PUSKESMAS PAUH
KOTA PADANG
i
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya serta petunjuk. Shalawat serta salam
dikirimkan kepada Nabi Muhammad SAW. Alhamdulillah dengan nikmat dan
hidayah-Nya, penulis dapat menyelesaikan makalah ini dengan judul “ASUHAN
KEPERAWATAN MATERNITAS PADA Ny. D G3P0A2H0 INPARTU
KALA I FASE LATEN DENGAN KPD DI PUSKESMAS PAUH KOTA
PADANG TAHUN 2019. Makalah ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk
mendapatkan nilai kredit poin.
Penulis menyadari bahwa penulisan ini masih banyak kekurangan karena
keterbatasan penulis, oleh karena itu penulis perlu masukan dan bimbingan,
kritikan serta saran demi sempurnanya makalah ini.
Akhir kata kepada Allah SWT penulis memohon dan berharap semoga
atas segala bantuan yang telah diberikan tersebut, dibalas oleh Allah SWT dengan
pahala yang berlipat ganda, Aamiin.
Padang, Mei 2019
Penulis
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah .................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................. 5
C. Tujuan Penulisan ............................................................................... 5
BAB IV PENUTUP
A. Kesimpulan ........................................................................................ 17
B. Saran................................................................................................... 17
iii
BAB I
PENDAHULUAN
primipara atau 5 cm pada multipara (Maryunani, 2013). Hal ini dapat terjadi pada
kehamilan aterm yaitu, pada usia kehamilan lebih dari 37 minggu maupun pada
Ketuban pecah dini merupakan salah satu kelainan dalam kehamilan. Ketuban
pecah dini merupakan masalah penting dalam ilmu obstetri, karena berkaitan
2010).
(Sualman, 2009). Kejadian ketuban pecah dini di Amerika Serikat terjadi pada
120.000 kehamilan per tahun dan berkaitan dengan resiko tinggi terhadap
kesehatan dan keselamatan ibu, janin dan neonatal (Mercer, 2003). Sebagian
besar ketuban pecah dini pada kehamilan preterm akan lahir sebelum aterm atau
persalinan akan terjadi dalam satu minggu setelah selaput ketuban pecah. Sekitar
1
pecah dini merupakan salah satu penyebab prematuritas dengan insidensi 30 %
beberapa kondisi internal ataupun eksternal yang diduga terkait dengan ketuban
pecah dini. Yang termasuk dalam faktor internal diantaranya usia ibu, paritas,
termasuk dalam faktor eksternal adalah infeksi dan status gizi. Beberapa
penelitian yang menunjukkan adanya keterkaitan dengan infeksi pada ibu. Infeksi
dapat mengakibatkan ketuban pecah dini karena agen penyebab infeksi tersebut
akan melepaskan mediator inflamasi yang menyebabkan kontraksi uterus. Hal ini
Selain infeksi yang terjadi terutama pada genitalia wanita, status gizi juga
amino, salah satunya pembentukan selaput amnion yang tersusun dari kolagen
tipe IV. Hal ini akan mengakibatkan rendahnya kekuatan selaput amnion dan
serviks dan presentasi janin (Funai, 2008). Dalam penelitian terdahulu, diketahui
bahwa terdapat peningkatan resiko terjadinya ketuban pecah dini pada ibu
dengan usia lebih dari 30 tahun (Newburn-cook, 2005). Pada sumber lain bahwa,
2
usia ibu saat hamil yang kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun merupakan
Paritas diartikan sebagai jumlah kehamilan yang melahirkan bayi hidup dan
tidak terkait dengan jumlah bayi yang dilahirkan dalam sekali persalinan (Taber,
2012). Semakin tinggi paritas ibu, kualitas endometrium akan semakin menurun.
2010).
amnion yang berlebihan, yaitu lebih dari 2000 ml (Gant, 2011). Komplikasi yang
dapat timbul oleh polihidramnion salah satunya adalah ketuban pecah dini. Hal
ini terjadi karena terjadinya peregangan berlebihan pada selaput ketuban (Taber,
2012).
Ketuban pecah dini juga mungkin terjadi akibat kondisi serviks yang
ketuban menonjol keluar dari serviks dan dapat ruptur. Selanjutnya, faktor
presentasi dan letak janin juga diduga berperan dalam terjadinya ketuban pecah
dini, hal ini terjadi karena tekanan terhadap selaput ketuban menjadi tidak merata
Pada ibu dapat terjadi komplikasi berupa infeksi masa nifas, partus lama,
perdarahan post partum, bahkan kematian. Sedangkan pada janin, dapat timbul
3
(2009) menyatakan bahwa resiko infeksi pada ketuban pecah dini sangat tinggi,
dapat menjadi pegangan dalam usaha pencegahan atau preventif dalam rangka
diinginkan pada ibu dan janin dapat dihindari. Hal ini dalam rangka
kesehatan ibu, perlu dilakukan upaya pencegahan kejadian ketuban pecah dini di
faktor – faktor resiko yang berperan terhadap kejadian ketuban pecah dini.
memiliki UGD PONEK yang dibuka setiap 24 jam yang memiliki layanan
Upaya kesehatan ibu dan anak juga termasuk salah satu upaya wajib bagi
puskesmas dalam rangka menurunkan angka kematian ibu dan angka kematian
bayi. Setiap ibu yang akan bersalin wajib di pantau, guna menghindari hal yang
tidak diinginkan terjadi. Oleh sebab itu, KPD memerlukan pengawasan yang
ketat dan kerjasama antara keluarga dan penolong karena dapat mengancam
4
keselamatan ibu dan janinnya. Dengan demikian, akan menurunkan atau
kala I fase laten dengan KPD di Puskesmas Pauh Kota Padang tahun 2019
makalah ini :
5
BAB 2
TINJAUAN PUSTAKA
pada saat akhir kehamilan maupun jauh sebelumnya (Nugroho, 2010). KPD
atau PROM.
waktunya mulai persalinan, terjadi sekitar 7-12% kehamilan. Ketuban pecah dini
genetalia bawah ibu hamil. Infeksi genetalia bawah ibu hamil dapat menyebabkan
ketuban pecah dini, demikian pula ketuban pecah dini dapat memudahkan infeksi
cairan dan janin selama masa kehamilan. Dinding kantung ini terdiri dari
Pada ibu hamil, air ketuban ini berguna untuk mempertahankan atau
lingkungan di luar rahim. Selain itu air ketuban bisa membuat janin bergerak
6
Menurut Sumiyoga (2007) mendapatkan insidensi sepsis neonatorum pada
neonatorum dan kematian perinal. Menurut Leal (2012), KPD >24 jam memiliki
peluang 3,38 kali untuk mengalami sepsis dibandingkan yang tidak mengalami KPD
2008).
a. Usia
Usia untuk reproduksi optimal bagi seorang ibu adalah antara umur 20-
c. Paritas
Paritas adalah banyaknya anak yang dilahirkan oleh ibu dari anak
wanita yang baru pertama kali melahirkan dimana janin mencapai usia
meliputi :
b. Partus premature
Faktor risiko terjadinya sepsis neonatal yang didapat dari ibu meliputi
ketuban pecah dini/lebih 18 jam, demam lebih 380C, cairan ketuban hijau, keruh
8
dan berbau, serta kehamilan multipel. Faktor risiko pada bayi meliputi
prematuritas, berat lahir rendah, gawat janin, asfiksia neonatorum, serta faktor
Bila periode laten terlalu panjang dan ketuban sudah pecah, maka terjadi
infeksi pada ibu dan bayi. Terjadinya infeksi maternal sehubungan dengan KPD
tergantung dari lamanya masa laten, dimana makin muda umur kehamilan
biasanya, yaitu pada primi 10 jam dan multi 6 jam. Risiko pada bayi dengan
KPD ialah kelahiran prematur dengan segala akibatnya yaitu infeksi, gawat
janin, dan persalinan traumatik. Bila masa laten >24 jam, maka angka kematian
menyebabkan terjadinya sepsis bayi baru lahir. Menyebutkan bahwa air ketuban
keruh (air ketuban bercampur mekonium) merupakan salah satu faktor risiko
9
BAB 3
LAPORAN KASUS
1) DATA SUBJEKTIF
Nama Ayah : Tn. P Nama Ibu : Ny. D
Umur : 37 tahun Umur : 32 tahun
Agama : Islam Agama : Islam
Pendidikan : SMA Pendidikan : SMA
Pekerjaan : Wiraswasta Pekerjaan : IRT
Alamat : Taratak Paneh RT/RW 001/006 Kelurahan Korong
Gadang
Kecamatan Kuranji
Keluhan : Ibu mengatakan keluar air dari kemaluan ± 4 jam yang lalu, nyeri
pinggang menjalar ke ari-ari
Riwayat Kehamilan sekarang :
HPHT : 10-08-2018 DJJ : 148x/menit
TP : 17-05-2019 His : 1-2x/10’/10”
TFU : 3 jari dibawah Px (32cm)
Riwayat Penyakit :
Ibu tidak pernah menderita penyakit-penyakit yang berat seperti penyakit jantung,
darah tinggi, diabetes dan penyakit lainnya.
Pola Nutrisi :
Makan terakhir pukul 06.00 WIB dan minum terakhir pukul 08.00 WIB
Pola Eliminasi :
10
BAK sering, BAB terakhir 07.30 WIB
2) DATA OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik, ibu tampak kesakitan karena his
Kesadaran : Composmentis
Tanda - Tanda Vital
Tekanan darah : 130/90 mmhg
Nadi : 84 x/menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,60C
Wajah : tidak pucat, tidak odema
Mata : sklera putih, conjungtiva tidak pucat
Mulut : bibir tidak pucat, tidak kering, tidak ada karies gigi
Payudara : payudara membesar, simetris, tidak ada benjolan, hiperpigmentasi
areola, puting menonjol
Abdomen :
Leopold I : TFU 3 jari dibawah Px, pada fundus teraba satu bagian besar
agak bulat tidak melinting kemungkinan bokong janin.
Leopold II : dibagian kiri perut ibu teraba panjang memapan keras
kemungkinan punggung janin, dibagian kanan perut ibu teraba tonjolan-
tonjolan kecil kemingkinan ektremitas janin.
Leopold III : teraba bagian besar bulat keras dan tidak dapat digoyangkan.
Leopold IV : bagian terendah janin sudah masuk PAP (Sejajar)
Penurunan : Hodge II
TBJ : (32-13)X155=2945 gr
DJJ : 148x/menit
His : 1-2x/10 menit
Durasi : 10 detik
Pemeriksaan kertas lakmus : biru
Pemeriksaan Dalam
Vagina : dinding vagina tidak ada varises, tidak ada odema
Portio : tebal lunak
11
Penipisan : 20%
Pembukaan : 2-3 cm
Ketuban : sudah pecah (pukul 19.00), warna jernih
Bagian terbawah : kepala
Molase : tidak ada
Penunjuk : UUK kanan depan
3) ASSESSMENT
Diagnosa :
Ny. D G3P0A2H0 hamil aterm inpartu kala I Fase Laten janin hidup tunggal
intrauterin presentasi kepala.
Masalah : ibu merasa nyeri
Kebutuhan : Pengaturan posisi
Diagnosa Potensial : Tidak ada
Masalah Potensial : Tidak ada
Tindakan segera : Tidak ada
4) PLANNING
a. Melakukan informed consant pada keluarga pasien untuk tindakan
pertolongan persalinan normal.
12
g. Mengobservasi keadaan umum, kesadaran , TTV (TD dan suhu
tiap 4 jam, pernapasan tiap 1 jam , nadi tiap 30 menit) DJJ dan his
tiap 30 menit
KALA II
SUBJEKTIF
Keluhan : ibu mengatakan mules semakin sering, adanya rasa inign meneran,
adanya tekanan pada anus seperti ingin BAB.
OBJEKTIF
Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik, ibu tampak kesakitan karena his
Kesadaran : Composmentis
Tanda - Tanda Vital
Tekanan darah : 120/90 mmhg
Nadi : 86 x/menit
Pernapasan : 20 x / menit
Suhu : 36,80C
Observasi HIS : 4-5x 10’45”
DJJ : 144x/menit
Pemeriksaan dalam
Pembukaan : 9-10 cm
Pendataran : 100%
Ketuban : (-)
Presentasi : Kepala
Petunjuk : UUK
Posisi : UUK anterior
13
Penurunan : Hodge IV
ASSESSMENT
Ny. D G3P0A2H0 hamil aterm inpartu kala II janin hidup tunggal intrauterin
presentasi kepala
PLANNING
1. Memantau keadaan ibu dan janin seperti TTV dan DJJ ibu setiap ibu
selesai meneran.
2. Mengajarkan ibu cara meneran dan mengatur posisi litotomi.
3. Mendekatkan partus set kedekat pasien
4. Memberikan pertolongan persalinan
Bayi lahir spontan pada tanggal 1 Mei 2019 pukul 15.30 WIB dengan BB : 3000
gr, PB: 46 cm, jenis kelamin laki-laki, A/S : 8/8, tidak ada kelainan.
14
ASSESSMENT
Ny. D G3P1A2H1 inpartu kala III
PLANNING
1. Lakukan palpasi abdomen untuk mengetahui adanya janin kedua
2. Lakukan manajemen kala III
a. Suntik oksitosin 10 IU IM
b. Peregangan tali pusat terkendali dan dorongan dorsalkranial
c. Masase fundus uteri
(Pukul 15.35 WIB plasenta dan selaput plasentan lahir spontan dan
lengkap)
3. Periksa laserasi jalan lahir jika ada lakukan penjahitan
4. Pantau perdarahan kala III untuk mengetahui jumlah perdarahan yang
keluar
KALA IV (15.50 WIB)
SUBJEKTIF
Ibu mengatakan perutnya terasa mulas
Ibu mengatakan dia sangat lelah
OBJEKTIF
Keadaan umum : Baik
Kesadaran : Composmetis
Tanda-tanda vital
TD : 120/90 mmHg
Pernapasan : 22x/menit
Nadi : 85 x/menit
Suhu : 36,5ºC
Kandung kemih : kosong
Perineum : tidak ada laserasi
TFU : 2 jari dibawah pusat
Kontraksi uterus : baik
Plasenta : lahir lengkap
Perdarahan kala III : ±350cc
15
ASSESSMENT
Ny. D G3P1A2H1 inpartu kala IV
PLANNING
1. Jelaskan pada ibu bahwa rasa mulas yang dialami ibu adalah normal
karena proses kembalinya rahim ibu seperti sebelumnya.
2. Bersihkan ibu dan mengganti pakaian ibu dengan yang bersih agar
ibu merasa nyaman.
3. Pantau keadaan umum ibu : TD : 120/90 mmHg, Pernapasan:
22x/menit , Nadi:85 x/menit, Suhu: 36,5ºC, TFU: 2 jari dibawah pusat,
Kontraksi uterus: baik
4. Beri nutrisi pada ibu agar tenaga ibu kembali pulih setelah melahirkan
5. Anjurkan ibu untuk mobilisasi ringan seperti miring kiri, miring kanan dan
duduk
6. Anjurkan ibu menyusui bayinya.
16
BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan
Persalinan adalah proses dimana bayi, plasenta dan selaput ketuban keluar
dari uterus ibu. Salah satu tahapan dalam proses persalinan yaitu pecahnya
ketuban dapat pecah sebelum pembukaan lengkap, sehingga hal ini dapat
banyak hal.
pecah dini saat usia kehamilan 37-38 minggu, ketuban peceh dini secara
melalui vagina, cairan yang keluar berbau khas air ketuban, cairan yang
juga penunjang. Pada Ny. D ditemukan gejala yang sama yaitu keluar air-air
yang banyak dan terus menerus namum mulas tanda persalinan belum ada.
khas cairan ketuban, tes lakmus menunjukkan perubahan warna dari merah
kedokteran ketuban pecah dini bahwa pada pasien dengan kehamilan cukup
17
bulan (>37 minggu) yang mengalami ketuban pecah dini maka tatalaksana
Bayi Ny. D mengalami hipotermi, yang mana ini sesuai dengan tinjauan
teori yang mengatakan bahwa salah satu dari komplikasi ketuban pecah dini
bagi bayi yaitu terjadinya hipotermi, sehingga bayi butuh dihangatkan segera.
dan dimasukkan ke inkubator agar suhu bayi cepat kembali ke suhu normal.
B. Saran
1. Bagi Penulis
pecah dini.
ketuban pecah dini secara optimal melalui penanganan yang cepat dan
tepat.
18
DAFTAR PUSTAKA
Dayal, S. Hong, P L. 2019. Premature Rupture of Membranes. NCBI. StatPearls
Pub. 2019 : 30422483.
Indrawarman, D. 2012. Hubungan Antara Ketuban Pecah Dini dengan
Terjadinya Sepsis Neonatorum di RSUD Dr. Moewardi. Fakultas
Kedokteran Universitas Muhammadiyah Surakarta.
Kemenkes RI. 2010. Buku Saku Pelayanan Kesehatan Neonatus Esensial. Jakarta.
Kosim, M. S., Rini, A.E. dan Suromo, L.B., 2010. Faktor Risiko Air Ketuban
Keruh Terhadap Kejadian Sepsis Awitan Dini pada Bayi Baru Lahir,
12(3), pp.135–141.
Leal, A.Y., dkk. 2012. Risk Factor And Prognosis For Neonatal Sepsis In
Shoutheastern Mexico: Analysis Of A Four-Year Historic Cohort Follow-
Up. (serial online), (diunduh 02 April 2016). Tersedia di
http://www.biomedcentral.com.
Manuaba, I. A. C., Ida B. G. M. 2009. Gadar Obstetri & Ginekologi Sosial Untuk
Profesi Bidan.EGC. Jakarta
Morgan, G. 2009. Obstetri Dan Ginekologi. EGC. Jakarta
Nugroho, T.2010. Buku Ajar Obstetri. Nuha Medika : Yogyakarta
Nugroho, Taufan. 2012. Obsgyn Obstetri dan Ginekologi. Yogyakarta : Nuha
Medika.
Prawirohardjo, S. 2010. Ilmu Kebidanan. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka.
Rahmatika, B Praj. 2016. Pedoman Nasional Kedokteran Ketuban Pecah Dini.
Himpunan Kedokteran Feto Maternal.
Rohsiswanto R. 2010. Indonesia Menyusui. Jakarta: IDAI.
Sarwono, Prawirohardjo. 2014. Ilmu Kebidanan. Jakarta: EGC.
Simbolon D. 2008. Faktor Resiko Sepsis Pada Bayi Baru Lahir di RSUD Curup
Kabupaten Rejang Lebong. Buletin Panel Kesehatan Vol. 36. Politeknik
Kesehatan Bengkulu : Bengkulu
Sumiyoga, K dan Budayasa, A. A. R. 2007. Peran Korioamniotis Klinik, Lama
Ketuban Pecah, dan Jumlah Pemeriksaan Dalam pada Ketuban Pecah
Dini Kehamilan Aterm Terhadap Kejadian Sepsis Neonatorum Dini.
Denpasar: Sub Divisi Obstertri Sosial Bagian Obstetri dan Ginekologi
Fakultas Kedokteran Universitas Udayana Bali : Bali
19