Anda di halaman 1dari 9

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

ISPA adalah infeksi saluran pernapasan akut yang cenderung

menjadi epidemi dan pandemi dan khususnya, ISPA yang dapat

menimbulkan kekhawatiran kesehatan masyarakat internasional. (WHO,

2008)

Penyakit ISPA dapat terjadi di berbagai tempat di saluran

pernafasan mulai dari hidung sampai ke telinga tengah dan yang berat

sampai keparu. Kebanyakan ISPA muncul dari gejala yang ringan seperti

pilek dan batuk ringan tetapi jika imunitas anak rendah gejala yang ringan

tersebut bisa menjadi berat. Anak yang terkena infeksi saluran pernapasan

bawah akan berisiko tinggi kematian (Dinkes RI,2010).

Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) adalah infeksi saluran

pernapasan yang disebabkan oleh virus atau bakteri dan berlangsung selama

14 hari.Penyakit ISPA merupakan infeksi akut yang menyerang saluran

pernapasan bagian atas dan bagian bawah. (Riskesdas, 2013).

Infeksi saluran pernapasan akut disebabkan oleh virus atau

bakteri. Penyakit ini diawali dengan panas disertai salah satu atau lebih

gejala: tenggorokan sakit atau nyeri telan, pilek, batuk kering atau berdahak.

Period prevalence ISPA dihitung dalam kurun waktu 1 bulan terakhir. Lima

1
2

provinsi dengan ISPA tertinggi adalah Nusa Tenggara Timur (41,7%),

Papua (31,1%), Aceh (30,0%), Nusa Tenggara Barat (28,3%), dan Jawa

Timur (28,3%). Pada Riskesdas 2007, Nusa Tenggara Timur juga

merupakan provinsi tertinggi dengan ISPA. Period prevalence ISPA

Indonesia menurut Riskesdas 2013 (25,0%) tidak jauh berbeda dengan 2007

(25,5%). Karakteristik penduduk dengan ISPA yang tertinggi terjadi pada

kelompok umur 1-4 tahun (25,8%). Menurut jenis kelamin, tidak berbeda

antara laki-laki dan perempuan. Penyakit ini lebih banyak dialami pada

kelompok penduduk dengan kuintil indeks kepemilikan terbawah dan

menengah bawah. (Riskedas, 2013).

Prevelansi ISPA di Provinsi Lampung berdasarkan diagnose dan

gejala sebesar 18%, tertinggi pada Bandar Lampung sebesar 25,5% dan

terendah pada Lampung Tengah sebesar 11,6%. ISPA merupakan penyakit

yang terutama diderita oleh bayi dan anak yaitu pada umur 1-4 tahun

sebesar 37,9%. (Riskedas, 2007)

Puskesmas Beringin Raya Kemiling Kota Bandar lampung

merupakan salah satu Puskesmas yang penderita ISPA paling tinggi dalam

1 tahun terakhir jumlah populasi ISPA pada tahun 2017 sebanyak 3017

balita dan penyakit ISPA merupakan penyakit nomor 1 pada 10 penyakit

terbesar yang ada di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Kota Bandar

Lampung. Menurut Bachrach, 2003 risiko dirawatnya bayi yang disusui

eksklusif selama 4 bulan karena penyakit saluran pernafasan, 3 kali lebih

jarang daripada bayi yang diberikan susu formula.


3

ASI eksklusif adalah pemberian ASI pada usia anak baru 0 bulan

sampai 6 bulan. Setelah itu anak harus diberi makanan padat dan semi padat

sebagai makanan tambahan selain ASI. ASI eksklusif dianjurkan pada

beberapa bulan pertama kehidupan karena ASI tidak terkontaminasi dan

mengandung banyak gizi atau yang diperlukan anak pada umur tersebut.

(WHO, 2005)

Jenis kelamin adalah kelas atau kelompok yang terbentuk dalam

suatu spesies sebagai sarana sebagai akibat digunakannya proses reproduksi

seksual untuk mempertahankan keberlangsungan sepesies itu. Selama masa

anak-anak laki-laki dan perempuan memiliki energi dan gizi yang sama.

Sesungguhnya, anak perempuan mempunyai keuntungan biologis dan pada

lingkungan yang optimal mempunyai keuntungan yang diperkirakan sebesar

0,15 – 1 kali lebih diatas anak laki-laki dalam hal tingkat kematian.

(koblinsky, et al, 2003 dalam Dinkes, 2007).

Bayi baru lahir normal adalah bayi baru lahir dari kehamilan yang

aterm (37-42 minggu) dengan berat badan lahir 2500-4000 fram (Saifuddin,

2002). Berat lahir adalah berat bayi yang ditimbang dalam 1 jam setelah

lahir.

WHO memperkirakan bahwa prevelansi BBLR dinegara maju

sebesar 3-7% dan di negara berkembang berkisar antara 13-30%. Untuk

Indonesia ada angga pesar secara keseluruhan, hanya perkiraan WHO pada

tahun 1990 adalah 14% dari seluruh koheren hidup (Moehji, 2003)
4

Menyusui eksklusif adalah tidak memberikan bayi makanan atau

minuman lain, termasuk air putih, selain menyusui (kecuali obat-oabtan dan

vitamin atau mineral tetes, ASI perah juga diperbolehkan). Presentase pola

menyusui pada bayi umur 0 bulan adalah 39,8%, menyusui eksklusif 5,1%

menyusui dominan, dan 55,1% menyusui parsial. Presentase menyusui

eksklusif semakin menurun dengan meningkatnya kelompok umur bayi.

Pada bayi yang berumur 5 bulan menyusui eksklusif hanya 15,3% menyusui

predominan 1,5% dan menyusui parsial 83,2%. (riskesdas, 2010)

Data Badan Kesehatan Dunia (WHO ) tahun 2016 masih

menunjukkan rata-rata angka pemberian ASI eksklusif di dunia baru

berkisar 38 persen. Di Indonesia meskipun sejumlah besar perempuan

(96%) menyusui anak mereka dalam kehidupan mereka, hanya 42% dari

bayi yang berusia di bawah 6 bulan yang mendapatkan ASI eksklusif. Pada

saat anak-anak mendekati ulang tahunnya yang ke dua, hanya 55% yang

masih diberi ASI.

Anak disebut sudah mendapat imunisasi lengkapbila sudah

mendapatkan semua jenis imunisasi satu kali BCG, tiga kali DPT, tiga kali

polio, tiga kali HB, dan satu kali imunisasi campak. cakupan imunisasi

lengkap yaitu semua jenis imunisasi yang sudah didapatkan anak umur 12-

59 bulan. tampak bahwa tingkat kelengkapan imunisasi dasar lengkap di

lampung (52,9%) lebih tinggi dari angka nasional (46,2%). presentase

cakupan imunisasi dasar anak umur 12-23 bulan di provinsi lampung secara

umum lebih tinggi angkanya yang lengkap mendapatkan imunisasi dasar


5

yaitu 52,9%. pada anak umur 12-23 bulan yang mendapatkan imunisasi

lengkap di bawah angka nasional adalah di Lampung Barat, Lampung

Utara, dan Bandar Lampung.

Dari data presuryey yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 8

maret 2018 didapatkan data pada bulan oktober 2017 didapatkan jumlah

penderita ISPA berjumlah 163 (30%) penderita, pada bulan November 2017

didapatkan data penderita ISPA berjumlah 183 (37,6%) penderita, dan pada

bulan desember jumlah penderita ISPA adalah 111 (31,3%) penderita. Dari

data bulan oktober sampai desember 2017 penderita ISPA pada Puskesmas

Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung merupak penyakit yang no 1

berdasarkan 10 penyakit yang paling banyak diderita di puskesmas tersebut.

Dan dari data survery ke-2 yang dilakukan oleh peneliti pada tanggal 10

maret 2018 di dapatkan hasil dari 10 ibu yang membawa anaknya berobat

ke Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung dengan jenis

kelamin perempuan sebanyak 7 (70%) orang anak dan 3 (30%) orang anak

lainnya adalah laki-laki dengan rentan usia 1 sampai 2 tahun dan dengan

keluhan ISPA didapatkan data 6 (60%) ibu tidak memprogramkan atau

tidak memberikan asi eksklusif 6 bulan pada anaknya dan sisanya 4 (40%)

ibu memberikan asi eksklusif kepada anaknya. Dari 6 ibu, 5 (83,3%) ibu

yang mengatakan bahwa anaknya tetap diberi ASI namun diselingkan

dengan susu formula, dan satu ibu mengatakan memberi ASI dan makanan

pendamping ASI seperti bubur saring dll. dari 4 ibu yang mengatakan

memberikan ASI eksklusif 3 diantaranya pernah atau menderita penyakit


6

ISPA. Dan dengan status imunisasi lengkap sebanyak 8 (80%) orang anak

dan sisanya tidak mendapatkan imunisasi lengkap

1.2 Identifikasi Masalah

Masalah yang timbul didalam penelitian ini yaitu di Puskesmas

Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung dengan faktor-faktor internal

seperti Jenis Kelamin, Berat Badan Baru Lahir, Status Imunisasi, Status

ASI yang memengaruhi angka kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya

Kemiling Bandar Lampung.

1.3 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “Faktor-faktor internal yang memengaruhi angka

kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung?”.

1.4 Batasan Masalah

Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan pendekatan

cross sectional. Objek dalam penelitian ini adalah faktor-faktor internal

yang memengaruhi angka kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya

Kemiling Bandar Lampung tahun 2018


7

1.5 Tujuan Penelitian

1.5.1 Tujuan Umum

Dikertahui faktor-faktor internal yang memengaruhi

angka kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling

Bandar Lampung 2018

1.5.2 Tujuan Khusus

a. Diketahui distribusi frekuensi kejadian ISPA di Puskesmas

Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung Tahun 2018.

b. Diketahui distribusi frekuensi jenis kelamin pada kejadian

ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar

Lampung Tahun 2018.

c. Diketahui distribusi frekuensi Berat Badan Baru Lahir pada

kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling

Bandar Lampung Tahun 2018

d. Diketahui distribusi frekuensi Status Imunisasi pada kejadian

ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar

Lampung Tahun 2018

e. Diketahui distribusi frekuensi Status ASI pada kejadian

ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar

Lampung Tahun 2018


8

f. Diketahui hubungn Jenis Kelamin dengan Angka Kejadian

ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar

Lampung Tahun 2018

g. Diketahui hubungn Berat Badan Bayi Lahir dengan Angka

Kejadian ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling

Bandar Lampung Tahun 2018

h. Diketahui hubungn Status Imunisasi dengan Angka Kejadian

ISPA di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar

Lampung Tahun 2018

i. Diketahui hubungn Status ASI dengan Angka Kejadian ISPA

di Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar Lampung

Tahun 2018

1.6 Manfaat penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritik

1. Untuk Institusi

Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai bahan masukan

bagi Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Umitra Lampung dalam

upaya pencegahan ISPA di lingkungan kampus.

2. Untuk penelitian

Sebagai bahan tambahan pengalaman, acuan atau

perbandingan dalam melakukan penelitian lanjutan yang


9

berkaitan dengan faktor-faktor yang berhubungan dengan

ISPA pada mahasiswa.

1.4.2 Aplikatif

1. Untuk Puskesmas Beringin Raya Kemiling Bandar Lampug

Diharapkan dapat menambah informasi kajian khususnya

dalam bidang ISPA dapat meningkatkan faktor-faktor

internal guna mencegah ISPA.

2. Responden

Diharapkan dapat menambah informasi tentang risiko ISPA

pada balita sehingga dapat melakukan upaya pencegahan.

Anda mungkin juga menyukai