KERJA
Perencanaan dan
perizinan Penyimpanan
Sementara Limbah B3
Gedung capital Place,
Jakarta
Bab 1
Pendahuluan
Dalam tuntutan hukum, Limbah B3 tergolong dalam tuntutan yang bersifat formal. Artinya,
seseorang atau perusahaan dapat dikenakan tuntutan perdata dan pidana lingkungan karena
cara mengelola Limbah B3 yang tidak sesuai dengan peraturan, tanpa perlu dibuktikan bahwa
perbuatannya tersebut telah mencemari lingkungan. Sehingga, mengetahui cara pengelolaan
Limbah B3 yang memenuhi persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait
dengan Limbah B3 dalam perusahaan dan pihak ke 3 yang bekerjasama dengan perusahaan.
Pengelolaan Limbah B3 tidak selalu berkutat pada pendekatan end of pipe, tetapi kini Limbah
B3 bisa dipandang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis melalui tahapan
pemanfaatan kembali (recycle) sebagai bagian dari pendekatan up the pipe. Dengan demikian
pengelolaan Limbah B3 bukan saja harus memenuhi peraturan yang berlaku, tetapi juga bisa
mendapatkan nilai manfaat ekonomi. Kunci keberhasilan pengelolaan Limbah B3 disetiap
tahap pengelolaannya adalah Identifikasi Limbah B3 di perusahaan.
Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang
mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk
proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan
sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan
bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan
Dalam penyusunan makalah ini, untuk mempelajari mengenai pengelolaan limbah B3 dalam
suatu perusahaan, maka digunakan Gedung Capital Place sebagai objek studi kasus. Gedung
Capital Place merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkantoran dan hotel.
Dalam aktivitas perkantoran dan hotel, banyak aktivitas yang dapat berpotensi menghasilkan
limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak lingkungan, maka
perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam penyusunan makalah ini nantinya akan
dilakukan identifikasi mengenai pengelolaan limbah mulai dari identifikasi karakteristik
limbah B3, simbol-simbol untuk limbah B3, pengemasan, penyimpanan, dan transportasi.
1.2 Tujuan
Tujuan pengelolaan limbah B3 dengan menggunakan Gedung Capital Place sebagai objek
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place.
2. Mengidentifikasi simbol-simbol untuk limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital
Place.
3. Mengidentifikasi pengemasan yang sesuai terhadap limbah B3 dihasilkan oleh Gedung
Capital Place.
Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.
3.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik Limbah
B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan
dalampenanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam (teflon,
baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan
tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.
Gambar 3.1.Kemasan untuk penyimpanan limbah B3, a. kemasan drum penyimpan limbah
B3 cair; b. kemasan drum untuk limbah B3 sludge atau padat.
Gambar 3.13Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar
blok (Sumber : Bapedal, 1995)
Dokumen limbah B3 terdiri dari tujuh rangkap apabilaa pengangkutan hanya satu kali dan
apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar muda) maka dokumen terdiri dari 11
(sebelas) rangkap dengan perincian sebagai berikut :
1. lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani oleh
penghasil, pengumpul dan pengolah limbah B3 (warna putih).
Dalam bentuk skema mata rantai perjalanan limbah beserta dokumennya adalah seperti
tercantum dalam gambar berikut :
3.15 Peraturan
Peraturan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam pengelolaan limbah B3
perkantoran dan hotel di Indonesia antara lain :
1. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
beracun
3. Peraturan pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan beracun
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah RI Nmor 18 Tahun 1999
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata
Laksana Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Oleh Pemerintah Daerah
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan
Limbah Bahaya Berbahaya dan Beracun
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahaya Berbahaya dan Beracun
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
11. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.
Barang Terkontaminasi
2 Lingkungan Bengkel 1,68 ton/hari Padat Reaktif
Hidrokarbon
Beracun
15 Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia 2 kg/hari Padat
Mudah Terbakar
3 L/hari Cair
2 kg/hari Padat
Beracun
22 Lingkungan Perumahan Limbah laboratorium
Mudah Terbakar
2 L/hari Cair
Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya dan
beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau
pengangkutan. Berdasarkan karakteristik dari masing-masing jenis limbah PT
Indomarco yang telah dicantumkan di sub bab sebelumnya, maka dapat dikategorikan
masing-masing simbol dan label dari jenis limbah tersebut. Berikut adalah macam-
macam simbol dan label beserta jenis limbahnya.
4.2.1 Simbol
a. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar (flammable).
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat
mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan
dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “merupakan
liquid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan titik didih rendah
dengan titik didih awal (di bawah 35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa
gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di
bawah kondisi normal.Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah
R12.Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya „highly
flammable‟ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi
atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21oC).Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat
mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban.Bahan-bahan yang dapat menjadi
panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya
terbakar, juga diberi label sebagai „highly flammable‟.Frase-R untuk bahan sangat
mudah terbakar yaitu R11.Jenis limbah yang menggunakan simbol cairan mudah
terbakar adalah pelumas bekas, filter oli bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah
medis cair, limbah kimia cair, limbah laboratorium cair.
Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
signifikan.Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-
like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk
bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.
Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah drum bekas, kaleng cat, wadah
(container)B3, dan pestisida.
e. Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan bahaya dan infeksi
Ada sedikit perbedaan pada simbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan
Xi.Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko
merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21
dan R22.Sedangkan bahan dan formulasi dengan notasi „irritant‟ atau kode Xi adalah
tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau
selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41. Suatu
bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L
4.2.2 Label
Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang
dihasilkan. Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20
cm. Dasar warna label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan
garis tepi berwarna hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah.
Setiap wadah yang digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada
sesuai dengan karakteristik limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah
B3 yang akan digunakan :
Tabel 4.2 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Logam Banghole Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah
Tabel 4.5 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Plastik Banghole Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah
Tabel 4.6 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Plastik Open Top Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah
2 Wadah B3 Wadah B3
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
=
⁄
= 945 buah drum
Filter Oli Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 40 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :
Jumlah kemasan =
= 18 buah drum
Hose Oli Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 30 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
⁄
=
= 45 buah kontainer
Sludge Cat
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,85
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 2,65 buah drum
= 3 buah drum
Wadah B3
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 unit/hari
Kapasitas Alat Angkut = 20 m3
Jumlah kemasan =
⁄
=
= 45 buah kontainer
Toner Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 10 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
=
⁄
= 4,74 buah drum
= 5 buah drum
Abu Insenerator (fly ash dan bottom ash)
Diketahui :
Jumlah Limbah = 27,5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,9
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 13,75 buah drum
= 14 buah drum
Lumpur Beroli
Diketahui :
Jumlah Limbah = 7,5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 1,05
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 2,5 buah drum
= 3 buah drum
Limbah Kimia Padat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 4,5 buah drum
= 5 buah drum
Limbah Kimia Cair
Diketahui :
Jumlah Limbah = 3 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
=
⁄
= 1,18 buah drum
= 2 buah drum
Household Baterai
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,8
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 0,6 buah drum
= 1 buah drum
Kaleng Cat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,55
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 1,64 buah drum
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 1,93 buah drum
= 2 buah drum
Serat Asbes
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,85
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 0,53 buah drum
= 1 buah drum
Silica Glass
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Kerangka Acuan Kerja
Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 74
Densitas = 0,89
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
= 0,51 buah drum
= 1 buah drum
Limbah Laboratorium Padat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,82
Maka :
Jumlah kemasan =
=
⁄
=
⁄
Jumlah kemasan =
Jumlah kemasan =
Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap
setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk
lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.
Berikut adalah hasil perhitungan jumlah blok yang dibutuhkan untuk penyimpanan
kemasan masing masing limbah B3 Gedung Capital Place.
Jumlah blok per jenis limbah =
Jumlah
Jumlah Jumlah Blok
Blok
Karakteristik Jenis Jumlah Blok per per
Jenis Limbah per
Limbah Kemasan kemasan Jenis Karakteristik
Jenis
Kemasan Limbah
Limbah
4.5 Transportasi
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
pewadahan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan dan
penimbunan. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke
tempat lain menggunakan sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3
adalah sebagai berikut :
Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara yang dibahas kali ini adalah dari
sumber yaitu hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI
(Perusahaan Pengolahan Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak
bisa diolah secara mandiri lagi oleh industry tersebut. Seperti contohnya limbah medis
dari klinik perusahaan/industry dapat diolah dengan teknologi insenerasi, namun di
balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu
yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan dikirim ke PPLI.
Berdasarkan Kep. Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, setiap pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan
dokumen resmi. Dokumen limbah B3 yang disarankan terdiri dari tujuh rangkap.
Dokumen limbah B3 terdiri dari tiga rangkap dengan perincian sebagai berikut:
Berikut ini adalah skema dari alur proses e-manifest pengelolan limbah B3. Dimulai
dari penghasil limbah B3 yang diartikan dalam makalah ini adalah Industri PT
Indomico Mandiri, kemudian setelah dibedakan sistem pengemasannya menurut jenis
dan karateristik limbah tersebut, dalam jangka waktu maksimal 90 hari akan
dilakukan proses pengangkutan. Batas waktu bagi penghasil limbah, atau pemanfaat
limbah atau pengolah/penimbun limbah untuk menyimpan limbahnya sebelum
dikelola lebih lanjut tidak lebih dari 90 hari.
Dengan demikian, penghasil limbah tidak harus menyerahkan limbahnya setiap saat
kepada pengumpul atau pengangkut atau pengolah limbah. Sesuai peraturan yang ada
bahwa setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3, wajib mengolah limbahnya
sesuai teknologi yang ada. Sehingga apabila suatu industri tidak mampu untuk
menangani limbahnya, maka diperbolehkan menyerahkan penanganan limbahnya
kepada pengolah, pemanfaat dan penimbun limbah B3 sesuai alur proses di bawah ini.
Pengolahan biasanya dilakukan di PPLI. Sebelum dilakuakn pengolahan atau tahap
lebih lanjut, limbah B3 dikumpulkan terlebih dahulu dan ini hanya bersifat sementara.
Demikian pengolah limbah B3 dapat menyimpan limbah yang telah diterima
maksimum 90 hari sebelum dilakukan proses selanjutnya yaitu pengolahan. Setiap
pengangkutan dari masing-masing rantai pada gambar di bawah tersebut oleh
pengangkut, wajib disertai dokumen limbah B3 kepada pengumpul, pengolah,
pemanfaat atau penimbun yang sudah ditunjuk oleh penghasil limbah B3.
Perhitungan :
Jumlah unit yang harus diangkut ke dalam = 1800 L/90 hari
kontainer
Kapasitas Maksimum kontainer = 20.000 L
Jumlah unit transportasi yang dibutuhkan =
Perhitungan :
Jumlah unit yang harus diangkut ke dalam = 163.143 kg/90 hari
Drum Van
Densitas = 0,77 kg/L
Kapasitas Maksimum Drum Van = 20.000 L
Jumlah unit transportasi yang dibutuhkan =
=
( )
Tabel 4.12 Jumlah Total Transportasi Limbah B3 yang Dibutuhkan dalam 90 hari
Jumlah Kapasitas Jumlah Pembulatan
Jenis Transportasi yang diangkut Alat Angkut (Liter) Unit Jumlah Unit
Drum Van 163143.00 20000 10,59 11
Tanker truck 21600.00 15000 1.44 2
Kontainer 1800.00 20000 0.09 1.00
Total 186543.00
Sumber : Hasil Perhitungan
Dokumen limbah B3 merupakan dokumen yang senantiasa dibawa dari tempat asal
pengangkutan limbah B3 ke tempat tujuan. Dokumen diberikan pada waktu
penyerahan limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut meliputi juga dokumen muatan.
Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya satu
kali dan apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar muda), maka dokumen terdiri
dari 11 (sebelas) rangkap dengan perincian sebagai berikut:
Pengisian Dokumen Limbah B3 harus diisi dengan huruf cetak dan jelas. Nomor 1
sampai dengan nomor 12 diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
mengirimkan limbah B3 ke tujuan yaitu dari penghasil ke pengumpul atau ke
pemanfaat atau pengolah, dan/atau dari pengumpul ke pemanfaat dan/atau ke
pengolah (disesuaikan dengan kepentingannya). Penghasil limbah B3 akan menerima
kembali dokumen limbah B3 dari pengumpul atau pengolah selambat-lambatnya 120
hari sejak limbah B3 diangkut untuk dibawa ke pengumpul atau ke pemanfaat atau
pengolah limbah.
Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki
karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani
pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan
lingkungan. Dalam pengolahan limbah pelumas bekas ini dapat dilakukan dengan
metode acid clay treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung
dalam pelumas bekas. Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang
digunakan pada pelumas bekas dengan menggunakan penambahan asam dan lempung
di dalam prosesnya. Asam kuat yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat
(H2SO4) dan lempung yang digunakn yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk
menurunkan kadar zat-zat pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas.
Metode pengolaahan ini merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi
refining.
Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik
beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk dalam limbah B3 yang
perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan yang dilakukan untuk limbah filter oli bekas
dan hose oli bekas hampr sama. Pengolahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :
Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul sengan kapasitas tertentu.
De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air
(dehydrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan
menguap dan terpisah dari oli.
Cooling
Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu
kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin.
Mixing
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan
yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan
performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah
menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat
yang berupa kotoran yang telah mengumpul.
Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini
berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan.
Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan
Drum bekas dari Gedung Capital Place ini tergolong limbah B3 karena
dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih
diminati oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar
drum bekas ini hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa.
Setelah dilakukan pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan
dimanfaatkan dengan beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai
tempat sampah. Walaupun sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi
dengan kekreativitasan produksi dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian
khusus.
6. Sludge Cat
Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place karena
memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan
limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut :
Tempatkan pada wadah khusus limbah residu cat yang dibuat dari plastik.
Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi.
Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
Setelah sampai di PPLi, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam lumpur.
Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
Mereduksi organism patogen
Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi
sebagai berikut ini :
Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang
cukup tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang
sudah tidak layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa
dimanfaatkan kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa
dimanfaatkan kembali.
8. Toner Bekas
Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar
sehingga bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah
berijin walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup
ringan. Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada
pemasok mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik
menjadi bahan dasar untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses
pendaur ulangannya sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner
ini mengandung karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna
sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu
kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incinerator
dengan suhu 12000C.
Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energy yang dibutuhkan juga
besar dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga
menjadi air murni dan oksigen.
Limbah B3 yang telah dibakar di incinerator akan menghasilkan abu yang bersifat
beracun, korosif, dan mudah terbakar. Abu hasil pembakaran limbah B3 ini ada yang
sudah steril tapi ada juga yang masih mengandung bahan beracun dan berbahaya.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator:
Abu insenerator harus ditempatkan pada tempat khusus abu insenerator.
Wadah penyimpanan abu insenerator dilengkapi dengan simbol ukuran minimum
10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.
Jaga wadah dalam kondisi kering.
Selain itu, bekas abu incinerator ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan
bahan-bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.
Sampai di PPLi limbah abu incinerator akan diolah dengan menggunakan sanitary
landfill
11. Lumpur Beroli
Tempatkan pada wadah khusus yang terbuat dari plastik limbah lumpur beroli
.
Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
Setelah sampai di PPLi, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam lumpur.
Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
Mereduksi organism patogen
Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi
sebagai berikut ini :
Pemanfaatan limbah lumpur beroli sebagai bahan utama dalam pembuatan
bata kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen
sehingga pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang
awalnya member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan
dampak yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi
bahan bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa ihak sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima oleh lingkungan.
12. Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)
Limbah abu batubara ini berasal dari hasil pembakaran batubara, ini tergolong
limbah B3. Pengolahan limbah abu batubara dan limbah abu incinerator sama. Abu
hasil pembakaran batubara kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun
sehingga perlu dilakukan pengolahan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu
pembakaran limbah B3 di incinerator:
Abu batubara harus ditempatkan pada tempat khusus penampungan abu hasil
pembakaran.
Limbah kimia ini ada yang cair dan juga ada yang padat dan memiliki sifat
beracun, reaktif, mudah terbakar, korosif dan eksplosif. Untuk limbah yang bersifat
padat dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik
maupun kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :
Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak
penampung ditetapkan kurang lebih 12 jam
Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan
kimia bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum Ph
8. Pada tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai
dengan pengadukan berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula Ph control agar
Ph air limbah tidak begitu tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
Proses Koagulasi
Catridge tinta ini merupakan limbah padat yang beracun yang hampir sama
dengan limbah toner bekas. Beberapa cara pengolahan dapat dilakukan untuk jenis
limbah ini yaitu sebagai berikut :
Household Baterai dalam bentuk padat bersifat beracun dan eksplosif. Household
baterai mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan, timbale,
cadmium, nikel dan lithium yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pengolahan limbah jenis ini dapat dilakukan sebagai berikut :
Komponen elektronika dan listrik tergolong limbah B3 dalam bentuk padat dan
bersifat beracun, mudah terbakar, serta eksplosif. Untuk menangani masalah limbah
komponen elektronika dan listrik ini, seharusmya dilakukan pengiriman kembali
kepada pihak produksi barang karena sampai saat ini masalah limbah B3 komponen
elektronik dan listrik sebagian besar tidak dikelola.
Serat asbes ini dihasilkan dari kegiatan produksi Gedung Capital Place Tbk.
Limbah ini berbentuk padat dan memiliki sifat beracun. Dilakukan pengolahan
limbah yaitu sebagai berikut :
Limbah asbes harus ditempatkan pada wadah khusus limbah asbes.
Dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm X 10 cm, dilengkapi juga
dengan label dan kode limbah yang sesuai.
Lalu kirim ke PPLi berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
Serat asbes ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai berikut :
Pemanfaatan limbah serat asbes sebagai bahan utama dalam pembuatan bata
kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga
pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya
member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak
yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan
Silica glass termasuk dalam limbah B3. Jenis limbah ini sangat sulit untuk diolah
sehingga mungkin limbah silica glass ini akan dihancurkan hingga terbentuk kepingan
kecil-kecil lalu dimanfaatkan sebagai bahan dasar perhiasan. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan sebagai batu-batu hiasan melalui proses pelelehan .
Limbah laboratorium ini sama seperti limbah kimia yang telah dihasilkan. Limbah
laboratorium ini ada yang padat dan cair. Limbah padat dikarakteristikkan sebagai
limbah beracun sedangkan limbah cair dikarakteristikkan sebagai limbah reaktif,
mudah terbakar, irritant, korosif dan eksplosif. Pengolahan limbah laboratorium yang
bersifat padat dapat dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan
pengolahan secara fisik maupun kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai
berikut :
Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak
penampung ditetapkan kurang lebih 12 jam
Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan
kimia bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum Ph
8. Pada tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai
dengan pengadukan berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula Ph control agar
Ph air limbah tidak begitu tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
Proses Koagulasi
Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak
koagulasi. Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu
dilakukan pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-
15 menit.
Proses Flokulasi
23. Pestisida
Pestisida merupakan limbah yang bersifat cair dan dikarakteristikkan sebagai limbah
yang reaktif, beracun dan korosif. Limbah pestisida dapat dikelola sebagai berikut :