Anda di halaman 1dari 21

Kelompok II

Konsepsi Bela Negara

Dipersembahkan oleh:
- R Muhammad Agung Nugraha
- Alifyandi Firdaus
- Muhammad Nafi Azis
- Reynaldi Romansyah
- Dio Farras Savero
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Makalah ini disusun untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah Pendidikan Bela Negara di
Universitas Patria Artha.

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan Negara yang seutuhnya.

Konsepsi adalah gabungan dari konsep dan definisi. Dimana konsep adalah suatu hal yang
menjelaskan atau menyusun suatu peristiwa,objek, situasi, atau akal pikiran dengan tujuan untuk
memudahkan komunikasi antar manusia dan memungkinkan manusia untuk berpikir lebih baik.

Dan definisi adalah suatu batasan atau arti, bisa juga dimaknai kata atau kalimat yang
mengungkapkan makna, keterangan, atau ciri utama dari proses atau kegiatan.

Esensi bela Negara adalah cara bersikap, berbuat, dan bertindak yang terbaik bagi Negara dan
bangsa. Sedangkan makna bela Negara adalah suatu panggilan konstitusional yang dilandasi dengan
nilai luhur yang mutlak dalam semua bidang kehidupan bangsa dan Negara yang realitanya harus
dimasyarakatkan dan diberdayakan secara real.

B. Rumusan Masalah

1. Maksud dari esensi Bela Negara?

2. Apa makna bela Negara?

C. Tujuan

1. Agar dapat menambah wawasan

2. Untuk mengetahui tentang bela Negara


BAB II
PEMBAHASAN

KONSEPSI BELA NEGARA

A. Esensi Bela Negara

Setiap warga Negara yang memahami dan menghayati serta mengimplementasikan nilai-nilai bela
Negara tersebut maka dia telah menghayati esensi bela Negara. Dengan kata lain esensi atau hal yang
pokok dari bela Negara adalah bersikap dan berbuat serta bertindak yang terbaik bagi Negara dan
bangsa. Dalam setiap perbuatan, sikap dan perilaku warga Negara telah dilandasi dengan nilai-nilai
bela Negara.

Esensi bela Negara adalah sikap dan tindakan warga Negara yang dilandasi oleh kecintaan kepada
Negara dan diwujudkan dalam kesediaan untuk melindungi, mempertahankan, dan memajukan
bersama

Dalam UU Nomor 3 Tahun 2002tentang Pertahanan Negara, bela negara didefinisikan sebagai sikap
dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia
yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam menjamin kelangsungan hidup
bangsa dan negara.

Upaya bela negara merupakan hak dan kewajiban setiap warga negara. Karena itu bela negara perlu
dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggung jawab, dan rela berkorban dalam pengabdian
kepada negara dan bangsa.

Menurut Depatemen Pertahanan RI, ada lima nilai yang mendasari upaya bela negara, yaitu: cinta
tanah air; kesadaran berbangsa dan bernegara; keyakinan terhadap Pancasila sebagai ideologi negara;
rela berkorban emi bangsa dan negara; dan memiliki kemampuan awal bela negara.

Bela negara diperlukan karena adanya ancaman. Yang dimaksud dengan ancaman adalah setiap usaha
dan kegiatan, baik dari dalam negeri maupun luar negeri, yang dinilai membahayakan kedaulatan
negara, keutuhan wilayah negara, dan keselamatan segenap bangsa.

Ancaman dari luar negeri yang lebih serius terjadi sekarang ini dan di masa mendatang aalah kejahatan
transnasional, seperti terorisme, serbuan budaya asing, dan penjarahan kekayaan alam.

Dalam sistem pertahanan di Indonesia dikenal adanya dua bentuk bela negara. Dalam hal ini, adalah:
bela negara dengan pendekatan militer (bela negara secara fisik), dan bela negara dengan pendekatan
nonmiliter (bela negara nonfisik). Bela negara dengan dengan pendekatan militer dilakukan untuk
menghadapi ancaman militer. Bela negara nonmiliter dilakukan untuk menghadapi ancaman
nonmiliter.

Dalam penyelenggara bela negara, partisipasi masyarakataamat diperlukan. Ada dua bentuk umum
partisipasi masyarakat dalam bela negara, yaitu partisipasi warga negara alam bela negara dengan
pendekatan militer dan partisipasi warga negara dalam bela negara dengan pendekatan nonmiliter.

Kondisi saat ini, bangsa Indonesia tengah diuji secara bertubi-tubi. Setelah berkutat dan berjuang
untuk mewujudkan kehidupan demokrasi yang stabil dan tenang dalam pelaksanaan Pemilu tahun
2009 ini untuk memilih anggota DPR RI dan Dewan Perwakilan Daerah RI dilanjutkan dengan Pemilihan
Presiden dan Wakil Presiden yang diikuti oleh rangkaian protes ketidakpuasan dari pasangan calon
presiden, Partai Politik dan calon anggota Dewan Pewakilan Rakyat berkaitan dengan dianulirnya
perhitungan kursi dengan mengedepankan berbagai permasalahan seperti kekisruhan daftar pemilih,
money politik, praktek penggelembungan suara yang pada akhirnya bermuara di Mahkamah
Konstitusi dan diputuskan bahwa semua gugatan ditolak dan pada hari selasa tanggal 18 Juli 2009
telah ditetapkan oleh KPU, Calon Presiden dan Wakil Presiden Republik Indonesia periode tahun 2009
– 2014.

Tanggal 17 Juli 2009 telah terjadi peledakan Bom bunuh diri di Hotel JW Marriot dan Hotel Ritz Carlton
Jakarta yang merenggut nyawa dan menyebabkan luka-luka dan yang pasti adalah memperberat
beban rakyat Indonesia yang baru saja terengah-engah dalam proses demokrasi yang melelahkan.
Akibat yang signifikan adalah hancurnya kembali kepercayaan dunia internasional kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia dibidang keamanan dan juga memiliki imbas signifikan terhadap
perekonomian dan kondisi investasi ke depan. Hal tersebut merupakan kondisi eksisting yang terjadi
dan harus kita terima serta hadapi dengan berbagai upaya agar kegiatan terorisme ini musnah dari
bumi pertiwi.

Salah satu upaya yang dilakukan adalah menggugah kembali semangat kesadaran dari seluruh warga
Negara Indonesia untuk melakukkan pembelaan terhadap bangsa dan negaranya sendiri. Bela Negara
adalah tekad, sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh kecintaan kepada Negara Kesatuan
Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 rela berkorban demi
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan Negara.

Nilai – nilai Pancasila mencakup :

- Ketuhanan

- Kemanusiaan

- Persatuan

- Kerakyatan

- keadilan sosial.

Nilai – nilai dasar bela Negara adalah :

- Nilai-nilai kecintaan kepada tanah air,

- Kesadaran berbangsa dan bernegara,

- Yakin kepada Pancasila sebagai ideologi Negara,

- Rela berkorban untuk bangsa dan Negara

- Serta mempunyai kemampuan bela Negara baik secara phisik maupun psikis.

Nilai – nilai dasar kewarganegaraan mencakup :

- ketaqwaan,

- keimanan,

- saling tolong menolong dan kerjasama,


- toleransi,

- hak dan kewajiban individu,

- kebebasan mengatur diri sendiri,

- persamaan, perbedaan,

- kepercayaan dan patriotism,

- persatuan dan kesatuan,

- serta keadilan sosial.

Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah segala usaha, tindakan dan kegiatan yang berhubungan
dengan perencanaan, pengembangan, pengarahan dan penggunaan serta pengendalian untuk
mengubah sikap dan perilaku warga Negara yang tanggap terhadap permasalahan bangsa dan
Negara, yang dilandasi pada nilai-nilai kecintaan kepada tanah air, kesadaran bela Negara, yakin
pada Pancasila sebagai ideologi Negara, rela berkorban untuk bangsa dan Negara serta memiliki
kemampuan bela Negara, sehingga mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan menjadi
kekuatan pertahanan.

Hakikat dari pada Pembinaan Kesadaran Bela Negara adalah upaya untuk membangun karakter
bangsa Indonesia yang memiliki jiwa nasionalisme dan patriotism memiliki ketahanan nasional yang
tangguh guna menjamin tetap tegaknya Negara Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan
Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dan terpeliharanya pelaksanaan Pembangunan Nasional
dalam mencapai tujuan nasional.

Indikator keberhasilan pembinaan kesadaran bela Negara secara umum adalah berkaitan dengan
pemahaman secara komprehensif tentang :

1) Mencintai tanah air

2) Kesadaran berbangsa dan bernegara

3) Yakin akan Pancasila sebagai ideologi Negara

4) Rela berkorban untuk bangsa dan Negara

5) Memiliki kemampuan awal bela Negara

Indikator keberhasilan pembinaan kesadaran bela Negara secara khusus adalah indicator umum tadi
telah meresap dan menjadi bagian tidak terpisahkan dalam kehidupan sehari-hari dari :

1) Pimpinan/Tokoh masyarakat

2) Organisasi Masyarakat

3) Anggota Masyarakat
Pemahaman bela Negara tentu tidak hanya berkutat dengan istilah saja, tetapi memiliki keterkaitan
erat dengan konsep wawasan nusantara dan ketahanan nasional.

Wawasan Nusantara merupakan jabaran dari nilai cinta tanah air dan segala aspek kehidupan
didalamnya, yang merupakan satu kesatuan dalam bidang ideologi, politik, ekonomi, sosial budaya
dan pertahanan dan keamanan Negara. Wawasan nuasantara merupakan geopolitik bangsa
Indonesia karena didalamnya mengandung ajaran yang bersumber dari Pancasila dan dilandasi
Undang-Undang Dasar 1945.

Ketahanan Nasional adalah geostrategic bangsa Indonesia yang terbentuk dari ketahanan pribadi,
ketahanan keluarga, ketahanan masyarakat (ketahanan sosial), ketahanan daerah dan akhirnya
tercapainya ketahanan nasional. Ketahanan nasional tercapai dan terbentuk akibat adanya
kesadaran dari penerapan nilai-nilai bela Negara dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan
bernegara.

Motivasi dalam membela negara merupakan salah satu upaya yang akan tumbuh dari diri seseorang
untuk selalu menjunjung tinggi harkat dan martabat negara di dalam kehidupannya dan di mata
dunia. Untuk menjalankan motivasi bela negara diperlukan hakikat niat yang kokoh dengan
menerapkan konsep hidup hanya untuk membela negara melalui pendidikan, kekuatan, dan hati
nurani.

Melalui pendidikan, setiap individu bisa melaksanakan kaulitas pendidikan sampai jenjang yang lebih
tinggi dan menerapkan sistem pendidikan untuk merubah generasi bangsa menjadi lebih baik dan
lebih maju lagi. Bela negara bisa melalui kekuatan dengan ikut berperang melawan musuh jika
terjadi hal-hal yang tidak diinginkan.

Untuk kekuatan, nagara sudah ada tentara, polisi dan pasukan yang siap untuk membela negara dari
serangan musuh. Melalui hati nurani dalam membela negara adalah selalu sadar diri untuk
berkelaukuan baik dalam setiap menjalani kehidupan dengan mengetahui peraturan nagara dengan
dasar hukum dan menghindari sesuatu yang akan membahayakan negara.

Sebenarnya banyak sekali konsep dalam membela negara, namun di sini akan diterapkan 6 motivasi
bela negara yang sesuai dengan pemahaman sejarah bangsa, antara lain:

Jika sewaktu-waktu ada perang yang akan menghancurkan seluruh wilayah negara baik secara fisik
maupun moral yang tidak ada seorang pun yang tahu. Sebagai warga negara yang baik dan ingin
membela negara maka harus siap siaga untuk sistem pembelaan negara sesuai kemampuan masing-
masing individu yang sudah diatur undang-undang dasar yang menetapkan bahwa usaha dalam
membela negara adalah suatu hak dan kewajiban bagi setiap warga negara.

Memahami akan sejarah yang telah terjadi sebelum bangsa Indonesia mendapatkan kemerdekaan.
Mulai dari penjajahan bangsa Belanda selama 350 tahun yang mengakibatkan kemiskinan,
kebodohan dan penderitaan yang dialami oleh bangsa Indonesia yang terus membela negara sampai
titik darah penghabisan. Hal ini perlu diterapkan dengan kesadaran diri dan sebagai cerminan untuk
mendapatkan harga diri bangsa yang lebih baik.

Upaya yang harus dilakukan sebagai pelajar adalah sebagai berikut :

a. Belajar dengan tekun dan rajin.

b. Lebih banyak memahami hakekat pembelaan Negara yang abadi.


c. Melaksanakan aturan yang dianjurkan dan menghindari apa yang dilarang demi terwujudnya
cita-cita yang diharapkan dimasa depan.

d. Menerapkan dengan sepenuh hati akan pentingnya hakekat pembelaan Negara.

e. Membela keadilan dengan membela kebenaran dan memberantas penipuan.

Hakikat ancaman terhadap Negara Kesatuan Republik Indonesia

Ancaman dari luar

Dengan berakhirnya Perang Dingin pada awal tahun 1990an, maka ketegangan regional di dunia
umumnya, dan di kawasan Asia Tenggara khususnya dapat dikatakan berkurang. Meskipun masih
terdapat potensi konflik khususnya di wilayah Laut Cina Selatan, misalnya sengketa Kepulauan
Spratly yang melibatkan beberapa Negara di kawasan ini, masalah Timor Timur yang menyebabkan
ketegangan antara Indonesia dan Australia, dan sengketa Pulau Sipadan/Ligitan antara Indonesia
dan Malaysia, namun diperkirakan semua pihak yang terkait tidak akan menyelesaikan masalah
tersebut melalui kekerasan bersenjata.

Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa dalam jangka waktu pendek ancaman dalam bentuk
agresi dari luar relative kecil. Potensi ancaman dari luar tampaknya akan lebih berbentuk upaya
menghancurkan moral dan budaya bangsa melalui disinformasi, propaganda, peredaran narkotika
dan obat-obat terlarang, film-film porno atau berbagai kegiatan kebudayaan asing yang
mempengaruhi bangsa Indonesia terutama generasi muda, yang pada gilirannya dapat merusak
budaya bangsa.

Potensi ancaman dari luar lainnya adalah dalam bentuk “penjarahan” sumber daya alam
Indonesia melalui eksploitasi sumber daya alam yang tidak terkontrol yang pada gilirannya dapat
merusak lingkungan atau pembagian hasil yang tidak seimbang baik yang dilakukan secara “legal”
maupun yang dilakukan melalui kolusi dengan pejabat pemerintah terkait sehingga menyebabkan
kerugian bagi Negara.

Semua potensi ancaman tersebut dapat diatasi dengan meningkatkan Ketahanan Nasional
melalui berbagai cara, antara lain:

a. Pembekalan mental spiritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-


pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia.

b. Upaya peningkatan perasaan patriotism melalui pemahaman dan penghayatan sejarah


perjuangan bangsa.

c. Pengawasan yang ketat terhadap eksploitasi sumber daya alam nasional serta terciptanya
suatu pemerintahan yang bersih dan berwibawa.

d. Kegiatan-kegiatan lain yang bersifat kecintaan terhadap tanah air serta menanamkan semangat
juang untuk membela Negara, bangsa dan tanah air serta mempertahankan pancasila sebagai
ideologi Negara dan UUD 1945 sebagai landasan berbangsa dan bernegara.

e. Untuk menghadapi potensi agresi bersenjata dari luar, meskipun kemungkinannya relative
sangat kecil, selain menggunakan unsur kekuatan TNI, tentu saja dapat menggunakan unsur Rakyat
Terlatih sesuai dengan doktrin Sistem Pertahanan Semesta.
Dengan doktri Ketahanan Nasional itu, diharapkan bangsa Indonesia mampu mengidentifikasi
berbagai masalah nasional termasuk ancaman, gangguan, hambatan dan tantangan terhadap
keamanan Negara guna menentukan langkah atau tindakan untuk menghadapinya.

B. Makna Bela Negara

Bila bela Negara didefinisikan dengan “tekad, sikap dan perilaku warga Negara yang dijiwai oleh
kecintannya kepada NKRI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945 dalam menjamin kelangsungan
hidup dan kejayaan bangsa dan Negara” Maka makna bela Negara adalah:

a. Sebagai panggilan konstitusional

b. Nilai luhur yang mutlak perlu dalam semua bidang kehidupan bangsa dan Negara.

c. Harus dimasyarakatkan dan diberdayakan secara nyata

Makna adalah arti atau maksud yang tersimpul dari suatu kata, jadi makna dengan bendanya sangat
bertautan dan saling menyatu. Jika suatu kata tidak bisa dihubungkan dengan bendanya, peristiwa
atau keadaan tertentu maka tidak bisa memperoleh makna dari kata itu.

Bela Negara adalah sebuah konsep yang disusun oleh perangkat perundangan dan petinggi suatu
negara tentang patriotisme seseorang, suatu kelompok atau seluruh komponen dari suatu negara
dalam kepentingan mempertahankan eksistensi negara tersebut. Secara fisik, hal ini dapat diartikan
sebagai usaha pertahanan menghadapi serangan fisik atau agresi dari pihak yang mengancam
keberadaan negara tersebut, sedangkan secara non-fisik konsep ini diartikan sebagai upaya untuk
serta berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara, baik melalui pendidikan, moral, sosial
maupun peningkatan kesejahteraan orang-orang yang menyusun bangsa tersebut.

Makna membela negara untuk kita adalah melatih diri untuk memiliki sikap lebih menghargai kepadaa
semua orng dan memiliki sikp berpendirian teguh, kerja keras, disiplin, dan supaya mengerti betapa
pentingnya kemerdekaan indonesia untuk kita.

19 Desember merupakan Hari Bela Negara atau HBN, untuk memperingati deklarasi Pemerintahan
Darurat Republik Indonesiaoleh Mr. Sjafruddin Prawiranegara di Sumatera Barat pada tahun 19
Desember 1948. Keputusan ini ditetapkan oleh Presiden Susilo Bambang Yudhoyono melalui Keppres.

Bela Negara adalah sikap dan perilaku warga negara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar 1945 dalam
menjalin kelangsungan hidup bangsa dan negara yang seutuhnya.

Tiap warga negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan negara dan Syarat-syarat
tentang pembelaan diatur dengan undang-undang.

Tiap warga negara wajib dan berhak berpartisipasi dalam membela negara berdasarkan syarat- syarat
tentang pembelaan yang sudah diatur dengan undang-undang. Bela negara itu hakikatnya bersedia
berbakti dan bersedia berkorban kepada negara. Mulailah dari menjalin hubungan baik
dengansesama warga negara, dan juga bersikap dan berbuat yang terbaik bagi bangsa dan negara.

Unsur Dasar Bela Negara :

1. Cinta Tanah Air

2. Kesadaran Berbangsa & bernegara


3. Yakin akan Pancasila sebagai ideologi negara

4. Rela berkorban untuk bangsa & negara

5. Memiliki kemampuan awal bela negara

Contoh-Contoh Bela Negara :

1. Melestarikan budaya bangsa

2. Rajin belajar bagi pelajar

3. Menaati hukum dan aturan-aturan negara

4. Mencintai dan Menggunakan produk-produk dalam negeri

Bela negara adalah sikap dan perilaku warganegara yang dijiwai oleh kecintaannya kepada Negara
Kesatuan Republik Indonesia yang berdasarkan Pancasila dan Undang Undang Dasar 1945. dalam
menjamin kelangsungan hidup bangsa dan negara. pembelaan negara bukan semata-mata tugas TNI,
tetapi segenap warga negara sesuai kemampuan dan profesinya dalam kehidupan bermasyarakat
berbangsa dan bernegara.

Keikutsertaan warganegara dalam upaya bela negara diselenggarakan melalui:

(a) Pendidikan Kewarganegaraan

(b) Pelatihan dasar kemiliteran secara wajib

(c) Pengadilan sebagai prajurit Tentara Nasional Indonesia secara sukarela dan secara wajib

(d) Pengabdian sesuai dengan profesi (UU No. 3 tahun 2002).

Sebagaimana dinyatakan dalam pasal 27 ayat 3 UUD 1945, bahwa usaha bela negara merupakan hak
dan kewajiban setiap warganegara. Hal ini menunjukkan adanya asas demokrasi dalm pembelaan
negara yang mencakup dua arti.

Pertama, bahwa setiap warganegara turut serta daam menentukan kebijakan tentang pembelaan
negara melalui lembaga-lembaga perwakilan sesuai dengan UUD 1945 dan perundang-undangan yang
berlaku. Kedua, bahwa setiap warganegara harus turut serta dalam setiap usaha pembelaan negara,
sesuai dengan kemampuan dan profesinya masing-masing.

Dalam UUD 1945 pasal 27 ayat 3 menyatakan bahwa setiap warga negara berhak dan wajib ikut serta
dalam upaya pembelaan negara. Artinya setiap warga negara memiliki wewenang menggunakan hak
selaku warga negara dalam membela negara.

Demikian juga setiap warga negara wajib membela negaranya jika negara dalam keadaan bahaya.
Misalnya ada ancaman dari dalam maupun dari luar yang berupaya mengancam keutuhan Negara
Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Maka setiap warga negara harus membela dan mempertahankan
tegaknya NKRI. Kata “Wajib” sebagaimana terdapat dalam UUD 1945, mengandung makna bahwa
negara dapat memaksa warga negara untuk ikut dalam pembelaan negara.

Bela Negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga Negara yang teratur, menyeluruh, terpadu dan
berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air, kesadaran berbangsa dan bemegara Indonesia,
keyakinan akan kesaktian Pancasila sebagai ideologi Negara, kerelaan untuk berkorban guna
meniadakan setiap ancaman baik dari luar maupun dari dalam negeri yang membahayakan
kemerdekaan dan kedaulatan Negara, kesatuan dan persatuan bangsa, keutuhan wilayah dan
yurisdiksi nasional, serta nilai-nilai Pancasila dan UUD 1945 (Basrie, 1998: 8).

Bela Negara merupakan sikap setiap individu dengan semangat kejuangan pantang menyerah dalam
jiwa Sapta Marga, dilandasi keimanan dan ketaqwaan, berniat tekad bulat tanpa pamrih dan berani
rela berkorban melaksanakan bela Negara dengan didasari sikap profesionalitas dan integritasnya
untuk bersama-sama mencapai tujuan Negara yang aman dengan landasan Pancasila dan Undang-
Undang Dasar 1945 demi kejayaan Negara .

Konsep bela negara dapat diartikan secara fisik dan non-fisik, secara fisik dengan mengangkat senjata
menghadapi serangan atau agresi musuh, secara non-fisik dapat didefinisikan sebagai segala upaya
untuk mempertanankan Negara dengan cara meningkatkan rasa nasionalisme, yakni kesadaran
berbangsa dan bernegara, menanamkan kecintaan terhadap tanah air, serta berperan aktif dalam
memajukan bangsa dan negara.

Landasan pembentukan bela negara adalah wajib militer. Bela negara adalah pelayanan oleh seorang
individu atau kelompok dalam tentara atau milisi lainnya, baik sebagai pekerjaan yang dipilih atau
sebagai akibat dari rancangan tanpa sadar (wajib militer). Beberapa negara (misalnya Israel, Iran)
meminta jumlah tertentu dinas militer dari masing-masing dan setiap salah satu warga negara (kecuali
untuk kasus khusus seperti fisik atau gangguan mental atau keyakinan keagamaan).

Sebuah bangsa dengan relawan sepenuhnya militer, biasanya tidak memerlukan layanan dari wajib
militer warganya, kecuali dihadapkan dengan krisis perekratan selama masa perang.

Di beberapa negara, seperti Amerika Serikat, Jerman, Spanyol dan Inggris, bela negara dilaksanakan
pelatihan militer, biasanya satu akhir pekan dalam sebulan.

Mereka dapat melakukannya sebagai individu atau sebagai anggota resimen, misalnya Tentara
Teritorial Britania Raya Dalam beberapa kasus milisi bisa merupakan bagian dari pasukan cadangan
militer, seperti Amerika Serikat National Guard

Di negara lain, seperti Republik China (Taiwan), Republik Korea, dan Israel, wajib untuk beberapa
tahun setelah seseorang menyelesaikan dinas nasional, sebuah pasukan cadangan militer berbeda
dari pembentukan cadangan, kadang-kadang disebut sebagai cadangan militer, yang merupakan
kelompok atau unit personil militer tidak berkomitmen untuk pertempuran oleh komandan mereka
sehingga mereka tersedia untuk menangani situasi tak terduga, memperkuat pertahanan negara.

Dalam menyelenggarakan Hankamnas, setiap warga Negara mempunyai hak dan kewajiban yang
ditetapkan dan dijamin oleh UUD 1945 yang merupakan kehormatan dan dilaksanakan dengan penuh
keasadaran, tanggung jawab dan rela berkorban dalam pengabdiannya kepada bangsa dan Negara.

Upaya Hankamneg mencakup pembentukan dan penggunaan sumber daya buatan dan segenap
prasarana fisik dan prasarana psikis bengsa dan Negara. Hankamneg yang mencakup seluruh aspek
kehidupan bangsa dan Negara sebagai bagian integral dari pembangunan nasional diartikan sebagai
keikutsertaan seluruh rakyat secara aktif dalam Sishakamrata bukan dengan mempersenjatai seluruh
rakyat secara fisik untuk mengadakan perlawanan fisik, melainkan merupakan keikutsertaan seluruh
rakyat dalam upaya Hankamneg melalui bidang profesinya masing-masing.

Dengan demikian setiap warga Negara melakukan usaha Hankamneg sebagai bagian dari pelaksanaan
bidang profesi atau pekerjaan masing-masing atau merupakan bagian dari kehidupan sehari-hari.
Salah satu bentuk keikutsertaan rakyat dalam upaya Hankamneg diselenggarakan melalui Pendidikan
Bela Negara (PPBN) sebagai bagian tidak terpisahkan dari Sistem Pendidikan Nasional. Dengan
Pendahuluan Bela Negara yang dilaksanakan melalui pendidikan disekolah maupun pendidikan diluar
sekolah akan dihasilkan wrga Negara yang cinta tanah air, rela berkorban bagi bangsa dan Negara,
yakin akan kesaktian Pancasila dan UUD 1945 serta mempunyai kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga Negara yang bertanggung jawab.

PPBN merupakan proses menuju kepada kualitas manusia yang lebih baik, yakni manusia yang mampu
menghadapi tantangan-tantangan dimasa depan yang dapat menjamin tetap tegaknya identitas dan
integritas bangsa.

PPBN wajib diikuti oleh setiap warga Negara dan diberikan secara bertahap sesuai usia, tingkat
pendidikan dan perkembangan jiwa. Penyelenggaraan PPBN secara bertahap dan berlanjut ini
merupakan usaha pembentukan kepribadian manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan
ideology Pancasila, yang dapat menumbuhkan kecintaan terhadap tanah air, kesadaran berbangsa
dan bernegara, kerelaan berkorban pada Negara dan bangsa serta kesadaran akan hak dan kewajiban
sebagai warga Negara Indonesia yang bertanggung jawab.

Penyelenggaraan PPBN tidak saja ditunjukkan untuk menghasilkan kualitas manusia Indonesia yang
dapat mengembangkan kemampuan dan kesediaan untuk mempertahankan dan membela bangsa,
Negara, dan tanah air, tetapi juga memberikan bekal sebagai warga Negara bangsa Indonesia yang
baik, terutama dalam mempertahankan dan mengembangkan kehidupan bangsa dan Negara serta
membangkitkan motivasi dan dedikasi berupa rasa turut memiliki, rasa ikut bertanggung jawab serta
turut berpartisipasi dalam pembangunan nasional guna mewujudkan suatu masyarakat yang tata
tentram kertaraharja.

Warga masyarakat telah menghayati hak dan kewajiban dalam upaya Hankamneg, secara naluriah
akan merasakan bahwa gangguan yang terjadi ditengah-tengah masyarakat dan dapat mengganggu
kelancaran kegiatan masyarakat, pada prinsipnya akan mengganggu pribadinya dan secara spontan
akan berusaha untuk meniadakannya baik secara perorangan maupun berpartisipasi kedalam fungsi
keikutsertaan rakyat dalam Pertahanan Keamanan Negara, Kepribadian dengan tanggung jawab
demikian merupakan factor penting dalam mempertahankan , memelihara, ataupun
mengembangkan kehidupan masyarakat dan akan menanggap partisipasinya kedalam fungsi
Hankamneg sebagai kewajiban dan kepentingan pribadinya.

Upaya bela Negara selain sebagai dasar kewajiban manusia, juga merupakan kehormatan bagi setiap
warganegara yang dilaksanakan dengan penuh kesadaran, tanggungjawab, dan rela berkorban dalam
pengabdian kepada Negara dan bangsa.

Asas demokrasi dalam pembelaan Negara pada Pasal 27 ayat (3) UUN 1945 menyatakan bahwa usaha
bela Negara merupakan hak dan kewajiban warga Negara artinya bahwa setiap warga Negara turut
serta dalam menentukan kebijakan tentang pembelaan Negara melalui lembaga-lembaga perwakilan
rakyat (DPR/DPD/DPRD).

Pola pikir menuju semangat Bela Negara, sebagai berikut:

· Semangat bela Negara akan terwujud bila rasa cinta tanah air telah dijiwai oleh seluruh warga
Negara.

· Rasa cinta tanah air akan terwujud bila semangat persatuan dan kesatuan bangsa telah
tertananam diseluruh lapisan masyarakat.
· Semangat persatuan dan kesatuan bangsa akan terwujud diseluruh lapisan masyarakat bila sikap
untuk saling hormat-menghormati (sesuai adat, budaya, dan ajaran agama) dapat terpelihara dalam
kehidupan masyarakat, kehidupan berbangsa dan kehidupan bernegara.

Idealnya adalah bila semangat persatuan dan kesatuan bangsa telah terwujud, rasa cinta tanah air pun
akan tertanam dalam jiwa seluruh warga Negara, sehingga tuntutan dan kewajiban untuk bela Negara
akan terwujud pula.

Bela Negara Secara fisik

Bela Negara secara fisik, yaitu dengan cara “memanggul bedil” menghadapi serangan atau agresi
musuh. Bela Negara secara fisik dilakukan untuk menghadapi ancaman dari luar. Keterlibatan warga
Negara sipil dalam upaya pertahanan Negara merupakan hak dan kewajiban konstitusional setiap
warga Negara Indonesia.

Bela Negara seperti itu diatur dalam UU No. 3 Tahun 2002 dan sesuai doktrin sistem pertahanan
keamanan rakyat (Sishankamrata) semesta, dimana pelaksanaannya dilakukan oleh rakyat terlatih,
yang terdiri dari beberapa unsur, seperti resimen mahasiswa (menwa), perlawanan rakyat (wanra),
pertahanan sipil (hansip), mitra babinsa, dan organisasi kemasyrakatan lainnya

Rakyat terlatih memiliki empat fungsi, yaitu ketertiban umum, pelindung masyarakat, keamanan
rakyat, dan perlawanan rakyat. Tiga fungsi yang disebut pertama dilakukan pada masa damai atau
pada saat terjadinya bencana alam atau darurat sipil, dimana unsur-unsur rakyat terlatih membantu
pemerintah daerah dalam menangani keamanan dan ketertiban masyarakat.

Sementara itu, fungsi perlawanan rakyat dilakukan dalam keadaan darurat perang, dimana rakyat
terlatih merupakan unsur bantuan tempur bagi TNI yang terlibat langsung di medan perang.

Bela Negara secara Nonfisik

Pada masa transisi menuju masyarakat madani sesuai tuntutan reformasi saat ini, justru kesadaran
bela Negara ini perlu ditanamkan guna menangkal berbagai potensi ancaman, gangguan, hambatan,
dan tantangan baik dari luar maupun dari dalam. Bela Negara tidak selalu harus berarti “memanggul
bedil menghadapi musuh”. Ketertiban warga Negara sipil dalam bela Negara secara nonfisik dapat
dilakukan dengan berbagai bentuk, sepanjang masa dan dalam segala situasi, misalnya dengan cara
berikut:

· meningkatkan kesadaran berbangsa dan bernegara, termasuk menghayati arti demokrasi


dengan menghargai pendapat orang lain dan tidak memaksakan kehendak;

· menanamkan kecintaan terhadap tanah air, melalui pengabdian yang tulus kepada
masyarakat;

· berperan aktif dalam memajukan bangsa dan negara dengan berkarya nyata (bukan retorika);

· meningkatkan kesadaran dan kepatuhan terhadap hukum/undang-undang dan menjunjung


tinggi hak asasi manusia;

· pembekalan mental spritual di kalangan masyarakat agar dapat menangkal pengaruh-


pengaruh budaya asing yang tidak sesuai dengan norma-norma kehidupan bangsa Indonesia dengan
lebih bertakwa kepada Tuhan melalui ibadah sesuai agama/kepercayaan masing-masing.
Apabila seluruh komponen bangsa berpartisipasi aktif dalam melakukan bela Negara secara nonfisik
ini maka berbagai potensi konflik yang merupakan ancaman, gangguan, hambatan, dan tantangan
bagi keamanan Negara dan bangsa akan dapat dikurangi atau bahkan dihilangkan sama sekali.

Kegiatan bela Negara secara nonfisik sebagai upaya peningkatan Ketahanan Nasional juga sangat
penting untuk menangkal pengaruh budaya asing di era globalisasi abad ke-21, di mana arus
informasi (atau disinformasi) dan propaganda dari luar akan sulit dibendung akibat semakin
canggihnya teknologi komunikasi.

Untuk itu, diaturlah dalam berbagai peraturan tentang bela Negara, antara lain sebagai berikut:

Ø Pembukaan UUD 1945 Alinea I dan IV.

Ø UUD 1945 Pasal 27 Ayat (3), (30) Ayat (1) dan (2).

Ø UU No. 20 Tahun 1982 tentang Ketentuan-Ketentuan Pokok Pertahanan Keamanan Negara RI,
(yang kemudian diubah dengan UU. No. I Tahun 1988 yang mengatur tentang diselenggarakannya
PPBN).

Ø UU No. 3 Tahun 2002 tentang Pertahan Negara.

Ø UU No. 34 Tahun 2004 tentang Tentara Nasional Indonesia.

PERAN MAHASISWA DALAM MEMBELA NEGARA

Pengertian Pendidikan Pendahuluan Bela Negara (PPBN)

Pembelaan negara atau bela negara adalah tekad, sikap dan tindakan warga negara yang
teratur, menyeluruh, terpadu dan berlanjut yang dilandasi oleh kecintaan pada tanah air serta
kesadaran hidup berbangsa dan bernegara.

Bagi warga negara Indonesia, usaha pembelaan negara dilandasi oleh kecintaan pada tanah air
(wilayah Nusantara) dan kesadaran berbangsa dan bernegara Indonesia dengan keyakinan pada
Pancasila sebagai dasar negara serta berpijak pada UUD 1945 sebagai konstitusi negara.

Wujud dari usaha bela negara adalah kesiapan dan kerelaan setiap warganegara untuk
berkorban demi mempertahankan kemerdekaan kedaulatan negara, persatuan dan kesatuan bangsa
Indonesia, keutuhan wilayah Nusantara dan yuridiksi nasional serta nilai-nilai Pancasila dan UUD
1945.

Maksud dan Tujuan PPBN

Usaha pembelaan negara bertumpu pada kesadaran setiap warga negara akan hak dan
kewajibannya. Kesadaran demikian perlu ditumbuhkan melalui proses motivasi untuk mencintai tanah
air dan untuk ikut serta dalam pembelaan negara. Proses motivasi untuk membela negara dan bangsa
akan berhasil jika setiap warga memahami keunggulan dan kelebihan negara dan bangsanya. Di
samping itu setiap warga negara hendaknya juga memahami kemungkinan segala macam ancaman
terhadap eksistensi bangsa dan negara Indonesia.

Dalam hal ini ada beberapa dasar pemikiran yang dijadikan sebagai bahan motivasi setiap
warganegara untuk ikut serta membela negara Indonesia :

1) Pengalaman sejarah perjuangan RI


2) Kedudukan wilayah geografis Nusantara yang strategis

3) Keadaan penduduk (demografis) yang besar

4) Kekayaan sumber daya alam

5) Perkembangan dan kemajuan IPTEK di bidang persenjataan

6) Kemungkinan timbulnya bencana perang.

Perkembangan Pendidikan Pendahuluan Bela Negara

a. Situasi NKRI Terbagi dalam Periode-periode :

a) Tahun 1945 sejak NKRI diproklamasikan sampai tahun 1965 disebut periode lama atau Orde Lama

b) Tahun 1965 sampai tahun 1998 disebut periode baru atau Orde Baru.

c) Tahun 1998 sampai sekarang disebut periode Reformasi.

Perbedaan periode tersebut terletak pada hakikat yang dihadapi. Pada periode lama bentuk yang
dihadapi adalah “ancaman fisik” berupa pemberontakan dari dalam maupun ancaman fisik dari luar
oleh tentara sekutu, tentara kolonial Belanda, dan tentara Dai Nippon. Sedang periode baru dan
periode reformasi bentuk yang dihadapi adalah “tantangan” yang sering berubah sesuai dengan
perkembangan kemajuan zaman. Perkembangan kemajuan zaman ini, mempengaruhi perilaku bangsa
dengan tuntutan-tuntutan hak yang lebih banyak. Pada situasi ini yang dihadapi adalah tantangan
nonfisik, yaitu tantangan pengaruh global dan gejolak sosial.

b. Pada Periode Lama Bentuk Ancaman yang Dihadapi adalah Ancaman Fisik

Contoh : adanya PPPR (Pendidikan Pendahuluan Perlawanan Rakyat), OPR (Organisasi Perlawanan
Rakyat), OKD (Organisasi Keamanan Desa), OKS (Organisasi Keamanan Sekolah). Dilihat dari
kepentingannya, tentunya pola pendidikan yang diselenggarakan akan terarah pada fisik, teknik, taktik
dan strategi kemiliteran.

c. Periode Orde Baru dan Periode Reformasi

Ancaman yang dihadapi dalam periode-periode ini berupa tantangan nonfisik dan gejolak sosial.
Untuk mewujudkan bela negara dalam berbagai aspek kehidupan, pertama-tama perlu dibuat
rumusan tujuan bela negara.

Kewajiban membela negara merupakan salah satu prinsip dalam konsep kewargaan aktif (active
citizenship), di mana bela negara menjadi tanggung jawab setiap warga untuk bertindak bagivirtue
kemaslahatan bersama, dan bukan semata-mata untuk kepentingan individu warga. Dalam kaitan ini,
menjadi sangat penting bagi setiap warga untuk benar-benar menyadari dan memahami kewajiban
untuk ikut serta pembelaan negara.

Jawaban atas beberapa pertanyaan mendasar seperti mengapa warga memiliki tanggung jawab atas
pertahanan (bela negara)? Bilamana tanggung jawab tersebut dapat digunakan dan tunaikan oleh
setiap warga? Apa akibatnya bila warga mengabaikan tanggung jawab ini? Pada titik ini kita akan
berbicara mengenai pendidikan sebagai satu sarana untuk membentuk kesadaran tanggung jawab
warga.

Sebelum lebih jauh, menarik untuk melihat bagaimana konsep bela negara dan pendidikannya
dipahami dan dilaksanakan. Pertama-tama bela negara dipahami sebagai upaya mempertahankan
negara dari serangan militer pihak luar. Kedua, akibat dari pemahaman pertama, bela negara dan hal-
hal yang terkait dengannya (termasuk pendidikan bela negara) menjadi wilayah kerja militer. Ketiga,
wujud dari peran warga dalam upaya bela negara adalah keikutsertaan dalam wajib militer (komponen
cadangan).

Sebagai ilustrasi, bisa kita lihat apa yang dilakukan dalam Pendidikan Pendahuluan Bela Negara
(PPBN). Aktifitas ini dilaksanakan di bawah koordinasi TNI dan Dephan. DEPO Pendidikan (Dodik) Bela
Negara, tempat penyelenggaraan PPBN, berdiri pada Juni 2003 di Desa Cikole, Kecamatan Lembang,
Bandung. Idenya berasal dari Panglima Kodam III Siliwangi Mayjen Iwan R. Sulanjana dan Gubernur
Jawa Barat ketika itu H. Nuriana. Tujuannya adalah memperkaya wawasan kebangsaan masyarakat,
khususnya generasi muda (KCM, 13/12/2004).

Syarat untuk mengikuti PPBN cukup mudah, yaitu berbadan sehat dan berusia maksimal 50 tahun.
Materi PPBN yang diberikan antara lain wawasan nusantara, UUD1945, sistem pertahanan semesta,
Pancasila, dan otonomi daerah.

Adapun praktik lapangan meliputi pelajaran baris-berbaris, peraturan penghormatan militer, taktik
regu, kegiatan alam bebas, dan ketahanan mars (KCM, 13/12/2004).

Selain Dodik PPBN, kegiatan ini juga pernah dilaksanakan oleh Universitas Siliwangi (Unsil)
Tasikmalaya. Bahkan PPBN menjadi kegiatan wajib setiap tahun bukan hanya untuk mahasiswa tapi
juga dosen dan karyawan. Peserta yang mengikuti kegiatan PPBN tahun akademik 2005/2006, terdiri
dari mahasiswa reguler 1.129 orang, dan kelas karyawan 245 orang.

Tujuan dari PPBN Unsil adalah agar mahasiswa memiliki kesiapan melaksanakan bela negara, terkait
dengan cinta tanah air (Pikiran Rakyat, 13/2/2006).

Pendidikan Kewargaan dan Bela Negara

Memang ada aspek kemiliteran dalam aktivitas bela negara. Namun menyerahkan tanggung jawab
pendidikan bela negara hanya kepada militer akan menimbulkan persoalan. Selain aspek kemiliteran,
bela negara juga mengandung aspek tanggung jawab dan kewajiban warga (civic duties).

Dengan kata lain, dari sisi warga, bela negara merupakan bagian dari politik kewargaan (citizenship)
kita. Untuk melakukan pendidikan politik kewargaan, militer bukanlah institusi yang tepat, karena
bukan semata-mata aspek kemiliteran yang ada dalam konsep bela negara, justru prinsip dan nilai
kewargaan yang menjadi pokok dari konsep bela negara. Karena itu pendidikan kewargaan (civic
education) menjadi penting untuk dilaksanakan secara intensif.

Di dalam civic education inilah tiga pertanyaan di awal tulisan ini akan dijawab. Jawaban bagi
pertanyaan pertama, terletak pada alasan mengapa kita berkumpul dalam satu ikatan politik yang
berbentuk republik.

Dalam republik, kemaslahatan umum atau bersama (common good) dan kebebasan (dalam
pengertian non-dominasi) adalah dua pilar utama. Untuk itu dibutuhkan partisipasi aktif setiap warga
(active citizenship) dalam memperjuangkan pencapaian kemaslahatan umum dan menjaga
kebebasan. Artinya, politik kewargaan ditujukan terutama bagi kemaslahatan umum bukan semata-
mata individu atau kelompok.
Di sinilah pentingnya pendidikan kewargaan terutama dalam menanamkan kesadaran agar setiap
warga berpartisipasi aktif dalam seluruh kehidupan bermasyarakat. Dalam partisipasinya setiap warga
harus memiliki civic virtue yaitu mendahulukan kepentingan umum daripada kepentingan pribadi,
memiliki sikap toleran dan menghargai pluralitas, memiliki kepedulian, keberanian, keadaban (civility)
dan kejujuran (Bobbio, 2003: 36-37; dan Maynor: 2003, 180-182).

Persoalannya sekarang adalah bagaimana hubungan antara pendidikan kewargaan, dan bela negara?

Dalam republik, negara adalah organisasi politik warga yang berfungsi untuk menjamin dan menjaga
seluruh partisipasi warga dapat dilaksanakan demi kebebasan dan kemaslahatan umum. Apa yang
disebut sebagai ancaman terhadap negara harus kita lihat sebagai ancaman terhadap kebebasan (non-
dominasi) dan kemaslahatan umum. Untuk itulah, seperti yang dikatakan oleh Machiavelli, setiap
warga harus terlibat dalam mempertahankan negara untuk melindungi kemaslahatan umum, dengan
demikian melindungi kebebasan mereka. (Maynor: 29)

Inilah yang disebut sebagai patriotisme dalam republik modern, yaitu kerelaan berkorban untuk
mencapai dan melindungi kemaslahatan umum dan kebebasan. Tanpa kebebasan non-dominasi dan
kemaslahatan umum, tidak ada republik. Jadi, dengan mempertahankan kedua pilar tersebut berarti
juga mempertahankan keberadaan republik.

Uraian ini menjawab pertanyaan kedua dan ketiga sekaligus. Tanggung jawab dalam bela negara
digunakan ketika kebebasan dan kemaslahatan umum terancam, baik ancaman dari luar maupun dari
dalam. Jika warga mengabaikan hak dan kewajibannya maka kebebasan dan kemaslahatan umum
akan terancam.

Dengan kata lain segala macam pelibatan warga dalam aktivitas yang akan mengancam kebebasan
dan kemaslahatan umum harus ditolak, seperti wajib militer bagi perang yang bertujuan mendominasi
negara lain (misalnya pada perang Vietnam atau perang Irak).

Tugas dari pendidikan kewargaan adalah memberikan pemahaman, nilai-nilai dan ketrampilan bagi
setiap warga untuk terlibat dalam republik. Dalam kaitannya dengan bela negara (republik) pendidikan
kewargaan berkewajiban membentuk patriotisme sehingga segala upaya melindungi kebebasan dan
common good dapat dilakukan. Setiap warga yang terlibat dalam aktivitas bela negara sadar betul
akan alasan keterlibatannya karena memiliki jawaban atas tiga pertanyaan mendasar di atas.

Bukan karena terpaksa atau karena perasaan nasionalisme yang right or wrong is my country. Akan
tetapi karena kecintaannya akan kebebasan dan tujuan kemaslahatan semua warga.

1. Pendapat saya sangat setuju dengan yang dikatakan oleh teman saya ini, sebagian besar banyak
manfaat yang di lakukan oleh seorang programmer yang membantu memberikan informasi dan kerap
juga bayak yang mengubah dengan suka-suka mereka, itu melanggar norma yang ada tapi terkadang
mereka tidak mempedulikannya.

2. Saya sangat setuju dengan pendapat yang di dikatakan oleh teman saya ini,carding sungguh
sangat merugiakan buat mereka yang jadi korban dan sangat beruntung untuk mereka yang berhasil
menggunakan hak yang bukan milik mereka itu sangat kelakuan yang tidak terpuji karena akan
membuat orang lain dirugikan dengan kelakuan mereka yang para ngeheck kartu kredit dll, ini semua
melanggar norma-norma yang ada dan diharapkan tidak ada lagi yang melakukan hal yang kurang
terpuji seperti ini.

3. Peran mahasiswa sangat penting dalam meningkatkan wawasan kebangsaan yang membuat
maju bangsa ini kelaknya, jadi Mahasiswa memegang peranan penting untuk mengembangkan dan
memajukan bangsa ini Karena, mahasiswa merupakan salah satu aset Negara dan penerus yang
nantinya akan menggantikan kedudukan para pejabat menteri dan presiden dalam mengurus dan
mengembangkan Negara ini lebih maju lagi.

Upaya pembelaan negara merupakan hak dan kewajiban kita semua sebagai warga negara. Selama
lebih dari 60 tahun Indonesia merdeka, telah banyak contoh upaya pembelaan negara yang telah
dilakukan oleh segenap komponen bangsa Indonesia. Peran warga negara dalam pembelaan negara
memiliki tingkat kewajiban yang berbeda sesuai dengan kedudukan dan tugasnya masing-masing.

Peran yang dilakukan TNI sebagai komponen utama dalam pertahanan negara telah mengalami masa
perjuangan yang sangat panjang, mulai dari merebut dan kemudian mempertahankan kemerdekaan.
TNI menjadi barisan terdepan dalam menghadapi ancaman ???? sik tersebut, antara lain menghadapi
ancaman agresi Belanda, menghadapi ancaman gerakan separatis, seperti APRA, RMS,
PRRI/Permesta, Papua Merdeka, PKI, dan lain sebagainya.

Kepolisian Republik Indonesia sebagai komponen utama dalam keamanan telah melakukan upaya
membela negara terutama yang berkaitan dengan ancaman yang mengganggu keamanan dan keter
tiban masyarakat, seperti kerusuhan, penyalahgunaan narkotik, dan konflik antarmasyarakat.
Ancaman keamanan pada saat ini yang paling utama dan harus dihadapi Polri adalah ancaman teroris,
baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Kita sudah menyaksikan bagaimana teroris mengoyak-
ngoyak keamanan dan ketertiban masyarakat Indonesia.

Jika hal tersebut dibiarkan maka akan meng ganggu keselamatan dan keamanan negara.

Contoh lain yang dilakukan Polri dalam upaya bela negara, antara lain:

1. mendukung tetap tegaknya negara kesatuan RI yang berdasarkan Pancasila dan UUD 1945;

2. melakukan penyuluhan kesadaran hukum bagi warga negara;

3. melakukan pengaturan lalu lintas dan memberikan pengayoman keamanan bagi warga negara;

4. memberikan perlindungan keamanan dari berbagai tindak kejahatan terhadap warga negara;

5. melakukan proses penyidikan dan penyelidikan terhadap berbagai tindak kejahatan.

Peran serta masyarakat dalam upaya pembelaan negara berlangsung sejak masa awal kemerdekaan.
Keterlibatan warga negara dalam pembelaan negara adalah sebagai berikut:

1. Dibentuknya kelaskaran rakyat, kemudian dikembang kan menjadi barisan cadangan pada periode
perang kemerdekaan ke-1.

2. Pasukan Perang Gerilya Desa (Pager Desa) termasuk mobilisasi Pelajar (Mobpel) sebagai bentuk
per kembangan dari barisan cadangan. Pada periode perang kemerdekaan ke-2.

3. Pada 1958-1960, muncul Organisasi Keamanan Desa (OKD) dan Organisasi Perlawanan Rakyat
(OPR) yang merupakan bentuk kelanjutan Pager Desa.

4. Pada 1961 dibentuk pertahanan sipil (Hansip), Wanra, dan Kamra sebagai bentuk penyempurnaan
dari OKD/OPR.

5. Perwira cadangan yang dibentuk sejak 1963.


6. Kemudian, berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 1982, ada organisasi yang disebut rakyat
terlatih yaitu Wanra yang membantu pertahanan dan Kamra yang membantu keamanan dan anggota
per lindungan masyarakat.

Berbagai upaya bela negara juga dapat dilakukan melalui organisasi maupun individu. Upaya bela
negara tidak hanya berperang, tetapi mengharumkan nama bangsa Indonesia di luar negeri pun
disebut bela negara. Misalnya, yang dilakukan oleh para atlet olahraga yang berlaga dalam olimpiade.

Kita bisa ikut bangga jika ada atlet Indonesia menjadi juara dalam kejuaraan antarnegara atau
kejuaraan dunia. Kebanggaan dan keha ruan kita bertambah ketika sang saka Merah Putih berkibar
dengan gagah di antara bendera negara-negara lain.

Selain itu secara organisasi, bela negara dapat dilakukan melalui pengiriman Tim SAR Indonesia untuk
mencari dan menolong korban bencana alam. Kita pernah menyaksikan bagaimana peran Tim SAR,
PMI, dan para medis dalam menanggulangi dampak bencana alam dan korban tsunami di Nanggroe
Aceh Darussalam.

Selain secara organisasi, individu-individu sebagai warga negara juga dapat berperan membela negara
dalam tindakan, menjunjung nasionalisme, patriotisme, serta membela Pancasila dan UUD 1945.
Berbagai upaya pembelaan terhadap negara dan mewujudkan keamanan dapat dilakukan warga
negara dalam semua aspek kehidupan.

Undang-Undang No. 3 Tahun 2002 Pasal 5, menegas kan bahwa pertahanan negara berfungsi untuk
mewujudkan dan mempertahan kan seluruh wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagai
satu kesatuan wilayah dan menjadi tanggung jawab segenap bangsa. Oleh karena itu, ancaman
terhadap sebagian wilayah Indonesia merupakan ancaman bagi seluruh wilayah Indonesia.

Berdasarkan ketentuan tersebut maka keikutsertaan segenap warga negara dalam upaya pembelaan
negara bukan hanya dalam lingkup nasional, tetapi juga dalam lingkungan terdekat tempat kita
tinggal. Artinya, menjaga keutuhan wilayah lingkungan kita tidak dapat dipisahkan dari keutuhan
wilayah negara secara keseluruhan.

Oleh karena itu, sebagai pelajar kita harus ikut berpartisipasi dalam membela negara di lingkungan
keluarga, sekolah, dan masyarakat.

1. Lingkungan Keluarga

Anggota keluarga yang terdiri atas ayah, ibu, anak, serta orang lain yang menjadi bagian dari keluarga
harus melaksanakan kewajiban nya dengan baik dan sungguh-sungguh agar mendapatkan haknya
sesuai kewajiban yang telah dilakukannya.

Misalnya, ayah/ibu mencari nafkah dan mengurus rumah tangga, anak-anak belajar dengan sungguh-
sungguh, serta pembantu mengerjakan pekerjaan di rumah dengan baik.

2. Lingkungan Sekolah

Warga sekolah (civitas akademika) menghormati kepemimpinan kepala sekolah dengan cara melak
sanakan kewajibannya, antara lain sebagai berikut.

a. Siswa belajar dengan baik dan memenuhi unsur wajib belajar secara akademik.

b. Siswa menaati tata tertib sekolah atau berdisiplin.


c. Guru mendidik siswa dengan baik, di antaranya pendidikan damai dan penyelesaian konflik tanpa
kekerasan, serta mengacu pada tujuan yang akan dicapai, baik kompetensi siswa maupun kurikulum.

d. Staf tata usaha melaksanakan tugas dengan baik dengan mendokumentasikan administrasi dengan
tertib.

e. Penjaga sekolah melaksanakan tugasnya dengan baik.

3. Lingkungan Masyarakat dan Negara

Perilaku di masyarakat memperlihatkan bela negara disesuaikan dengan tuntutan dan kebiasaan
masyarakat setempat. Misalnya, mengikuti segala kegiatan dengan berpartisipasi mengelola
lingkungan yang kondusif dan mendukung kebijakan pemerintah setempat. Bidang hukum, yaitu
dengan cara berperilaku yang tidak melanggar tata tertib yang berlaku.

Dalam bidang ekonomi dapat berpartisipasi meningkatkan kemakmuran di lingkungan masyarakat


dengan cara menjadi anggota koperasi dan tidak melakukan kecurangan dalam perekonomian. Di
bidang sosial budaya, mampu menunjukkan nilai budaya terbaik sesuai dengan kepribadian bangsa
Indonesia.

Bidang pertahanan dan keamanan dapat berbentuk menjaga keamanan lingkungan, seperti ikut ronda
malam. Kepedulian terhadap alam, di antaranya tidak mela kukan perbuatan yang dapat merusak
keseim bangan alam, seperti penebangan pohon sewenang-wenang dan mendirikan bangunan
seenaknya.

MAHASISWA selalu menjadi bagian dari perjalanan sebuah bangsa. Roda sejarah demokrasi selalu
menyertakan mahasiswa sebagai pelopor, penggerak, bahkan sebagai pengambil keputusan. Hal
tersebut telah terjadi di berbagai negara di dunia, baik di Timur maupun di Barat.

Pemikiran kritis, demokratis, dan konstruktif selalu lahir dari pola pikir para mahasiswa. Suara-suara
mahasiswa kerap kali merepresentasikan dan mengangkat realita sosial yang terjadi di masyarakat.
Sikap idealisme mendorong mahasiswa untuk memperjuangkan sebuah aspirasi pada penguasa,
dengan cara mereka sendiri.

Tidak dapat dipungkiri bila generasi muda khususnya para mahasiswa, selalu dihadapkan pada
permasalahan global. Setiap ada perubahan, mahasiswa selalu tampil sebagai kekuatan pelopor,
kekuatan moral dan kekuatan pendobrak untuk melahirkan perubahan. Oleh karena itu kiranya sudah
cukup mendesak untuk segera dilakukan penataan seputar kehidupan mahasiswa tersebut.

Dalam sejarahnya mahasiswa merupakan kelompok dalam kelas menengah yang kritis dan selalu
mencoba memahami apa yang terjadi di masyarakat. Bahkan di zaman kolonial, mahasiswa menjadi
kelompok elite paling terdidik yang harus diakui kemudian telah mencetak sejarah bahkan
mengantarkan Indonseia ke gerbang kemerdekaannya.

Pergolakan dan perjalanan mahasiswa Indonesia telah tercatat dalam rentetan sejarah yang panjang
dalam perjuangan bangsa Indonesia, seperti gerakan mahasiswa dan pelajar tahun 1966 dan tahun
1998. Masih dapat kita ingat 8 tahun yang lalu gerakan mahasiswa Indonesia yang didukung oleh
semua lapisan masyarakat berhasil menjatuhkan suatu rezim tirani yaitu ditandainya dengan
berakhirnya rezim Soeharto.

Legenda perjuangan mahasiswa di Indonesia sendiri juga telah memberikan bukti yang cukup nyata
dalam rangka melakukan agenda perubahan tersebut. Tinta emas sejarahnya dapat kita lihat dengan
lahirnya angkatan ‘08, ‘28, ‘45, ‘66, ‘74, yang masing-masing memiliki karakteristik tersendiri tetapi
tetap pada konteks kepentingan wong cilik.

Terakhir lahirlah angkatan bungsu ‘98 tepatnya pada bulan Mei 1998 dengan gerakan REFORMASI
yang telah berhasil menurunkan Presiden Soeharto dari kursi kekuasaan dan selanjutnya menelurkan
Visi Reformasi yang sampai hari ini masih dipertanyakan sampai dimana telah dipenuhi.

Dengan demikian adalah sebuah keharusan bagi mahasiswa untuk menjadi pelopor dalam melakukan
fungsi control terhadap jalannya roda pemerintahan sekarang. Bukan malah sebaliknya.

Agenda reformasi adalah tanggung jawab kita semua yang masih merasa terpanggil sebagai kaum
intelektual, kaum yang kritis dan memiliki semangat yang kuat. Dan tanggung jawab ini hanya bisa
dilakukan oleh orang-orang yang mempunyai rasa sosial yang tinggi. Bukan orang-orang kerdil yang
hanya memikirkan perut, golongannya dan tidak bertanggung jawab. Hanya lobang-lobang
kematianlah yang mampu menjadikan mereka untuk berpikir bertanggung jawab. Jangan pikirkan

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Esensi adalah hakikat, inti atau hal yang pokok dari sesuatu. Kaitannya dengan bela Negara maka
esensi bela Negara adalah inti atau hal yang pokok dari bela Negara itu sendiri. Nilai – nilai yang
terkandung dalam bela Negara adalah cinta terhadap tanah air, sadar berbangsa dan bernegara,
yakin akan pancasila sebagai ideologi Negara, rela berkorban untuk bangsa dan Negara, serta
memiliki kemampuan awal bela Negara.

Dalam kamus besar bahasa Indonesia, makna berarti arti, maksud. Sepintas hampir sama dengan
pengertian. Pengertian adalah definisi, sedangkan makna lebih mendalam dalam pemahamannya,
tergantung pada penggunaannya. Sesuai kamus tersebut ada makna ekstensi, makna emotif, makna
gramatikal, makna kognitif, makna luas, makna sempit, makna kontekstual dan lain sebagainya.

Dalam kaitannya dengan bela Negara maka makna bela Negara lebih tepat bila digolongkan dengan
makna luas yaitu arti yang lebih luas dari arti / definisi sesungguhnya. Ataupun dapat digolongkan
dengan makna kontekstual yaitu adanya hubungan antara arti / definisi sesuangguhnya dengan
situasi yang menggunakan arti tersebut.

B. Saran

Penulis hanya bisa menyarankan semoga para pembaca lebih bisa memahami kenapa kita harus
membela Negara kita sendiri dan janganlah sekali-kali menodai tanah kelahiran kita dengan
perbuatan yang tidak baik, karena tercela satu bernoda semua.
DAFTAR PUSTAKA

http://cakrawala-net.blogspot.co.id/2015/10/contoh-makalah-pkn-bela-negara.html

https://id.wikipedia.org/wiki/Bela_negara

http://sondyi.blogspot.com/2013/10/makna-bela-negara-dan-implementasi-bela.html

http://malahayati.ac.id/?p=14915

http://www.habibullahurl.com/2015/05/pengertian-bela-negara.html

http://fruixerup.blogspot.co.id/2012/10/materi-kuliah-pkn-pendidikan.html

http://www.rijalhabibulloh.com/2014/09/konsepsi-dasar-bela-negara.html

Anda mungkin juga menyukai