A. Latar Belakang
Indonesia saat ini masih menghadapi permasalahan ketenagakerjaan yang
sangat komplek. Jumlah penganguran yang secara akumulatif terus
meningkat tajam sejalan dengan peningkatan jumlah lulusan sekolah.
Sebaliknya, upaya pemberdayaan Balai Latihan Kerja Internasional yang ada
belum optimal dalam membekali pencari kerja untuk dapat memperoleh
pekerjaan yang layak. BLK Internasional merupakan BLK dengan standar
internasional yang berfungsi sebagai salah satu instrumen pengembangan
sumberdaya manusia yang diharapkan dapat menjadi "Agent of Change"
untuk mentransfer pengetahuan, keterampilan dan etos kerja produktif,
ternyata belum mampu menjalankan fungsinya secara maksimal dan
memberikan kontribusinya secara optimal guna menghasilkan tenaga kerja
kompeten sesuai dengan kebutuhan pasar kerja dan dalam rangka
mengatasi pengangguran.
Oleh karena itu, agar lulusan lembaga pelatihan dapat terserap di pasar
kerja, lembaga pelatihan dituntut untuk merubah paradigma dari pelatihan
konvensional (supply driven) yang bersifat birokratis, sentralistis serta
berorientasi pada proyek, menuju pelatihan yang fleksibel, kompetitif,
responsif serta berorientasi pada kebutuhan pasar kerja (demand driven) dan
mampu mendayagunakan sumberdaya pelatihan secara efisien dan efektif.
Untuk menjaga eksistensi dan pertumbuhannya, maka lembaga pelatihan
kerja tidak lagi cukup mengandalkan sumber-sumber konvensionalnya, tetapi
harus mampu menggali, mendayagunakan dan mengembangkan sumber-
sumber dan peluang baru yang menjamin tersedianya sumber keuangan
untuk mendanai operasional pelatihan.
Kondisi BLK saat ini berdasarkan hasil pemetaan (mapping) yang dilakukan
oleh Ditjen Binalattas (2006) bahwa pada umumnya kualitas lulusan BLK
belum sesuai dengan kebutuhan pasar kerja (demand driven) karena
program pelatihan masih konvensional dan belum berbasiskan kompetensi
(CBT), sarana dan prasarana pelatihan yang kurang memadai dan tidak
dipelihara dengan baik serta tenaga kepelatihan dan instruktur yang kurang
kompeten.
Halaman 1 dari 7
dan serapan kerja serta mendukung pencapaian program-program
pembangunan. Sebagai langkah awal pembangunan BLK Internasional
dilaksanakan kegiatan Studi Kelayakan ini.
Bahkan secara luas angka TPT ini merupakan salah satu dari indikator makro
ekonomi dan sosial yang kerap dikaji dan dipergunakan oleh para pengambil
keputusan dalam kaitannya dengan keberhasilan pembangunan. Karena
ketenagakerjaan merupakan aspek yang amat mendasar dalam kehidupan
manusia yang mencakup dimensi ekonomi maupun sosial. Dimensi ekonomi
menjelaskan kebutuhan manusia akan pekerjaan berkaitan dengan
pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari. Sedangkan dimensi sosial dari
pekerjaan adalah berkaitan dengan pengakuan masyarakat terhadap individu
untuk berkarya dalam suatu bidang pekerjaan. Oleh karena itu upaya
pembangunan selalu diarahkan pada perluasan kesempatan kerja dan
kesempatan berusaha. Umumnya para pencari kerja di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2011 didominasi kaum laki-laki. Rasio pencari kerja
antara laki-laki dengan perempuan sebesar 2,38. Rasio ini menjelaskan
bahwa setiap satu perempuan pencari kerja diikuti oleh 2-3 laki-laki yang
mencari pekerjaan.
Halaman 2 dari 7
Untuk perkembangan tingkat kesempatan kerja (TKK) kabupaten
Banyuwangi padata tahun 2011 tercatat 96,29 %. Artinya dari setiap 100
orang angkatan kerja yang ada ditemukan 96 orang di antaranya sedang
bekerja. Apabila angka TKK ini diamati berdasarkan jenis kelamin, maka
antara TKK laki-laki (96,47 %) dan perempuan (96,00 %) tidak terlalu jauh
berbeda angka prosentasenya. TKK menurut Kecamatan di Kabupaten
Banyuwangi pada tahun 2011 tertinggi dicapai Kecamatan Pesanggaran yaitu
sebesar 98,33, sebaliknya TKK terkecil terdapat di Kecamatan Banyuwangi
yaitu sebesar 92,61.
Halaman 3 dari 7
C. Analisis Lokasi dan Kebutuhan Sarana Prasarana
BLK Internasional Banyuwangi diharapkan dapat berdiri di lahan minimal
seluas 10 hektar yang terletak di Desa Kedungrejo, Kecamatan Muncar,
Kabupaten Banyuwangi. Tanah tersebut merupakan tanah aset pemerintah
Kabupaten Banyuwangi yang dihibahkan ke Pemerintah Pusat dalam hal ini
Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Lokasi yang akan ditempati
BLK Internasional tersebut saat ini masih merupakan lahan perkebunan
dengan tanaman kelapa dan berbatasan dengan subterminal Muncar.
Dalam tinjauan tata ruang, lokasi tersebut masuk kedalam Kota Muncar
dimana bersama Kota Banyuwangi, Kota Genteng, dan Kota Rogojampi kota-
kota ini menunjukkan tingkat perkembangan lebih tinggi dibanding kota lain di
kabupaten Banyuwangi. Dari segi ketersediaan infrastruktur jalan; lokasi BLK
terletak di pinggir jalan kolektor 2 lajur dengan lebar jalan sekitar 6 meter dan
telah beraspal. Sedangkan dari sisi ketersediaan transportasi umum, lokasi
berdekatan dengan sub terminal Muncar (terminal kelas C) dengan beberapa
angkutan reguler. Untuk fasilitas listrik telah sepenuhnya dilayani oleh PLN
dan untuk fasilitas komunikasi terdapat fixed line Telkom dan layanan
operator seluler. Sedangkan untuk kawasan pemukiman relatif dekat dengan
rencana lokasi. Sehingga dari sisi lokasi, BLK internasional layak dibangun di
kawasan tersebut.
Halaman 4 dari 7
sebanyak 29.631 orang. Dengan asumsi bahwa setiap tahun diberikan
pelatihan untuk 10 persen pengangguran terbuka maka dibutuhkan pelatihan
setidaknya pada 2.900 orang atau sekitar 240 orang per bulan. Berdasarkan
asumsi tersebut kapasitas BLK Internasional ini setidaknya dapat
menampung 440 orang per bulan pada berbagai program kejuruan. Prioritas
pengembangan kejuruan adalah sebagai berikut:
Halaman 5 dari 7
Adapun estimasi pendapatan dan biaya pengelolaan BLK Internasional
adalah sebagai berikut:
E. Kesimpulan
1. Banyuwangi merupakan salah satu daerah dengan penempatan TKI yang
relatif besar. Penempatan TKI dari Kabupaten Banyuwangi dalam tahun
2013 saja berdasar data UPTP3TKI Surabaya mencapai 3.211 yang
terdiri dari 748 TKI Laki laki dan 2.463 TKI Perempuan yang tersebar ke
berbagai negara. Sedangkan tahun 2012 sebanyak 3.568 dan tahun 2011
sebanyak 9.932 orang dan sebagain besar bekerja di sektor informal.
Halaman 6 dari 7
2. Jumlah penganguran terbuka di Kabupaten Banyuwangi pada tahun 2011
tercatat sebanyak 29.631 orang
3. Untuk meningkatkan kompetensi TKI dan memberikan ketrampilan
kepada pengangguran dibutuhkan suatu lembaga pelatihan yang
berstandar Internasional agar mampu bersaing di pasar kerja
Internasional
4. BLK Internasional ini direncanakan mampu melayani 440 peserta per
bulan atau 5.280 peserta per tahun.
5. BLK internasional direncanakan mengembangkan kejuruan meliputi
Kejuruan Teknologi Mekanik, Kejuruan Otomotif, Kejuruan
Listrik,Kejuruan Bangunan, Kejuruan Tata Niaga, Aneka Kejuruan,
Kejuruan Pertanian
6. Untuk menunjang operasional BLK internsional tersebut dibutuhkan
bangunan dengan luas 37.373,70 M2
7. Estimasi nilai invetasi yang dibutuhkan untuk pembangunan BLK
Internasional di Kabupaten Banyuwangi adalah sebesar Rp.
165.294.785.200,00 (Seratus Enam Puluh Lima Milyar Dua Ratus
Sembilan Puluh Empat Juta Tujuh Ratus Dlapan Puluh Lima Ribu Dua
Ratus Rupiah)
8. Kelayakan finansial pada proyek BLK internasional adalah sebagai
berikut:
Periode Proyeksi 2014 - 2023 Value Kelayakan Kriteria Kelayakan
Discount Rate 6,00%
Net Present Value 255.676.649 Layak NPV Positif
Benefit Cost Ratio 1,002 Layak BCR lebih dari 1
(satu)
F. Rekomendasi
1. Berkait dengan status hibah tanah perlu diperhatikan seluruh peraturan
berkait peralihan dan atau penghapusan aset Pemerintah Kabupaten
Banyuwangi.
2. Sebagai tindak lanjut studi kelayakan ini perlu adanya kajian teknis yang
lebih detail meliputi Perencanaan Masterplan dan DED, Penyusunan
Analisa Mengenai Dampak Lingkungan, Analisa Dampak Lalu-lintas dan
kajian lain yang dipersyaratkan dalam pendirian bangunan termasuk
didalamnya kelayakan teknis lahan.
3. Kondisi tanah saat ini masih berupa lahan basah sehingga perlu adanya
perijinan untuk alih fungsi lahan.
4. Apabila pembangunan tidak memungkinkan dilakukan dengan
menggunakan anggaran tahun jamak (multi years) dapat dilakukan
pentahapan sesuai dengan ketersediaan anggaran.
5. Agar pembangunan dan operasional BLK Internasional dapat berjalan
dengan baik seluruh ketentuan yang berkait harus dipenuhi. Antara lain
ketentuan pengolahan limbah, sosialisasi pembangunan kepada
masyarakat, perijinan dan sebagainya.
6. Sebagai BLK berstandar internasional penjaminan mutu melalui
penerapan manajemen mutu (ISO dan sebagainya) harus dipastikan
berjalan dengan baik.
Halaman 7 dari 7