Anda di halaman 1dari 12

SEJARAH

KEBUDAYAAN ZAMAN BATU DAN


PERUNDAGIAN

Disusun oleh:

Fahmi Nurrahman Galileo


X MIPA 1
No. 15
Hasil-hasil Kebudayaan Zaman Batu dan Logam

A. ZAMAN BATU

1. Zaman Batu Tua (Paleolithikum)

1. Kapak Genggam : berfungsi untuk menggali umbi, memotong dan menguliti binatangHasil
penyelidikan menunjukkan bahwa kapak jenis ini berasal dari lapisan Trinil, yaitu pada masa
Pleistosen Tengah, sehingga disimpulkan bahwa pendukung kebudayaan kapak genggam
adalah manusia Pithecanthropus erectus. Daerah penemuan kapak genggam selain di
Punung Pacitan Jawa Timur, juga ditemukan di daerah Jampang Kulon, Parigi Jawa Timur,
Tambang Sawah, Lahat, dan Kal iAnda Sumatra, Awangbangkal Kalimantan, Cabenge
Sulawesi, Sembiran dan Terunyan Bali. Selain di Indonesia kapak genggam juga ditemukan di
Peking Tiongkok pada goa-goa di Choukoutien, serta sejumlah fosil yang mirip
Pithecanthropus erectus, yang disebut dengan Sinanthropus pekine (Manusia Peking)

2. Kapak Perimbas : berfungsi untuk merimbas kayu, memecahkan tulang, dan sebagai senjata
yang banyak ditemukan di Pacitan. Maka Ralph Von Koeningswald menyebutkan kebudayaan
Pacitan. Dan pendukung kebudayaan Pacitan adalah jenis Phitecantropus. Tempat temuan-
temuan kapak perimbas di Indonesia eperti; di wilayah Lahat (Sumatra Selatan), Kalianda
(Lampung), Awangbangkal (Kalimantan Selatan), Cabbege (Sulawesi Selatan), wilayah
Sembiran dan Trunyan (Bali), di Batutring (Sumbawa), di Wangka, Maumere, dan di Ruteng
(Flores), dan di wilayah Atambua, Kefanmanu, Noelbaki (NTT).
3. Alat-alat dari tulang dan tanduk binatang : berfungsi sebagai alat penusuk, pengorek dan
tombak. Banyak ditemukan di ngandong. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo
Wajakensis, dan Homo Soloensis.

4. Alat Serpih (flakes) – terbuat dari batu bentuknya kecil, ada juga yang terbuat dari batu induk
(kalsedon) : berfungsi untuk mengiris daging atau memotong umbi-umbian dan buah-
buahan. Pendukung kebudayaan ini adalah Homo soloensis dan Homo wajakensis.

2. Zaman Batu Madya (Mesolithikum)


Pada zaman ini alat-alat dari batu sudah mulai digosok, tetapi masih belum halus. Manusia
pendukung ini adalah homo sapiens, khususnya Papua Melanesoide.
1. Kapak Sumatra (Pebble)
Sejenis kapak genggam yang sudah digosok, tetapi belum sampai halus. Terbuat dari batu kali
yang dipecah atau dibelah. Kapak genggam jenis ini banyak ditemukan di Sepanjang Pantai
Timur Pulau Sumatera, antara Langsa (Aceh) dan Medan.

2. Kjokenmoddinger
Kjokkenmoddinger berasal dari bahasa Denmark, Kjokken berarti dapur dan modding artinya
sampah. Jadi, kjokkenmoddinger adalah sampah dapur berupa kulit-kulit siput dan kerang yang
telah bertumpuk selama beribu-ribu tahun sehingga membentuk sebuah bukit kecil yang
beberapa meter tingginya. Fosil dapur sampah ini banyak ditemukan di sepanjang Pantai Timur
Pulau Sumatera.

3. Abris Sous Roche


Adalah tempat tinggal yang berwujud goa-goa dan ceruk-ceruk di dalam batu karang untuk
berlindung. Abris sous roche adalah goa menyerupai ceruk batu karang yang digunakan
manusia sebagai tempat tinggal. Penelitian mengenai kebudayaan Abris sous roche ini juga
dilakukan oleh van Stein Callenfels pada tahun 1928-1931 di Goa Lawu dekat Sampung,
Ponorogo (Madiun). Alat-alat yang ditemukan lebih banyak terbuat dari tulang sehingga disebut
sebagai Sampung Bone Culture. Di daerah Besuki (Jawa Timur), van Heekeren juga menemukan
kapak Sumatera dan kapak pendek. Abris sous roche juga ditemukan pada daerah Timor dan
Rote oleh Alfred Buhler yang menemukan flakes culture dari kalsedon bertangkai dan hal ini
diduga merupakan peninggalan bangsa Papua Melanesoide. Hasil kebudayaan Abris sous roche
juga ditemukan di Lamancong (Sulawesi Selatan) yang biasa disebut kebudayaan Toala.
Kebudayaan Toala ditemukan pada suatu goa yang disebut Goa Leang Pattae dan inti dari
kebudayaan ini adalah flakes dan pebble. Selain Toala, para ahli juga menemukan kebudayaan
Bacson-Hoabinh dan Bandung di Indonesia. Bacson-Hoabinh diperkirakan merupakan pusat
budaya prasejarah Indonesia dan terdiri dari dua macam kebudayaan, yaitu kebudayaan pebble
(alat-alat tulang yang datang dari jalan barat) dan kebudayaan flakes (datang melalui jalan
timur). Sementara itu, penelitian kebudayaan Bandung dilakukan oleh van Koenigswald di
daerah Padalarang, Bandung Utara, Cicalengka, BanjarabSoreang, dan sebelah barat Cililin.
Kebudayaan yang ditemukan berupa flakes yang disebut microlith (batu kecil), pecahan
tembikar, dan benda-benda perunggu.

4. Batu Pipisan
Terdiri dari batu penggiling dan landasannya. Berfungsi untuk menggiling makanan,
menghaluskan bahan makanan. Ditemukan di halaman rumh Bpk. Engkar bin Sugandi, Kampung
Sindangsari RT 03/02, Desa Cinunuk. Lokasi penemuan merupakan suatu perkampungan padat
penduduk. Secara geografis wilayah ini berada pada koordinat 7º 10’ 40’ LS dan 107º 57’ 53’ BT.
Bentang alam daerah tersebut merupakan pedataran vulkanik dengan ketinggian sekitar 700 m.
di atas permukaan laut.
3. Zaman Batu Baru (Neolithikum)
Peralatan batu pada zaman ini sudah halus karena manusia pendukung sudah mengenal teknik
mengasah dan mengupam.

1. Kapak Persegi
Adalah kapak yang penampang lintangnya berbentuk persegi panjang atau trapesium.
Ditemukan di Sumatera, Jawa, Bali, Nusa Tenggara, Maluku, Sulawesi, dan Kalimantan.
Sebutan kapak persegi diberikan oleh Von Heine Geldern. Asal-usul penyebaran kapak
persegi melalui suatu migrasi bangsa Asia ke Indonesia. Nama kapak persegi diberikan oleh
Van Heine Heldern atas dasar penampang lintangnya yang berbentuk persegi panjang atau
trapesium. Penampang kapak persegi tersedia dalam berbagai ukuran, ada yang besar dan
kecil. Yang ukuran besar lazim disebut dengan beliung dan fungsinya sebagai cangkul/pacul.
Sedangkan yang ukuran kecil disebut dengan Tarah/Tatah dan fungsinya sebagai alat
pahat/alat untuk mengerjakan kayu sebagaimana lazimnya pahat.

2. Kapak Lonjong
Adalah kapak yang penampangnya berbentuk lonjong memanjang. Ditemukan di Irian,
seram, Gorong, Tanimbar, Leti, Minahasa, dan Serawak. Ukuran yang dimiliki kapak lonjong
yang besar lazim disebut dengan Walzenbeil dan yang kecil disebut dengan Kleinbeil,
sedangkan fungsi kapak lonjong sama dengan kapak persegi. Daerah penyebaran kapak
lonjong adalah Minahasa, Gerong, Seram, Leti, Tanimbar dan Irian. Dari Irian kapak lonjong
tersebar meluas sampai di Kepulauan Melanesia, sehingga para arkeolog menyebutkan
istilah lain dari kapak lonjong dengan sebutan Neolithikum Papua.
3. Kapak Bahu
Adalah kapak persegi namun pada tangkai diberi leher sehingga menyerupai botol persegi.
Kapak bahu hanya ditemukan di Minahasa, Sulawesi Utara. Kapak jenis ini hampir sama
seperti kapak persegi, hanya saja di bagian yang diikatkan pada tangkainya diberi leher.
Sehingga menyerupai bentuk botol yang persegi. Daerah kebudayaan kapak bahu ini meluas
dari Jepang, Formosa, Filipina terus ke barat sampai sungai Gangga. Tetapi anehnya batas
selatannya adalah bagian tengah Malaysia Barat. Dengan kata lain di sebelah Selatan batas
ini tidak ditemukan kapak bahu, jadi neolithikum Indonesia tidak mengenalnya, meskipun
juga ada beberapa buah ditemukan yaitu di Minahasa.

4. Perhiasan (gelang dan kalung dari batu indah)


Jenis perhiasan ini banyak di temukan di wilayah jawa terutama gelang-gelang dari batu
indah dalam jumlah besar walaupun banyak juga yang belum selesai pembuatannya. Bahan
utama untuk membuat benda ini di bor dengan gurdi kayu dan sebagai alat abrasi (pengikis)
menggunakan pasir. Selain gelang ditemukan juga alat-alat perhisasan lainnya seperti kalung
yang dibuat dari batu indah pula. Untuk kalung ini dipergunakan juga batu-batu yang dicat
atau batu-batu akik.
4. Zaman Batu Besar (Megalithikum)

1. Menhir adalah bangunan yang berupa tugu batu yang didirikan untuk upacara menghormati
roh nenek moyang, sehingga bentuk menhir ada yang berdiri tunggal dan ada yang
berkelompok serta ada pula yang dibuat bersama bangunan lain yaitu seperti punden
berundak-undak. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera
Selatan), Sulawesi Tengah dan Kalimantan. Untuk mengetahui bentuk-bentuk menhir,
Bangunan menhir yang dibuat oleh masyarakat prasejarah tidak berpedoman kepada satu
bentuk saja karena bangunan menhir ditujukan untuk penghormatan terhadap roh nenek
moyang. Lokasi tempat ditemukannya menhir di Indonesia adalah Pasemah (Sumatera Selatan),
Sulawesi Tengah dan Kalimantan.

2. Dolmen merupakan meja dari batu yang berfungsi sebagai tempat meletakkan saji-sajian
untuk pemujaan. Adakalanya di bawah dolmen dipakai untuk meletakkan mayat, agar mayat
tersebut tidak dapat dimakan oleh binatang buas maka kaki mejanya diperbanyak sampai
mayat tertutup rapat oleh batu. Dengan demikian dolmen yang berfungsi sebagai tempat
menyimpan mayat disebut dengan kuburan batu. Lokasi penemuan dolmen antara lain Cupari
Kuningan / Jawa Barat, Bondowoso / Jawa Timur, Merawan, Jember / Jatim, Pasemah /
Sumatera, dan NTT.
3. Sarchopagus atau keranda : bentuknya seperti lesung yang mempunyai tutup atau ada juga
seperti telur dibelah dua.

4. Peti kubur adalah peti mayat yang terbuat dari batu-batu besar. Kubur batu dibuat dari
lempengan/papan batu yang disusun persegi empat berbentuk peti mayat yang dilengkapi
dengan alas dan bidang atasnya juga berasal dari papan batu. Daerah penemuan peti kubur
adalah Cepari Kuningan, Cirebon (Jawa Barat), Wonosari (Yogyakarta) dan Cepu (Jawa Timur).
Di dalam kubur batu tersebut juga ditemukan rangka manusia yang sudah rusak, alat-alat
perunggu dan besi serta manik-manik. Dari penjelasan tentang peti kubur, tentu Anda dapat
mengetahui persamaan antara peti kubur dengan sarkofagus, dimana keduanya merupakan
tempat menyimpan mayat yang disertai bekal kuburnya
5. Punden Berundak : bangunan tempat pemujaan yang tersusun bertingkat-tingkat seperti
tangga.

6. Waruga : peti kubur peninggalan budaya Minahasa pada zaman megalitikum. Didalam peti
pubur batu ini akan ditemukan berbagai macam jenis benda antara lain berupa tulang- tulang
manusia, gigi manuisa, periuk tanah liat, benda- benda logam, pedang, tombak, manik- manik,
gelang perunggu, piring.
B. ZAMAN LOGAM

1. Zaman Perunggu
1. Candrasa adalah kapak corong yang satu sisinya memanjang. Candrasa ini biasanya
digunakan sebagai tanda kebesaran dan alat upacara saja. Banyak ditemukan di Yogyakarta dan
Roti.

2. Bejana Perunggu : bentuknya seperti periuk tapi langsung dan gepeng. Ditemukan di tepi
danau Kerinci dan juga di Madura.

3. Nekara : Genderang dari perunggu yang berfungsi sebagai alat upacara, yaitu ditabuh untuk
memanggil arwah/roh nenek moyang. Ditemukan di Jawa, Bali, Roti, Selayar, dan Kei. Nekara
terbesar tan ditemukan dibali yang dikenal dengan Nekara Bulan Pejeng. Ada juga nekara
berukuran kecil yang disebut dengan Moko dietmukan di daerah Alor. Moko dapat difungsikan
sebagai pustaka atau mas kawin.
2. Zaman Besi
Pada masa ini manusia telah dapat melebur besi untuk dituang menjadi alat-alat yang dibutuhkan, pada
masa ini di Indonesia tidak banyak ditemukan alat-alat yang terbuat dari besi.

• Mata kapak, yang dikaitkan pada tangkai dari kayu, berfungsi untuk membelah kayu
• Mata Sabit, digunakan untuk menyabit tumbuh-tumbuhan
• Mata pisau
• Cangkul, dll

Anda mungkin juga menyukai