjadi karena akibat proses penyakit dan akibat terapi. Penyebab infeksi
dapat disebakan oleh kuman pathogen atau mikroorganisme yang biasanya
nonvirulen, berupa bakteri, protozoa, parasit, virus, jamur, dan cacing.

D. MANIFESTASI KLINIS
1. Demam, sering tampak sebagai infeksi yang pertama. Paling sering terjadi
pada usia 6 bulan sampai 3 tahun dengan suhu mencapai 39,5- 40,5 bahkan

7
dengan infeksi ringan. Mungkin malas dan peka rangsang atau terkadang
euforia dan lebih aktif dari normal, beberapa anak bicara dengan kecepatan
yang tidak biasa.
2. Meningismus, yaitu tanda-tanda meningeal tanpa infeksi maninges. Terjadi
dengan awitan demam yang tiba-tiba dengan disertai sakit kepala, nyeri
dan kekakuan pada punggung dan leher, adanya tanda kernig dan
brudzinski dan akan berkurangnya saat suhu turun.
3. Anoreksia, merupakan hal yang umum yang disertai dengan penyakit masa
kanak-kanak. Seringkali merupakan bukti awal dari penyakit. Menetap
sampai derajat yang lebih besar atau lebih sedikit melalui tahap demam
dari penyakit seringkali memanjang sampai tahap pemulihan.
4. Muntah, anak kecil mudah muntah bersamaan dengan penyakit yang
merupakan petunjuk untuk awitan infeksi. Biasanya berlangsung singkat,
tetapi dapat menetap selama sakit.
5. Diare, biasanya ringan, diare sementara tetapi dapat menjadi berat sering
menyertai infeksi pernapasan khususnya karena virus.
6. Nyeri abdomen, merupakan keluhan umum. kadang tidak bisa dibedakan
dari nyeri appendicitis.
7. Sumbatan nasal, pasase nasal kecil dari bayi mudah tersumbat oleh
pembengkakan mukosa dan eksudasi, dapat mempengaruhi pernapasan
menyusu pada bayi.
8. Keluaran nasal, sering menyertai infeksi pernapasan. Mungkin encer dan
sedikit (rinorea) atau kental dan purulen begantung pada tipe dan atau
tahap infeksi.
9. Batuk, merupakan gambaran umum dari penyakit pernapasan. Dapat
menjadi bukti hanya selama fase akut.
10. Bunyi pernapasan, seperti batuk, mengi, mengorok. Auskultasi terdengar
mengi,krekels.
11. Sakit tenggorokan, merupakan keluhan yang sering terjadi pada anak yang
lebih besar. Ditandai dengan anak akan menolak untuk minum dan makan
per oral.

8
12. Keadaan berat pada bayi tidak dapat menyusu atau makan/minum, atau
memuntahkan semua, kejang, letargis atau tidak sadar, sianosis, distres
pernapasan berat.
13. Disamping batuk atau kesulitan bernapas, hanya terdapat napas cepat saja.
- Pada anak umur 2 bulan-11 bulan: ≥ 50x/menit
- Pada anak umur 1 tahun-5 tahun:≥ 40x/menit

E. PATOFISIOLOGI
Penyebab pneumonia dapat disebabkan oleh virus, bakteri, jamur, protozoa,
atau riketsia, pneumonitis hipersensitivitas dapat menyebabkan penyakit
primer. Pneumonia dapat juga terjadi akibat aspirasi. Paling jelas adalah pada
klien yang diintubasi, kolonisasi trachea dan terjadi mikroaspirasi sekresi
saluran pernapasan atau terinfeksi. Tidak semua koloni akan mengakibatkan
pneumonia. Mikroorganisme dapat mencapai paru melalui beberapa jalur:
1. Ketika individu yang terinfeksi batuk, bersin, atau berbicara,
mikroorganisme dilepaskan ke dalam udara dan terhirup oleh orang lain.
2. Mikroorganisme dapat juga terinspirasi dengan aerosol (gas nebulasi) dari
peralatan terapi pernapasan yang terkontaminasi.
3. Pada individu yang sakit atau hygiene gignya buruk, flora normal orofaring
dapat patogenik.
4. Staphylococcus dan bakteri gra-negatif dapat menyebar melalui sirkulasi
dari infeksi sistemik, sepsis, atau jarum obat IV yang terkontaminasi

Pada individu yang sehat, pathogen yang mencapai paru dikeluarkan atau
tertahan dalam pipi melalui mekanisme pertahanan diri seperti refleks batuk,
klirens mukosiliaris, dan fagositosis oleh makrofag alveolar. Pada individu
yang retan, pathogen yang masuk ke dalam tubuh memperbanyak diri,
melepaskan toksin yang bersifat merusak dan menstimulasi respons inflamasi
dan respon imun, yang keduanya mempunyai efek samping merusak. Reaksi
antigen-antibodi dan endotoksin yang dilepaskan oleh beberapa
mikroorganisme merusak membrane mukosa bronchial dan membrane

9
alveolokapiler. Inflamasi dan edema menyebabkan sel-sel acini dan brokhioles
terminalis terisi oleh debris infeksius dan eksudat, yang menyebabkan
abnormalitas ventilasi-perfusi. Jika pneumonia disebabkan Staphilococcus atau
bakteri gram-negatif dapat terjadi juga nekrosis parenkim paru.

Pada pneumonia pneumokokus, organism S. pneumonia merangsang


respons inflamasi, dan eksudat inflamasi menyebabkan edema alveolar, yang
selanjutnya mengarah pada perubahan-perubahan lain. Pneumonia yang
disebabkan oleh virus biasanya bersifat ringan dan Self-limited tetapi dapat
membuat tahap untuk infeksi sekunder bakteri dengan memberikan suatu
lingkungan yang ideal untuk pertumbuhan bakteri dan dengan merusak sel-sel
epitelbersilia, yang normalnya mencegah masuknya pathogen ke jalan napas
bagian bawah.

10
F. PATWAY

11
G. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Sinar x: mengindentifikasi distribusi structural (misal: lobar, bronchial);
dapat juga menyatakan abses)
2. Biopsi paru: untuk menetapkan diagnosis.
3. Pemeriksaan gram/ kultur, sputum dan darah: untuk mengidentifikasi
semua organisme yang ada.
4. Pemeriksaan fungsi paru: untuk mengetahui paru-paru, menetapkan luas
berat penyakit dan membantu diagnosis keadaan.
5. Spirometrik static: untuk mengkaji jumlah udara yang diaspirasi.
6. Bronkostopi: untuk menetapkan diagnosis dan mengangkat benda asing.

H. PENATALAKSANAAN
Kepada penderita yang penyakitnya tidak terlalu berat, bisa diberikan
antibiotik peroral dan tetap tinggal dirumah. Penderita yang lebih tua dan
penderita dengan sesak nafas atau dengan penyakit jantung atau penyakit paru
lainnya, harus dirawat dan antibiotik diberikan melalui infus. Mungkin perlu
diberikan oksigen tambahan, cairan intravena dan alat bantu nafas mekanik.
Kebanyakan penderita akan memberikan respon terhadap pengobatan dan
keadaannya membaik dalam 2 minggu. Penatalaksanaan umum yang dapat
diberikan antara lain
- Oksigen 1-2 liter/menit
- IVFD dextrose 10%: NaCL 0,9 %= 3: 1,+ KCL 10 mEq/500ml cairan.
Jumlah cairan sesuai berat badan, kenaikan suhu dan status hidrasi.
- Jika sesak tidak terlalu berat, dapat dimulai makananan enteral bertahap
melalui slang nasogastrik dengan feeding drip
- Jika sekresi lendir berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin
normal dan beta agonis untuk memperbaiki transfor mukosiler. Koreksi
gangguan keseimbangan asam basa dan elektrolit.

Penatalaksanaan untuk penumonia bergantung pada penyebab, antibiotik


dberikan sesuai hasil kultur.

12
Untuk kasus pneumonia community bassed:

- Ampisilin 100mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian


- Kloramfenikol 75mg/kgBB/hari dalam 4 kali pemberian

Untuk kasus pneumonia hospital bassed:

- Sefatoksim 100 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian


- Amikasin 10-15 mg/kgBB/hari dalam 2 kali pemberian
I. KOMPLIKASI
1. Hipotensi dan syok
2. Gagal penapasan
3. Atelektasis
4. Efusi pleura
5. Delirium
6. Superinfeksi

13
KASUS PNEUMONIA

Seorang bapak 75 tahun berobat ke klinik, dan rawat jalan mengeluh


batuk berat dan pada saat batuk klien mnegeluarkan dahak ( sputum
berwarna hijau ) dan malam hari klien sering terbangun karna batuk
dan merasa sesak nafas , nyeri dada sisi kiri yang semakin memburuk
selama beberapa hari terakhir. Dan klien juga sering berkeringat.
Klien sering merasa lemas dan juga gelisah. dan sering merasa
kelelahan Dia tampak cemas, berat badan klien pun mengalami
penurunan ,sering merasa mual dan muntah pada dan wajahnya
memerah. Dokter mencurigai dia terkena pneumonia. Tanda-tanda
vital nya adalah sebagai berikut : suhu : 39 C, TD : 120/80 , N : 118 ,
RR : 32 . Klien tidak pernah melakukan pemeriksaan kesehatan secara
teratur, belum menerima vaksinasi dan ada riwayat merokok, dokter
memberikan terapi antipiretik, mukolitik , dan antibiotic serta
dianjurkan rawat jalan.

14
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN

A. PENGKAJIAN
1. Pola pengkajian kesehatan
a. Pola persepsi dan pemeliharaan kesehatan
- Riwayat merokok
b. Pola nutrisi dan metabolik.
- Mual muntah
- Kurang nafsu makan
- Berkeringat, sputum berwarna hijau,
- Penurunan berat badan
c. Pola eliminasi
- Sering berkeringat
- Tampak berkeringat
d. Pola aktivitas dan latihan
- Nyeri dada pleuritik
- Demam
- Lemas dan kelelahan
- Sesak dan bernapas dangkal, takikardia
- Kelelahan
e. Pola tidur dan istirahat
- Terbangun saat tidur karna batuk
- Susah tidur karena sesak napas
- Keletihan dan mengantuk
f. Pola persepsi kognitif
- Ketidaknyamanan dengan penyakit
- Perilaku cemas dan gelisah
- Peningkatan produksi sekret dan sekresi sputum yang purulen.

15
g. Pola persepsi dan konsep diri
- Ansietas dan gelisah
h. Pola mekanisme koping dan toleransi terhadap stress
- Tidak adekuatnya tingkat persepsi kendali diri
- Pasien tampak cemas dan gelisah

B. DIAGNOSA
I. Ketidakefektifan bersihan jalan napas b/d mukus berlebihan
II. Gangguan pertukaran gas b/d perubahan membran alveolar-kapiler
III. Hipertermi b/d penyakit
IV. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh b/d ketidakmampuan
mencerna makanan
V. Resiko kekurangan volume cairan dengan factor resiko berat badan ekstrem

16
C. INTERVENSI

TGL DIAGNOSA HASIL YANG DIHARAPKAN RENCANA TINDAKAN


KEPERAWATAN
I Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Manajemen jalan napas:
bersihan jalan napas  Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
diharapkan
b/d mukus berlebihan  Identifikasi kebutuhan aktual atau potensial pasien
Status pernapasan : kepatenan jalan untuk memasukkan alat membuka jalan napas.
napas  Buang sekret dengan memotivasi pasien untuk
melakukan batuk atau menyedot lendir
1. Skala outcome (041012)  Motivasi pasien untuk bernapas pelan, dalam, berputar,
kemampuan untuk dan batuk
 Instruksikan bagaimana agar bisa melakukan batuk
mengeluarkan sekret efektif
dipertahankan pada skala 3  Monitor status pernapasan dan oksigenasi, sebagaimana
mestinya
ditingkatkan pada skala 4
2. Skala outcome (041020)
akumulasi sputum
dipertahankan pada skala 4
ditingkatkan pada skala 5
II Gangguan pertukaran Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Terapi oksigen
gas b/d perubahan diharapkan  Bersihkan mulut, hidung, dan sekresi trakea dengan
membran alveolar- Status pernapasan: pertukaran gas tepat

17
kapiler 1. Skala outcome (040211)  Pertahankan kepatenan jalan napas
saturasi oksigen  Monitor aliran oksigen
dipertahankan pada skala 3  Monitor posisi perangkat [alat] pemberian oksigen
ditingkatkan pada skala 4  Konsultasi dengan tenaga kesehatan lain mengenai
2. Skala outcome (040214) penggunaan oksigen tambahan selama kegiatan
keseimbangan ventilasi dan/ tidur
perfusi dipertahankan pada  Atur dan ajarkan pasien mengenai penggunaan
skala 4 ditingkatkan pada perangkat oksigen yang memudahkan mobilitas
skala 5 2. Monitor pernapasan
 Monitor kecepatan, irama, kedalaman dan kesulitan
bernapas.
 Monitor saturasi oksigen pada pasien yang tersidasi
(seperti SaO2,SVO2,SPO2) sesuai dengan protokol
yang ada.
 Auskultasi suara napas,catat area dimana terjadi
penurunan atau tidaknya ventilasi dan keberadaan
suara napas tambahan.
III Hipertermi b/d Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Perawatan demam
penyakit diharapkan keparahan infeksi  Pantau suhu dan tanda-tanda vital lainnya
1. Skala outcome (070304)  Monitor asupan dan keluaran, sadari perubahan cairan
sputum kurulen yang tidak dirasakan
dipertahankan pada skala 4  Berikan oksigen yang sesuai
ditingkatkan pada skala 5  Tingkatkan sirkulasi udara
2. Skala outcome (070307)  Pantau komplikasi-komplikasi yang berhubungan degan
demam dipertahankan pada demam serta tanda dan gejala kondisi penyebab demam
skala 3 ditingkatkan pada 4 (misalnya kejang, penurunan tingkat kesadaran, status
elektrolit abnormal, ketidakseimbangan asam-basa,

18
aritmia jantung, dan perubahan abnormalitas sel

IV Perubahan nutrisi Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Manajemen gangguan makan
diharapkan status: nutrisi  Kolaboarasi dengan tim kesehatan lain untuk
kurang dari kebutuhan
1. Skala outcome (100402) mengembangkan rencana perawatan dengan
tubuh b/d asupan makanan melibatkan klien dan orang-orang terdekatnya
dipertahankan pada 4 dengan tepat
ketidakmampuan
ditingkatakan pada 5  Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik
mencerna makanan 2. Skala outcome (100405) dengan klien (dan orang terdekat klien dengan
rasio berat badan/ tinggi tepat)
badan dipertahankan pada 3  Dorong klien untuk mendiskusikan makanan yang
ditingkatkan pada 4 disukai dengan ahli gizi
 Monitor perilaku klien yang berhubungan dengan
pola makan, penambahan dan kehilangan berat
badan
2. Bantuan peningkatan berat badan
 Diskusikan kemungkinan penyebab berat badan
berkurang
 Monitor mual muntah
 Dukung peningkatan asupan kalori
 Diskusikan dengan pasien dan keluarga mengenai
persepsi atau faktor penghambat kemampuan atau
keinginan untuk makan

19
V Resiko kekurangan Setelah dilakukan tindakan 3x24 jam 1. Monitor cairan
volume cairan dengan diharapkan  Tentukan jumlah dan jenis intake/asupan cairan
faktor risiko berat 1. Keseimbangan cairan serta kebiasaan eliminasi
badan ekstrem Skala outcome (060105) denyut  Monitor berat badan
perifer dipertahankan pada skala  Monitor asupan dan pengeluaran
3 ditingkatkan pada skala 4 2. Identifikasi risiko
2. Keparahan mual muntah  Kaji ulang yang didapatkan dari pengkajian risiko
Skala outcome (210713) secara rutin
kehilangan berat badan  Pertimbangan status pemenuhan kebutuhan
dipertahankan pada skala 3 sehari-hari
ditingkatkan pada skala 4  Pertimbangkan pemenuhan terhadap perawatan
dan medis dan keperawatan
 Pertimbangkan kriteria yang berguna dalam
meprioritaskan area-area untuk mengurangi factor
risiko (misalnya, tingkat kesadaran dan motivasi,
efektivitas, biaya, kelayakan, pilihan-pilihan,
kesetaraan, stigma dan keparahan hasil jika factor
risiko masih belum terselesaikan
 Diskusikan dan rencanakan aktivitas-aktivitas
pengurangan risiko berkolaborasi dengan individu
atau kelompok

20
D. DISCHARD PLANNING
1. Ajarkan pada orang tua tentang pemberian obat
- Dosis, rute dan waktu yang cocok dan menyelesaikan dosis seluruhnya
- Efek samping
- Respon anak
2. Berikan informasi pada orang tua tentang cara pengendalian infeksi dan
cara pencegahannya
- Hindari pemajanan kontak infeksius
- Ikuti jadwal imunisasi
3. Bayi: ASI ekslusif 6 bulan, karena di dalam kandungan ASI adanya sistem
kekebalan yang dapat menjaga tubuh anak sehingga tidak mudah terserang
penyakit
4. Gizi seimbang dan cukup sesuai usia anak
5. Tutup mulut saat batuk karena penularan pneumonia banyak berasal dari
percikan batuk atau bersin pasien pneumonia
6. Hindari asap rokok.

21
DAFTAR PUSTAKA

Asih, N.G.Y & Effendy, C. (2003). Keperawatan Medical Bedah Klien Dengan
Gangguan Sistem Pernapasan. Jakarta: EGC.

Bulechek, G.M, eds. (2013). Nursing Intervention Classification (Nic) Edisi


Bahasa Indonesia. Indonesia: Mocomedia.

Moorhead, S, eds. (2013). Nursing Outcomes Classification (Noc) Edisi Bahasa


Indonesia. Indonesia: Mocomedia.

Morton, P.G. (2011). Keperawatan Kritis Volume 1 Edisi 8. Jakarta: EGC

Muttaqin, A. (2008). Buku Ajar Asuhan Keperawatan Klien Dengan Gangguan


Sistem Pernapasan. Jakarta: Salemba Medika.

Nurarif, A.H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosis


Medis Dan Nanda Nic-Noc Edisi Revisi Jilid 3. Yogyakarta: MediAction.

Smeltzer, S.C & Bare, B.G. (2001). Buku Ajar Keperawatan Medical-Bedah
Brunner & Suddarth Edisi 8. Jakarta: EGC

Smeltzer, S.C. (2013). Keperawatan Medical-Bedah Brunner & Suddarth Edisi


12. Jakarta: EGC.

Ward, J.P.T, Ward, J, Richard, M.L & Wiener, C.M. (2007). At A Glance Sistem
Respirasi Edisi Kedua. Jakarta: Penerbit Erlangga.

22

Anda mungkin juga menyukai