Anda di halaman 1dari 12

DOKUMEN RPJM

PROGRAM :
Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan dan Permukiman

KEGIATAN : Pembangunan Duiker, Box Culvert dan Gorong - gorong Jalan

PEKERJAAN : Pembangunan Box Culvert dan batu miring penahan tanah 100 M
Kel. Tanjung Permai Kec. Seri Kuala Lobam

LOKASI : Kecamatan Seri Kuala Lobam

INSTANSI/ DINAS : Dinas Pekerjaan Umum Kabupaten Bintan

TAHUN ANGGARAN : 2019

CV. TRI DAYA SAKTI


Jl. Brigjent Katamso KM. 2 No. 9 RT. 004 RW. 02 Tanjungpinang
METODE PENGUJIAN BAHAN DASAR BETON

Program : Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan dan Permukiman


Kegiatan : Pembangunan Duiker, Box Culvert dan Gorong - gorong Jalan
Pekerjaan : Pembangunan Box Culvert dan batu miring penahan tanah 100 M Kel. Tanjung Permai Kec. Seri
Kuala Lobam
Lokasi : Kecamatan Seri Kuala Lobam
Tahun Angggaran : 2019

I. UMUM

Pengujian Bahan Dasar yang dimaksud adalah untuk mengetahui kualitas dari bahan tersebut, agar penggunaannya
sesuai dengan mutu yang diinginkan. Karena mutu pekerjaan tergantung dari kualitas bahan yang digunakan, maka
pengujian bahan dasar adalah tahap awal dari pelaksanaan pekerjaan.

II. CARA PENGUJIAN

Cara pengujian bahan dilaksanakan sesuai dengan standart peraturan yang biasa digunakan di Indonesia, yaitu PBI
1971 atau SK SNI – 1990.

III. PENGUJIAN AGGREGAT KASAT

Aggregat kasar atau biasa yang disebut Split adalah bahan dasar beton yang berfungsi sebagai pengisi. Pengujian
Aggregat kasar pada umumnya adalah pengujian kekasaran butir ( Abrasi ), Ukuran butir ( Gradasi ) dan kadar
Lumpur. Secara umum syarat Aggregat kasar ukuran untuk bahan bangunan adalah sebagai berikut :

- Butirannya tajam dan bersudut. Ukuran kekuatan aggregate dapat dilakukan dengan pengujian Abrasi.

- Tidak boleh mengandung Lumpur atau kotoran yang lolos ayakan # 200 ( 0,075 mm ) atau lebih dari 1%.

- Gradasi butiran tidak seragam.

1. Pengujian Abrasi.

Pengujian Abrasi bertujuan untuk mengetahui kekasaran butir aggregate, cara pengujian abrasi biasanya
menggunakan mesin los angeles. Standart dari hasil los angeles adalah bagian yang hancur dan los ayakan
1,7 mm maksimal :
a. Beton kelas I maksimal 50 %
b. Beton kelas II maksimal 40 %
c. Beton kelas III maksimal 27 %

2. Pengujian Kadar Lumpur.

Pengujian Kadar Lumpur adalah untuk mengetahui kadar Lumpur dalam aggregate, karena kadar Lumpur
yang tinggi akan mempengaruhi reaksi semen dan kelekatan aggregate. Cara Pengujian Kadar Lumpur
dalam Aggregat dilakukan sebagai berikut :

a. Dengan cara menggunakan ayakan # 200 ( 0,075 mm ), dan butiran yang lolos dari ayakan adalah
Lumpur atau clay dihitung berdasarkan perbandingan.

b. Atau biasa dilakukan dengan mencuci aggregate diatas ayakan, sebelumnya aggregate ditimbang
terlebih dahulu. Kemudian dicuci diatas ayakan # 200 kemudian dikeringkan.

c. Aggregat yang mengandung Lumpur lebih dari 1 % harus dicuci sebelum digunakan, atau apabila
hasil test kubus masih memenuhi syarat maka aggregate tersebut masih boleh.

3. Pengujian Gradasi.

Untuk mengetahui susunan butir aggregate adalah dengan pengujian gradasi, karena susunan butir
aggregate akan berpengaruh pada kekuatan beton dan juga Wokability ( kemudahan untuk dikerjakan ).

Sebagai persyaratan gradasi dipakai nilai persentase dari berat butiran yang lolos atau tertinggi didalam
suatu susunan ayakan. Susunan ayakan yang dipakai disini adalah 37,5 mm, 20 mm, 14 mm, 10 mm, 5
mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm, 0,15 mm, 0,175 mm.

Syarat Gradasi Aggregat halus adalah sebagai berikut :

No. Ukuran Ayakan Minimal Lolos Maksimal Lolos

1 10 100 100
2 4.8 90 100
3 2.4 75 100
4 1.2 55 90
5 0.6 35 59
6 0.3 8 30
7 0.15 0 10
8 0.075 0 0
4. Pengujian Zat Organik.

Pengujian zat organic yang dimaksud adalah untuk mengetahui kandungan organic pada pasir, yang dapat
merusak beton dan mengurangi kekuatan beton. Untuk mengetahui kandungan organic didalam pasir, cara
yang bisa digunakan adalah dengan merendam pasir dalam larutan 3% NaOH. Pasir yang banyak
mengandung zat organic, apabila warna larutan NaOH setelah bereaksi dengan pasir berwarna.

IV. MUTU SEMEN.


Semen didalam adukan beton berfungsi sebagai pengikat atau pelekat, untuk itu maka mutu semen harus sesuai
dengan standart. Untuk mengetahui mutu semen ada beberapa cara yang bisa dilakukan, diantaranya pengujian
kehalusan butir semen dan waktu ikat awal. Pengujian kehalusan butir dilakukan sesuai dengan Ssi 0013 – 81,
semen yang lolos ayakan 0,09 mm minimum 90 %. Waktu ikat awal ( Intial Set ) adalah waktu dari pencampuran
semen dan air sampai saat kehilangan sifat keplastisannya. Sedangkan waktu kehilangan keplastisan sampai pasta
semen mengeras disebut waktu ikat akhir ( Final Set ). Alat yang digunakan antuk te. Waktu ikat awal tidak boleh
kurang dari 60 menit dan waktu ikat akhir tidak boleh lebih dari 480 menit. Agar waktu ikat awal sesuai dengan
standrat maka penyimpanan semen harus dijaga, tidak boleh berhubungan langsung dengan udara luar. Juga dalam
ruangan yang lembab.

V. MUTU AIR.

Air dalam campuran beton diperlukan untuk bereaksi dengan semen, maka mutu air harus sesuai dengan standart
agar dicapai beton yang bermutu. Secara garis besarnya syarat air yang dipakai dalam adukan beton adalah sama
dengan air. Air yang mengandung garam, mangan, timah, seng, tembaga, dan timah hitam dalam jumlah cukup
besar akan megurangi kekuatan beton. Sedangkan air yang mengadung seng klorida akan memperlambat ikatan
awal.

Syarat air yang digunakan dalam campuran beton adalah :

- Tidak mengandung Lumpur ( benda melayang lainnya ) lebih dari 2 gram / liter.
- Tidak mengandung garam yang merusak beton ( asam , zat organic ) lebih dari 15 gram/ liter.
- Tidak mengandung klorida ( CL ) lebih dari 0,5 gram / liter.
- Tidak mengadung senyawa sulfat lebih dari 1 gram / liter.

Air yang dipakai untuk perawatan beton ( curing ) adalah sama dengan air yang dibuat untuk pengadukan.

VI. PENGUJIAN AGGREGAT HALUS.

Aggregate halus atau sering disebut pasir adalah bahan pengisi dalam campuran beton. Pengujian pasir yang biasa
dilaksanakan adalah gradasi, kadar Lumpur dan kandungan organic. Syarat – syarat aggregate halus adalah :
- Butirannya keras, tajam dan bersudut.
- Kadar Lumpur kurang dari 5 %
- Tidak mengandung cat organic
- Tidak mengandung garam yang mengisap air dari udara
- Gradasi butirannya tidak seragam

1. Pengujian Kadar Lumpur.

Pengujian kadar Lumpur bertujuan untuk mengetahui kandungan Lumpur dalam pasir, karena pasir yang
banyak mengandung Lumpur akan mempengaruhi keawetan dan cara pengujian kadar Lumpur pada pasir
adalah sebagai berikut :

a. Dengan menggunakan gelas ukur yang diisi air, kemudian pasir diisikan kedalamnya lalu dikocok.
Diamkan beberapa saatsampai lumpurnya mengendap semua. Kadar Lumpur dihitung berdasarkan
porsentase perbandingan tinggi Lumpur dengan tinggi pasir.

b. Cara lain yang biasa digunakan adalah dengan menggunakan ayakan # 200 ( 0,075 mm ), pasir
dicuci diatas ayakan kemudian dikeringkan. Kadar Lumpur dihitung berdasarkan porsentase berat
sebelum dicuci dan berat setelah dicuci.

2. Pengujian Gradasi Pasir.

Untuk mengetahui susunan ukuran butir aggregate adalah dengan pengujiangradasi, susunan butir
aggregate akan berpengaruh pada kemudahan pengejoran ( Workability ) dan juga kekuatan beton.

- Syarat Gradasi Aggregat halus adalah sebagai berikut :

No. Ukuran Ayakan Minimal Lolos Maksimal Lolos

1 37.5 100 100


2 20 95 100
3 14 90 100
4 10 30 60
5 5 0 10

a. Sebagai pernyataan gradasi dipakai nilai persentase dari nerat yang lolos atau tertinggal didalam
suatu susunan ayakan.
Susunan ayakan yang dipakai disini adalah 10 mm, 5 mm, 2,36 mm, 1,18 mm, 0,60 mm, 0,30 mm,
0,15 mm, 0,075 mm.
PEKERJAAN BETON

I. PENGADUKAN.

Pengadukan adalah proses pencampuran antara bahan – bahan dasar beton, yaitu semen, air, pasir dan aggregate
kasar dalam perbandingan tertentu sesuai dengan mutu yang diinginkan. Untuk memperoleh mutu adukan yang
baik, sebaiknya pengadukan beton menggunakan mesin pengaduk atau biasa disebut Molen. Pengadukan
dilakukan sampai warna adukan merata.

II. PENGANGKUTAN ADUKAN.

Pengangkutan adukan beton adalah pemindahan adukan dari tempat pengadukan ke lokasi. Dalam pengangkutan
adukan beton yang perlu diperhatikan adalah :

- Adukan tetap homogen, tidak ada pemisahan bahan.


- Pengangkutan dilakukan sebelum beton hilang keplastisannya.

III. PENUANGAN / PENGECORAN BETON.

Hal – hal yang perlu diperhatikan dalam penuangan / pengecoran beton :

- Penuangan beton tidak boleh dilakukan lebih dari satu meter, agar tidak terjadi pemisahan bahan – bahan
pencampurannya.
- Adukan beton harus dituang secara terus menerus dan tidak boleh terputus, agar tidak ada garis putus dan
diperoleh warna beton yang seragam.
- Selama pengecoran dan pemadatan dijaga agar posisi cetakan dan tulangan tidak berubah.

IV. PEMADATAN ADUKAN.

Untuk menghindari agar beton tidak keropos maka dalam pengecoran diperlukan pemadatan. Pemadatan adukan
beton bisa dilakukan secara manual atau menggunakan mesin penggetar ( Vibrator ). Pemadatan dengan vibrator
tidak boleh terlalu lama, karena akan mengakibatkan mengumpulnya batu dibagian bawah dan mortar diatas.

V. PERAWATAN BETON.

Untuk menjaga proses pengerasan beton sempurna, maka diperlukan perawatan setelah pengecoran beton
mencapai kekuatannya. Beberapa cara perawatan beton dilapangan :
- Menggenangi permukaan beton dengan air.
- Menyirami permukaan beton setiap saat secara terus menerus.
- Menyelimuti permukaan beton dengan karung basah.
VI. PENGUJIAN SLUMP.

Kemudahan dalam pengerjaan beton terkait erat dengan tingkat kelecekan ( keenceran ) beton, semakin encer
adukan beton semakin mudah dikerjakan. Untuk mengetahui keenceran beton ialah dengan pengujian slump. Makin
besar nilai slump berarti adukan semakin baik. Pengujian slump dilakukan setelah proses pengadukan selesai, alat
yang digunakan dalam pengujian slump adalah kerucut Abrams yaitu corong yang berbentuk konus. Diameter
diatas 10 cm dan bagian bawah 20 cm dengan tinggi 30 cm.

VII. TEST KUAT DESAK BETON.

Untuk mengetahui kekuatan beton maka perlu diadakan test kuat desak beton, dengan cara membuat benda uji
kubus dengan ukuran 15 cm x 15 cm x 15 cm.

Pembuatan benda uji diambil langsung dari pengadukan, dan pengambilannya dilakukan secara random agar dapat
mewakili mutu beton yang ada. Mengacu pada PBI 1971. pengambilan benda uji minimal dalam 3 M3 dibuat satu
benda uji. Sampai selesai pekerjaan terakhir.

VIII. PEMBENTUKAN MUKA TANAH ( FINISH GRADING )


Langkah – langkah pembentukan muka tanah :
1. Muka tanah dimana bangunan akan berdiri diatasnya harus dibentuk dengan rata dan baik, sesuai dengan
garis ketinggian atau kedalaman menurut gambar rencana.
2. Pada pembentukan tanah yang bertangga atau bila akibat dari perataan tanah terjadi suatu talud ( tebing ),
maka harus diusahakan pengamanan pada tebing yang rawan, untuk mencegah terjadinya longkosoran dan
harus diusahakanagar air tidak menimpa daerah b.
3. Daerah – daerah yang akan menerima slap, base corse atau pengerasan, pembentukan permukaan tanah
tidak boleh menyimpanglebih dari 1,5 cm dari ketinggian yang ditentukan.
4. Daerah yang ditanami atau dibiarkan terbuka, penyimpangannya tidak boleh lebih dari 3 cm dari ketinggian
yang ditentukan.
5. Untuk mencegah longsor dan erosi harus dibuat parit – parit sementara, dan dibuat kemiringan 25% dari
bangunan struktur dan dinding.

Bintan, 21 Agustus 2019


Dibuat Oleh,
CV. TRI DAYA SAKTI

PAIAN HUTAURUK
Direktur
PROGRAM RENCANA MUTU KERJA

Program : Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan dan Permukiman


Kegiatan : Pembangunan Duiker, Box Culvert dan Gorong - gorong Jalan
Pekerjaan : Pembangunan Box Culvert dan batu miring penahan tanah 100 M Kel. Tanjung Permai Kec. Seri
Kuala Lobam
Lokasi : Kecamatan Seri Kuala Lobam
Tahun Angggaran : 2019

A. KATA PENGANTAR

Sebagai Pendukung Pelaksanaan Pekerjaan Pembangunan Box Culvert dan batu miring penahan tanah 100 M Kel.
Tanjung Permai Kec. Seri Kuala Lobam. Maka sangat perlu suatu Program Jaminan Mutu. yang berupa Uraian
Jenis Bahan – bahan, Jenis Alat dan Peralatan kerja. Serta suatu Program / cara kerja yang baik dan sempurna.

B. PENGAMBILAN CONTOH CAMPURAN BETON SEGAR

Untuk keperluan evaluasi mutu pelaksanaan, selama pelaksanaan harus dilakukan pengambilan benda uji dengan
ketentuan-ketentuan seperti berikut :

1. Untuk Jumlah Kubikasi Beton < 60 m3


Jumlah benda uji diambil sebanyak 20 buah, pengambilan dilakukan
1 buah setiap (X:20) m3 beton (X= jumlah kubikasi beton)

2. Untuk Jumlah Kubikasi Beton > 60 m3


Permulaan sampai kubikasi beton 60 m3, pengambilan benda uji dilakukan setiap 3 m3 beton kemudian
pengambilan benda uji dilanjutkan 1 buah setiap 5 m3 beton. Atau jumlah benda uji diambil sebanyak :

60 Y-60
3 5

Catatan : y = jumlah kubikasi beton

C. PENGUJIAN KONSISTENSI

Konsistensi merupakan keenceran atau kekentalan campuran beton yang lazim disebut slump beton adalah salah
satu besaran atau parameter suatu campuran beton semen yang menunjukkan tingkat kemudahan pengerjaan
(workability).Workability dapat dibagi dalam tiga kategori yaitu : sedang, baik dan amat baik.
Beberapa factor yang mempengaruhi besarnya slump yang dibutuhkan untuk mendapatkan workability yang optimal,
antara lain adalah sebagai berikut;

1. Kerumitan bentuk dan letak tulangan konstruksi beton.


2. Diperlukan atau tidaknya pompa dalam pengecoran beton.
3. Jarak dan waktu transportasi campuran beton.
4. Digunakan atau tidaknya bahan additive dalam campuran beton.
5. Jenis peralatan yang digunakan.

Dari banyak pengalaman khusus untuk perkerasan jalan beton semen, menunjukkan data slump yang baik sebagai
berikut :

- Untuk perjalanan 60 menit dari plant ke site pengecoran :


Slump di plant = 6.5 cm dan dilokasi = 4.0 cm

- Untuk perjalanan 10 menit dari plant ke site pengecoran:


Slump di plant = 4.5 cm dan di lokasi = 4.0 cm.

D. PENGUJIAN KUAT TEKAN

1. Mempersiapkan benda uji

Pada pembelajaran metode pengujian campuran beton dan beton terpasang, benda uji kuat tekan
dipersiapkan dalam cetakan silinder berdiameter 15 cm dan tinggi 30 cm Untuk pembelajaran pengendalian
mutu campuran beton pada proses produksi, ditampilkan benda uji berbentuk kubus berokuran 20X20X20
cm.

Seperti kita ketahui bahwa cara pembuatan benda uji yang salah akan memberikan hasil kekuatan beton /
evaluasi mutu beton dan mutu pelaksanaan yang salah pula. Berdasarkan hal ini perlu dilakukan
pemeriksaan cara pembuatan benda uji.

2. Cara Melakukan

Isilah cetakan dengan beton muda sampai ½ tinggi (10 cm0kemudian padatkan dengan tongkat pemadat
baja dia 5/8” panjang 60cm (ujung bulatkan) sebanyak 29 tusukan secara merata. Tonkat pemadat masuk
sampai permukaan dasar cetakan. Isilah cetakan beton muda sampai jenuh, padatkan lagi dengan tongkat
pemadat sebanyak 29x tusukan secara merata. Tongkat pemadat masuk sampai permukaan lapisan
bawahnya.
Ketuk sisi cetakan sampai kelihatan beton mengkilat atau tidak kelihatan timbul gelembung-gelembung
udara.

Ratakan permukaaan beton, tutup dengan plastic/karung lembar kemudian simpan ditempat yang teduh dan
bebas getaran selama 24 jam.

Setelah 24 jam buka cetakan dan contoh kubus/benda uji direndam dalam air (pematangan) atau disimpan
dalam pasir basah sampai dilakukan pemeriksaan kekuatan beton pada umur yang dikehendaki.

Catatan;
Cara pembuatan benda uji berbentuk kubus ukuran sisi 15 x 15 X 15 cm, sama seperti diatas, tetapi untuk
pemadatan digunakan tongkat pemadat dia 3/8” panjang 30cm (ujung dibulatkan) dan jumlah pemadatan
sebanyak 32X tusukan.

Pengambilan beton muda untuk pembuatan benda uji sesuai ASTM C172-71

3. Pengiriman Benda Uji ke Laboratorium

Mutu beton bias menjadi turun apabila cara pengiriman benda uji ke laboratorium (untuk pemeriksaan) tidak
melebihi syarat yang ditetapkan yaitu benda uji selama diperjalanan harus tetap berada dalam kondisi
pematangan (curing). Seperti telah kita ketahui apabila benda uji selama pengiriman tidak dalam kondisi
pematangan akan menyebabkan turunnya mutu beton.

Berdasarkan hal ini perlu diperiksa apakah benda uji yang dikirim ke laboratorium harus dilengkapi dengan
informasi yang lengkap antara lain mengenai perbandingan campuran beton , slump, tanggal/jam
pembuatan, umur pemeriksaan yang diminta, mutu beton yang diminta, bahan campuran beton yang
digunakan, lokasi pengambilan benda uji, benda uji diambil oleh dan lain-lain

Informasi ini diperlukan antara lain di dalam pengambilan kesimpulan dan pemberian saran-saran dari hasil-
hasil pemeriksaan benda uji.

Pada waktu pengiriman benda uji perlu juga diadakan pemeriksaan bahwa benda uji selama pengiriman tidak
akan mengalami kerusakan pecah.

4. Melakukan Pengujian Kuat Tekan Terhadap Benda Uji

Biasanya, penerimaan mutu beton dihubungkan dengan kekuatan 28 hari.


Akan tetapi oleh karena urutan pelaksanaan berlangsung dalam waktu yang singkat, dan pengecoran lebih
lanjut akan dismbung pada beton yang ada kurang dari 28 hari setelah pengecoran sebelumnya, pengujian
tambahan yang lebih awal dari 28 hari mungkin diperlukan. Pengawas pelaksanaan harus mengusahakan
bahwa tiap bagian beton mempunyai kekuatan dan mutu yang memadai sebelum dibangun diatasnya oleh
bagian beton yang lain, karena ini menyebabkan langkah perbaikan sukar dilaksanakan bilamana kelak
ditemukan beton dengan kekuatan kurang (understrenght).

Dalam hal demikian pengawas pelaksana harus menentukan , dengan pengujian sebelumnya, kurva
“peningkatan kekuatan terhadap waktu” untuk beton yang diakai sehingga penilaian perbandingan dapat
dilakukan pada waktu kurang dari 28 hari. Benda uji dari hubungan ini ditunjukkan pada gambar . tetapi table
tidak cukup tepat untuk pemakaian dilapangan

Cara melakukan pengujian mengikuti metode ASTM C – 39 seperti yang dijelaskan dalam pembelajaran
metode pengujian campuran beton terpasang.

E. EVALUASI MUTU BETON PELAKSANAAN

Beton adalah bahan dengan kekuatan variable dan cara normal untuk menyatakan kekuatan yang perlu adalah 95 %
tau kekuatan “karateristik” yaitu kekuatan , dimana 95% dari semua pengujian akan melampaui kekuatan yang
diisyaratkan (dan 5 % akan dibawah kekuatan yang diisyaratkan).

Untuk pengujian dalam jumlah besar (lebih dari 40) kekuatan karateristik actual dari beton dapat dinyatakan sebagai
berikut ;

Kekuatan karateristik (σbk) = kekuatan yang ditargetkan – 1.64 x Deviasi Standar dari semua hasil pengujian (S)

F. PENUTUP.
Demikianlah Program Jaminan mutu pelaksanaan berupa proposal teknis ini dibuat dengan harapan agar pada
waktu pelaksanaan pekerjaan dapat tercapai mutu dan kualitas yang terbaik bagi pekerjaan ini.

Bintan, 21 Agustus 2019


Dibuat Oleh,
CV. TRI DAYA SAKTI

PAIAN HUTAURUK
Direktur
JADWAL PROGRAM RENCANA JAMINAN MUTU KERJA
Program : Pengembangan Sarana dan Prasarana Perumahan dan Permukiman
Kegiatan : Pembangunan Duiker, Box Culvert dan Gorong - gorong Jalan
Pekerjaan : Pembangunan Box Culvert dan batu miring penahan tanah 100 M Kel. Tanjung Permai Kec. Seri Kuala Lobam
Lokasi : Kecamatan Seri Kuala Lobam

Jenis / Volume Pekerjaan Tahun Anggaran 2017


No B1 B2 B3 B4 Keterangan
Tahapan/ Kegiatan Pengujian
M1 M2 M3 M4 M5 M6 M7 M8 M9 M10 M11 M12 M13

1 2 3 4 5
I Urugan/ Timbunan Tanah Uji Bahan Baku Meliputi :

Persiapan : Uji Bahan Baku -Gradasi


-P.I.
Pelaksanaan : Percobaan Pemadatan -Passing Saringan 200
-Kembang Susut
Penyelesaian : Uji Kepadatan -Specific Gravity
-Unit Weight

I Pekerjaan Beton Uji Bahan Baku Meliputi :

Persiapan : Uji Bahan Baku -Gradasi


-P.I.
Pelaksanaan : Percobaan Pemadatan -Passing Saringan 200
-Kembang Susut
Penyelesaian : Hammer Test -Specific Gravity
-Unit Weight

KETERANGAN : 1 MINGGU = 7 HARI KALENDER Bintan, 21 Agustus 2019


MINGGU KE 13 = 6 HARI KALENDER Dibuat Oleh,
CV. TRI DAYA SAKTI

PAIAN HUTAURUK
Direktur

Anda mungkin juga menyukai