Anda di halaman 1dari 96

KERANGKA ACUAN

KERJA

Perencanaan dan
perizinan Penyimpanan
Sementara Limbah B3
Gedung capital Place,
Jakarta
Bab 1
Pendahuluan

1.1 Latar Belakang


Pengelolaanpada Limbah B3, selain hasil akhir, cara pengelolaan baik teknis maupun non
teknis juga harus memenuhi peraturan yang berlaku. Jadi, untuk berhasil mengelola Limbah
B3, tidak cukup hanya memenuhi baku mutunya saja, tapi juga cara mengelola Limbah B3
seperti identifikasi, pencatatan, penyimpanan, pengangkutan, pengolahan, dan pembuangan
baik yang dilakukan sendiri oleh perusahaan maupun yang dilakukan oleh pihak 3 harus juga
memenuhi peraturan yang berlaku.

Dalam tuntutan hukum, Limbah B3 tergolong dalam tuntutan yang bersifat formal. Artinya,
seseorang atau perusahaan dapat dikenakan tuntutan perdata dan pidana lingkungan karena
cara mengelola Limbah B3 yang tidak sesuai dengan peraturan, tanpa perlu dibuktikan bahwa
perbuatannya tersebut telah mencemari lingkungan. Sehingga, mengetahui cara pengelolaan
Limbah B3 yang memenuhi persyaratan wajib diketahui oleh pihak-pihak yang terkait
dengan Limbah B3 dalam perusahaan dan pihak ke 3 yang bekerjasama dengan perusahaan.

Pengelolaan Limbah B3 tidak selalu berkutat pada pendekatan end of pipe, tetapi kini Limbah
B3 bisa dipandang sebagai barang yang memiliki nilai ekonomis melalui tahapan
pemanfaatan kembali (recycle) sebagai bagian dari pendekatan up the pipe. Dengan demikian
pengelolaan Limbah B3 bukan saja harus memenuhi peraturan yang berlaku, tetapi juga bisa
mendapatkan nilai manfaat ekonomi. Kunci keberhasilan pengelolaan Limbah B3 disetiap
tahap pengelolaannya adalah Identifikasi Limbah B3 di perusahaan.

Limbah B3 harus ditangani dengan perlakuan khusus mengingat bahaya dan resiko yang
mungkin ditimbulkan apabila limbah ini menyebar ke lingkungan. Hal tersebut termasuk
proses pengemasan, penyimpanan, dan pengangkutannya. Pengemasan limbah B3 dilakukan
sesuai dengan karakteristik limbah yang bersangkutan. Namun secara umum dapat dikatakan
bahwa kemasan limbah B3 harus memiliki kondisi yang baik, bebas dari karat dan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 1
kebocoran, serta harus dibuat dari bahan yang tidak bereaksi dengan limbah yang disimpan di
dalamnya.

Mengenai pengangkutan limbah B3, Pemerintah Indonesia belum memiliki peraturan


pengangkutan limbah B3 hingga tahun 2002. Namun, kita dapat merujuk peraturan
pengangkutan yang diterapkan di Amerika Serikat. Peraturan tersebut terkait dengan hal
pemberian label, analisa karakter limbah, pengemasan khusus, dan sebagainya. Persyaratan
yang harus dipenuhi kemasan di antaranya ialah apabila terjadi kecelakaan dalam kondisi
pengangkutan yang normal, tidak terjadi kebocoran limbah ke lingkungan dalam jumlah yang
berarti. Selain itu, kemasan harus memiliki kualitas yang cukup agar efektivitas kemasan
tidak berkurang selama pengangkutan. Limbah gas yang mudah terbagak harus dilengkapi
dengan head shields pada kemasannya sebagai pelindung dan tambahan pelindung panas
untuk mencegah kenaikan suhu yang cepat. Di Amerika juga diperlakukan rute pengangkutan
khusus selain juga adanya kewajiban kelengkapan Material Safety Data Sheets (MSDS) yang
ada di setiap truk dan di dinas pemadam kebarakan.

Dalam penyusunan makalah ini, untuk mempelajari mengenai pengelolaan limbah B3 dalam
suatu perusahaan, maka digunakan Gedung Capital Place sebagai objek studi kasus. Gedung
Capital Place merupakan suatu perusahaan yang bergerak di bidang perkantoran dan hotel.
Dalam aktivitas perkantoran dan hotel, banyak aktivitas yang dapat berpotensi menghasilkan
limbah B3. Agar limbah B3 yang dihasilkan tidak menghasilkan dampak lingkungan, maka
perlu dilakukan pengelolaan limbah B3. Dalam penyusunan makalah ini nantinya akan
dilakukan identifikasi mengenai pengelolaan limbah mulai dari identifikasi karakteristik
limbah B3, simbol-simbol untuk limbah B3, pengemasan, penyimpanan, dan transportasi.

1.2 Tujuan
Tujuan pengelolaan limbah B3 dengan menggunakan Gedung Capital Place sebagai objek
dalam penyusunan makalah ini adalah :
1. Mengidentifikasi karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place.
2. Mengidentifikasi simbol-simbol untuk limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital
Place.
3. Mengidentifikasi pengemasan yang sesuai terhadap limbah B3 dihasilkan oleh Gedung
Capital Place.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 2
4. Mengidentifikasi penyimpaan yang sesuai terhadap limbah B3 dihasilkan olehGedung
Capital Place.
5. Mengidentifikasi transportasi yang sesuai terhadap limbah B3 dihasilkan olehGedung
Capital Place.

1.3 Ruang Lingkup


Ruang lingkup dalam penyusunan makalah B3 ini adalah :
1. Perusahaan yang digunakan sebagai objek studi adalah Gedung Capital Place yang
merupakan kawasan dengan kegiatan perkantoran dan hotel.
2. Perusahaan yang digunakan sebagai objek studi merupakan perusahaan yang bergerak
dibidang perkantoran dan hotel.
3. Lokasi Gedung Capital Place terletak l. Gatot Subroto No.Kav 18, RT.6/RW.1, Kuningan
Bar., Kec. Mampang Prpt., Kota Jakarta Selatan, Daerah Khusus Ibukota Jakarta 12710
4. Pengidentifikasian karakteristik limbah B3 yang dihasilkan dari aktivitas perkantoran dan
hotel.
5. Menetapkan simbol-simbol untuk limbah B3 yang sudah diidentifikasi sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.
6. Merencanakan proses pengemasan dari limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.
7. Merencanakan proses penyimpanan dari limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.
8. Merencanakan proses transportasi dari limbah B3 yang dihasilkan sesuai dengan
peraturan pemerintah yang berlaku.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 3
Bab 2
Tinjauan Pustaka / Kajian Peraturan

3.1 Definisi Limbah B3


Menurut PP No. 18 Tahun 1999, yang dimaksud dengan limbah B3 adalah sisa suatu usaha
dan atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan atau beracun yang karena sifat dan
atau konsentrasinya dan atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak langsung, dapat
mencemarkan dan atau merusakan lingkungan hidup dan atau membahayakan lingkungan
hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta mahluk hidup lain. Intinya adalah setiap
materi yang karena konsentrasi dan atau sifat dan atau jumlahnya mengandung B3 dan
membahayakan manusia, mahluk hidup dan lingkungan, apapun jenis sisa bahannya.

Definisi limbah B3 berdasarkan BAPEDAL (1995) ialah setiap bahan sisa (limbah) suatu
kegiatan proses produksi yang mengandung bahan berbahaya dan beracun (B3) karena sifat
(toxicity, flammability, reactivity, dan corrosivity) serta konsentrasi atau jumlahnya yang baik
secara langsung maupun tidak langsung dapat merusak, mencemarkan lingkungan, atau
membahayakan kesehatan manusia. Jadi limbah B3 dapat di artikan sebagai adalah sisa suatu
usaha dan/atau kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan/atau beracun yang karena
sifat dan/atau konsentrasinya dan/atau jumlahnya, baik secara langsung maupun tidak
langsung, dapat mencemarkan dan/atau merusakkan lingkungan hidup, dan/atau dapat
membahayakan lingkungan hidup, kesehatan, kelangsungan hidup manusia serta makhluk
hidup lain.

3.2 Identifikasi Limbah B3


3.2.1. Limbah B3 berdasarkan Sumber
Golongan limbah B3 yang berdasarkan sumber dibagi menjadi:
Limbah B3 dari sumber spesifik
Limbah B3 dari sumber spesifik adalah limbah B3 sisa proses suatu industri atau kegiatan
yang secara spesifik dapat ditentukan.
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 4
Limbah B3 dari sumber tidak spesifik adalah limbah B3 yang pada umumnya berasal.
bukan dari proses utamanya:
- kegiatan pemeliharaan alat,
- pencucian,
- pengemasan, dan lain-lain
Limbah B3 dari bahan kimia kadaluarsa, tumpahan, bekas kemasan dan buangan produk
yang tidak memenuhi spesifikasi.

3.2.2. Limbah B3 berdasarkan Karakteristik


Limbah diidentifikasi sebagai limbah B3 apabila memenuhi salah satu atau lebih karakteristik
limbah B3, yaitu :
1. Mudah meledak
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah meledak :
- Limbah suhu dan tekanan, standar (250C, 760 mmHg) dapat meledak.
2. Mudah terbakar
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong mudah terbakar:
- Limbah yang berupa cairan yang mengandung alkohol kurang dari 24% volume.
- Pada titik nyala tidak lebih dari 600C (1400F) akan menyala apabila terjadi kontak
dengan api, atau sumber nyala lain pada tekanan udara 760 mmHg.
- Limbah yang bukan berupa cairan pada temperatur dan tekanan standar (250C, 760
mmHg) mudah menyebabkan kebakaran melalui gesekan, penyerapan uap air atau
perubahan kimia secara spontan.
- Merupakan limbah yang bertekanan yang mudah terbakar.
- Merupakan limbah pengoksidasi.
3. Bersifat reaktif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat reaktif:
- Limbah yang tidak stabil.
- Limbah yang dapat bereaksi hebat dengan air.
- Limbah yang apabila bercampur dengan air ledakan, uap, gas dan asap beracun.
- Sianida, Sulfida atau Amoniak yang pada kondisi pH antara 2 dan 12,5 ledakan,
uap, gas dan asap beracun.
- Limbah yang dapat mudah meledak atau bereaksi pada suhu dan tekanan standar
(250C, 760 mmHg).

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 5
- Limbah yang menyebabkan kebakaran karena melepas atau menerima oksigen atau
limbah organik peroksida yang tidak stabil dalam suhu tinggi.
4. Beracun
Limbah beracun adalah limbah yang mengandung pencemar yang bersifat racun bagi
manusia atau lingkungan yang dapat menyebabkan kematian atau sakit yang serius
apabila masuk ke dalam tubuh melalui pernafasan, kulit atau mulut.
5. Menyebabkan infeksi
Limbah yang menyebabkan infeksi yaitu bagian tubuh manusia yang diamputasi dan
cairan dari tubuh manusia yang terkena infeksi, limbah dari laboratorium atau limbah
lainnya yang terinfeksi kuman penyakit yang dapat menular.Limbah ini berbahaya karena
mengandung kuman penyakit yang ditularkan pada masyarakat.
6. Bersifat korosif
Berikut ini adalah ciri-ciri limbah B3 yang tergolong sifat korosif :
- Menyebabkan iritasi (terbakar) pada kulit.
- Menyebabkan proses pengkaratan pada lempeng baja (SAE 1020) dengan laju korosi
lebih besar dari 6,35 mm/tahun dengan temperatur pengujian 550C.
- Mempunyai pH sama atau kurang dari 2 untuk limbah bersifat asam dan sama atau
lebih besar dari 12,5 untuk yang bersifat basa.

3.2.3. Uji TCLP Limbah B3


TCLP (Toxicity Characteristic Leaching Procedure) ditujukan untuk :
Mobility of both organic and inorganic analytes present in liquid, solid, and multiphasic
wastes.
Jika sampel mengandung solid kurang dari 0.5% maka solid dipisahkan dan dibuang dan
liquid langsung dapat digunakan sebagai bahan ekstraksi sampel pada test TCLP.
Jika mengandung solid sama dengan atau lebih besar dari 0.5%, maka liquid dipisahkan
dari solid dan diuji sendiri sendiri.
Analysis ekstrak dari TCLP tersebut dengan standard method yang sesuai.
Logam berat dengan AAS, ICP (inductive coupled plasma) dan IC (ion chromatography).

3.2.4. Uji Toksikologi Limbah B3


Uji toksisitas ada 2 :
1. Uji Toksisitas Akut

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 6
Ketoksikan akut adalah derajat efek toksik suatu senyawa yang terjadi secara singkat
setelah pemberian dalam dosis tunggal.
2. Uji Toksisitas Kronis
Pengujian dalam jangka waktu lama dan pada tingkat fasa pertumbuhan yang berbeda.

3.3 Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi, penyimpanan,
pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan, pengelolaan dan penimbunan limbah B3.Berikut
ini adalah pengertian masing-masing kegiatan dalam pengelolaan limbah B3 :
1. Reduksi limbah B3 adalah suatu kegiatan pada penghasil untuk mengurangi jumlah dan
mengurangi sifat bahaya dan racun limbah B3, sebelum dihasilkan dari suatu kegiatan.
Penyimpanan adalah kegiatan penyimpanan limbah B3 yang dilakukan oleh penghasil
dan/atau pengumpul dan/atau pemanfaat dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3
dengan maksud menyimpan sematara.
2. Pengumpulan limbah B3 adalah kegiatan mengumpulkan limbah B3 dari penghasil
limbah B3 dengan maksud menyimpan sementara sebelum diserahkan kepada pemanfaat
dan/atau pengolah dan/atau penimbun limbah B3.
3. Pengangkutan limbah B3 adalah suatu kegiatan pemindahan limbah B3 dari penghasil
dan/atau dari pengumpul dan/atau dari pemanfaat dan/atau dari pengolah ke pengumpul
dan/atau ke pemanfaat dan/atau ke pengolah dan/atau ke penimbun limbah B3.
4. Pemanfaatan limbah B3 adalah suatu kegiatan perolehan kembali (recovery) dan/atau
penggunaan kembali (reuse) dan/atau daur ulang (recycle) yang bertujuan untuk
mengubah limbah B3 menjadi suatu produk yang dapat digunakan dan harus juga aman
bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
5. Pengolahan limbah B3 adalah proses untuk mengubah karakteristik dan komposisi limbah
B3 untuk menghilangkan dan/atau mengurangi sifat bahaya dan/atau sifat racun.

Setiap kegiatan pengelolaan limbah B3 harus mendapatkan perizinan dari Kementerian


Lingkungan Hidup (KLH) dan setiap aktivitas tahapan pengelolaan limbah B3 harus
dilaporkan ke KLH.Untuk aktivitas pengelolaan limbah B3 di daerah, aktivitas kegiatan
pengelolaan selain dilaporkan ke KLH juga ditembuskan ke Bapedalda setempat.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 7
3.4 Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
3.4.1 Persyaratan Pra Pengemasan
1. Setiap penghasil/pengumpul limbah B3 harus dengan pastimengetahui karakteristik
bahaya dari setiap limbah B3 yangdihasilkan/dikumpulkannya. Apabila ada keragu-
raguan dengankarakteristik limbah B3 yang dihasilkan/dikumpulkannya, makaterhadap
limbah B3 tersebut harus dilakukan pengujiankarakteristik di laboratorium yang telah
mendapat persetujuanBapedal dengan prosedur dan metode pengujian yang
ditetapkanoleh Bapedal.
2. Bagi penghasil yang menghasilkan limbah B3 yang sama secaraterus menerus, maka
pengujian karakteristik masing-masinglimbah B3 dapat dilakukan sekurang-kurangnya
satu kali. Apabiladalam perkembangannya terjadi perubahan kegiatan yangdiperkirakan
mengakibatkan berubahnya karakteristik limbah B3yang dihasilkan, maka terhadap
masing-masing limbah B3 hasilkegiatan perubahan tersebut harus dilakukan pengujian
kembaliterhadap karakteristiknya.
3. Bentuk kemasan dan bahan kemasan dipilih berdasarkan kecocokannya terhadap jeni dan
karakteristik limbah yang akandikemasnya.

3.4.2 Persyaratan Umum Kemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)
1. Kemasan untuk limbah B3 harus dalam kondisi baik, tidak rusak,dan bebas dari
pengkaratan serta kebocoran.
2. Bentuk, ukuran dan bahan kemasan limbah B3 disesuaikan dengankarakteristik Limbah
B3 yang akan dikemasnya denganmempertimbangkan segi keamanan dan kemudahan
dalampenanganannya.
3. Kemasan dapat terbuat dari bahan plastik (HDPE, PP atau PVC)atau bahan logam (teflon,
baja karbon, SS304, SS316 atau SS440)dengan syarat bahan kemasan yang dipergunakan
tersebut tidakbereaksi dengan limbah B3 yang disimpannya.

3.4.3 Prinsip Pengemasan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


1. Limbah-limbah B3 yang tidak saling cocok, atau limbah danbahan yang tidak saling
cocok tidak boleh disimpan secarabersama-sama dalam satu kemasan.
2. Untuk mencegah resiko timbulnya bahaya selama penyimpanan,maka jumlah pengisian
limbah dalam kemasan harusmempertimbangkan kemungkinan terjadinya
pengembanganvolume limbah, pembentukan gas atau terjadinya kenaikantekanan.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 8
3. Jika kemasan yang berisi limbah B3 sudah dalam kondisi yangtidak layak (misalnya
terjadi pengkaratan, atau terjadi kerusakanpermanen) atau jika mulai bocor, maka limbah
B3 tersebut harusdipindahkan ke dalam kemasan lain yang memenuhi syaratsebagai
kemasan bagi limbah B3.
4. Terhadap kemasan yang telah berisi limbah harus diberi penandaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku dan disimpandengan memenuhi ketentuan tentang tata cara dan
persyaratanbagi penyimpanan limbah B3.
5. Terhadap kemasan wajib dilakukan pemeriksaan oleh penanggungjawab pengelolaan
limbah B3 fasilitas (penghasil, pengumpulatau pengolah) untuk memastikan tidak
terjadinya kerusakanatau kebocoran pada kemasan akibat korosi atau faktor lainnya.
6. Kegiatan pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan harus dilaporkan sebagai bagian
dari kegiatan pengelolaan limbah B3.

3.5. Tata Cara Pengemasan/Pewadahan Limbah B3


3.5.1 Persyaratan Pengemasan Limbah B3
1. Kemasan (drum, tong atau bak kontainer)yang digunakan harus:
o Dalam kondisi baik, tidak bocor, berkarat atau rusak.
o Terbuat dari bahan yang cocok dengan karakteristik limbah B3 yang akan disimpan.
o Mampu mengamankan limbah yang disimpan di dalamnya.
o Memiliki penutup yang kuat untuk mencegah terjadinyatumpahan saat dilakukan
pemindahan atau pengangkutan.
2. Kemasan yang digunakan untuk pengemasan limbah dapat berupa drum/tong dengan
volume 50 liter, 100 liter atau 200 liter, atau dapat pula berupa bak kontainer berpenutup
dengan kapasitas 2 m3, 4 m3 atau 8 m3
3. Limbah B3 yang disimpan dalam satu kemasan adalah limbahyang sama, atau dapat pula
disimpan bersama-sama denganlimbah lain yang memiliki karakteristik yang sama, atau
denganlimbah lain yang karakteristiknya saling cocok.
4. Untuk mempermudah pengisian limbah ke dalam kemasan, sertaagar lebih aman, limbah
B3 dapat terlebih dahulu dikemas dalamkantong kemasan yang tahan terhadap sifat
limbah sebelumkemudian dikemas dalam kemasan dengan memenuhi butir 2) di atas.
5. Pengisian limbah B3 dalam satu kemasan harus dengan mempertimbangkan karakteristik
dan jenis limbah, pengaruhpemuaian limbah, pembentukan gas dan kenaikan tekanan
selamapenyimpanan.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 9
o Untuk limbah B3 cair harus dipertimbangkan ruangan untukpengembangan volume
dan pembentukan gas.
o Untuk limbah B3 yang bereaksi sendiri sebaiknya tidakmenyisakan ruang kosong
dalam kemasan.
o Untuk limbah B3 yang mudah meledak kemasan dirancangtahan akan kenaikan
tekanan dari dalam dan dari luarkemasan.
6. Kemasan yang telah diisi atau terisi penuh dengan limbah B3harus:
o Ditandai dengan simbol dan label yang sesuai denganketentuan mengenai penandaan
pada kemasan limbah B3.
o Selalu dalam keadaan tertutup rapat dan hanya dapat dibukajika akan dilakukan
penambahan atau pengambilan limbah dari dalamnya.

Gambar 3.1.Kemasan untuk penyimpanan limbah B3, a. kemasan drum penyimpan limbah
B3 cair; b. kemasan drum untuk limbah B3 sludge atau padat.

o Disimpan di tempat yang memenuhi persyaratan untukpenyimpanan limbah B3 serta


mematuhi tata carapenyimpanannya.
7. Terhadap drum/tong atau bak kontainer yang telah berisi limbahB3 dan disimpan
ditempat penyimpanan harus dilakukanpemeriksaan kondisi kemasan sekurang-
kurangnya 1 (satu)minggu satu kali.
o Apabila diketahui ada kemasan yang mengalami kerusakan(karat atau bocor), maka
isi limbah B3 tersebut harus segeradipindahkan ke dalam drum/tong yang baru, sesuai
denganketentuan butir 1 diatas.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 10
o Apabila terdapat ceceran atau bocoran limbah, makatumpahan limbah tersebut harus
segera diangkat dandibersihkan, kemudian disimpan dalam kemasan limbah
B3terpisah.
8. Kemasan bekas mengemas limbah B3 dapat digunakan kembali untuk mengemas limbah
B3 dengan karakteristik:
o Sama dengan limbah B3 sebelumnya, atau
o Saling cocok dengan limbah B3 yang dikemas sebelumnya.
Jika akan digunakan untuk mengemas limbah B3 yang tidak salingcocok, maka kemasan
tersebut harus dicuci bersih terlebih dahulusebelum dapat digunakan sebagai kemasan
limbah B3 denganmemenuhi ketentuan butir 1) di atas.
9. Kemasan yang telah dikosongkan apabila akan digunakan kembaliuntuk mengemas
limbah B3 lain dengan karakteristik yang sama,harus disimpan ditempat penyimpanan
limbah B3. Jika akandigunakan untuk menyimpan limbah B3 dengan karakteristik
yangtidak saling sesuai dengan sebelumnya, maka kemasan tersebutharus dicuci bersih
terlebih dahulu dan disimpan denganmemasang “label KOSONG” sesuai dengan
ketentuan penandaankemasan Limbah B3.
10. Kemasan yang telah rusak (bocor atau berkarat) dan kemasanyang tidak digunakan
kembali sebagai kemasan limbah B3 harusdiperlakukan sebagai limbah B3.

3.5.2 Persyaratan Pewadahan Limbah B3 dalam Tangki


1. Sebelum melakukan pemasangan tangki penyimpan limbah B3,pemilik atau operator
harus mengajukan permohonanrekomendasi kepada Kepala Bapedal dengan melampirkan
laporanhasil evaluasi terhadap rancang bangun dari sistem tangki yangakan dipasang
untuk dijadikan sebagai bahan pertimbangan.Laporan tersebut sekurang-kurangnya
meliputi:
o Rancang bangun dan peralatan penunjang sistem tangki yangakan dipasang.
o Karakteristik limbah B3 yang akan disimpan.
o Jika sistem tangki dan atau peralatan penunjangnya terbuatdari logam dan kemungkinan
dapat terkontak dengan air danatau tanah, maka evaluasi harus mencakup
pengukuranpotensi korosi yang disebabkan oleh faktor lingkungan sertadaya tahan bahan
tangki terhadap faktor korosi tersebut.
o Perhitungan umur operasional tangki.
o Rencana penutupan sistem tangki setelah masa operasionalnya berakhir.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 11
o Jika tangki dirancang untuk dibangun di dalam tanah, makaharus dengan
memperhitungkan dampak kegiatan di atasnyaserta menerapkan rancang bangun atau
kegiatan yang dapatmelindungi sistem tangki terhadap potensi kerusakan.
2. Selama masa konstruksi berlangsung, maka pemilik/operator harus memastikan agar
selama pemasangan tangki dan sistempenunjangnya telah diterapkan prosedur
penanganan yang tepatuntuk mencegah terjadinya kerusakan selama tahap
konstruksi.Pondasi, rangka penunjang, keliman, sambungan dan kontroltekanan (jika ada)
dirancang memenuhi persyaratan keamananlingkungan. Sistem tangki harus ditunjang
kekuatan rangka yangmemadai, terbuat dari bahan yang cocok dengan
karakteristiklimbah yang akan disimpan atau diolah, dan aman terhadap korosisehingga
tangki tidak mudah rusak.
3. Terhadap tangki penyimpanan limbah B3 yang telah terpasangdan atau telah dioperasikan
sebelum keputusan ini ditetapkan,atau terhadap tangki penyimpan bahan yang menurut
peraturanyang berlaku merupakan limbah B3, maka pemilik/operatordiharuskan untuk
mengajukan rekomendasi pengoperasian tangkidengan melampirkan laporan hasil
evaluasi sesuai dengan butir 1 di atas.
4. Dalam pengoperasian tangki sebagai tempat pengemasan/pewadahan limbah B3, maka:
o Tangki dan sistem penunjangnya harus terbuat dari bahanyang saling cocok dengan
karakteristik dan jenis limbah B3 yang dikemas/disimpannya.
o Limbah-limbah yang tidak saling cocok tidak ditempatkansecara bersama-sama di dalam
tangki. Apabila tangki akandigunakan untuk menyimpan limbah yang tidak saling
cocokdengan karakteristik limbah sebelumnya, maka tangki harusterlebih dahulu dicuci
bersih.
o Tidak digunakan untuk menyimpan limbah mudah menyalaatau reaktif kecuali:
a. Limbah tersebut telah diolah atau dicampur terlebihdahulu sebelum/segera setetah
ditempatkan di dalamtangki, sehingga olahan atau campuran limbah yangterbentuk tidak
lagi berkarakteristik mudah menyala atau reaktif.
b. Limbah disimpan atau diolah dengan suatu cara sehinggatercegah dari kondisi atau bahan
yang menyebabkanmunculnya sifat mudah menyala atau reaktif.
5. Untuk mencegah terlepasnya limbah B3 ke lingkungan, tangki wajib dilengkapi dengan
penampungan sekunder. Penampungansekunder dapat berupa satu atau lebih dari
ketentuan berikut:pelapisan (dibagian luar tangki); tanggul (vault;berm) dan atautangki
berdinding ganda, dengan ketentuan bahwa penampungansekunder tersebut harus:

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 12
o Dibuat atau dilapisi dengan bahan yang saling cocok denganlimbah B3 yang disimpan
serta memiliki ketebalan dankekuatan memadai untuk mencegah kerusakan akibat
pengaruh tekanan.
o Ditempatkan pada pondasi atau dasar yang dapat mendukungketahanan tangki
terhadap tekanan dari atas dan bawah danmampu mencegah kerusakan yang
diakibatkan karena pengisian, tekanan atau uplift.
o Dilengkapi dengan sistem deteksi kebocoran yang dirancangdan dioperasikan 24 jam
sehingga mampu mendeteksikerusakan pada struktur tangki primer dan sekunder,
ataulepasnya limbah B3 dari sistem penampungan sekunder.
o Penampungan sekunder, dirancang untuk dapat menampungdan mengangkat cairan-
cairan yang berasal dari kebocoran,ceceran atau presipitasi.
6. Pemilik atau operator harus melakukan pemeriksaan sekurangkurangnya1 (satu) kali
sehari selama sistem tangki dioperasikan. Pemeriksaan dilakukan terhadap:
o Peralatan pengendalian luapan/tumpahan.
o Mendeteksi korosi atau lepasnya limbah dari tangki.
o Pengumpulan data untuk memastikan bahwa sistem tangkiberfungsi sesuai dengan
rancang bangunnya.
o Bahan-bahan konstruksi dan areal seputar sistem tangkitermasuk struktur pengumpul
sekunder (misalnya tembokisolasi tumpahan) untuk mendeteksi pengikisan atau
tandatandaterlepasnya limbah B3 (misalnya bintik lembab, kematian vegetasi).
7. Pemilik atau operator harus memeriksa sistem perlindungankatodik (jika ada), untuk
memastikan bahwa peralatan tersebutbekerja sempurna. Pemeriksaan meliputi :
o Fungsi sistem perlindungan katodik harus dilakukan dalam 6(enam) bulan setelah
pengoperasian awal, dan selanjutnya setiap tahun sekali.
o Semua bagian yang dapat mempengaruhi sistem perlindungan(a) harus diperiksa
sekurang-kurangnya 2 (dua) bulan sekali.
Pemilik atau operator harus menyimpan catatan hasil pemeriksaankegiatan nomor 6 dan 7
tersebut.
8. Sistem tangki atau sistem pengumpul sekunder yang mengalami kebocoran atau
gangguan yang menyebabkan limbah B3 yang disimpannya terlepas, maka pemilik atau
operator harus segeramelakukan:
o Penghentian operasional sistem tangki dan mencegah aliranlimbah.
o Memindahkan limbah B3 dari sistem tangki atau sistempenampungan sekunder.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 13
o Mewadahi limbah yang terlepas ke lingkungan, mencegahterjadinya perpindahan
tumpahan ke tanah atau airpermukaan, serta mengangkat tumpahan yang terlanjur
masukke tanah atau air permukaan.
o Membuat catatan dan laporan mengenai kecelakaan danpenanggulangan yang telah
dilakukan.

3.6 Simbol Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3)


3.6.1 Bentuk, dasar, ukuran, dan bahan
Simbol berbentuk bujur sangkar diputar 45 derajat sehingga membentuk belah ketupat.Pada
keempat sisi belah ketupat tersebut dibuat garis sejajar yang menyambung sehingga
membentuk bidang belah ketupat dalam denganukuran 95 persen dari ukuran belah ketupat
bahan. Warna garis yangmembentuk belah ketupat dalam sama dengan warna gambar simbol.
Padabagian bawah simbol terdapat blok segilima dengan bagian atas mendatardan sudut
terlancip berhimpit dengan garis sudut bawah belah ketupat bagiandalam. Panjang garis pada
bagian sudut teriancip adalah 1/3 dari garisvertikal simbol dengan lebar 1/2 dari panjang garis
horizontal belah ketupat.Simbol yang dipasang pada kemasan minimal berukuran 10 cm x 10
cm,sedangkan simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3 dan tempatpenyimpanan limbah
B3 minimal 25 cm x 25 cm.

Gambar 3.2 Bentuk Dasar Simbol

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 14
Simbol harus dibuat dari bahan yang tahan terhadap goresan dan atau bahan kimia yang
kemungkinan akan mengenainya. Warna simbol untuk dipasangdi kendaraan pengangkut
limbah B3 harus dengan cat yang dapat berpendar(fluorescence).

3.6.2 Jenis-jenis simbol limbah B3


Setiap simbol adalah satu gambar tertentu untuk menandakansifat/karakteristik bahan limbah
B3 datam suatu pengemasan, penyimpanandan pengumpulan atau pengangkutan.
Terdapat 8 (delapan) jenis simbol, yaitu:
1. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah meledak
Warna dasar bahan oranye.Simbol berupa gambar berwarna hitamsuatu materi limbah
yang menunjukkan meledak, yang terletak di tepi antara sudut atas dan sudut kiri belah
ketupat bagian dalam. Padabagian tengah terdapat tulisan "MUDAH MELEDAK"
berwarnahitam yang diapit oleh 2 (dua) bangun segitiga sama kaki pada bagiandalam
belah ketupat. Blok segilima berwarna merah.

Gambar 3.3Simbol untuk Limbah B3 Karakteristik Mudah Meledak


2. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar
Terdapat 2 (dua) macam simbol untuk klasifikasi limbah yang mudahterbakar, yaitu
simbol untuk cairan mudah terbakar dan padatanmudah terbakar:
a. Simbol cairan mudah terbakar.
Bahan dasar berwarna merah. Gambar simbol berupa lidahapi berwarna putih yang
menyala pada suatu permukaanberwarna putih. Gambar terletak di bawah sudut atas
garisketupat bagian dalam. Pada bagian tengah terdapat tulisanCAIRAN dan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 15
dibawahnya terdapat tulisan ..MUDAHTERBAKAR berwarna putih.Blok segilima
berwarna putih.
b. Simbol padatan mudah terbakar.
Dasar simbol terdiri dari warna merah dan putih yang berjajarvertikal berselingan.
Gambar simbol berupa lidah apiberwarna hitam yang menyala pada satu bidang
berwarnahitam. Pada bagian tengah terdapat tulisan PADATAN ... dandi bawahnya
terdapat tulisan ... MUDAH TERBAKARberwarna hitam.Blok segilima berwarna
kebalikan dari warnadasar simbol.

Gambar 3.4 Simbol Limbah B3 Klasifikasi Mudah Terbakar


3. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 16
Bahan dasar berwarna kuning dengan blok segilima berwarna merah.Simbol berupa
lingkaran hitam dengan asap berwarna hitammengarah ke atas yang terletak pada suatu
permukaan garis berwarnahitam. Di sebelah bawah gambar simbol terdapat tulisan
"REAKTIF"berwarna hitam.

Gambar 3.5 Simbol Limbah B3 Klasifikasi Reaktif


4. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun
Bahan dasar berwarna putih dengan blok segilima berwarna merah.Simbol berupa
tengkorak manusia dengan tulang bersilang berwarnahitam.Garis tepi simbol berwarna
hitam.Pada sebelah bawa gambarsimbol terdapat tulisan BERACUN berwarna hitam.

Gambar 3.6 Simbol Limbah B3 Klasifikasi Beracun


5. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 17
Belah ketupat terbagi pada garis horisontal menjadi dua bidangsegitiga. Pada bagian atas
yang berwarna putih terdapat 2 gambar,yaitu: di sebelah kiri adalah gambar tetesan
limbah korosif yangmerusak pelat bahan berwarna hitam, dan di sebelah kanan
adalahgambar lengan yang terkena tetesan limbah korosif. Pada bagianbawah, bidang
segitiga berwarna hitam, terdapat tulisan KOROSIFberwarna putih, serta blok segitiga
berwarna merah.

Gambar 3.7 Simbol Limbah B3 Klasifikasi Korosif


6. Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan infeksi
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belahketupat bagian dalam
berwarna hitam.Simbol infeksi berwarna hitamterletak di sebelah bawah sudut atas garis
belah ketupat bagiandalam. Pada bagian tengah terdapat tulisan "INFEKSI"
berwarnahitam, dan di bawahnya terdapat blok segilima berwarna merah.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 18
Gambar 3.8 Simbol Limbah B3 Menyebabkan Infeksi
7. Simbol limbah B3 klasifikasi campuran
Warna dasar bahan adalah putih dengan garis pembentuk belahketupat bagian dalam
berwarna hitam.Gambar simbol berupa tandaseru berwarna hitam terietak di sebelah
bawah sudut atas garis belahketupat bagian dalam. Pada bagian tengah bawah terdapat
tulisan"CAMPURAN" berwarna hitam serta blok segilima berwarna merah.

Gambar 3.9 Simbol Limbah B3 Karakteristik Campuran


3.6.3 Ketentuan Pemasangan Simbol
a. Simbol pada kemasan limbah
Simbol yang dipasang pada kemasan limbah B3 harus memenuhiketentuan sebagai
berikut:
- Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik limbah yang
dikemasnya.
- Jika suatu limbah memilikikarakteristik lebih dari satu, maka simbol yang
dipasangadalah simbol dari karakteristik yang dominan, sedangkan jika terdapat lebih
dari satu karakteristik dominan(predominan), maka kemasan harus ditandai dengan
simbol karakteristik campuran.
- Ukuran minimum yang dipasang adalah 10 cm x 10 cm ataulebih besar, sesuai dengan
ukuran kemasan yang digunakan.
- Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahankimia yang mungkin
mengenainya (misalnya bahan plastik,kertas atau pelat logam) dan harus melekat kuat
pada permukaan kemasannya.
- Dipasang pada sisi-sisi kemasan yang tidak terhalang olehkemasan lain dan mudah
dilihat.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 19
- Simbol tidak boleh terlepas atau dilepas dan diganti dengansimbol lain sebelum
kemasan dikosongkan dan dibersihkan dari sisa-sisa limbah B3.
- Kemasan yang telah dibersihkan dari limbah B3 dan akandipergunakan kembali untuk
mengemas limbah B3 harusdiberi label "KOSONG".
b. Simbol pada kendaraan pengangkut limbah B3
Simbol yang dipasang pada kendaraan pengangkut limbah B3 harusmemenuhi ketentuan
sebagai berikut:
- Jenis simbol yang dipasang harus satu macam simbol yangsesuai dengan karakteristik
limbah yang diangkutnya.
- Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm ataulebih besar, sebanding
dengan ukuran boks pengangkut yang ditandainya.
- Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan, air hujanatau bahan kimia yang
mungkin mengenainya (misalnyabahan plastik, kertas atau pelat logam) yang
menggunakanbahan warna simbol yang dapat berpendar (fluorescence).
- Dipasang di setiap sisi boks pengangkut dan di bagian mukakendaraan serta harus
dapat terlihat dengan jelas dari jarak lebih kurang 30 meter.
- Simbol tidak boleh dilepas atau diganti dengan simbol lainsebelum muatan limbah B3
dikeluarkan serta kendaraan telahdibersihkan dari sisa limbah B3 yang tertinggal.
c. Simbol pada tempat penyimpanan limbah B3
Gudang tempat penyimpanan limbah B3 harus ditandai dengansimbol dengan mengikuti
ketentuan sebagai berikut:
- Simbol dipasang pada setiap pintu tempat penyimpananlimbah B3 dan bagian luar
dinding yang tidak terhalang.
- Jenis simbol yang dipasang harus sesuai dengan karakteristik-karakteristik limbah
yang disimpannya.
- Ukuran minimum yang dipasang adalah 25 cm x 25 cm ataulebih besar, sehingga
tulisan pada simbol dapat terlihat jelas dari jarak 20 meter.
- Terbuat dari bahan yang tahan terhadap goresan atau bahankimia yang mungkin
mengenainya (misalnya bahan plastik, kertas atau pelat logam).
- Selama tempat penyimpanan masih difungsikan, simbol tidakboleh terlepas atau
dilepas atau diganti dengan simbol lain,kecuali jika akan digunakan untuk menyimpan
limbah B3dengan karakteristik yang berlainan.

3.7 Label Limbah B3

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 20
Label merupakan penandaan pelengkap yang berfungsi memberikan informasi dasar
mengenai kondisi kualitatif dan kuantitatif dari suatu limbah B3 yang dikemas.Terdapat 3
(tiga) jenis label yang berkaitan dengan sistem pengemasan limbah B3,yaitu: label identitas
limbah, label kemasan kosong dan label penunjuk tutup kemasan.

3.7.1 Bentuk, warna, dan ukuran


Label Identitas Limbah berfungsi untuk memberikan informasi tentang asal usul
limbah,identitas limbah serta kuantifikasi limbahdalam kemasan suatu kemasan limbah B3.
Label Identitas Limbah berukuran minimum 15 cm x 20cm atau lebih besar, dengan warna
dasar kuning dan tulisan serta garis tepi berwarna hitam, dan tulisan "PERINGATAN !"
dengan huruf yang lebih besar berwarna merah.

Gambar 3.10 Label Identitas Limbah


3.7.2 Label identitas limbah
1. Pengisian Label identitas limbah
Label diisi dengan huruf cetak yang jelas terbaca dan tidak mudahterhapus serta dipasang
pada setiap kemasan limbah B3 yang disimpan di tempat penyimpanan. Wajib
mencantumkan identitas sbb.
PENGHASIL : nama perusahaan yang menghasilkan limbah dalam kemasan.
ALAMAT : alamat jelas perusahaan di atas, termasuk kode wilayah.
TELP : nomor telepon penghasil, termasuk kode area.
FAX : nomor facsimile penghasil, termasuk kode area.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 21
NOMOR PENGHASIL : nomor yang diberikan Bapedal kepada penghasil ketikamelaporkan.
TGL. PENGEMASAN : data waktu saat pengemasan dilakukan.
JENIS LIMBAH : keterangan limbah berkaitan dengan fasa atau kelompok
jenisnya(cair/padat/sludge, anorganik/organik, dll).
JUMLAH LIMBAH : jumlah total kuantitas limbah dalam kemasan (ton/kg/m3).
KODE LIMBAH : kode limbah yang dikemas, didasarkan pada daftar limbah B3 dalam
lampiran PP 19 tahun 1994.
SIFAT LIMBAH : karakteristik limbah yang dikemasi (sesuai simbol yang dipasang).
NOMOR : nomor urut pengemasan.

2. Pemasangan Label identitas limbah


Label Identitas Limbah dipasang pada kemasan di sebelah atas simbol dan harus terlihat
dengan jelas. Label ini juga harus dipasang pada kemasan yang akan dimasukkan ke dalam
kemasan yang lebih besar.

3.7.3 Label Penandaan Kemasan Kosong


1. Bentuk, warna dan ukuran
Bentuk dasar label sama dengan bentuk dasar simbol dengan ukuran sisi minimal 10 cm x10
cm2 dan tulisan "KOSONG" berwarna hitam di tengahnya gambar.
2. Pemasangan
Label harus dipasang pada kemasan bekas pengemasan limbah B3 yang telah dikosongkan
dan atau akan digunakan kembali untuk mengemas limbah B3.

Gambar3.11Label untuk Penandaan Kemasan Limbah B3 Kosong


3.7.4 Label Petunjuk Tutup Kemasan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 22
1. Bentuk, warna dan ukuran
Label berukuran minimal 7 x 15 m2 dengan warna dasar putih dan warna gambar hitam.
Gambar terdapat dalam frame hitam, terdiri dari 2 (dua) buah anak panah mengarah ke atas
yang berdiri sejajar di atas balok hitam. Label terbuat dari bahan yang tidak mudah rusak
karena goresan atau akibat terkena limbah dan bahan kimia lainnya.
2. Pemasangan
Label dipasang dekat tutup kemasan dengan arah panah menunjukkan posisi penutup
kemasan. Label harus terpasang kuat pada setiap kemasan limbah B3, baik yang telah diisi
limbah B3, maupun kemasan yang akan digunakan untuk mengemas limbah B3.

Gambar 3.12 Label Penandaan Posisi Tutup Kemasan Limbah B3

3.8 Penyimpanan Kemasan Limbah B3


Ketentuan dalam bagian ini berlaku bagi penghasil limbah B3 yang melakukan kegiatan
penyimpanan sementara yang dilakukan di dalam lokasi pabrik/fasilitas.

3.8.1 Penyimpanan Kemasan Limbah B3


Penyimpanan kemasan limbah B3
1. Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2 (dua) x
2 (dua) kemasan, sehingga dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap
setiapkemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
2. Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya.Lebar gang untuk lalu
lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut
(forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya Lebar gang antar blok harus
memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk lalu lintas manusia minimal 60

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 23
cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan pengangkut (forklift) disesuaikan dengan
kelayakan pengoperasiannya.

Gambar 3.13Pola penyimpanan kemasan drum di atas palet dengan jarak minimum antar
blok (Sumber : Bapedal, 1995)

3. Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan


kemasan. Jika kemasan berupa drum logam (isi 200 liter), maka tumpukan maksimum
adalah 3 (tiga) lapis dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Jika
tumpukan lebih dan 3 (tiga) lapis atau kemasan terbuat dari plastik, maka harus
dipergunakan rak.
4. Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap dan
dinding bangunan penyimpanan tidak boleh kurang dari 1 (satu) meter. Untuk lebih
jelasnya pola penyimpanan kemasan limbah B3 dapat dilihat pada gambar.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 24
Gambar 3.14Penyimpanan kemasan limbah B3 dengan rak
( Sumber : Bapedal, 1995)
5. Kemasan-kemasan berisi limbah B3 yang tidak saling cocok harus disimpan secara
terpisah, tidak dalam satu blok, dan tidak dalam bagian penyimpanan yang sama.
Penempatan kemasan harus dengan syarat bahwa tidak ada kemungkinan bagi limbah-
limbah yang tersebut jika terguling/tumpah akan tercampur/masuk ke dalam bak
penampungan bagian penyimpanan lain.

3.8.2 Penempatan Tangki


Penyimpanan limbah cair dalam jumlah besar disarankan menggunakan tangki dengan
ketentuan sebagai berikut:
- Disekitar tangki harus dibuat tanggul dengan dilengkapi saluran pembuangan yang
menuju bak penampung.
- Bak penampung harus kedap air dan mampu menampung cairan minimal 110% dan
kapasitas maksimum volume tangki.
- Tangki harus diatur sedemikian rupa sehingga bila terguling akan terjadi di daerah
tanggul dan tidak akan menimpa tangki lain.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 25
Gambar 3.15 Tempat penyimpanan limbah B3 cair dalam jumlah besar
(Sumber : Bapedal, 1995)
- Tangki harus terlindung dari penyinaran matahari dan masuknya air hujan secara
langsung.

3.9 Penyelenggaraan Pengangkutan Limbah B3 di Jalan


Menurut keputusan direktur jendral perhubungan darat nomor SK.725/AJ.302/DRJD/2004.
Setiap kendaraan pengangkut bahan berbahaya dan beracun )B3) harus memenuhi
persyaratan umum dan persyaratan khusus sesuai dengan jenis dan karakteristik bahan
berbahaya dan beracun (B3) yang diangkut. Persyaratan umum dan persyaratan khusus yang
dimaksud adalah :
1. Persyaratan umum sebagaimana dimaksud ayat (1) yaitu harus memenuhi persyaratan
teknis dan layak jalan serta dilengkapi dengan :
a. Plakat yang dilekatkan pada sisi kiri, kanan, depan dan belakang kendaraan dengan
ukuran, bentuk dan contoh penempatan yang sesuai dengan peraturan.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 26
Gambar 3.16 Peletakan plakat pada kendaraan pengankut limbah B3
(SK.725/AJ.302/DRJD/2004.)
b. Nama perusahaan yang dicantumkan pada sisi kiri, kanan dan belakang kendaraan
dengan ukuran sebagaimana dalam Lampiran II Keputusan ini :

Gambar 3.17 Peletakan nama perusahaan pada kendaraan pengangkut limbah B3


(SK.725/AJ.302/DRJD/2004.)

c. Jati diri pengemudi yang ditempatkan pada dashboard.


d. Kotak obat lengkap dengan isinya.
e. Alat pemantau unjuk kerja pengemudi, yang sekurang-kurangnya dapat merekam
kecepatan kendaraan dan perilaku pengemudi dalam mengoperasikan kendaraannya.
f. Alat pemadam kebakaran.
g. Nomor telepon pusat pengendali operasi yang dapat dihubungi jika terjadi keadaan
darurat (emergency call), yang dicantumkan pada sebelah kiri dan kanan kendaraan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 27
pengangkut. Jika terjadi keadaan darurat (emergency call ) yang dicantumkan pada
sebelah kiri dan kanan kendaraan.
2. Persyaratan khusus kendaraan pengangkut bahanberbahaya dan beracun (B3) harus
dilengkapi perlengkapan keadaan darurat sebagai berikut :
a. Alat komunikasi antara pengemudi dengan pusat pengendali operasi dan/atau
sebaliknya.
b. Lampu tanda bahaya berwarna kuning yang ditempatkan diatas atap ruang kemudi.
c. Rambu portabel.
d. Kerucut pengaman.
e. Segitiga pengaman.
f. Dongkrak.
g. Pita pembatas.
h. Serbuk gergaji.
i. Sekop yang tidak menimbulkan api.
j. Lampu senter.
k. Warna kendaraan khusus.
l. Pedoman pengoperasian kendaraan yang baik untuk keadaan normal dan darurat.
m. Ganjal roda yang cukup kuat dan diletakan pada tempat yang mudah dijangkau oleh
pembantu pengemudi.

3.10 Dokumen Limbah B3


Dokumen limbah B3 adalah surat yang diberikan pada waktu penyerahan limbah B3 untuk
diangkut dari lokasi kegiatan penghasil ke tempat penyimpanan di luar lokasi kegiatan dan
atau pengumpulan dan atau pengangkutan dan atau pengolahan limbah B3 dan atau
pemanfaatan limbah B3 serta penimbunan hasil pengolahan (Bapedal, 1995) dokumen limbah
B3 merupakan dokumen yang senantiasa di bawa dari tempat asal pengangkutan limbah B3
ke tempat tujuan. Dokumen diberikan pada waktu penyerahan limbah B3. Dokumen limbah
B3 tersebut meliputi juga dokumen muatan.

Dokumen limbah B3 terdiri dari tujuh rangkap apabilaa pengangkutan hanya satu kali dan
apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar muda) maka dokumen terdiri dari 11
(sebelas) rangkap dengan perincian sebagai berikut :
1. lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah ditandatangani oleh
penghasil, pengumpul dan pengolah limbah B3 (warna putih).

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 28
2. lembar kedua yang sudah ditandangani pengangkut limbah B3 oleh penghasil limbah B3
atau pengumpul dikirim kepada Badan Pengendalian Dampak Lingkungan (warna
kuning).
3. lembar ketiga yang sudah ditantangani oleh pengangkut limbah B3 disimpan oleh
penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3 untuk diangkut oleh
pengangkut limbah B3 (warna hijau).
4. lembar keempat setelah ditandangani oleh pengumpul atau pengolah limbah B3 oleh
pengangkut diserahkan kepada pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 yang
menerima limbah B3 dari pengangkut limbah B3 (warna merah muda).
5. lembar kelima dikirim kepada Badan Pengendalian Dampak lingkungan setelah
ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 (warna biru).
6. lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala Daerah Tingkat 1 yang
bersangkutan setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3
(warna krem).
7. lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah B3 oleh pengumpul
limbah B3 atau pengolah limbah B3 setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3
atau pengolah limbah B3 (warna ungu).
8. lembar kedelapan sampai lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut kepada penghasil
atau pengumpul setelah ditandatangani oleh pengangkut terdahulu dan diserahkan kepada
pengangkut berikutnya (antar muda).

Dalam bentuk skema mata rantai perjalanan limbah beserta dokumennya adalah seperti
tercantum dalam gambar berikut :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 29
Gambar 3.18 Mata rantai perjalanan dokumen limbah B3

3.13 Limbah B3 yang dihasilkan Gedung Capital Place


Limbah B3 yang dihasilkan dari perkantoran dan hotel bermacam – macam. Di Gedung
Capital Place sendiri limbah B3 yang dihasilkan dibagi menjadi 4 macam berbadasarkan
lingkungannya yaitu :
 Lingkungan perkantoran
1. Toner
2. Cartridge bekas
3. Household baterai
 Lingkungan bengkel
1. Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
2. Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor)

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 30
3. Grease bekas
4. Aki bekas
5. Kaleng cat
6. Limbah B3 lainnya
 Perumahan
1. Kaleng cat
2. Household baterai
 Lingkungan/area kerja
1. Limbah medis dari klinik perusahaan
2. Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
labolatorium
Secara keseluruhan limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place yaitu
1. Toner bekas
2. Catridge tinta
3. Household baterai
4. Aki bekas (basah dan kering)
5. Oli bekas
6. Grease bekas
7. Pelumas bekas
8. Drum Bekas
9. Sludge cat
10. Kaleng cat
11. Filter oli bekas
12. Hose oli bekas
13. Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
14. Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip)
15. Komponen elektronika dan listrik (PCB dll)
16. Serat asbes
17. Abu batu bara (fly ash dan bottom ash)
18. Abu insenerator (fly ash dan bottom ash)
19. Silica glass
20. Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh)

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 31
21. Limbah labolatorium
22. Limbah Hidrogen Peroksida
23. Pestisida
24. Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa)
25. Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun
26. Limbah B3 lainnya
3.14 Karakteristik limbah B3 Gedung Capital Place
Karakteristik limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place dibagi menjadi macam
yaitu :
 Mudah terbakar
1. Pelumas bekas
2. Filter Oli bekas
3. Hose oli bekas
4. Toner bekas
5. Abu insinerator (fly ash dan bottom ash)
6. Limbah Medis
7. Limbah Kimia
8. Komponen elektronika dan listrik
9. Limbah laboratorium
 Reaktif
1. Barang terkontaminasi hidrokarboon
2. Limbah hidrogen peroksida
 Infeksius
1. Limbah Media
 Korosif
1. Drum bekas
2. Wadah B3
3. Kaleng cat
 Beracun
1. Sludge cat
2. Lumpur ber oli
3. Limbah medisBaterai bekas (Aki)
4. Limbah kimia

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 32
5. Cartridge tinta
6. Household baterai
7. Serat asbes
8. Silica glass
9. Limbah laboratorium

3.15 Peraturan
Peraturan yang dapat dijadikan sebagai dasar hukum dalam pengelolaan limbah B3
perkantoran dan hotel di Indonesia antara lain :
1. Undang – Undang RI No. 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan pengelolaan
Lingkungan Hidup
2. Peraturan Pemerintah Nomor 74 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Bahan Berbahaya dan
beracun
3. Peraturan pemerintah RI Nomor 18 Tahun 1999 tentang Pengelolaan Limbah Bahan
Berbahaya dan beracun
4. Peraturan Pemerintah RI Nomor 85 Tahun 1999 Tentang Perubahan atas Peraturan
Pemerintah RI Nmor 18 Tahun 1999
5. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 18 Tahun 2009 Tentang Tata
Laksana Perizinan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
6. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 30 Tahun 2009 tentang Tata
Laksana Perizinan dan Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Serta Pengawasan Pemulihan Akibat Pencemaran Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun
Oleh Pemerintah Daerah
7. Peraturan Menteri Negara Lingkungan Hidup Nomor 2 Tahun 2008 Tentang Pemanfaatan
Limbah Bahaya Berbahaya dan Beracun
8. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/01/1998 tentang Tata Laksana
Pengawasan Pengelolaan Limbah Bahaya Berbahaya dan Beracun
9. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 255/BAPEDAL/08/1996 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Penyimpanan dan Pengumpulan Minyak Pelumas Bekas
10. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 01/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penyimpanan dan Pengumpulan Limbah Bahan Berbahaya dan
Beracun
11. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 02/BAPEDAL/09/1995 tentang Dokumen Limbah
Bahan Berbahaya dan Beracun.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 33
12. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 03/BAPEDAL/09/1995 tentang Persyaratan Teknis
Pengelolaan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
13. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 04/BAPEDAL/09/1995 tentang Tata Cara dan
Persyaratan Teknis Penimbunan Hasil Pengolahan, Persyaratan Lokasi Bekas Pengolahan
dan Lokasi Bekas Penimbunan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun.
14. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 05 Tahun 1995 tentang Simbol dan Label Kimbah
Baha Berbahaya dan Beracun
15. Keputusan Kepala Bapedal Nomor 68 Tahun 1994 tentang Tata Cara Memperoleh Izin
Penyimpanan, Pengumpulan, Pengoperasian Alat Pengolahan, Pengolahan dan
Penimbunan Akhir Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 34
Bab 4
Pengolahan Limbah B3

4.1 Karakteristik Limbah B3 (Sumber, jenis, jumlah, karakteristik)


Areal pertambangan Gedung Capital Place yang merupakan suatu lingkungan aktivitas
penambangan beserta bengkel-bengkel dan areal perumahannya menghasilkan limbah yang
beragam. Dengan semakin berkembangnya kegiatan penambangan Gedung Capital Place dan
makin banyaknya kegiatan yang dilakukan maka akan semakin besar pula timbulan limbah
yang terjadi. Kondisi ini akan membawa dampak yang cukup luas terkait dengan kondisi
kegiatan dan keselamatan kerja, dimana limbah yang tidak terkelola dengan baik dan benar
akan menimbulkan pencemaran dan dampak negatif lainnya, baik terhadap manusia maupun
terhadap lingkungan hidup.
Limbah bahan berbahaya dan beracun di Gedung Capital Place :
 Lingkungan perkantoran
 Toner
 Cartridge bekas
 Household baterai
 Lingkungan bengkel
 Material terkontaminasi oli (filter oli bekas, majun, sarung tangan, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
 Oli bekas (oli bekas bersih, dan oli bekas kotor)
 Grease bekas
 Aki bekas
 Kaleng cat
 Limbah B3 lainnya
 Perumahan
 Kaleng cat
 Household baterai
 Lingkungan/area kerja
 Limbah medis dari klinik perusahaan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 35
 Limbah abu batu bara dari pembangkit listrik tenaga uap, limbah kimia dari
labolatorium

Identifikasi dan klasifikasi Limbah berbahaya dan beracun secara umum


 Toner bekas
 Catridge tinta
 Household baterai
 Aki bekas (basah dan kering)
 Oli bekas
 Grease bekas
 Pelumas bekas
 Drum Bekas
 Sludge cat
 Kaleng cat
 Filter oli bekas
 Hose oli bekas
 Material terkontaminasi hidrokarbon (majun, sarung tangan, absorben, selang hidrolik,
dan lumpur dari perangkap oli)
 Lumpur / tanah terkontaminasi hidrokarbon (dari tumpahan dan dari oil trip)
 Komponen elektronika dan listrik (PCB dll)
 Serat asbes
 Abu batu bara (fly ash dan bottom ash)
 Abu insenerator (fly ash dan bottom ash)
 Silica glass
 Limbah medis (obat kadaluwarsa, jarum suntik, perban, organ tubuh)
 Limbah labolatorium
 Limbah Hidrogen Peroksida
 Pestisida
 Bahan kimia berbahaya dan beracun (sisa dan kadaluwarsa)
 Wadah (container) bahan berbahaya dan beracun
 Limbah B3 lainnya

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 36
Tambang Gedung Capital Place menggunakan lebih dari 36000 ton bahan bakar solar per
tahun dan sejumlah besar oli, pelumas (grease), dan minyak. Penggunaan hidrokarbon yang
sangat besar dilebih dari 30 bengkel di area pertambangan ini akan menghasilkan limbah
hidrokarbon, khususnya oli dan pelumas bekas yang sangat banyak pula, sehingga perlu
dilakukan pengelolaan yang baik dan benar agar tidak memberikan dampak yang merugikan
terhadap manusia dan lingkungan hidup, terlebih dikarenakan adanya penggolongan limbah
hidrokarbon sebagai limbah bahan berbahaya dan beracun. Untuk karakteristik limbah B3
selengkapnya, dapat dilihat pada tabel berikut :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 37
Tabel 4.1 Karakteristik Limbah B3

No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

1 Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas 150 L/hari Cair Mudah Terbakar

Barang Terkontaminasi
2 Lingkungan Bengkel 1,68 ton/hari Padat Reaktif
Hidrokarbon

3 Lingkungan Bengkel Filter oli bekas 40 L/hari Cair Mudah Terbakar

4 Lingkungan Bengkel Hose oli bekas 30 L/hari Cair Mudah Terbakar

5 Lingkungan Bengkel Drum Bekas 5 unit/hari Padat Korosif

6 Lingkungan Bengkel Sludge cat 5 kg/hari Padat Beracun

7 Wadah B3 Wadah B3 5 unit/hari Padat Korosif

8 Lingkungan Bengkel Toner Bekas 10 L/hari Cair Mudah Terbakar

9 Area Tambang Limbah Hidrogen Peroksida 10 kg/hari Padat Reaktif

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 53
No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

Abu Insinerator (fly ash dan


10 Area Tambang 27,5 kg/hari Padat Mudah Terbakar
bottom ash)

11 Area Tambang Lumpur Beroli 7,5 kg/hari Padat Beracun

Abu Batubara (fly ash dan


12 Area Tambang 50 kg/hari Padat Mudah Terbakar
bottom ash)

11,2 kg/hari Padat


Infeksius
13 Klinik Perusahaan Limbah Medis Beracun
Mudah Terbakar
5 L/hari Cair

14 Perumahan Battery Bekas (Aki) 5 kg/hari Padat Beracun

Beracun
15 Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia 2 kg/hari Padat
Mudah Terbakar

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 54
No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

3 L/hari Cair

16 Lingkungan Perkantoran Catridge tinta 2,5 kg/hari Padat Beracun

17 Lingkungan Perkantoran Household baterai 1 kg/hari Padat Beracun

18 Lingkungan Perumahan Kaleng cat 2 kg/hari Padat Korosif

Komponen Elektronika dan


19 Lingkungan Perumahan 3 kg/hari Padat Mudah Terbakar
listrik

20 Lingkungan Perumahan Serat asbes 1 kg/hari Padat Beracun

21 Lingkungan Perumahan Silica glass 1 kg/hari Padat Beracun

2 kg/hari Padat
Beracun
22 Lingkungan Perumahan Limbah laboratorium
Mudah Terbakar
2 L/hari Cair

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 55
No Sumber Jenis Jumlah Satuan Sifat Karakteristik

23 Lingkungan Perumahan Pestisida 2 L/hari Cair Korosif

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 56
4.2 Simbol dan label

Simbol bahaya digunakan untuk menandai sifat bahan-bahan limbah berbahaya dan
beracun dalam suatu pengemasan, penyimpanan dan pengumpulan atau
pengangkutan. Berdasarkan karakteristik dari masing-masing jenis limbah PT
Indomarco yang telah dicantumkan di sub bab sebelumnya, maka dapat dikategorikan
masing-masing simbol dan label dari jenis limbah tersebut. Berikut adalah macam-
macam simbol dan label beserta jenis limbahnya.

4.2.1 Simbol
a. Simbol klasifikasi limbah B3 mudah terbakar (flammable).
Jenis bahaya flammable dibagi menjadi dua yaitu Extremely flammable (amat sangat
mudah terbakar) dan Highly flammable (sangat mudah terbakar). Untuk Bahan-bahan
dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “extremely flammable “merupakan
liquid yang memiliki titik nyala sangat rendah (di bawah 0oC) dan titik didih rendah
dengan titik didih awal (di bawah 35oC). Bahan amat sangat mudah terbakar berupa
gas dengan udara dapat membentuk suatu campuran bersifat mudah meledak di
bawah kondisi normal.Frase-R untuk bahan amat sangat mudah terbakar adalah
R12.Sedangkan untuk Bahan dan formulasi ditandai dengan notasi bahaya „highly
flammable‟ adalah subyek untuk self-heating dan penyalaan di bawah kondisi
atmosferik biasa, atau mereka mempunyai titik nyala rendah (di bawah
+21oC).Beberapa bahan sangat mudah terbakar menghasilkan gas yang amat sangat
mudah terbakar di bawah pengaruh kelembaban.Bahan-bahan yang dapat menjadi
panas di udara pada temperatur kamar tanpa tambahan pasokan energi dan akhirnya
terbakar, juga diberi label sebagai „highly flammable‟.Frase-R untuk bahan sangat
mudah terbakar yaitu R11.Jenis limbah yang menggunakan simbol cairan mudah
terbakar adalah pelumas bekas, filter oli bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah
medis cair, limbah kimia cair, limbah laboratorium cair.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 56
Sedangkan limbah yang menggunakan simbol padatan mudah terbakar adalah barang
terkontaminasi hidrokarbon, abu insenerator (fly ash dan bottom ash), abu batubara
(fly ash dan bottom ash), komponen elektronika dan listrik.

b. Simbol klasifikasi limbah B3 reaktif

Bahan-bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya “oxidizing“ biasanya
tidak mudah terbakar. Tetapi bila kontak dengan bahan mudah terbakar atau bahan
sangat mudah terbakar mereka dapat meningkatkan resiko kebakaran secara
signifikan.Dalam berbagai hal mereka adalah bahan anorganik seperti garam (salt-
like) dengan sifat pengoksidasi kuat dan peroksida-peroksida organik. Frase-R untuk
bahan pengoksidasi : R7, R8 dan R9.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 57
Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah Hidrogen Peroksida dan Barang
Terkontaminasi hidrokarbon.
c. Simbol klasifikasi limbah B3 beracun
Bahan dan formulasi yang ditandai dengan notasi bahaya „toxic‟ dapat menyebabkan
kerusakan kesehatan akut atau kronis dan bahkan kematian pada konsentrasi sangat
tinggi jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut (ingestion), atau kontak
dengan kulit. Suatu bahan dikategorikan beracun jika memenuhi kriteria berikut:
 LD50 oral (tikus) 25 – 200 mg/kg berat badan
 LD50 dermal (tikus atau kelinci) 50 – 400 mg/kg berat badan
 LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 0,25 – 1 mg/L
 LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 0,50 – 2 mg/L

Frase-R untuk bahan beracun yaitu R23, R24 dan R25

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 58
Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah sludge cat, lumpur beroli, limbah
medis padat, battery bekas (aki), catridge tinta, household baterai, limbah
laboratorium padat, limbah kimia padat, serat asbes, dan silica glass.
d. Simbol klasifikasi limbah B3 korosif
Bahan dan formulasi dengan notasi „corrosive‟ adalah merusak jaringan hidup. Jika
suatu bahan merusak kesehatan dan kulit hewan uji atau sifat ini dapat diprediksi
karena karakteristik kimia bahan uji, seperti asam (pH <2)>11,5), ditandai sebagai
bahan korosif. Frase-R untuk bahan korosif yaitu R34 dan R35.

Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah drum bekas, kaleng cat, wadah
(container)B3, dan pestisida.
e. Simbol klasifikasi limbah B3 menimbulkan bahaya dan infeksi
Ada sedikit perbedaan pada simbol ini yaitu dibedakan dengan kode Xn dan
Xi.Untuk Bahan dan formulasi yang ditandai dengan kode Xn memiliki resiko
merusak kesehatan sedangkan jika masuk ke tubuh melalui inhalasi, melalui mulut
(ingestion), atau kontak dengan kulit.Frase-R untuk bahan berbahaya yaitu R20, R21
dan R22.Sedangkan bahan dan formulasi dengan notasi „irritant‟ atau kode Xi adalah
tidak korosif tetapi dapat menyebabkan inflamasi jika kontak dengan kulit atau
selaput lendir.Frase-R untuk bahan irritant yaitu R36, R37, R38 dan R41. Suatu
bahan dikategorikan berbahaya jika memenuhi kriteria berikut:
 LD50 oral (tikus) 200-2000 mg/kg berat badan
 LD50 dermal (tikus atau kelinci) 400-2000 mg/kg berat badan
 LC50 pulmonary (tikus) untuk aerosol /debu 1 – 5 mg/L
 LC50 pulmonary (tikus) untuk gas/uap 2 – 20 mg/L

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 59
Jenis limbah yang menggunakan simbol ini adalah limbah medis sebelum dimasukkan
ke insenerator.

4.2.2 Label
Label memiliki fungsi untuk memberikan informasi mengenai limbah B3 yang
dihasilkan. Dalam pengelolaan limbah B3, ukuran label yang digunakan 15 cm x 20
cm. Dasar warna label yang akan digunakan adalah warna kuning dengan tulisan dan
garis tepi berwarna hitam. Selain itu tulisan PERINGATAN akan diberi warna merah.
Setiap wadah yang digunakan dalam proses pengemasan akan dipasang label pada
sesuai dengan karakteristik limbanya. Berikut ini adalah desain label identitas limbah
B3 yang akan digunakan :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 60
Untuk label limbah lainnya, cara penulisan label sama seperti yang di atas namun
disesuaikan dengan karakteristik limbah, jenis limbah dll.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 61
4.3 Pengemasan
Pengemasan limbah B3 dilakukan sesuai dengan karakteristik limbah yang
bersangkutan. Pengemasan limbah B3 harus sesuai dengan persyratan umum dan
prinsip tata cara pengemasan Limbah Berbahaya dan Beracun. Tujuan pengemasan
adalah agar setiap jenis limbah sebelum disimpan telah ditandai dengan sistem label
yang sesuai dengan jenis karakteristik limbah, serta telah ditempatkan dalam
kontainer yang sesuai pula. Dengan pendekatan ini, memperkecil kemungkinan
terjadinya kecelakaan atau kesalahan dalam penanganan limbah B3.Pengemasan yang
baik akan mempermudah pengawasan oleh petugas yang diserahi tanggung jawab.
Berdasarkan UU No. 1 tahun 2005 yang mengatur tata cara pengemasan limbah bahan
berbahaya dan beracun maka, dapat ditentukan masing-masing pengemasan limbah
dari Gedung Capital Place.

4.3.1 Drum Logam Banghole Volume 200 liter


Kemasan ini digunakan untuk limbah yang tidak memiliki karakteristik korosif dan
bersifat cair. Limbah yang dapat menggunakan kemasan ini adalah :

Tabel 4.2 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Logam Banghole Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah

1 Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas

2 Lingkungan Bengkel Filter oli bekas

3 Lingkungan Bengkel Hose oli bekas

4 Lingkungan Bengkel Toner Bekas

Sumber : Hasil Perhitungan

4.3.2 Drum Logam Open Top Volume 200 liter


Kemasan ini digunakan untuk limbah yang tidak memiliki karakteristik korosif dan
bersifat padat. Limbah yang menggunakan kemasan ini adalah:

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 62
Tabel 4.3 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Logam Open Top Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah

1 Lingkungan Bengkel Barang Terkontaminasi Hidrokarbon

2 Lingkungan Bengkel Sludge cat

3 Area Tambang Limbah Hidrogen Peroksida

4 Area Tambang Abu Insinerator (fly ash dan bottom ash)

5 Area Tambang Lumpur Beroli

6 Area Tambang Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)

7 Klinik Perusahaan Limbah Medis

8 Perumahan Battery Bekas (Aki)

9 Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia

10 Lingkungan Perkantoran Catridge tinta

11 Lingkungan Perkantoran Household baterai

12 Lingkungan Perumahan Komponen Elektronika dan listrik

13 Lingkungan Perumahan Serat asbes

14 Lingkungan Perumahan Silica glass

15 Lingkungan Perumahan Limbah labolatorium

Sumber : Hasil Perhitungan

4.3.3 Drum Plastik Open Top 200 liter


Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik korosif dan bersifat
padat. Limbah yang menggunakan kemasan ini adalah:

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 63
Tabel 4.4 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Plastik Open Top Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah

1 Lingkungan Perumahan Kaleng cat

Sumber : Hasil Perhitungan


4.3.4 Drum Plastik Banghole 200 liter
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki karakteristik korosif dan
bersifatcair. Limbah yang menggunakan kemasan ini adalah:

Tabel 4.5 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Plastik Banghole Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah

1 Klinik Perusahaan Limbah Medis

2 Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia

3 Lingkungan Perumahan Limbah labolatorium

4 Lingkungan Perumahan Pestisida

Sumber : Hasil Perhitungan


4.3.5 Kontainer 20 m3
Kemasan ini digunakan untuk limbah yang memiliki bentuk padat namun tidak
terkompaksi dengan jumlah limbah per hari-nya cukup besar. Limbah yang
menggunakan kemasan ini adalah :

Tabel 4.6 Limbah B3 dengan Kemasan Drum Plastik Open Top Volume 200 liter
No Sumber Limbah Jenis Limbah

1 Lingkungan Bengkel Drum Bekas

2 Wadah B3 Wadah B3

Sumber : Hasil Perhitungan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 64
4.4 Penyimpanan
Penyimpanan limbah B3 harus dilakukan apabila tidak dapat dilakukan pengolahan
B3 dengan segera.Tujuan dari kegiatan penyimpanan adalah untuk mencegah
terlepasnya limbah B3 ke lingkungan sehingga potensi bahaya terhadap manusia dan
lingkungan dapat dihindarkan. Masing-masing jenis limbah berikut dihitung jumlah
kemasan yang dibutuhkan dengan mengetahui jumlah limbah dan volume kemasan
yang digunakan. Untuk densitas massa limbah diasumsikan sendiri berdasarkan
literatur yang mendukung.

4.4.1 Jumlah Kemasan


 Pelumas Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 150 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 67,5 buah drum


= 68 buah
 Barang Terkontaminasi Hidrokarbon
Diketahui :
Jumlah Limbah = 1,68 ton/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,8
Maka :

Jumlah kemasan =

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 65
=

=

= 945 buah drum
 Filter Oli Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 40 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 18 buah drum
 Hose Oli Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 30 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 13,5 buah drum


= 14 buah drum

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 66
 Drum Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 unit/hari
Kapasitas Alat Angkut = 20 m3
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =


=

= 45 buah kontainer
 Sludge Cat
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,85
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 2,65 buah drum
= 3 buah drum
 Wadah B3
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 unit/hari
Kapasitas Alat Angkut = 20 m3

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 67
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =


=

= 45 buah kontainer
 Toner Bekas
Diketahui :
Jumlah Limbah = 10 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 4,5 buah drum


= 5 buah drum
 Limbah Hidrogen Peroksida
Diketahui :
Jumlah Limbah = 10 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,95
Maka :

Jumlah kemasan =

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 68
=

=

= 4,74 buah drum
= 5 buah drum
 Abu Insenerator (fly ash dan bottom ash)
Diketahui :
Jumlah Limbah = 27,5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,9
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 13,75 buah drum
= 14 buah drum
 Lumpur Beroli
Diketahui :
Jumlah Limbah = 7,5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 1,05
Maka :

Jumlah kemasan =

=

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 69
=

= 3,21 buah drum


= 4 buah drum
 Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)
Diketahui :
Jumlah Limbah = 50 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,92
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 24,46 buah drum


= 25 buah drum
 Limbah Medis Padat
Diketahui :
Jumlah Limbah = 11,2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,2
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 25,2 buah drum

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 70
= 26 buah drum
 Limbah Medis Cair
Diketahui :
Jumlah Limbah = 5 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 2,25 buah drum


= 3 buah drum
 Battery Bekas (Aki)
Jumlah Limbah = 5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,9
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 2,5 buah drum
= 3 buah drum
 Limbah Kimia Padat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 71
Densitas = 0,2
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 4,5 buah drum
= 5 buah drum
 Limbah Kimia Cair
Diketahui :
Jumlah Limbah = 3 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 1,35 buah drum


= 2 buah drum
 Catridge Tinta
Jumlah Limbah = 2,5 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,95
Maka :

Jumlah kemasan =

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 72
=

=

= 1,18 buah drum
= 2 buah drum
 Household Baterai
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,8
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 0,6 buah drum
= 1 buah drum
 Kaleng Cat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,55
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 1,64 buah drum

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 73
= 2 buah drum
 Komponen Elektronika dan Listrik
Jumlah Limbah = 3 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,7
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 1,93 buah drum
= 2 buah drum
 Serat Asbes
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,85
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 0,53 buah drum
= 1 buah drum
 Silica Glass
Jumlah Limbah = 1 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Kerangka Acuan Kerja
Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 74
Densitas = 0,89
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 0,51 buah drum
= 1 buah drum
 Limbah Laboratorium Padat
Jumlah Limbah = 2 kg/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Densitas = 0,82
Maka :

Jumlah kemasan =

=

=

= 1,1 buah drum


= 2 buah drum
 Limbah Laboratorium Cair
Diketahui :
Jumlah Limbah = 2 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 75
=

= 0,9 buah drum


= 1 buah drum
 Pestisida
Diketahui :
Jumlah Limbah = 2 L/hari
Kapasitas Kemasan = 200 L
Waktu Penyimpanan = 90 hari
Maka :

Jumlah kemasan =

= 0,9 buah drum


= 1 buah drum

4.4.2 Pola Penyimpanan Kemasan Limbah B3

Penyimpanan kemasan harus dibuat dengan sistem blok. Setiap blok terdiri atas 2
(dua) x 2 (dua) kemasan agar dapat dilakukan pemeriksaan menyeluruh terhadap
setiap kemasan sehingga jika terdapat kerusakan kecelakaan dapat segera ditangani.
Lebar gang antar blok harus memenuhi persyaratan peruntukannya. Lebar gang untuk
lalu lintas manusia minimal 60 cm dan lebar gang untuk lalu lintas kendaraan
pengangkut (forklift) disesuaikan dengan kelayakan pengoperasiannya.

Penumpukan kemasan limbah B3 harus mempertimbangkan kestabilan tumpukan


kemasan. Untuk kemasan drum logam isi 200 liter, tumpukan sebanyak 3 (tiga) lapis
dengan tiap lapis dialasi palet (setiap palet mengalasi 4 drum). Untuk kemasan yang
drum plastik menggunakan rak.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 76
Jarak tumpukan kemasan tertinggi dan jarak blok kemasan terluar terhadap atap
(lampu penerangan) dan dinding bangunan penyimpanan adalah 1 (satu) meter.

Berikut adalah hasil perhitungan jumlah blok yang dibutuhkan untuk penyimpanan
kemasan masing masing limbah B3 Gedung Capital Place.
 Jumlah blok per jenis limbah =

 Jumlah blok per jenis karakteristik =

Tabel 4.7 Jumlah Blok Penyimpanan Limbah B3 berdasarkan Karakteristik Limbah

Jumlah
Jumlah Jumlah Blok
Blok
Karakteristik Jenis Jumlah Blok per per
Jenis Limbah per
Limbah Kemasan kemasan Jenis Karakteristik
Jenis
Kemasan Limbah
Limbah

Drum Pelumas Bekas 68 5.67


Logam Filter Oli Bekas 18 1.50
9
Banghole Hose Oli Bekas 14 1.17
200L Toner Bekas 5 0.42
Drum Abu Insenerator 14 1.17
Mudah Logam Abu Batubara 25 2.08 4 14
Terbakar Open Komponen
Top 200L Elektronika & listrik 2 0.17
Drum Limbah Medis Cair 3 0.25
Plastik Limbah Kimia Cair 2 0.17 1
Banghole Limbah
200L Laboratorium cair 1 0.08
Drum
Plastik
Pestisida 1
Banghole
200L 1 0.08
Korosif 2
Drum
Plastik
Kaleng Cat 2 1
Open
Top 200L 0.17
Drum Hidrogen Peroksida 5 0.42
Reaktif 80 80
Logam Barang 945 78.75

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 77
Open Terkontaminasi
Top 200L hidrokarbon
Sludge Cat 3 0.25
Lumpur Beroli 4 0.33
Limbah Medis Padat 26 2.17
Limbah Kimia Padat 5 0.42
Drum
Serat asbes 1 0.08
Logam
Beracun Silica glass 1 0.08 4 4
Open
Top 200L Limbah
Laboratorium Padat 2 0.17
Catridge Tinta 2 0.17
Battery Bekas 3 0.25
Household Baterai 1 0.08
Sumber : Hasil Perhitungan
Berdasarkan perhitungan jumlah blok di atas, maka dapat dibuat sketsa lay-out
tempat penyimpanan limbah B3 sebagai berikut.

Gambar 4.1 Sketsa lay-out tempat penyimpanan limbah B3


4.4.3 Tata Ruang Gudang Penyimpanan Limbah B3
Dalam penyimpanan limbah dalam kemasan harus memperhatikan tata cara dan
prinsip penyimpanan limbah B3 sesuai dengan peraturan UU No.1 tahun 1995 yang

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 78
telah disebutkan di bab 3 sebelumnya. Karena tempat penyimpanan yang
direncanakan untuk menyimpan lebih dari 1 (satu) karakteristik limbah B3, maka
ruang penyimpanan:

 Harus dirancang terdiri dari beberapa bagian penyimpanan, dengan ketentuan


bahwa setiap bagian penyimpanan hanya diperuntukkan menyimpan satu
karakteristik limbah B3, atau limbah-limbah B3 yang saling cocok. Meskipun
terdapat lebih dari satu karakteristik pada tiap-tiap limbah, tapi yang digunakan
sebagai acuan adalah tingkat dominan dari karakteristik limbah itu sendiri. Berikut
ini adalah limbah B3 yangsudah dikategorikan sesuai dengan karakteristik yang
sama.

Tabel 4.8 Limbah B3 berdasarkan Karakteristik untuk Penyimpanan


Karakteristik Jumlah
Limbah Jenis Kemasan Jenis Limbah kemasan
Pelumas Bekas 68
Drum Logam Banghole Filter Oli Bekas 18
200L Hose Oli Bekas 14
Toner Bekas 5
Abu Insenerator 14
Mudah Drum Logam Open Top Abu Batubara 25
Terbakar 200L Komponen
Elektronika dan listrik 2
Limbah Medis Cair 3
Drum Plastik Banghole Limbah Kimia Cair 2
200L Limbah Laboratorium
cair 1
Drum Plastik Banghole
200L Pestisida 1
Korosif
Drum Plastik Open Top
200L Kaleng Cat 2
Hidrogen Peroksida 5
Drum Logam Open Top
Reaktif 200L Barang
Terkontaminasi
hidrokarbon 945
Sludge Cat 3
Drum Logam Open Top
Lumpur Beroli 4
Beracun 200L
Limbah Medis Padat 26
Limbah Kimia Padat 5

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 79
Serat asbes 1
Silica glass 1
Limbah Laboratorium
Padat 2
Catridge Tinta 2
Battery Bekas 3
Household Baterai 1
Sumber : Perhitungan
 Antara bagian penyimpanan satu dengan lainnya harus diberi jarak. Dan khusus
untuk yang karakteristik mudah terbakar harus diberi tembok pemisah atau
tembok tahan apiuntuk menghindarkan terjadinya bahaya api ketika terjadi
kebakaran.
 Limbah dengan karakteristik beracun harus dijauhkan dengan limbah dengan
karakteristik mudah terbakar. Hal ini dikarenakan apabila limbah beracun ikut
terbakar pada saat peristiwa kebakaran, maka api yang dihasilkan lebih sulit
dikendalikan daripada api dari limbah karakteristik mudah terbakar.
 Limbah dengan karakteristik reaktif dan korosif memiliki banyak kesamaan, oleh
karena itu boleh diletakkan secara berdekatan. Limbah jenis ini juga boleh
diletakkan dekat dengan limbah mudah terbakar.
 Setiap bagian penyimpanan masing-masing harus mempunyai bak penampung
tumpahan limbah dengan kapasitas yang memadai.
 Sistem dan ukuran saluran yang ada harus dibuat sebanding dengan kapasitas
maksimum limbah B3 yang tersimpan sehingga cairan yang masuk ke dalamnya
dapat mengalir dengan lancar ke tempat penampungan yang telah disediakan.
 Khusus untuk jenis drum bekas dan wadah B3 tidak disimpan pada ruang
penyimpanan. Karena pengangkutannya menggunakan kontainer.

4.5 Transportasi
Pengelolaan limbah B3 adalah rangkaian kegiatan yang mencakup reduksi,
pewadahan penyimpanan, pengumpulan, pemanfaatan, pengangkutan, pengolahan dan
penimbunan. Pengangkutan B3 adalah kegiatan pemindahan B3 dari suatu tempat ke
tempat lain menggunakan sarana angkutan. Persyaratan pengangkutan limbah B3
adalah sebagai berikut :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 80
Memiliki rekomendasi dan izin Pengangkutan
Jenis dan karateristik limbah yang diangkut sesuai dengan izin.
Dilengkapi Dokumen Limbah B3 / Manifest
Persyaratan alat angkut :
1. Alat angkut dan kemasan sesuai dengan karateristik limbah
2. Alat angkut dalam kondisi baik
3. Simbol dan label (Kepka No. Kep-02/Bapedal/09/1995)
Operator yang terlatih
Memiliki Emergency Response System
Memiliki SOP berupa bongkar muat, route/tujuan pengangkutan, dan jadwal.
Melakukan Pelaporan pengangkutan limbah B3

Tipe pengangkutan limbah B3 industri batubara yang dibahas kali ini adalah dari
sumber yaitu hasil pengolahan batubara PT Indomico Mandiri menuju PPLI
(Perusahaan Pengolahan Limbah Industri). Hal ini terkait limbah B3 yang sudah tidak
bisa diolah secara mandiri lagi oleh industry tersebut. Seperti contohnya limbah medis
dari klinik perusahaan/industry dapat diolah dengan teknologi insenerasi, namun di
balik itu alat tersebut juga mengeluarkan abu dari hasil pembakarannya, sehingga abu
yang dihasilkan dari proses insenerasi ini yang akan dikirim ke PPLI.

4.5.1 Mekanisme Perjalanan dan ALiran Dokumen Limbah B3


Dalam proses pengangkutan limbah B3 harus disertai izin dari pemerintah setempat
sesuai peraturan mengenai pengangkutan. Pihak penghasil dan penerima harus
mendapatkan izin dari pemerrintah terkait dan memiliki kelengkapan dokumen
manifestasi Limbah B3. Berikut ini adalah dokumen yang harus disiapkan pada proses
pengangkutan limbah B3 dari sumber hingga penerima :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 81
Gambar Error! No text of specified style in document..2 Alur Dokumen Limbah B3

Berdasarkan Kep. Bapedal No. 2 Tahun 1995 Tentang Dokumen Limbah Bahan
Berbahaya dan Beracun, setiap pengangkutan limbah B3 harus dilengkapi dengan
dokumen resmi. Dokumen limbah B3 yang disarankan terdiri dari tujuh rangkap.
Dokumen limbah B3 terdiri dari tiga rangkap dengan perincian sebagai berikut:

1. Lembar pertama disimpan oleh penghasil limbah B3


2. Lembar kedua disimpan oleh petugas pengumpul limbah B3
3. Lembar ketiga disimpan oleh pengelola TPS limbah B3

4.5.2 Sistem Pengawasan Pengelolaan Limbah B3

Sistem online pengelolan limbah B3 memiliki tujuan untuk memudahkan pengawasan


pengelolaan limbah B3 yang sudah ada di Indonesia saat ini. Ini merupakan fungsi
pelayanan public dalam informasi pengelolan limbah B3, terdiri dari :

 E-manifest pengelolan limbah B3


 Data base penataan pengelola limbah B3
 Data base perusahaan yang mendapat izin pengelolaan limbah B3

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 82
 Data base status proses permohonan perizinan pengelolan limbah B3
 Data peta penyebaran pengelola limbah B3 di Indonesia yang telah mendapat
izin (pengumpul, pengangkut, pemanfaat, pengolah dan penimbun limbah B3).

Berikut ini adalah skema dari alur proses e-manifest pengelolan limbah B3. Dimulai
dari penghasil limbah B3 yang diartikan dalam makalah ini adalah Industri PT
Indomico Mandiri, kemudian setelah dibedakan sistem pengemasannya menurut jenis
dan karateristik limbah tersebut, dalam jangka waktu maksimal 90 hari akan
dilakukan proses pengangkutan. Batas waktu bagi penghasil limbah, atau pemanfaat
limbah atau pengolah/penimbun limbah untuk menyimpan limbahnya sebelum
dikelola lebih lanjut tidak lebih dari 90 hari.

Dengan demikian, penghasil limbah tidak harus menyerahkan limbahnya setiap saat
kepada pengumpul atau pengangkut atau pengolah limbah. Sesuai peraturan yang ada
bahwa setiap kegiatan yang menghasilkan limbah B3, wajib mengolah limbahnya
sesuai teknologi yang ada. Sehingga apabila suatu industri tidak mampu untuk
menangani limbahnya, maka diperbolehkan menyerahkan penanganan limbahnya
kepada pengolah, pemanfaat dan penimbun limbah B3 sesuai alur proses di bawah ini.
Pengolahan biasanya dilakukan di PPLI. Sebelum dilakuakn pengolahan atau tahap
lebih lanjut, limbah B3 dikumpulkan terlebih dahulu dan ini hanya bersifat sementara.
Demikian pengolah limbah B3 dapat menyimpan limbah yang telah diterima
maksimum 90 hari sebelum dilakukan proses selanjutnya yaitu pengolahan. Setiap
pengangkutan dari masing-masing rantai pada gambar di bawah tersebut oleh
pengangkut, wajib disertai dokumen limbah B3 kepada pengumpul, pengolah,
pemanfaat atau penimbun yang sudah ditunjuk oleh penghasil limbah B3.

Pada dasarnya, setiap limbah B3 memiliki karateristik yang berbeda sehingga


pengolahannya pun juga berbeda. Selanjutnya apabila dari hasil pengolahan tersebut
masih ada yang bisa dimanfaatkan kembali, bisa diunakan dan apabila tidak langsung
ditimbun. Badan yang mempunyai kewenangan untuk mengawasi pengelolaan limbah
B3 tersebut di Indonesia adalah sebuah instansi yang bertanggung jawab di bidang
pengendalian dampak lingkungan seperti Kementrian Lingkungan Hidup dengan
Pemerintah Daerah setempat.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 83
Gambar 4.3 E-manifest Pengelolaan limbah B3
4.5.3 Pengangkutan Limbah B3 dari Sumber Menuju PPLI
Sektor pengangkutan merupakan aktivitas yang beresiko tinggi, dengan kemungkinan
terjadinya kecelakaan di jalan serta hal-hal lain yang tidak diinginkan. Usaha ini
membutuhkan izin terlebih dahulu dari Menteri yang mempunyai kewenangan di
bidang perhubungan setelah mendapat pertimbangan dari Menteri Lingkungan Hidup.
Disamping itu, alat angkut yang digunakan harus sesuai dengan peraturan tentang
angkutan yang ada, yaitu : perkereta-apian (UU 13/1992), angkutan darat (UU
14/1992), penerbangan (UU 15/1992) dan pelayaran (UU 21/1992). Penghasil
limbahpun dapat bertindak sebagai pengangkut limbah, dengan aturan-aturan yang
berlaku bagi pengangkut limbah B3.

Selama dalam perjalanannya, limbah tersebut harus dilengkapi dokumen-dokumen


yang berasal dari penghasil limbah maupun dari pengumpul limbah yang menjelaskan
tentang limbah tersebut, dan menyerahkan dokumen tersebut kepada pengolah limbah
bila limbah tersebut telah sampai di tujuan.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 84
Pengangkutan Limbah B3 dari sumber menuju ke PPLI menggunakan alat angkut,
sesuai dengan jenis limbah B3 yang dihasilkan. Dikarenakan setiap alat angkut
memiliki bentuk dan kapasitas yang bermacam-macam. Berikut ini adalah alat
angkutan limbah B3 yang digunakan dalam perencanaan pengolahan limbah B3 PT
Indomico Mandiri :
Tanker truck
Truk tangki merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya digunakan
sebagai alat pengangkutan limbah B3. Tangki adalah bejana tekan dengan kapasitas
air lebih dari 250 liter yang digunakan untuk pengangkutan atau penyimpanan
sementara bahan berbahaya, terdiri dari tangki tetap dan tangki portabel. Truk tangki
digunakan untuk pengangkutan limbah dalam bentuk curah seperti pelumas bekas,
filter oli bekas, hose oli bekas, toner bekas, limbah medis, limbah kimia dan limbah
laboratorium. Dimana keselurahan limbah itu dalam bentuk cair. Berdasarkan
keputusan dirjen perhubungan darat tentang pengangkutan, kapasitas dari truk tangki
bermacam-maca mulai dari 5000 liter sampai 15.000 liter. Sehingga dalam
perencanaan pengelolaan limbah B3 di Gedung Capital Place ini menggunakan truk
tangki dengan kapasitas maksimal yaitu 15.000 liter atau 15 m3.

Gambar 4.4 Tanter Truck kapasitas 15.000 liter


Tabel 4.9 Limbah B3 dengan Alat Pengangkutan Tanker Truck Volume 15 m3
No Sumber Limbah Jenis Limbah Jumlah Total Limbah
(L/90 hari)

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 85
1. Lingkungan Bengkel Pelumas Bekas 13500

2. Lingkungan Bengkel Filter Oli Bekas 3600

3. Lingkungan Bengkel Hose Oli Bekas 2700

4. Lingkungan Bengkel Toner Bekas 900

5. Klinik Perusahaan Limbah Medis 450

6. Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia 270

7. Lingkungan Perumahan Limbah Laboratorium 180

8. Lingkungan Perumahan Pestisida 180

Jumlah Total Volume Limbah 21780

Sumber : Hasil Perhitungan


Total jumlah volume yang harus diangkut ke dalam tanker truck adalah penjumlahan dari
volume masing-masing jenis limbah yaitu 21.780 Liter/90 hari. Sedangkan kapasitas
maksimum alat angkut (tanker truck) yang direncanakan dalam pengelolaan limbah B3
Gedung Capital Place adalah 15.000 Liter.
Perhitungan :
 Total volume yang harus diangkut ke dalam = 21.780 L/90 hari
Tanker truck
 Kapasitas Maksimum tanker truck = 15.000 L
 Jumlah unit transportasi yang dibutuhkan =

= 1,45 unit tranker truck/90 hari


= 2 unit tranker truck/90 hari
Kontainer

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 86
Kontainer merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya
digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah.
Kontainer memiliki kapasitas volume yang berbeda-beda.Kontainer digunakan
dalam pengangkutan limbah B3 seperti drum bekas, wadah sisa B3.
Pengemasan dan pengangkutan limbah tersebut dalam container yang sama,
dikarenakan dalam bentuk kemasan langsung.

Gambar 4.5 Kontainer kapasitas 20m3


Jenis-jenis limbah B3 yang tergolong pengangkutannya menggunakan container
adalah :

Tabel 4.10 Limbah B3 dengan Alat Pengangkutan Kontainer Volume 20 m3


No Sumber Limbah Jenis Limbah Jumlah Total
(Liter/90 hari)

1. Lingkungan Bengkel Drum Bekas 900

2. Lingkungan Bengkel Wadah B3 900

Jumlah Total Volume Limbah 1800

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 87
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan :
 Jumlah unit yang harus diangkut ke dalam = 1800 L/90 hari
kontainer
 Kapasitas Maksimum kontainer = 20.000 L
 Jumlah unit transportasi yang dibutuhkan =

= 0,09 unit kontainer/90 hari


= 1 unit kontainer/90 hari
Drum Van
Kontainer merupakan salah satu alat transportasi yang pada umumnya
digunakan sebagai alat pengangkutan limbah B3 dalam bentuk non curah.
Dalam perencanaan pengelolaan limbah B3 Gedung Capital Place didapatkan
kapasitas maksimum drum van adalah 20.000 liter atau 20 m3. Biaya
pengangkutan dari sumber ke tempat pengolahan atau yang lain, tidak murah.
Sehingga untuk pengangkutan harusnya seefisien mungkin. Jenis–jenis limbah
B3 yang termasuk dalam pengangkutan ke dalam drum van ada di tabel di
bawah ini :
Tabel 4.11 Limbah B3 dengan Alat Pengangkutan Drum Van Volume 20 m3
No Sumber Limbah Jenis Limbah Jumlah Total
Limbah (kg/90
hari)

1. Lingkungan Bengkel Barang Terkontaminasi 151.200


Hidrokarbon

2. Lingkungan Bengkel Sludge cat 450

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 88
3. Area Tambang Limbah Hidrogen Peroksida 900

4. Area Tambang Abu Insenerator 2475

5. Area Tambang Lumpur Beroli 675

6. Area Tambang Abu Batubara 4500

7. Klinik Perusahaan Limbah Medis Padat 1008

8. Perumahan Battery Bekas (Aki) 450

9. Lingkungan Perkantoran Limbah Kimia Padat 225

10. Lingkungan Perkantoran Catridge Tinta 90

11. Lingkungan Perkantoran Household Baterai 180

12. Lingkungan Perumahan Kaleng Cat 270

13. Lingkungan Perumahan Komponen Elektronik & 90


Listrik

14. Lingkungan Perumahan Serat Asbes 90

15. Lingkungan Perumahan Silica Glass 180

16. Lingkungan Perumahan Limbah Laboratorium Padat 180

Jumlah Total Volume Limbah 163143

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 89
Sumber : Hasil Perhitungan

Perhitungan :
 Jumlah unit yang harus diangkut ke dalam = 163.143 kg/90 hari
Drum Van
 Densitas = 0,77 kg/L
 Kapasitas Maksimum Drum Van = 20.000 L
 Jumlah unit transportasi yang dibutuhkan =

=
( )

= 10,59 unit Drum Van/90 hari


= 11 unit Drum Van/90 hari
Dari hasil perhitungan di atas, di dapatkan untuk keseluruhan jumlah transportasi
yang dibutuhkan dalam proses pengangkutan limbah B3 ke PPLI, dalam jangka waktu
maksimal penyimpanan 90 hari, terdapat dalam tabel berikut :

Tabel 4.12 Jumlah Total Transportasi Limbah B3 yang Dibutuhkan dalam 90 hari
Jumlah Kapasitas Jumlah Pembulatan
Jenis Transportasi yang diangkut Alat Angkut (Liter) Unit Jumlah Unit
Drum Van 163143.00 20000 10,59 11
Tanker truck 21600.00 15000 1.44 2
Kontainer 1800.00 20000 0.09 1.00
Total 186543.00
Sumber : Hasil Perhitungan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 90
4.5.4 Dokumen Limbah Bahan Berbahaya Dan Beracun

Setiap pengangkutan Limbah Bahan Berbahaya dan Beracun (B3), harus


dilengkapi dengan dokumen resmi. Karena sifat dari limbah B3, maka perpindahan
limbah B3 harus dilengkapi dengan dokumen limbah B3. Dokumen limbah B3
tersebut merupakan legalitas dari kegiatan pengelolaan limbah B3. Dengan demikian
dokumen resmi ini merupakan sarana/alat pengawasan yang ditetapkan pemerintah
untuk menghindari hal-hal yang tidak diinginkan dan juga untuk mengetahui mata
rantai perpindahan dan penyebaran limbah B3.

Dokumen limbah B3 merupakan dokumen yang senantiasa dibawa dari tempat asal
pengangkutan limbah B3 ke tempat tujuan. Dokumen diberikan pada waktu
penyerahan limbah B3. Dokumen limbah B3 tersebut meliputi juga dokumen muatan.
Dokumen limbah B3 terdiri dari 7 (tujuh) rangkap apabila pengangkutan hanya satu
kali dan apabila pengangkutan lebih dari satu kali (antar muda), maka dokumen terdiri
dari 11 (sebelas) rangkap dengan perincian sebagai berikut:

a. lembar asli (pertama) disimpan oleh pengangkut limbah B3 setelah


ditandatangani oleh penghasil, pengumpul, dan pengolah limbah B3 (warna
putih);
b. lembar kedua yang sudah ditandatangani pengangkut limbah B3, oleh penghasil
limbah B3 atau pengumpul dikirim kepada Badan Pengendalian Dampak
Lingkungan (warna kuning);
c. lembar ketiga yang sudah ditandatangani oleh pengangkut limbah B3 disimpan
oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang menyerahkan limbah B3 untuk
diangkut oleh pengangkut limbah B3 (warna hijau);
d. lembar keempat setelah ditandatangani oleh pengumpul atau pengolah limbah
B3 oleh pengangkut diserahkan kepada pengumpul limbah B3 atau pengolah
limbah B3 yang menerima limbah B3 dari pengangkut limbah B3 (warna merah
muda);
e. lembar kelima dikirim kepada Badan Penngendalian Dampak Lingkungan
setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3
(warna biru);

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 91
f. lembar keenam dikirim oleh pengangkut kepada Gubernur Kepala Daerah
Tingkat I yang bersangkutan, setelah ditandatangani oleh pengumpul limbah B3
atau pengolah limbah B3 (warna krem);
g. lembar ketujuh dikirim oleh pengangkut kepada penghasil limbah B3 oleh
pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3, setelah ditandatangani oleh
pengumpul limbah B3 atau pengolah limbah B3 (warna ungu);
h. lembar kedelapan s/d lembar kesebelas dikirim oleh pengangkut kepada
penghasil atau pengumpul setelah ditandatangani oleh pengangkut terdahulu
dan diserahkan kepada pengangkut berikutnya (antar muda).

Pengisian Dokumen Limbah B3 harus diisi dengan huruf cetak dan jelas. Nomor 1
sampai dengan nomor 12 diisi oleh penghasil atau pengumpul limbah B3 yang
mengirimkan limbah B3 ke tujuan yaitu dari penghasil ke pengumpul atau ke
pemanfaat atau pengolah, dan/atau dari pengumpul ke pemanfaat dan/atau ke
pengolah (disesuaikan dengan kepentingannya). Penghasil limbah B3 akan menerima
kembali dokumen limbah B3 dari pengumpul atau pengolah selambat-lambatnya 120
hari sejak limbah B3 diangkut untuk dibawa ke pengumpul atau ke pemanfaat atau
pengolah limbah.

Pengangkutan limbah B3 juga merupakan kegiatan yang beresiko meningkatkan


mobilitas pencemar yang terkandung dalam limbah B3. Untuk itu dalam proses
pengangkutan terdapat standart operasional (SOP) yang harus dipenuhi dan dilakukan
agar proses penanganan berjalan baik dan sesuai dengan perencanaan. Standart
operasional berlaku untuk penghasil, petugas pengumpul, pengurus TPS limbah B3.

A. Standar operasional prosedur untuk penghasil Limbah B3


1. Penghasil Limbah B3 menyimpan sampah B3 yang dihasilkannya pada wadah
Limbah B3 yang tertutup rapat.
2. Limbah B3 disimpan di dalam kemasan aslinya pada wadah Limbah B3.
Untuk lampu neon, selain disimpan masih pada kemasan aslinya juga
dibungkus kantong plastik untuk keamanan apabila pecah.
3. Limbah B3 yang dihasilkan dalam jumlah besar sehingga tidak muat apabila
disimpan di wadah sebaiknya disimpan di tempat yang aman dan jauh dari
jangkauan anak-anak seperti garasi, gudang, dan sebagainya.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 92
4. Penghasil Limbah B3 menyimpan Limbah B3 yang dihasilkannya di wadah
Limbah B3 selama-lamanya 90 hari sampai dikumpulkan oleh petugas
pengumpul Limbah B3.
5. Penghasil Limbah B3 menyerahkan Limbah B3 yang disimpannya maksimal
selama 90 hari kepada petugas pengumpul Limbah yang mengambil Limbah
B3 tiap 2 minggu sekali.
6. Penghasil Limbah B3 wajib mengisi manifes Limbah B3 yang diserahkan oleh
petugas pengumpul Limbah B3.
B. Standar operasional prosedur untuk petugas pengumpul sampah B3
1. Petugas pengumpul Limbah B3 wajib memenuhi persyaratan umum dan
khusus pengemudi kendaraan pengangkut Limbah B3.
2. Petugas pengumpul Limbah B3 mengambil Limbah B3 yang dikumpulkan
oleh penghasil Limbah B3 tiap 2 minggu sekali.
3. Petugas pengumpul Limbah B3 memilah Limbah B3 yang dihasilkan
penghasil Limbah B3 berdasarkan jenisnya untuk dimasukkan ke masing-
masing wadah berdasarkan jenis Limbah B3nya pada box kendaraan
pengangkut.
4. Petugas pengumpul Limbah B3 mengambil manifes di kantor kecamatan dan
menyerahkan manifes ke penghasil Limbah B3 untuk diisi.
5. Petugas pengumpul Limbah B3 menyimpan salah satu manifes yang telah diisi
oleh penghasil dan menyerahkan satu manifes yang lain ke pengelola
kontainer sampah B3 di TPS sampah B3.

C. Standar operasional prosedur untuk pengurus TPS sampah B3


1. Menerima Limbah B3 berdasarkan karakteristiknya dari petugas pengumpul
Limbah B3.
2. Menempatkan Limbah B3 berdasarkan karakteristiknya pada kontainer
Limbah B3.
3. Menerima dan menyimpan manifes Limbah B3 dari petugas pengumpul
Limbah B3.
4. Menyerahkan Limbah B3 yang telah disimpan paling lama 90 hari di TPS ke
instansi khusus pengelola sampah B3.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 93
Tanker truck yang digunakan mempunyai kapasitas volume 15 m³. Gambar alat
angkut yang digunakan dapat dilihat pada kedua gambar dibawah ini :

Gambar 4.6 Tanker Truck Kapasitas volume 15 m3

4.6 Gambaran Umum Rencana Pengolahan


Limbah bahan berbahaya dan beracun (B3) adalah sisa suatu usaha dan
kegiatan yang mengandung bahan berbahaya dan beracun karena sifat, konsentrasi
dan jumlahnya baik secara langsung maupun tidak langsung dapat mencemari atau
merusak lingkungan sehingga dapat membahayakan lingkungan, kesehatan manusia
dan makhluk hidup sekitarnya. Pengolahan limbah B3 merupakan rangkaian kegiatan
yang mencakup reduksi, penyimpanan, pengumpulan, pengangkutan, pemanfaatan,
pengolahan dan penimbunan limbah B3. Pengolahan limbah B3 ini bertujuan untuk
mencegah dan menanggulangi pencemaran serta kerusakan lingkungan yang
diakibatkan oleh limbah B3 serta melakukan pemulihan kualitas lingkunganyang
sudah tercemar sehingga fungsinya kembali. Setiap orang yang menghasilkan limbah
B3 diwajibkan untuk mengolah limbah B3 yang telah dihasilkan sesuai dengan
teknologi yang ada dan jika tidak mampu dilakukan pengolahan di dalam negeri dapat
diekspor ke Negara lain yang memiliki teknologi pengolaahan limbah B3.

Gedung Capital Place menghasilkan beberapa jenis limbah B3 dari usaha


pertambangan batubara ini. Terdapat 23 jenis limbah B3 yang dihasilkan dari usaha
pertambangan ini. Berikut ini gambaran umum pengolahan dari limbah B3 yang
dihasilkan oleh Gedung Capital Place:

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 94
1. Pelumas Bekas

Limbah B3 jenis pelumas bekas ini termasuk dalam limbah B3 yang memiliki
karakteristik beracun, mudah terbakar dan reaktif sehingga apabila tidak ditangani
pengolahannya dan pembuangannya maka akan membahayakan manusia dan
lingkungan. Dalam pengolahan limbah pelumas bekas ini dapat dilakukan dengan
metode acid clay treatment untuk mengkaji penurunan kadar Pb yang terkandung
dalam pelumas bekas. Acid clay treatment adalah suatu metode pengolahan yang
digunakan pada pelumas bekas dengan menggunakan penambahan asam dan lempung
di dalam prosesnya. Asam kuat yang digunakan pada metode ini adalah Asam Sulfat
(H2SO4) dan lempung yang digunakn yaitu lempung kaolin. . Hal ini bertujuan untuk
menurunkan kadar zat-zat pencemar yang terdapat di dalam limbah pelumas bekas.
Metode pengolaahan ini merupakan salah satu metode pengolahan dalam teknologi
refining.

Prosedur pengolahan pelumas bekas dapat dilakukan sebagai berikut :

 Sebanyak 10 mL H2SO4 2M dimasukkan kedalam 200 mL pelumas bekas


kemudian diaduk menggunakan jar test dengan kecepatan 150 rpm selama 5
menit.
 Sampel yang telah diaduk diambil filtratnya sebanyak 150 mL.
 Untuk variasi tingkat keasaman (pH), ditambah NaOH yang bervariasi dari
masing-masing sampel.
 Kemudian dimasukkan adsorben berupa lempung kaolin yang telah diaktivasi,
dilakukan variasi adsorben untuk masing-masing sampel. Lalu diaduk dengan jar
test menggunakan kecepatan 100 rpm Selma 15 menit.
 Dilakukan variasi waktu pengadukan sampel menggunakan jar test.
 Masing-masing sampel yang telah dilakukan pengolahan kemudian diambil
filtratnya untuk diuji kadar Pb yang ada pada pelumas bekas.

Setelah limbah bekas pelumas ini dikirim ke PPLi,

2. Barang Terkontaminasi Hidrokarbon

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 95
Barang terkontaminasi Hidrokarbon tergolong limbah B3 karena
dikarakteristikkan sebagai limbah beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Barang
yang terkontaminasi oleh hidrokarbon ini ada beberapa jenis, dibawah ini akan
dibahas jenis dan cara pengolahannya :
a) Tanah terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk
tanah terkontaminasi hidrokarbon) selanjutnya dibawa ke
bioremediation unit (BTU)
b) Bahan/penyerap majun yang terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk
majun beroli) selanjutnya dibawa ke bioremediation unit (BTU)
c) Selang hidrolik yang terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk
selang hidrolik beroli) selanjutnya dilakukan pengolahan lebih lanjut
(yang berizin dan disetujui)
d) Filter yang terkontaminasi hidrokarbon
 Dimasukkan ke dalam drum/bin/container limbah beroli (khusus untuk
filter beroli) selanjutnya dibawa ke insenerator
e) Air yang terkontaminasi hidrokarbon
 Untuk limbah oli kotornya diambil oleh Departemn Supply,
dimasukkan dalam tangki oli kotor kemudian dibawa ke decanting
area, dikirim ke perusahaan pengolah limbah B3 berijin dan disetujui.
 Untuk limbah lumpur beroli dimasukkan dalam drum/bin/container
limbah beroli (khusus untuk lumpur beroli) selanjutnya dibawa ke
bioremediation unit (BTU)

3. Filter Oli Bekas

Filter oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik
beracun, mudah terbakar, dan reaktif. Limbah ini termasuk dalam limbah B3 yang
perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan yang dilakukan untuk limbah filter oli bekas
dan hose oli bekas hampr sama. Pengolahan yang dilakukan adalah sebagai berikut :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 96
 Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul dengan kapasitas tertentu.
 De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air
(dehydrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan
menguap dan terpisah dari oli.
 Cooling
Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu
kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin.
 Mixing
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan
yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan
performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah
menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat
yang berupa kotoran yang telah mengumpul.
 Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini
berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
 Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
 Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan.
Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan
bening. Bentonit akan tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli
akan tersaring.
 Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.
4. Hose Oli Bekas

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 97
Hose oli bekas merupakan limbah yang bersifat cair dan mempunyai karakteristik
beracun, mudah terbakar, reaktif dan eksplosif bila tidak ditangani pengolahannya dan
membuangnya tanpa diolah akan membahayakan kesehatan manusia dan lingkungan.
Filter oli bekas ini akan diolah dengan metode refining. Tujuan diolah yaitu supaya
filter bekas oli ini bisa digunakan kembali. Metode pengolahan ini dilakukan dengan
langkah-langkah sebagai berikut :

 Storing
Hose Oli bekas dikumpulkan pada bak pengumpul sengan kapasitas tertentu.
 De-watering
Oli bekas dari bak pengumpul akan dikenai proses penghilangan air
(dehydrasi). Oli ini akan dipanasi dengan suhu 1500C. Pada suhu ini air akan
menguap dan terpisah dari oli.
 Cooling
Oli yang telah melewati proses dehydrasi akan didinginkan sampai suhu
kamar. Oli akan dipompa menuju bak pendingin.
 Mixing
Oli bekas selanjutnya direaksikan dengan asam kuat, asam yang digunakan
yaitu asam sulfat. Pereaksi dengan asam ini bertujuan untuk mengembalikan
performa oli yang telah rusak. Pereaksikan dengan asam ini oli akan berubah
menjadi 2 fase, yaitu fase beningan berupa oli yang sudah baik dan fase padat
yang berupa kotoran yang telah mengumpul.
 Dekanting
Oli dari mixer dipompa menuju bak penampung. Bak penampung ini
berfungsi sebagai fase pemisah beningan dan padatan.
 Adsorbing
Oli akan dipompa menuju bak penjernih. Oli dalam bak penjernih akan diaduk
bersamaan dengan bentonit sebagai adsorbent.
 Filtrasi
Hose oli bersama dengan bentonit akan dilakukan proses penyaringan.
Dilakukan proses ini supaya hose oli bekas yang didapat dalam keadaan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 98
bening. Bentonit akan tertahan dengan kotoran yang terikat sehingga hose oli
akan tersaring.
 Penampungan akhir
Limbah hose oli hasil filtrasi harus dalam karakteristik yang baik dan terjamin
kualitasnya.
5. Drum Bekas

Drum bekas dari Gedung Capital Place ini tergolong limbah B3 karena
dikarakteristikkan sebagai limbah korosif. Drum bekas ini daya jualnya masih
diminati oleh beberapa kalangan karena banyak sekali manfaatnya. Sebagian besar
drum bekas ini hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-apa.
Setelah dilakukan pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual belikan dan
dimanfaatkan dengan beberapa ide kreatif. Salah satunya yaitu dimanfaatkan sebagai
tempat sampah. Walaupun sebenarnya drum bekas tergolong limbah B3, akan tetapi
dengan kekreativitasan produksi dapat dimanfaatkan dengan beberapa keahlian
khusus.

6. Sludge Cat

Sludge cat tergolong limbah B3 yang dihasilkan oleh Gedung Capital Place karena
memiliki karakteristik beracun sehingga perlu dilakukan pengolahan. Pengolahan
limbah Sludge cat yaitu sebagai berikut :

 Tempatkan pada wadah khusus limbah residu cat yang dibuat dari plastik.
 Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
 Untuk kaleng cat yang sudah kosong bisa dibuang seperti limbah besi.
 Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
 Setelah sampai di PPLi, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam lumpur.
 Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
 Mereduksi organism patogen
 Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi
sebagai berikut ini :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 99
Pemanfaatan Sludge cat sebagai bahan utama dalam pembuatan bata kontruksi
paving blok . Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga
pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya
member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak
yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan
bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa ihak sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
 Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima oleh lingkungan.
7. Wadah (container) B3

Wadah (container) B3 ini bersifat korosif. Wadah ini memiliki nilai jual yang
cukup tinggi dan diminati oleh banyak orang seprti drum bekas tadi. Kalau memang
sudah tidak layak lagi mungkin akan di musnahkan, akan tetapi kalau masih bisa
dimanfaatkan kembali mungkin hanya akan di cat atau di renovasi lagi sehingga bisa
dimanfaatkan kembali.

8. Toner Bekas

Toner bekas ini berbentuk cair dan memiliki karakteristik mudah terbakar
sehingga bersifat B3. Pengolahan limbah B3 toner bekas harus dikelola oleh pengolah
berijin walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang cukup
ringan. Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan lagi kepada
pemasok mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui bahwa plastik
menjadi bahan dasar untuk membuat tempat penampung tintanya, sehingga proses
pendaur ulangannya sama seperti pendaur ulangan plastik biasa. Namun isi dari toner
ini mengandung karbon hitam sehingga harus dibersihkan terlebih dahulu.

Jika Toner berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses supaya tidak
mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika toner berisikan pewarna
sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual karena dapat mengganggu
kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu dilakukan pembakaran di incinerator
dengan suhu 12000C.

9. Limbah Hidrogen Peroksida

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 100
Limbah hidrogen peroksida bersifat eksplosif dan karsinogenetik sehingga perlu
dilakukan pengolahan dengan beberapa cara khusus. Senyawa ini merupakan bahan
kimia anorganik yang memiliki sift oksidator yang kuat. Reaksi dekomposisi
hydrogen peroksida menghasilkan air dan panas. Hydrogen peroksida ini bukan
merupakan senyawa yang aman bagi manusia. Pengolahan limbah ini membutuhkan
biaya yang cukup besar. Pengolahannya yaitu dapat dilakukan sebagai berikut :

1. Menambahkan enzim katalase secara kontinyu kedalam bak pengolahan air


buangan untuk menggantikan katalase yang rusak selama proses penguraian
limbah hidrogen peroksida.
2. Menurunkan suhu atau Ph air limbah kedalam kondisi yang dapat ditolerir
oleh enzim katalase konvensional

Pengolahan ini memerlukan biaya yang cukup tinggi, energy yang dibutuhkan juga
besar dan waktu yang lama untuk mengolah limbah hidrogen peroksida ini hingga
menjadi air murni dan oksigen.

10. Abu Incenerator (fly ash dan bottom ash)

Limbah B3 yang telah dibakar di incinerator akan menghasilkan abu yang bersifat
beracun, korosif, dan mudah terbakar. Abu hasil pembakaran limbah B3 ini ada yang
sudah steril tapi ada juga yang masih mengandung bahan beracun dan berbahaya.
Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu pembakaran limbah B3 di incinerator:
 Abu insenerator harus ditempatkan pada tempat khusus abu insenerator.
 Wadah penyimpanan abu insenerator dilengkapi dengan simbol ukuran minimum
10 cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.
 Jaga wadah dalam kondisi kering.
 Selain itu, bekas abu incinerator ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan
bahan-bahan bangunan seperti genteng, batu bata, dll.
 Sampai di PPLi limbah abu incinerator akan diolah dengan menggunakan sanitary
landfill
11. Lumpur Beroli

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 101
Lumpur Beroli tergolong limbah B3 karena beracun sehingga perlu dilakukan
pengolahan. Pengolahan limbah lumpur beroli ini hampir sama dengan pengolahan
limbah sludge cat. Pengolahan limbah Lumpur Beroli yaitu sebagai berikut :

 Tempatkan pada wadah khusus yang terbuat dari plastik limbah lumpur beroli
.
 Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
 Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
 Setelah sampai di PPLi, dilakukan pengstabilan senyawa-senyawa organik
yang terkandung di dalam lumpur.
 Mereduksi volume dengan mengurangi kandungan air.
 Mereduksi organism patogen
 Memanfaatkan hasil samping proses pengolahan yang memiliki nilai ekonomi
sebagai berikut ini :
Pemanfaatan limbah lumpur beroli sebagai bahan utama dalam pembuatan
bata kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen
sehingga pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang
awalnya member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan
dampak yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi
bahan bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa ihak sesuai
dengan Standar Nasional Indonesia (SNI).
 Mengkondisikan agar lumpur yang dilepaskan ke lingkungan dalam keadaan
aman dan dapat diterima oleh lingkungan.
12. Abu Batubara (fly ash dan bottom ash)

Limbah abu batubara ini berasal dari hasil pembakaran batubara, ini tergolong
limbah B3. Pengolahan limbah abu batubara dan limbah abu incinerator sama. Abu
hasil pembakaran batubara kemungkinan mengandung bahan berbahaya dan beracun
sehingga perlu dilakukan pengolahan. Berikut ini adalah pengelolaan limbah hasil abu
pembakaran limbah B3 di incinerator:
 Abu batubara harus ditempatkan pada tempat khusus penampungan abu hasil
pembakaran.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 102
 Wadah penyimpanan abu batubara dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10
cm x 10 cm, dilengkapi juga dengan label dan kode limbah untuk abu batubara.
 Jaga wadah dalam kondisi kering.
 Selain itu, bekas abu batubara ini bisa digunakan sebagai bahan tambahan bahan-
bahan bangunan seprti genteng, batu bata, dll.
 Pengelolaan abu batubara dengan sanitary landfill
13. Limbah Medis

Limbah medis tergolong limbah B3 (Bahan Berbahaya dan Beracun) yang


diperlukan penanganan khusus dan tidak boleh ditangani secara sembarangan. Limbah
Medis perlu dimusnahkan menggunakan teknologi incinerator dengan sistem Stepped
Heart Controlled Air Incenerator dengan 2 proses pembakaran yaitu Primary Chamber
dan Secondary Chamber. Incinerator untuk limbah medis yaitu inceneator dengan
kapasitas 6-12 ton per hari atau yang dapat memusnahkan limbah B3 medis kurang
lebih 500 kg per jam, dan dilengkapi dengan Air Pollution Control yang berfungsi
khusus untuk menetralkan emisi gas buangan partikel-partikel, acid gas, toxic metal,
organic compound, CO serta dioxin dan furan sehingga gas buangan yang dikeluarkan
memenuhi parameter yang telah ditetapkan.

PLLi menyediakan jasa eksklusif dalam penanganan limbah B3 medis yang


mempunyai peranan aktif dalam meningkatkan kesehatan masyarakat dan menjamin
kelangsungan lingkunganhidup yang sehat dan aman. Dapat ditawarkan pengelolaan
dengan jasa terpadu sebagai berikut :

 Pelatihan dalam pengolahan limbah medis dalam lingkungan perushaan


 Penyewaan wadah penampung limbah medis
 Pengangkutan limbah medis ke tempat pemusnahan akhir
 Pembakaran dan pemusnahan akhir menggunakan incinerator dengan teknologi
mutakhir
 Pengolahan abu sisa pembakaran dengan sanitary landfill
 Pencatatan neraca limbah medis untuk dilaporkan kepada Kementrian Lingkungan
Hidup
14. Battery Bekas (Aki)

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 103
Battery bekas (Aki) digolongkan dalam limbah B3. Pengolahan limbah B3 jenis
ini dapat dilakukan sebagai berikut :

 Pasang simbol korosif pada wadah/tempat sampah untuk limbah aki.


 Untuk aki basah diperiksa dahulu kondis akinya sebelum dibuang, jika ada
kebocoran, maka air aki dipindah dahulu pada jerigen yang tersedia untuk air
aki.
 Pisahkan aki yang masih ada air akinya dengan yang sudah tidak ada air
akinnya.
 Pisahkan aki kering dan aki basah, gunakan palet yang berbeda.
 Lakukan pengecekan rutin untuk memeriksa jika terjadi kebocoran
 Penyimpanan aki bekas di area penghasil (tempat sampah) tidak lebih dari 30
hari.
 Gunakan absorben khusus jika terjadi kebocoran atau tumpahan.
 Simpan absorben pada wadah bahan/material terkontaminasi hidrokarbon
 Penyimpanana aki tidak boleh lebih dari 90 hari.
15. Limbah Kimia

Limbah kimia ini ada yang cair dan juga ada yang padat dan memiliki sifat
beracun, reaktif, mudah terbakar, korosif dan eksplosif. Untuk limbah yang bersifat
padat dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan pengolahan secara fisik
maupun kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai berikut :

 Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak
penampung ditetapkan kurang lebih 12 jam
 Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan
kimia bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum Ph
8. Pada tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai
dengan pengadukan berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula Ph control agar
Ph air limbah tidak begitu tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
 Proses Koagulasi

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 104
Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak
koagulasi. Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu
dilakukan pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-
15 menit.
 Proses Flokulasi
Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride
(PAC) atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan
lambat dengan kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.
 Proses Pemisahan Flok I
Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak
clarifier. Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok
yang sudah terentuk.
 Proses Pemisahan Flok II
Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand
filter.bak sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan
flok dapat dilakukan secara kontinyu.
 Analisa Air Hasil Pengolahan
Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air
limbah aman untuk dibuang.
16. Catridge Tinta

Catridge tinta ini merupakan limbah padat yang beracun yang hampir sama
dengan limbah toner bekas. Beberapa cara pengolahan dapat dilakukan untuk jenis
limbah ini yaitu sebagai berikut :

 Jika dimungkinkan limbah catridge tinta dikirim ke supplier asalnya.


 Jika tidak bisa pastikan catridge tinta dalam kondisi kering sebelum diolah.
 Tempatkan pada wadah khusus limbah catridge tinta yang dibuat dari plastik.
 Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
 Lalu kirim ke TPS berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
 Ketika di PPLi akan dilakukan pengolahan limbah sebagai berikut :

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 105
Pengolahan limbah B3 catridge tinta harus dikelola oleh pengolah
berijin walaupun hanya termasuk limbah bahan berbahaya dan beracun yang
cukup ringan. Karena bersifat ringan inilah mungkin tidak bisa dikembalikan
lagi kepada pemasok mupun penjual. Sebagian masyarakat sudah mengetahui
bahwa plastik menjadi bahan dasar untuk membuat tempat penampung
tintanya, sehingga proses pendaur ulangannya sama seperti pendaur ulangan
plastik biasa. Namun isi dari catridge ini mengandung karbon hitam sehingga
harus dibersihkan terlebih dahulu.
Jika catridge berisi tinta cair, maka air limbah cucian harus diproses
supaya tidak mencemari sumber air dan tanah sekitar. Sedangkan jika catridge
berisikan pewarna sebuk maka jangan dilakukan pembersihan secara manual
karena dapat mengganggu kesehatan pekerja. Pengolahan yang tepat yairu
dilakukan pembakaran di incinerator dengan suhu 12000C.
17. Household Baterai

Household Baterai dalam bentuk padat bersifat beracun dan eksplosif. Household
baterai mengandung berbagai logam berat seperti merkuri, mangan, timbale,
cadmium, nikel dan lithium yang berbahaya bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Pengolahan limbah jenis ini dapat dilakukan sebagai berikut :

 Pastikan Household dalam kondisi kering sebelum dibuang.


 Tempatkan pada wadah khusus limbah household baterai yang dibuat dari
plastik.
 Lengkapi simbol beracun dengan ukuran minimum 10 cm X 10 cm, label dan
kode limbah yang sesuai.
 Lalu kirim ke PLLI berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
 Sampai di PLL dilakukan pengolahan household baterai yaitu dengan cara
didaur ulang, sementara komponen seperti cadmium dan mangan akan
dinetralisir dan kemudian dikubur dengan mekanisme yang sudah memenuhi
standar manajemen limbah agar tidak mencemari air tanah.

18. Kaleng Cat

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 106
Limbah kaleng cat berbentuk padat dan bersifat beracun serta korosif. Pengolahan
limbah kaleng cat ini hampir sama dengan pengolahan drum bekas dan wadah
(container) B3. Kaleng cat ini daya jualnya masih diminati oleh beberapa kalangan
karena banyak sekali manfaatnya walopun ukurannya yang cukup kecil. Sebagian
besar kaleng cat ini hanya dicuci hingga bersih dan tidak dilakukan pengolahan apa-
apa. Setelah dilakukan pencucian dengan bersih, drum bekas ini akan diperjual
belikan dan dimanfaatkan dengan beberapa ide kreatif. Walaupun sebenarnya kaleng
cat tergolong limbah B3, akan tetapi dengan kekreativitasan produksi dapat
dimanfaatkan dengan beberapa keahlian khusus.

19. Komponen Elektronika dan Listrik

Komponen elektronika dan listrik tergolong limbah B3 dalam bentuk padat dan
bersifat beracun, mudah terbakar, serta eksplosif. Untuk menangani masalah limbah
komponen elektronika dan listrik ini, seharusmya dilakukan pengiriman kembali
kepada pihak produksi barang karena sampai saat ini masalah limbah B3 komponen
elektronik dan listrik sebagian besar tidak dikelola.

20. Serat Asbes

Serat asbes ini dihasilkan dari kegiatan produksi Gedung Capital Place Tbk.
Limbah ini berbentuk padat dan memiliki sifat beracun. Dilakukan pengolahan
limbah yaitu sebagai berikut :
 Limbah asbes harus ditempatkan pada wadah khusus limbah asbes.
 Dilengkapi dengan simbol ukuran minimum 10 cm X 10 cm, dilengkapi juga
dengan label dan kode limbah yang sesuai.
 Lalu kirim ke PPLi berijin dalam kondisi kering dan tidak lembab.
 Serat asbes ini dapat dikelola dan dimanfaatkan sebagai berikut :
Pemanfaatan limbah serat asbes sebagai bahan utama dalam pembuatan bata
kontruksi paving blok. Hal ini dapat mengurangi penggunaan semen sehingga
pembuatan bata kontruksi paving bisa lebih ekonomis. Limbah yang awalnya
member dampak negative pada masyarakat kini bisa memberikan dampak
yang positif dalam bidang industri. Pengolahan sludge cat ini menjadi bahan

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 107
bangunan paving block cukup menguntungkan beberapa ihak sesuai dengan
Standar Nasional Indonesia (SNI).
21. Silica Glass

Silica glass termasuk dalam limbah B3. Jenis limbah ini sangat sulit untuk diolah
sehingga mungkin limbah silica glass ini akan dihancurkan hingga terbentuk kepingan
kecil-kecil lalu dimanfaatkan sebagai bahan dasar perhiasan. Selain itu juga dapat
dimanfaatkan sebagai batu-batu hiasan melalui proses pelelehan .

22. Limbah Laboratorium

Limbah laboratorium ini sama seperti limbah kimia yang telah dihasilkan. Limbah
laboratorium ini ada yang padat dan cair. Limbah padat dikarakteristikkan sebagai
limbah beracun sedangkan limbah cair dikarakteristikkan sebagai limbah reaktif,
mudah terbakar, irritant, korosif dan eksplosif. Pengolahan limbah laboratorium yang
bersifat padat dapat dilakukan pembakaran di incinerator. Dapat dilakukan
pengolahan secara fisik maupun kimia untuk limbah yang bersifat cair yaitu sebagai
berikut :

 Penampungan air limbah pada bak penampung, waktu tinggal dalam bak
penampung ditetapkan kurang lebih 12 jam
 Proses Netralisasi
Air limbah pada bak dialirkan kedalan tangki netralisasi dan ditambah bahan
kimia bersifat basa untuk menaikkan derajad keasaman hingga maksimum Ph
8. Pada tangki ini waktu tinggalnya kurang lebih 5-10menit dan disertai
dengan pengadukan berkecepatan 50-100 rpm. Dipasang pula Ph control agar
Ph air limbah tidak begitu tinggi sehingga tidak mempersulit proses koagulasi.
 Proses Koagulasi
Air limbah yang telah mengalami proses netralisasi akan dialirkan ke bak
koagulasi. Pada bak koagulasi akan ditambahkan aluminium sulfat (tawas) lalu
dilakukan pengadukan cepat dengan kecepatan 100 rpm dan waktu tinggal 5-
15 menit.
 Proses Flokulasi

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 108
Pada bak flokulasi akan ditambahakan bahan kimia ploy aluminium chloride
(PAC) atau flokulan lainnya. Pada bak flokulasi dilakukan pengadukan
lambat dengan kecepatan <50 rpm dan waktu tinggal 30-45 menit.
 Proses Pemisahan Flok I
Air limbah yang telah mengalami proses flokulasi akan dialirkan menuju bak
clarifier. Pada bak clarifier akan terjadi pemisahan antara air limbahdan flok
yang sudah terentuk.
 Proses Pemisahan Flok II
Flok yang keluar dalam bagian bawah clarifier dialirkan menuju bak sand
filter.bak sand filter terdiri dari 2 bagian, hal ini dilakukan agar pemisahan
flok dapat dilakukan secara kontinyu.
 Analisa Air Hasil Pengolahan
Air limbah yang keluar perlu dilakukan analisis untuk meyakinkan kualitas air
limbah aman untuk dibuang.

23. Pestisida

Pestisida merupakan limbah yang bersifat cair dan dikarakteristikkan sebagai limbah
yang reaktif, beracun dan korosif. Limbah pestisida dapat dikelola sebagai berikut :

 Penanggulangan limbah pestisida ini dilakukan dengan cara klorinasi,


pengendapan dan pembakaran.
 Dilakukan penambahan katalis ziloid untuk mempermudah dalam pengolahan
limbah pestisida
 Akan tetapi banyak timbul masalah baru dari tahap pengolahan diatas,
sehingga dilakukan pengolahan sebagai berikut: untuk Limbah B3 jenis
peptisida ini, dilakukan pembakaran di incinerator dengan suhu minimum
12000C, waktu retensinya tergantung pada fase kandungan limbah
pestisidanya.

Kerangka Acuan Kerja


Perencanaan dan Ijin B3 Gedung capital Place, Jakarta Page 109

Anda mungkin juga menyukai