Anda di halaman 1dari 10

STUDI DAN PERANCANGAN PENETROMETER DIGITAL SEBAGAI ALAT UJI

KONSISTENSI BAHAN BERBASIS MIKROKONTROLER


1)
Edwin Pondi Suwanto, 2) Yanurita Dwi Hapsari M.Sc
Jurusan Fisika, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam
Institut Teknologi Sepuluh Nopember
Surabaya 2012

Abstrak
Telah dirancang alat uji konsistensi bahan berbasis mikrokontroler keluarga Atmel
ATMega16. Alat ini menggunakan sensor fotodioda sebagai pengontrol motor stepper
penggerak mekanik alat. Prinsip kerja pengukuran yang digunakan pada penetrometer adalah
tekanan dimana suatu bahan ditekan hingga bahan tersebut tertekan oleh jarum penekan (cone)
dan mengalami perubahan jarak tekan. Perubahan jarak tekan tersebut dipengaruhi oleh
kekerasan benda yang diuji. Bahan yang diuji adalah bahan hidrogel berupa polyvynil alkohol
(PVA). Bahan yang diujikan memiliki variasi konsentrasi yaitu 10wt%, 12,5wt% dan 15wt%
serta variasi proses pendinginan-pemanasannya yaitu 2 siklus, 3 siklus, dan 4 siklus. Pada
penetrometer yang dirancang didapatkan data yang tidak jauh berbeda dengan penetrometer
analog dimana pada penetrometer yang di rancang diperoleh grafik linier. Dari grafik yang
dihasilkan oleh data dapat disimpulkan bahwa konsentasi dan siklus pendinginan berbanding
terbalik dengan perubahan jarak tekan. Pada perancangan alat ini diperoleh nilai error
repeatability sebesar 6,7552%.

Kata kunci: konsistensi bahan, penetrometer, fotodioda, polyvynil alkohol (PVA),


mikrokontroler

I. PENDAHULUAN
Dalam industri sifat kekenyalan dan kekerasan bahan sangat diperhitungkan, karena pada
saat memproduksi tidaklah sama kekenyalanya untuk produk yang berbeda. Untuk menentukan
nilai kekenyalan atau kekerasan bahan digunakan penetrometer. Penetrometer adalah alat untuk
menentukan nilai konsistensi suatu bahan tertentu yang ingin diuji. Pada awalnya penetrometer
ini digunakan dalam bidang perminyakan atau bidang yang berhubungan dengan pertanahan.
Lalu alat ini berkembang menjadi alat yang digunakan dalam industri pangan, kesehatan dan
bidang yang berkaitan dengan konsistensi suatu bahan. Pada penelitian sebelumnya,
penetrometer yang digunakan untuk studi mengenai konsistensi bahan masih menggunakan
sistem analog. Padahal di era yang sudah berbasis digital sebagian besar peralatan dengan sistem
analog sudah digantikan dengan sistem digital. Sehingga diperlukan studi untuk mendesain dan
membuat alat penetrometer berbasis digital. Pada penelitian ini, penetrometer yang dibuat
menggunakan sensor cahaya (fotodioda) untuk menentukan konsistensi bahan. Tugas akhir ini
bertujuan untuk (1) Mendesain dan membuat penetrometer digital yang berbasis mikrokontroler
menggunakan prinsip kerja sensor cahaya, (2) Menguji konsistensi bahan hidrogel menggunakan
penetrometer
II. TINJAUAN PUSTAKA kedalaman tekanan atau pergeseran yang
terjadi pada sample (m).
2.1 Penetrometer Bila penetrometer yang digunakan
Penetrometer merupakan suatu alat memiliki luas penekan (A), sedangkan
yang digunakan dalam bidang perminyakan massa penetrometer adalah m, kemudian
atau bidang yang berhubungan dengan diterapakan pergeseran l yang sama untuk
bidang pertanahan. Alat ini digunakan untuk setiap sampel, akan di dapatkan ∆z yang
menetukan resistansi tanah, tetapi dalam berbeda untuk setiap konsistensi yang
bidang industri yang laiin alat ini digunakan berbeda–beda. Semakin kenyal suatu sampel
untuk menentukan nilai kekenyalan atau maka konsitensinya akan semakin tinggi,
kekerasan dari sejumlah bahan. Nilai resistansinya terhadap tekanan akan semakin
kekerasan dan kekenyalan ini disebut kecil dan sebaliknya, pergeseran ∆z yang
dengan konsistensi bahan dihasilkan akan semakin besar
Konsistensi bahan didapatkan dengan
menekan sampel pada penetrometer dengan 2.2 Fotodioda
menggunakan penekan standar seperti cone
(jarum berbentuk kerucut), jarum atau
batang yang ditenggelamkan pada sampel
tersebut. Hasil pengukuran dari penekanan
sampel menunjukan tingkat kekerasan atau
kelunakan suatu bahan serta tergantung pada
kondisi sampel tersebut seperti ukuran, berat
penekan, geometri, dan waktu. Semakin
lunak sampel, penekan penetrometer akan
tenggelam makin dalam dan menunjukkan
angka yang semakin besar Gambar 2.1 Fotodioda dan lambang
Dapat dianalisis bahwa prinsip fotodioda
operasional penetrometer bergantung pada
tekanan dan gaya gravitasi. Diasumsikan Fotodioda adalah suatu jenis dioda yang
bahwa penetrometer yang memiliki massa resistansinya berubah-ubah kalau cahaya
(m) menekan suatu sampel hingga yang jatuh pada dioda berubah-ubah
penetrometer bergeser sejauh (l), energy intensitasnya. Dalam gelap nilai tahanannya
potensial (W) yang dihasilkan adalah sangat besar hingga praktis tidak ada arus
sebesar yang mengalir. Semakin kuat cahaya yang
W= mgl………………………… (1) jatuh pada dioda maka makin kecil nilai
Resistansi terhadap tekanan yang tahanannya, sehingga ar us yang mengalir
dihasilkan oleh penetrometer pada sampel semakin besar. Bentuk fisik dan lambang
dinyatakan dengan Dutch formula dan phodioda ada pada gambar 2.1. Jika
dirumuskan sebagai fotodioda persambungan p-n bertegangan
R= ………………………….(2) balik disinari, maka arus akan berubah
dengan R adalah resistansi terhadap secara linier dengan kenaikan fluks cahaya
tekanan penetrometer (N/m2), A adalah luas/ yang dikenakan pada persambungan
tersebut.
area penekan (m2), g adalah percepatan
gravitasi pada tempat tersebut (9,8 N/m2), m Berdasarkan hal tersebut dapat dibuat
adalah massa penetrometer (kg), l adalah alat untuk mendeteksi intensitas cahaya
pergeseran penetrometer (m), ∆z adalah dengan memanfaatkan karakteristik
fotodioda. Fotodioda terbuat dari bahan digunakan untuk memanaskan partikel-
semikonduktor. Biasanya yang dipakai partikel kristal (rekombinasi non-radiaktif).
adalah silicon (Si) atau gallium arsenide Pancaran cahaya ini merupakan cahaya
(GaAs), dan lain-lain t ermasuk Indium sebuah LED.
antimonide (InSb), Indium arsenide(InAs), Meski semua diode mengeluarkan
Lead Selenide (PbSe),dan Timah Sulfide cahaya, tetapi sebagian besar dioda tersebut
(PBS). Bahan-bahan ini menyerap cahaya tidak efektif. Pada diode yang ada di
melalui karakteristik jangkauan p anjang pasaran, bahan semikonduktornya
gelombang, misalnya: 250 nm ke 11 00 menyerap banyak energi cahaya. LED
untuk nm silicon, dan 800 nm ke 2,0 µ m khusus dibuat untuk melepaskan sejumlah
untuk GaAs. besar foton (satuan dasar cahaya). LED
juga dikemas dalam bohlam plastik yang
2.3 LED menyatukan cahaya dalam arah tertentu.
Untuk m endapatkan emisi cahaya pada
semikonduktor, doping yang pakai adalah
bahan Galium Arsenida (GaAs) atau
Galium Arsenida Phospida (GaAsP) atau
juga Galium Phospida (GaP), bahan-bahan
ini memancarkan cahaya dengan warna
yang berbeda-beda.
Bahan GaAs memancarkan cahaya
infra-merah, Bahan GaAsP memancarkan
cahaya merah atau kuning, sedangkan
Gambar 2.2 LED dan lambang LED bahan GaP memancarkan cahaya merah
atau h ijau. Dalam memilih LED selain
LED merupakan komponen yang dapat warna, perlu diperhatikan tegangan kerja,
mengeluarkan emisi cahaya. LED akan arus maksimum dan disipasi dayanya.
memancarkan cahaya saat diberikan arus Setiap jenis LED mempunyai karakteristik
listrik. LED dibuat agar lebih efisien jika tegangan dan arus yang berbeda-beda.
mengeluarkan cahaya dengan panjang Semakin besar arus yang melewati LED
gelombang tertentu. Panjang gelombang ini maka semakin terang nyalanya dan daya
akan ditangkap oleh mata manusia sebagai yang dibutuhkan. Arus ini tidak boleh
warna. Bentuk fisik dan lambang phodioda melebihi batas dari spesifikasi LED
ada pada gambar 2.2 Dalam LED, dapat tersebut karena jika melebihi dapat
dipandang sebagai sebuah kristal. Kristal membuat LED rusak atau mungkin
ini terdiri dari lubang (hole) dan elektron terbakar. Oleh karena itu untuk membatasi
(ion), setiap elektron akan mengisi lubang arus besar yang lewat maka diperlukan
yang kosong dalam rekombinasi ini resistor.
disebabkan oleh hantaran arus listrik dari
sumber tegangan (panjar maju). Ketika 2.4 Mikrokontroler ATmega16
elektron telah berekombinasi dengan
lubang tadi, menyebabkan elektron terlepas Mikrokontroler ATmega16 merupakan
dari energi ikatnya. Rekombinasi ini AVR seri mikrokontroler CMOS 8-bit
menghasilkan energi yang terlepas dari buatan Atmel, berbasis arsitektur RISC
elektron. Energi yang terlepas inilah (Reduced Instruction Set Computer).
digunakan untuk memancarkan foton Hampir semua instruksi dieksekusi dalam
(rekombinasi-radiaktif), sebagaian lain satu siklus clock. AVR mempunyai 32
register general-purpose, timer/counter Tabel 2.1 Pola Pemrograman Half-Step Pada
fleksibel dengan mode compare, interrupt Port Mikrokontroler
internal dan eksternal, serial UART, Pin 1 Pin 2 Pin 3 Pin 4
programmable Watchdog timer, dan mode 1 1 0 0
power saving. Yang dilengkapi dengan ADC 0 1 1 0
dan PWM internal. AVR juga mempunyai 0 0 1 1
In-System Programmable Flash on-chip 1 0 0 1
yang mengijinkan memori program untuk
diprogram ulang dalam sistem menggunakan Tabel di atas merupakan pola putaran
hubungan serial SPI. Berikut merupakan searah jarum jam (clockwise). Untuk putaran
gambar 40 pin mikrokontroller Atmega 16 berlawanan jarum jam (counter clockwise),
yang ditunjukkan pada gambar 2.4. maka urutan pola harus dibalik. Pada
dasarnya ada 2 jenis Motor Stepper yaitu :
Bipolar dan Unipolar. Sebuah motor
stepper berputar 1 step apabila terjadi
perubahan arus pada koil-koilnya,
mengubah pole-pole magnetik disekitar
pole-pole stator. motor stepper yang
digunakan adalah motor stepper unipolar.
Motor stepper unipolar dikenal dengan
motor stepper empat fase (unipolar) adalah
jenis motor stepper yang paling umum.
Istilah empat fase digunakan karena motor
Gambar 2.3 Pin-Pin ATmega 16 mempunyai empat kumparan medan yang
dapat diberikan energi secara
Untuk memaksimalkan dalam terpisah/tersendiri, dan istilah unipolar
penggunaan mikrokontroler ATmega 16 digunakan karena arus selalu menjalar
pada gambar 2.3 pe rlu diperhatikan bahwa dalam arah yang sama melalui kumparan.
pin-pin ATmega16 baik dalam penggunaan Pada tugas akhir ini motor stepper yang
port A,B,C,D maupun penggunaan ADC, Tx digunakan adalah motor stepper unipolar.
Rx sesuai dengan kebutuhan dan hardware Cara sederhana untuk mengoperasikan
yang digunakan. motor stepper unipolar adalah dengan
memberikan energi phase satu pada suatu
2.5 Motor Stepper waktu yang berurutan (dikenal dengan wave
Motor stepper merupakan piranti drive). Dibandingkan dengan motor stepper
elektromekanik yang mengkonversi pulsa- bipolar dua-phase, motor stepper empat fase
pulsa listrik menjadi gerakan mekanik. mempunyai keuntungan karena
Rotor (shaft) motor stepper berotasi dalam kesederhanaannya (simplicity). Rangkaian
kenaikan langkah diskret ketika pulsa kontrol motor empat fase mudah men-switch
perintah listrik diterapkan ke motor dalam urutan kutub on da n off, tanpa harus
urutan yang sesuai. Urutan pulsa membalik polaritas kumparan medan
berhubungan dengan arah putaran motor. (namun, motor dua-phase menghasilkan
Kecepatan rotasi motor berhubungan dengan torsi lebih besar karena pushing dan pulling
frekuensi masukan. dilakukan bersamaan.
2.6 Hidrogel Polyvinyl Alcohol (PVA) ini memungkinkan menentukan derajat
Poly(vinyl alcohol),PVA, adalah kekristalan sampel yang dibuat. Secara
polimer sintetik. PVA yang terhidrolisis umum, modulus dari hidrogel PVA
sepenuhnya terdiridari m onomer yang meningkat dengan penambahan siklus
berulang-ulang yang menghubungkan grup pembekuan dan pencairan. Efek
alkohol. PVA terbentuk dari Vinyl acetate pembekuan-pencairan telah dimanfaatkan
yang dipolimerisasi menjadi poly(vinyl untuk menghasilkan cryogel PVA dengan
acetate), yang kemudian dihidrolisasi modulus cukup tinggi Pada penelitian
menjadi bentuk PVA seperti pada Gambar sebelumnya didapatkan nilai ADC yang
2.4 semakin menurun dengan bertambahnya
siklus pembekuan dan pencairan pada
konsentrasi hidrogel PVA yang sama.

2.7 Repeatibility
Repeatibility didefinisikan sebagai
ukuran deviasi dari hasil-hasil test terhadap
harga rata-ratanya (mean value). Pada
Gambar 2.4 Struktur PVA repeatibility biasanya digunakan pada
Derajat hidrolisis didefinisikan pengukuran yang dilakukan secara berulang.
sebagai perluasan hidrolisis yang terjadi di Pada repeatibility terjadi sebuah error pada
dalam rantai polimer. K ualitas polimer pengukurannya dimana seharunya memiliki
PVA yang umum dikarakterisasikan dengan nilai yang sama pada saat kondisi yang
derajat hidrolisis dari PVA dan berat diukur identik. Error repeatibility
molekul. Derajat polimerisasi didefinisikan dinyatakan dengan
dari jumlah unit pengulangan dalam rata-
rata rantai polimer p ada saat reaksi δr=∆/FSx
polimerisasi. Baik derajat hidrolisis dan 100%...........................................(3)
derajat polimerisasi menunjukkan mudah
tidaknya polimer tersebut larut dalam air, dimana:
kekristalan, kekuatan mekanik, dan
δr = Error Repeatibility (%)
pendifusiannya.
Meskipun PVA dapat dipecah mata ∆ = rata–rata value
rantainya dengan proses kimia, proses fisika
lebih banyak dilakukan d alam aplikasi FS = Jangkauan Pengukuran
biomedika karena menghindari pengaruh
racun akibat reaksi kimia. S alah satu III METODOLOGI PENELITIAN
metode y ang digunakan adalah siklus
pembekuan dan pencairan (freezing-thawing 3.1 Perancangan Alat ( Hardware)
method) (Hassan and Peppas, 1992). Lama Perancangan alat terdapat 2 langkah
waktu pembekuan tergantung dari dalam perancangan alat ini. yaitu
banyaknya sampel yang dibuat. Kekristalan perancangan sistem mekanik dan elektrik.
polimer ini dapat meningkat dengan Pada dasarnya perancangan alat kali ini
menambahkan waktu pembekuan. Selama terpusat pada sistem elektrik yang berbasis
proses pencairan, kekristalan yang awalnya mikrokontroler. Sistem mekanik pada
meningkat kemudian terjadi penurunan. perancangan alat ini adalah sistem yang
Banyaknya siklus pembekuan dan pencairan membantu pada proses pembacaan
perubahan jarak tekan pada bahan (∆x). perubahan jarak tekan pada bahan (∆x).
Pada perancangan mekanik, motor stepper Rancang bangun kotak display tersebut
merupakan suatu piranti yang paling penting
karena sangat berpengaruh pada pergerakan
mekaniknya. Pada mekanik ini sangat
diperlukan saat penekanan sampel. Pada
sistem elektrik dirancang kotak display
sebagai pembaca hasil perubahan jarak
tekan pada sampel. Kedua sistem
perancangan alat ini digabung sehingga
dapat dioprasikan sebagai penetrometer.
Penetrometer ini akan diuji alat pada sampel dapat dilihat pada Gambar 3.2
yang telah ditentukan yaitu PVA. Setelah
diuji diperoleh data lalu dikalibrasi alat, jika Gambar 3.2 kotak display
alat tersebut memperoleh error yang besar Pada kotak display ini berisikan
maka alat tersebut dirancang ulang pada mikrokontroler sebagai pusat pengendali
proses mekanik dan proses elektriknya. mekaniknya. Perubahan jarak tekan tersebut
Setelah itu diuji kembali dan dikalibrasi jika akan terbaca pada LCD dengan satuan
sudah memperoleh error yang kecil maka millimeter. Pada kotak terdapat saklar on–
alat dapat dikatakan selesai. off yang terletak di belakang badan kotak
3.1.1 Sistem Mekanik display.
Mekanik proses berupa miniatur Sistem elektronik yang dibuat
dirancang untuk penekan bahan uji. berdasarkan diagram blok terpusat menjadi
Penekanan bahan uji tersebut akan dibaca satu dan digambarkan pada Gambar 3.3
pada kotak pembaca. Miniatur mekanik
proses digerakkan oleh motor stepper. Selain
dapat dilihat pada kotak display di
rancangan alat ini juga terdapat jangka
sorong sebagai pengukuran analog. Berikut
ini gambar 3.1 merupakan susunan alat

Gambar 3.3. Blok sistem instrumentasi

Cahaya dari LED akan masuk pada


Gambar 3.1 Susunan mekanik fotodioda yang menyebabkan motor stepper
berputar dan dapat menggerakkan naik–
3.1.2 Sistem Elektrik turun penekan. Jika penekan diturunkan
Sistem elektrik pada rancang alat sampai penekan menekan sampel sampai
terpusat pada kotak diplay. Kotak display jenuh dan menyebakan jarum cone menutup
digunakan sebagai tempat pembacaan cahaya yang masuk pada fotodioda sehingga
motor tersebut berhenti berputar. Dari mikrokontroler. Rangkaian tersebut
penekanan tersebut akan diperoleh menggunakan driver motor stepper yaitu
perubahan jarak tekan yang yang dapat ULN20032 yang dihubungkan pada Port C.
dibaca pada LCD. Semua proses dari Motor stepper tersebut dikendalikan dengan
pergerakan sampai pembacaan data dua saklar yang berfungsi untuk putar kiri
semuanya terpusat pada satu sistem yang dan putar kanan yang menyebabkan naik
terdapat pada mikrokontroler. turun pada proses mekanik.
Pada sistem elektonik yang VCC

dirancang untuk menampilkan hasil


J16.

1
JISP VCC 2

pengukuran, pengolahan data, dan kendali


3
1 RST 5k RS_LCD 4
2 pinb.7 R9 5
3 pinb.6 E_LCD 6
4 pinb.5 7

proses mekanik. Berikut adalah gambar


5 8
9
10
5V ADC4 11
U1 ADC5 12

minimum sistem rangkaian elektronik pada


2 1 1 40 RS_LCD ADC6 13
5V 2 1 2 PB0(XCK/T0) PA0(ADC0) 39 E_LCD ADC7 14
3 PB1(T1) PA1(ADC1) 38 15
4 PB2(INT2/AIN0) PA2(ADC2) 37 16

C
PB3(OC0/AIN1) PA3(ADC3) ADC4

kotak display
5 36
pinb.5 6 PB4(SS) PA4(ADC4) 35 ADC5 D3
R1 pinb.6 7 PB5(MOSI) PA5(ADC5) 34 ADC6
pinb.7 8 PB6[MISO) PA6(ADC6) 33 ADC7 HEADER 16
1N4002
RST 9 PB7[SCK) PA7(ADC7) 32
RESET AREF VCC
5V 10 31 MG1

A
C1 22pF 11 VCC AGND 30 5V

1
12 GND AVCC 29 1 16 1
C3 100nF1 13 XTAL2 PC7(TOSC2) 28 2 1A 1B 15 2
SW2 14 XTAL1 PC6(TOSC1) 27 3 2A 2B 14 3
X1 15 PD0(RXD) PC5 26 4 3A 3B 13
16 PD1(TXD) PC4 25 5 4A 4B 12
17 PD2(INT0) PC3 24 6 5A 5B 11

2
C2 22pF 18 PD3(INT1) PC2 23 7 6A 6B 10 MOTOR STEPPER

6
19 PD4(OC1B) PC1(SDA) 22 7A 7B
20 PD5(OC1A) PC0(SCL) 21 9
PD6(ICP) PD7(OC2) COM 12V
ATMEGA16

GND
ULN2003

8
Gambar 3.5 Rangkaian motor stepper

3.2 Perancangan Perangkat Lunak


Perancangan perangkat lunak yang
digunakan adalah bahasa assembly untuk
mikrokontroler, software yang digunakan
Gambar 3.4 Minimum Sistem adalah Code vision AVR. Code vision AVR
Sistem minimum juga merupakan bagian adalah program yang dapat digunakan untuk
terpenting dari alat uji konsistensi bahan ini. mengisi mikrokontroler dan bahasa yang
Seperti mikroprosesor pada komputer, digunakan adalah bahasa C. A VR juga
minimum sistem adalah otak dari rangkaian mampu melakukan koneksi antara Tx, Rx
untuk mengatur semua perintah eksekusi dari mikrokontroler ke hiperterminal
yang diberikan saat pengisian program. komputer, oleh karena itu AVR sangat tepat
Dari gambar 3.4 terdapat LED sebagai digunakan untuk perancangan software
indikator mikrokontroler. Selain itu terdapat (perangkat lunak). Bahasa yang digunakan
push button sebagai reset yang di pada pengisian minimum sistem dituliskan
hubungkan ke pin 9 (pin reset) pada seperti yang ada dibawah serta untuk lebih
mikrokontroler dengan resistor pull up dan lengkapnya pada lampiran A.
kapasitor yang berfungsi untuk menghindari #include <mega16.h>
bouncing atau penekanan push button sekali #include <stdio.h>
yang di anggap berkali kali oleh #include <math.h>
mikrokontroler.Pada minimum sistem ini, #include <delay.h>
penggunaan port C digunakan untuk LCD, #asm
port B disambungan ke sensor cahaya dan .equ __lcd_port=0x18
penggunaan port A digunakan untuk #endasm
pengendalian motor. #include <lcd.h>
Rangkaian berikut digunakan untuk #define on 0
pengendali motor stepper dengan #define off 1
Pengukuran yang digunakan ialah
3.3 Kalibrasi Alat pengukuran secara berulang pada satu titik
Kalibrasi alat dilakukan melalui terhadap sampel yang sama. Pengukuran
pengambilan data menggunakan pengukuran secara berulang pada titik yang sama
pada satu titik untuk sampel yang sama menghasilkan data yang berbeda padahal
dengan pengambilan data secara berulang pada perlakuan yang digunakan identik
sebagai error repeatability. Pengambilan (sama) sehingga diperoleh error repeatability
data pada sampel PVA dilakukan dengan sebesar data dikurangi besarnya rata–rata
mendapatkan data perubahan jarak tekan data dibagi banyaknya data yang dihasilkan.
pada sampel (∆x) dengan variasi konsentrasi Berikut ini adalah grafik yang dihasilkan
serta siklus pendinginan–pemanasan pada pengukuran 1 titik yang sama.
material kemudian data itu kita bandingkan
dengan data sampel PVA yang telah diukur
menggunakan alat yang sudah ada
sebelumnya

3.4 Metode Pengambilan Data


Pengambilan data dilakukan dengan
2 cara yaitu pertama dengan m engambil
data untuk 1 titik pada sampel yang sama
menggunakan penetrometer digital yang
dirancang dan yang kedua mengambil data
dengan menggunakan penetrometer analog
dan penetrometer digital yang dirancang lalu
dibandingkan. Pengambilan data dilakukan
secara acak untuk posisi yang diuji pada Gambar 4.1 Grafik Perubahan jarak tekan
setiap sampel yang diuji kecuali pada pada 1 titik uji pada sampel
pengambilan data untuk 1 titik uji.
Pengukuran untuk beberapa sampel Berdasarkan data diatas dapat
dengan pengambilan data 25 kali data untuk ditunjukkan bahwa terdapat beberapa faktor
penetrometer digital serta 12 da ta untuk yang mempengaruhi pada pengambilan data.
penetrometer analog pada titik yang Seperti bahan yang diujikan memiliki
berbeda. Sampel yang digunakan adalah tingkat kepadatan yang berbeda disetiap
polivinil alkohol (PVA) yang memiliki permukaan bahan. Hal ini dikarenakan pada
variasi proses pendinginan-pemanasan proses pendinginan-pemanasan bahan tidak
material dan konsentrasi. Variasi homogen sehingga disetiap permukaan
pendinginan-pemanasan dilakukan sebanyak bahan tidak rata untuk kepadatannya. Pada
2, 3 da n 4 s iklus sedangkan variasi pengukuran 1 t itik diperoleh error
konsentrasi yang digunakan adalah PVA repeatability alat yang didapatkan dari
(10wt %), PVA (12.5 wt%), PVA (15 wt%). mengolah data yang dihasilkan dari
pengukuran perubahan jarak tekan dsari
IV HASIL DAN PEMBAHASAN sampel yang memiliki konsentrasi 15wt%
Pada alat yang dirancang juga untuk 4 s iklus pendinginan dan pemanasan
dianalisis seberapa besar tingkat kesalahan menggunakan persamaan 3 s ehingga di
yang dihasilkan oleh pengukuran yang peroleh nilai error repeatability dari alat
menggunakan penetrometer digital. yang menggunakan hasil pengambilan data
sebanyak 25 ka li pengambilan data untuk 4.2 Pembahasan
satu titiknya yaitu sebesar 6,7552%. Hasil pengukuran menggunakan alat
penetrometer yang dirancang untuk setiap
sampel pada tiap titiknya berbeda. Hal ini
dikarenakan untuk setiap permukaan yang
diuji konsistensinya memiliki sifat
konsistensi yang berbeda. Pada saat yang
diuji adalah bagian pinggir PVA, diperoleh
∆x yang sangat besar akan tetapi saat di uji
di bagian tengah nilai ∆x yang diperoleh
sangat kecil. Oleh sebab itu pada bahan yang
diuji memiliki konsistensi yang berbeda
pada setiap titik di permukaannya.
Berdasarkan data hasil pengukuran
menggunakan penetrometer yang dirancang
ataupun penetrometer analog didapat grafik
yang linier seperti yang ditunjukkan pada
gambar 4.2 de ngan menunjukkan hubungan
Gambar 4.2 Grafik Pengukuran ∆x dengan antara ∆x dengan konsentrasi bahan.
menggunakan penetrometer digital yang Semakin keras bahan maka nilai ∆x akan
dirancang dibandingkan dengan semakin kecil serta sebaliknya semakin
penetrometer analog pada variasi lunak bahan maka nilai ∆x akan semakin
konsentrasi (wt%) pada 4 siklus besar. Besarnya ∆x juga dipengaruhi juga
oleh berapa kali proses pendinginannya.
Dari grafik di atas didapat perbandingan Pada pengukuran menggunakan
antara pengukuran menggunakan penetrometer digital untuk pengujian 1 titik
penetrometer digital yang dirancang dengan pada sampel yang dilaukan secara berulang
penetrometer analog dari hubungan diperoleh nilai ∆x yang berbeda.
perubahan jarak tekan dengan konsentrasi. Pengambilan data yang berulang ini
Semakin besar konsentrasi pada bahan yang berfungsi sebagai parameter ralat atau error
diuji maka nilai perubahan jarak tekan repeatability. Error repeatability digunakan
semakin kecil. Dari data pada grafik untuk untuk mengetahui seberapa besar kesalahan
penetrometer digital yang dirancang dapat yang terjadi pada alat tersebut. Pada
dilihat bahwa data yang dihasilkan pengukuran alat juga dibutuhkan sebuah
merupakan data yang linier. Pada parameter ralat pengukuran. Error
penetrometer analog nilai perubahan jarak repeatability pada alat ini adalah 6,7552%.
tekan pada uji sampel yang sama seperti Parameter error pengukuran yang
penetrometer digital yaitu linier akan tetapi digunakan adalah standard deviasi dari
nilai perubahan jarak tekannya lebih besar pengukuran. Pada setiap sampel memiliki
dari pada nilai yang dihasilkan pada bermacam- macam standart deviasi yang
penetrometer digital. berbeda. Selain itu untuk mengkalibrasi alat
Perhitungan deviasi atau ralat digunakan perbandingan data antara hasil
pengukuran yang terdapat pada lampiran. pengukuran menggunakan penetrometer
Berikut hasil perhitungan deviasi atau ralat yang dirancang dengan penetrometer analog
dari pengukuran ∆x pada sampel polivynil yang sudah ada. Untuk data yang dihasilkan
alkohol (PVA). penetrometer yang dirancang memperoleh
grafik linier sedangkan pada penetrometer DAFTAR PUSTAKA
analog data yang dihasilkan membentuk 1. Andrianto Heri, 2008, “Pemrograman
grafik linier pula. Mikrokontroler AVR Atmega16”,
Pada data yang diperoleh saat informatika.
pengukuran menggunakan penetrometer 2. Budiharto Widodo, (2008), “Panduan
digital, nilai perubahan jarak tekan lebih Praktikum Mikrokontroler AVR
kecil dari pada nilai yang didapatkan saat ATMega16”, Elexmedia Komputindo,
pengukuran menggunakan penetrometer Surabaya
analog. Hal ini dikarenakan pada 3. Kennedy, L.Karen. 2010. “ Controlled
penetrometer digital berat jarum penekan Delivery of Serp-1 Protein from
lebih ringan dari pada berat jarum penekan Poly(vinyl alcohol) Hydrogel”. A thesis
pada penetrometer analog. Pada submited in partial fulfillment of the
penetrometer digital berat cone penekan requirement for the degree of Doctor
sebesar 16,78 g r sedangkan pada of Philosophy. The School of Graduate
penetrometer analog berat jarum penekan and Postdoctoral Studies, The University
sebesar 50 gr sehingga nilai perubahan jarak of Western Ontario, London, Ontario,
tekan pada penetrometer digital lebih kecil Canada.
dibandingkan penetrometer analog serta 4. Kurnia Undang, Fahmuddin Agus, Ai
panjang jarum penusuk (cone) penetrometer Dariah. 2006. “ Sifat Fisik Tanah dan
berbeda sehingga juga menghasilkan besar Medote Analisinya” B alai Besar
perubahan jarak tekan pada bahan berbeda. Penelitian dan Pengembangan, Jakarta
Penetrometer yang dirancang memiliki 5. Samadikun, Samaun.1989. “Sistem
panjang jarum penusuk sebesar 5,5cm Instrumetasi Elektronika” Institut
sedangkan pada penetrometer analog Teknologi Bandung, Bandung
menggunakan panjang cone sebesar 45cm 6. Kusuma, Sastra Wijaya, “Diktat
sehingga sangat berpengaruh. Elektronika I” FISIKA FMIPA UI,
Jakarta
V. KESIMPULAN 7. Setiawan, Imam. 2009. “Buku Ajar
Dari proses perancangan dan pembuatan Sensor dan Tranduser”, Universitas
alat uji konsistensi bahan diperoleh Diponegoro, Semarang
kesimpulan sebagai berikut: 8. (http://www.docstoc.com)
1. Penetrometer digital yang berbasis 9. (http://www.lpsc.com)
mikrokontroler dapat digunakan untuk
menguji konsistensi bahan menggunakan
prinsip fotodioda.
2. Grafik yang dihasilkan oleh
penetrometer y ang dirancang dengan
penetrometer analog menghasilkan
grafik yang linier terhadap konsentrasi
baha yang diuji.
3. Error repeatability alat ini sebesar
6,7552%.

Anda mungkin juga menyukai