Anda di halaman 1dari 22

MAKALAH

ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D G3P0A2H0


INPARTU KALA I FASE LATEN DENGAN KPD DI PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG TAHUN 2019

Ns. RITA SYURIANTI S.Kep


NIP 196809011989032001

PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG
i
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk. Shalawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D G3P0A2H0 INPARTU
KALA I FASE LATEN DENGAN KPD DI PUSKESMAS PAUH KOTA
PADANG TAHUN 2019. Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan nilai kredit poin.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis perlu masukan dan bimbingan,
kritikan serta saran demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata kepada Allah SWT penulis memohon dan berharap semoga
atas segala bantuan yang telah diberikan tersebut, dibalas oleh Allah SWT dengan
pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Padang, Mei 2019

Penulis

ii
DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA


A. Pengertian KPD ................................................................................ 6
B. Faktor yang Mempengaruhi KPD ..................................................... 7
C. Komplikasi KPD ............................................................................... 8

BAB III LAPORAN KASUS


A. Manajemen asuhan keperawatan ....................................................... 10

BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
B. Saran................................................................................................... 17

DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................. 19

iii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Ketuban pecah dini (KPD) adalah pecahnya ketuban sebelum dimulainya

tanda – tanda persalinan, yang ditandai dengan pembukaan serviks 3 cm pada

primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada

kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada

kehamilan preterm yaitu sebelum usia kehamilan 37 minggu (Sujiyantini, 2009).

Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban

pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan

dengan penyulit yang berdampak buruk terhadap kesehatan dan kesejahteraan

maternal maupun terhadap pertumbuhan dan perkembangan janin intrauterin,

sehingga hal ini dapat meningkatkan masalah kesehatan di Indonesia (Soewarto,

2010).

Insidensi ketuban pecah dini berkisar antara 8 % sampai 10 % dari semua

kehamilan. Pada kehamilan aterm insidensinya bervariasi antara 6% sampai 19

%, sedangkan pada kehamilan preterm insidensinya 2 % dari semua kehamilan

(Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada

120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap

kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian

besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau

persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar

85% morbiditas dan mortalitas perinatal disebabkan oleh prematusitas. Ketuban

1
pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 %

sampai dengan 40 % (Sualman,2009).

Ketuban pecah dini belum diketahui penyebab pastinya, namun terdapat

beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban

pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu, paritas,

polihidramnion, inkompetensi serviks dan presentasi janin. Sedangkan yang

termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa

penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu. Infeksi

dapat mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi tersebut

akan melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini

dapat menyebabkan perubahan dan pembukaan serviks, serta pecahnya selaput

ketuban (Sualman, 2009).

Selain infeksi yang terjadi terutama pada genitalia wanita, status gizi juga

diduga mempengaruhi selaput ketuban, karena penurunan asupan zat gizi

terutama protein akan menganggu proses metabolisme yang membutuhkan asam

amino, salah satunya pembentukan selaput amnion yang tersusun dari kolagen

tipe IV. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya kekuatan selaput amnion dan

meningkatkan resiko ruptur (Funai, 2008).

Selanjutnya, faktor internal yang mungkin berperan pada kejadian ketuban

pecah dini, diantaranya usia ibu, paritas, dan polihidramnion, inkompetensi

serviks dan presentasi janin (Funai, 2008). Dalam penelitian terdahulu, diketahui

bahwa terdapat peningkatan resiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu

dengan usia lebih dari 30 tahun (Newburn-cook, 2005). Pada sumber lain bahwa,

2
usia ibu saat hamil yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan

usia beresiko (Rochjati, 2010).

Paritas diartikan sebagai jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan

tidak terkait dengan jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan (Taber,

2012). Semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.

Hal ini akan meningkatkan resiko komplikasi pada kehamilan (Prawirohardjo,

2010).

Faktor obstetri berupa distensi uterus seperti polihadramnion dan

inkompetensi serviks (Susilowati, 2010). Polihidramnion merupakan cairan

amnion yang berlebihan, yaitu lebih dari 2000 ml (Gant, 2011). Komplikasi yang

dapat timbul oleh polihidramnion salah satunya adalah ketuban pecah dini. Hal

ini terjadi karena terjadinya peregangan berlebihan pada selaput ketuban (Taber,

2012).

Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang

inkompeten. Serviks tidak mampu mempertahankan kehamilan sehingga selaput

ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor

presentasi dan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah

dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata

jika janin tidak dalam presentasi kepala (Maryunani,2013).

Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama,

perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul

komplikasi berupa kelahiran prematur, infeksi perinatal, kompresi tali pusat,

solusio plasenta, sindrom distres pada bayi baru lahir, perdarahan

intraventrikular, serta sepsis neonatorum (Caughey, 2008). Lebih lanjut Mitayani

3
(2009) menyatakan bahwa resiko infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi,

disebabkan oleh organisme yang ada di vagina, seperti E. Colli, Streptococcus B

hemolitikus, Proteus sp, Klebsiella, Pseudomonas sp, dan Stafilococcus sp.

Sehubungan dengan hal diatas, maka diharapkan pengetahuan tentang

kondisi-kondisi yang mempengaruhi keselamatan dan kesehatan kehamilan dapat

dipahami oleh masyarakat, terutama ibu hamil. Dengan demikian diharapkan

dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif dalam rangka

menurunkan angka ketuban pecah dini, sehingga komplikasi yang tidak

diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka

meningkatkan keselamatan dan kesehatan, khususnya maternal dan perinatal,

serta kesehatan dan kesejahteraan masyarakat Indonesia pada umumnya.

Dalam rangka menurunkan angka kematian anak dan meningkatkan

kesehatan ibu, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian ketuban pecah dini di

masa mendatang, salah satunya dengan melakukan pengawasan ketat terhadap

faktor – faktor resiko yang berperan terhadap kejadian ketuban pecah dini.

Puskesmas Pauh merupakan salah satu puskesmas di Kota Padang yang

memiliki UGD PONEK yang dibuka setiap 24 jam yang memiliki layanan

persalinan yang bertanggung jawab menyelenggarakan pembangunan kesehatan.

Upaya kesehatan ibu dan anak juga termasuk salah satu upaya wajib bagi

puskesmas dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian

bayi. Setiap ibu yang akan bersalin wajib di pantau, guna menghindari hal yang

tidak diinginkan terjadi. Oleh sebab itu, KPD memerlukan pengawasan yang

ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong karena dapat mengancam

4
keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau

memperkecil resiko kematian ibu dan bayinya (Manuaba et al, 2008).

Berdasarkan permasalahan di atas penulis tertarik menulis sebuah makalah

dengan judul asuhan keperawatan maternitas pada Ny. D G3P0A2H0 inpartu

kala I fase laten dengan KPD di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan masalah apa saja yang

akan dibahas dalam makalah ini:

1. Apa yang dimaksud KPD?

2. Apa faktor yang mempengaruhi KPD?

3. Apa komplikas KPD?

1.3 Tujuan Penulisan


Berdasarkan latar belakang di atas, dapat dirumuskan apa saja tujuan dalam

makalah ini :

1. Untuk mengetahui pengertian KPD

2. Untuk mengetahui faktor yang mempengaruhi KPD

3. Untuk mengetahui komplikas KPD

5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Ketuban Pecah Dini (KPD)

KPD adalah pecahnya ketuban sebelum waktu melahirkan yang terjadi

pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). KPD

atau premature rupture of the membranes (PROM) adalah pecahnya selaput

ketuban sebelum adanya tanda-tanda persalinan. Jika ketuban pecah sebelum

umur kehamilan 37 minggu disebut ketuban pecah dini kehamilan preterm

atau PROM.

Ketuban pecah dini adalah keluarnya cairan amnion sebelum

waktunya mulai persalinan, terjadi sekitar 7-12% kehamilan. Ketuban pecah dini

sering dikaitkan dengan sepsis neonatorum karena berhubungan dengan infeksi

genetalia bawah ibu hamil. Infeksi genetalia bawah ibu hamil dapat menyebabkan

ketuban pecah dini, demikian pula ketuban pecah dini dapat memudahkan infeksi

Ascendens pada bayi (Indrawarman, 2012).

Kantung ketuban adalah sebuah kantung berdinding tipis yang berisi

cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari

dua bagian. Bagian pertama disebut amnion, terdapat di sebelah dalam.

Sedangkan, bagian kedua, yang terdapat di sebelah luar disebut chorion.

Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau

memberikan perlindungan terhadap bayi dari benturan yang diakibatkan oleh

lingkungan di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak

dengan bebas ke segala arah (Utomo, 2013).

6
Menurut Sumiyoga (2007) mendapatkan insidensi sepsis neonatorum pada

KPD kehamilan aterm adalah 4,4%. Remington (2012) mendapatkan KPD

merupakan penyebab terjadinya prematuritas, sebagai faktor risiko sepsis

neonatorum dan kematian perinal. Menurut Leal (2012), KPD >24 jam memiliki

peluang 3,38 kali untuk mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami KPD

(RR=3,38, 95%CI:1,80-6,32). Ibu yang mengalami KPD memiliki peluang 7,5

kali berisiko mengalami sepsis OR=7,595; 95%CI:3,593-16,058 (Simbolon,

2008).

2.2. Faktor yang mempengaruhi KPD

Menurut Morgan (2009), Kejadian Pecah Dini (KPD) dapat disebabkan

oleh beberapa faktor meliputi :

a. Usia

Karakteristik pada ibu berdasarkan usia sangat berpengaruh

terhadap kesiapan ibu selama kehamilan maupun menghadapi persalinan.

Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-

35 tahun. Di bawah atau di atas usia tersebut akan meningkatkan

resiko kehamilan dan persalinan. Usia seseorang sedemikian besarnya

akan mempengaruhi sistem reproduksi, karena organ-organ

reproduksinya sudah mulai berkurang kemampuannya dan

keelastisannya dalam menerima kehamilan.

b. Sosial ekonomi (Pendapatan)

Pendapatan merupakan faktor yang menentukan kualitas dan

kuantitas kesehatan di suatu keluarga. Pendapatan biasanya berupa uang

yang mempengaruhi seseorang dalam memenuhi kehidupan hidupnya.

Pendapatan yang meningkat tidak merupakan kondisi yang menunjang


7
bagi terlaksananya status kesehatan seseorang. Rendahnya pendapatan

merupakan rintangan yang menyebabkan seseorang tidak mampu

memenuhi fasilitas kesehatan sesuai kebutuhan.

c. Paritas

Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak

pertama sampai dengan anak terakhir. Adapun pembagian paritas yaitu

primipara, multipara, dan grande multipara. Primipara adalah seorang

wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia

kehamilan 28 minggu atau lebih.

2.3. Komplikasi Ketuban Pecah Dini

Menurut Manuaba (2009) komplikasi yang biasa terjadi pada KPD

meliputi :

a. Mudah terjadinya infeksi intra uterin

b. Partus premature

c. Prolaps bagian janin terutama tali pusat.

Menurut Prawirohardjo (2010) terdapat tiga komplikasi utama yang

terjadi pada ketuban pecah dini yaitu:

a. Peningkatan morbiditas neonatal oleh karena prematuritas

b. Komplikasi selama persalinan dan kelahiran

c. Resiko infeksi baik pada ibu maupun janin, dimana resiko

infeksi karena ketuban yang utuh merupakan barrier atau

penghalang terhadap masuknya penyebab infeksi.

Faktor risiko terjadinya sepsis neonatal yang didapat dari ibu meliputi

ketuban pecah dini/lebih 18 jam, demam lebih 380C, cairan ketuban hijau, keruh

8
dan berbau, serta kehamilan multipel. Faktor risiko pada bayi meliputi

prematuritas, berat lahir rendah, gawat janin, asfiksia neonatorum, serta faktor

lain yaitu prosedur cuci tangan yang tidak benar (Kosim,2010).

Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka terjadi

infeksi yang dapat meningkatkan angka kematian ibu dan anak

(Prawirohardjo, 2010). Komplikasi yang paling sering terjadi pada ibu

sehubungan dengan KPD ialah terjadinya korioamnionitis dengan atau tanpa

sepsis yang meningkatkan morbiditas dan mortalitas perinatal dan menyebabkan

infeksi pada ibu dan bayi. Terjadinya infeksi maternal sehubungan dengan KPD

tergantung dari lamanya masa laten, dimana makin muda umur kehamilan

makin memanjang periode laten sedangkan persalinan lebih pendek dari

biasanya, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam. Risiko pada bayi dengan

KPD ialah kelahiran prematur dengan segala akibatnya yaitu infeksi, gawat

janin, dan persalinan traumatik. Bila masa laten >24 jam, maka angka kematian

perinatal meningkat dan insiden amnionitis meningkat >50% (Lowing, 2015).

Beberapa kepustakaan menyebutkan bahwa air ketuban keruh (air ketuban

bercampur mekonium) merupakan salah satu faktor risiko ibu yang

menyebabkan terjadinya sepsis bayi baru lahir. Menyebutkan bahwa air ketuban

keruh (air ketuban bercampur mekonium) merupakan salah satu faktor risiko

ibu yang menyebabkan terjadinya sepsis bayi baru lahir.

9
BAB 3
LAPORAN KASUS

DOKUMENTASI ASUHAN KEPERAWATAN MATERNITAS


PADA Ny. D G3P0A2H0 INPARTU KALA I FASE LATEN
DENGAN KPD DI PUSKESMAS PAUH KOTA PADANG
TAHUN 2019

KALA I FASE LATEN


Hari / Tanggal : Kamis, 01 Mei 2019
Waktu : 11.00 WIB

1) DATA SUBJEKTIF
Nama Ayah : Tn. P Nama Ibu : Ny. D
Umur : 37 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Taratak Paneh RT/RW 001/006 Kelurahan Korong
Gadang
Kecamatan Kuranji
Keluhan : Ibu mengatakan keluar air dari kemaluan ± 4 jam yang lalu, nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari
Riwayat Kehamilan sekarang :
HPHT : 10-08-2018 DJJ : 148x/menit
TP : 17-05-2019 His : 1-2x/10’/10”
TFU : 3 jari dibawah Px (32cm)
Riwayat Penyakit :
Ibu tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit jantung,
darah tinggi, diabetes dan penyakit lainnya.

Pola Nutrisi :
Makan terakhir pukul 06.00 WIB dan minum terakhir pukul 08.00 WIB
Pola Eliminasi :

10
BAK sering, BAB terakhir 07.30 WIB
2) DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik, ibu tampak kesakitan karena his
Kesadaran : Composmentis
Tanda - Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,60C
Wajah : tidak pucat, tidak odema
Mata : sklera putih, conjungtiva tidak pucat
Mulut : bibir tidak pucat, tidak kering, tidak ada karies gigi
Payudara : payudara membesar, simetris, tidak ada benjolan, hiperpigmentasi
areola, puting menonjol
Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px, pada fundus teraba satu bagian besar
agak bulat tidak melinting kemungkinan bokong janin.
Leopold II : dibagian kiri perut ibu teraba panjang memapan keras
kemungkinan punggung janin, dibagian kanan perut ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemingkinan ektremitas janin.
Leopold III : teraba bagian besar bulat keras dan tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP (Sejajar)
Penurunan : Hodge II
TBJ : (32-13)X155=2945 gr
DJJ : 148x/menit
His : 1-2x/10 menit
Durasi : 10 detik
Pemeriksaan kertas lakmus : biru
Pemeriksaan Dalam
Vagina : dinding vagina tidak ada varises, tidak ada odema
Portio : tebal lunak

11
Penipisan : 20%
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : sudah pecah (pukul 19.00), warna jernih
Bagian terbawah : kepala
Molase : tidak ada
Penunjuk : UUK kanan depan
3) ASSESSMENT
Diagnosa :
Ny. D G3P0A2H0 hamil aterm inpartu kala I Fase Laten janin hidup tunggal
intrauterin presentasi kepala.
Masalah : ibu merasa nyeri
Kebutuhan : Pengaturan posisi
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan segera : Tidak ada
4) PLANNING
a. Melakukan informed consant pada keluarga pasien untuk tindakan
pertolongan persalinan normal.

b. Menginformasikan kepada ibu dan keluarga hasil pemeriksaaan


bahwa ibu dalam masa persalinan pembukaan 2-3 cm keadaan ibu
dan janin baik.

c. Memenuhi kebutuhan ibu dengan memasang infus RL

d. Memenuhi kebutuhan ibu akan pendamping persalinan dengan


mempersiapkan suami atau keluarga untuk menemani ibu

e. Mengajarkan ibu untuk melakukan teknik relaksasi saat ada


kontraksi dengan menarik napas panjang lewat hidung lalu
dikeluarkan lewat mulut.

f. Mengajurkan ibu untuk mobilisasi untuk miring kiri.

12
g. Mengobservasi keadaan umum, kesadaran , TTV (TD dan suhu
tiap 4 jam, pernapasan tiap 1 jam , nadi tiap 30 menit) DJJ dan his
tiap 30 menit

h. Mempersiapkan partus set dan obat

KALA II

Hari/Tgl : 1 Mei 2019

Waktu : 15.00 WIB

SUBJEKTIF

Keluhan : ibu mengatakan mules semakin sering, adanya rasa inign meneran,
adanya tekanan pada anus seperti ingin BAB.

OBJEKTIF

Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik, ibu tampak kesakitan karena his
Kesadaran : Composmentis
Tanda - Tanda Vital
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,80C
Observasi HIS : 4-5x 10’45”
DJJ : 144x/menit
Pemeriksaan dalam
Pembukaan : 9-10 cm
Pendataran : 100%
Ketuban : (-)
Presentasi : Kepala
Petunjuk : UUK
Posisi : UUK anterior

13
Penurunan : Hodge IV
ASSESSMENT
Ny. D G3P0A2H0 hamil aterm inpartu kala II janin hidup tunggal intrauterin
presentasi kepala
PLANNING
1. Memantau keadaan ibu dan janin seperti TTV dan DJJ ibu setiap ibu
selesai meneran.
2. Mengajarkan ibu cara meneran dan mengatur posisi litotomi.
3. Mendekatkan partus set kedekat pasien
4. Memberikan pertolongan persalinan
Bayi lahir spontan pada tanggal 1 Mei 2019 pukul 15.30 WIB dengan BB : 3000
gr, PB: 46 cm, jenis kelamin laki-laki, A/S : 8/8, tidak ada kelainan.

KALA III (15.30WIB)


SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya masih mulas
Ibu mengatakan senang atas kelahiran anaknya
Ibu mengatakan bahwa dia sangat lelah
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg
Pernapasan: 20x/menit
Nadi: 85 x/menit
Suhu: 36,5ºC
Kandung kemih : kosong
Perineum : tidak ada laserasi
TFU : sepusat
Kontraksi uterus : baik
Plasenta : belum lahir

14
ASSESSMENT
Ny. D G3P1A2H1 inpartu kala III
PLANNING
1. Lakukan palpasi abdomen untuk mengetahui adanya janin kedua
2. Lakukan manajemen kala III
a. Suntik oksitosin 10 IU IM
b. Peregangan tali pusat terkendali dan dorongan dorsalkranial
c. Masase fundus uteri
(Pukul 15.35 WIB plasenta dan selaput plasentan lahir spontan dan
lengkap)
3. Periksa laserasi jalan lahir jika ada lakukan penjahitan
4. Pantau perdarahan kala III untuk mengetahui jumlah perdarahan yang
keluar
KALA IV (15.50 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas
Ibu mengatakan dia sangat lelah
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,5ºC
Kandung kemih : kosong
Perineum : tidak ada laserasi
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : baik
Plasenta : lahir lengkap
Perdarahan kala III : ±350cc

15
ASSESSMENT
Ny. D G3P1A2H1 inpartu kala IV
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami ibu adalah normal
karena proses kembalinya rahim ibu seperti sebelumnya.
2. Bersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu dengan yang bersih agar
ibu merasa nyaman.
3. Pantau keadaan umum ibu : TD : 120/90 mmHg, Pernapasan:
22x/menit , Nadi:85 x/menit, Suhu: 36,5ºC, TFU: 2 jari dibawah pusat,
Kontraksi uterus: baik
4. Beri nutrisi pada ibu agar tenaga ibu kembali pulih setelah melahirkan
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti miring kiri, miring kanan dan
duduk
6. Anjurkan ibu menyusui bayinya.

16
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan

Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar

dari uterus ibu. Salah satu tahapan dalam proses persalinan yaitu pecahnya

ketuban saat pembukaan lengkap. Namun tidak menutup kemungkinan bahwa

ketuban dapat pecah sebelum pembukaan lengkap, sehingga hal ini dapat

menyebabkan berbagai masalah jika tidak ditangani segera. Kejadian

pecahnya selaput ketuban sebelum pembukaan lengkap dapat terjai karena

banyak hal.

Berdasarkan data yang diperoleh pasien D G3P0A2H0 dengan ketuban

pecah dini saat usia kehamilan 37-38 minggu, ketuban peceh dini secara

klinis mempunyai ciri-ciri adanya pengeluaran cairan ketuban merembes

melalui vagina, cairan yang keluar berbau khas air ketuban, cairan yang

keluar terus menerus namun pembukaan belum lengkap.

Penegakan diagnosa ini perlu dilakukan anamnesa dan pemeriksaan fisik

juga penunjang. Pada Ny. D ditemukan gejala yang sama yaitu keluar air-air

yang banyak dan terus menerus namum mulas tanda persalinan belum ada.

Hasil pemeriksaan didapatkan bahwa memang ada pengeluaran cairan berbau

khas cairan ketuban, tes lakmus menunjukkan perubahan warna dari merah

menjadi biru, dan saat dilakukan pemeriksaan dalam didapatkan ketuban

sudah pecah sedangkan pembukana baru 2-3 cm.

Pemeriksaan ini sudah sesuai dengan pedoman nasional pelayanan

kedokteran ketuban pecah dini bahwa pada pasien dengan kehamilan cukup

17
bulan (>37 minggu) yang mengalami ketuban pecah dini maka tatalaksana

yang dilakukan yaitu dengan melanjutkan ke persalinan serta pemberian

antibiotik sesuai indikasi. Pada Ny. D setelah dilakukan observasi dan

dilanjutkan dengan melakukan asuhan persalinan normal serta pemberian

antibiotik sesuai dengan instruksi dokter.

Bayi Ny. D mengalami hipotermi, yang mana ini sesuai dengan tinjauan

teori yang mengatakan bahwa salah satu dari komplikasi ketuban pecah dini

bagi bayi yaitu terjadinya hipotermi, sehingga bayi butuh dihangatkan segera.

Tatalaksana yang dilakukan sesaat setelah bayi lahir, langsung dikeringkan

dan dimasukkan ke inkubator agar suhu bayi cepat kembali ke suhu normal.

B. Saran

1. Bagi Penulis

Diharapkan dengan mengetahui permasalahan yang timbul pada

ibubersalin dengan ketuban pecah dini,dapat lebih meningkatkan ilmu

pengetahuan dalam menangani ibu bersalin khususnya dengan ketuban

pecah dini.

2. Bagi Layanan Kesehatan (Puskesmas)

Disarankan agar puskesmas dapat lebih meningkatkan mutu pelayanan

dalam memberikan asuhan kebidanan pada ibu bersalin dengan

ketuban pecah dini secara optimal melalui penanganan yang cepat dan

tepat.

18
DAFTAR PUSTAKA
Dayal, S. Hong, P L. 2019. Premature Rupture of Membranes. NCBI. StatPearls
Pub. 2019 : 30422483.
Indrawarman, D. 2012. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dengan
Terjadinya Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatus Esensial. Jakarta.
Kosim, M. S., Rini, A.E. dan Suromo, L.B., 2010. Faktor Risiko Air Ketuban
Keruh Terhadap Kejadian Sepsis Awitan Dini pada Bayi Baru Lahir,
12(3), pp.135–141.
Leal, A.Y., dkk. 2012. Risk Factor And Prognosis For Neonatal Sepsis In
Shoutheastern Mexico: Analysis Of A Four-Year Historic Cohort Follow-
Up. (serial online), (diunduh 02 April 2016). Tersedia di
http://www.biomedcentral.com.
Manuaba, I. A. C., Ida B. G. M. 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Profesi Bidan.EGC. Jakarta
Morgan, G. 2009. Obstetri Dan Ginekologi. EGC. Jakarta
Nugroho, T.2010. Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika : Yogyakarta
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rahmatika, B Praj. 2016. Pedoman Nasional Kedokteran Ketuban Pecah Dini.
Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
Rohsiswanto R. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI.
Sarwono, Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
Simbolon D. 2008. Faktor Resiko Sepsis Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Curup
Kabupaten Rejang Lebong. Buletin Panel Kesehatan Vol. 36. Politeknik
Kesehatan Bengkulu : Bengkulu
Sumiyoga, K dan Budayasa, A. A. R. 2007. Peran Korioamniotis Klinik, Lama
Ketuban Pecah, dan Jumlah Pemeriksaan Dalam pada Ketuban Pecah
Dini Kehamilan Aterm Terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum Dini.
Denpasar: Sub Divisi Obstertri Sosial Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali : Bali
19

Anda mungkin juga menyukai