PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Angka kematian ibu bersalin dan angka perinatal umumnya dapat
digunakan sebagai petunjuk untuk menilai kemampuan penyelenggaran
pelayanan kesehatan. Angka kematian ibu dan bayi juga menjadi tolok
ukur tingginya resiko kehamilan dan persalinan. Berdasarkan hasil survei
demografi menunjukkan dari tahun ke tahu AKB mengalami penurunan
signifikan. Dari 68 kematian per 1.000 kelahiran hidup pada 1991, hinggal
24 kematian kelahiran hidup pada tahun 2017. Sedangkan untuk AKI
Indonesia masih tetap tinggi yaitu 305 per 1.000 kelahiran hidup. Salah
satu penyebab tingginya kematian ibu dan bayi adalah distosia bahu
(Putri,2019)
Distosia adalah penyulit persalinan, sedangkan distosia bahu
adalah penyulit persalinan bahu. Angka kejadian distosia bahu tergantung
pada kriteria diagnosa yang digunakan. Salah satu kriteria diagnosa
distosia bahu adalah bila adalam persalinan pervaginam untuk melahirkan
bahu harus dilakukan manuver khusus seperti traksi curam bawah dan
episiotomi. Dengan menggunakan kriteria diatas mentakan bahwa 0,9 %
kejadian distosia bahu yang tercatat direkam medis hanya 0,2% yang
memenuhi kriteria diagnosa diatas. Distosia bahu adalah komplikasi gawat
yang memerlukan penanganan yang cepat – tepat dan terencana secara
jelas (Prawirohardjo, 2009).
B. Tujuan
1. Mengetahui pengertian distosia bahu
2. Mengetahui diagnosis distosia bahu
3. Mengetahui Faktor predisposisi distosia bahu
4. Mengetahui Tatalaksana distosia bahu
BAB II
TINJAUAN TEORI
E. Upaya Pencegahan
1. Identifikasi dan obati diabetes pada ibu. Tawarkan persalinan efektif
dengan induksi maupun seksio sesarea pada ibu dengan diabetes yang
usia kehamilannya mencapai 38 minggu dan bayinya tumbuh normal.
2. Selalu bersiap bila sewaktu – waktu terjadi distosia bahu
3. Kenali adanya distosia seawal mungkin. Upaya mengejan, menekan
suprapubis atau fundus, dan traksi berpotensi meningkatkan resiko
cedera pada janin (Kemenkes, 2013).
BAB III
LANGKAH KLINIK
A. ANASTESI LOKAL DAN EPISIOTOMI
1. Tempatkan jari telunjuk dan jari tengah (dari tangan kiri anda) antara
kepala bayi dan perineum. Hal ini sangat penting untuk mencegah jarum
suntik mengenai kepala bayi yang dapat menyebabkan kematian bayi.
2. Masukkan jarum secara subkutan, mulai komisura posterior, menelusuri
sepanjang perineum dengan sudut 45 derajat ke arah kanan ibu (tempat
akan dilakukan episiotomi)
3. Aspirasi untuk memastikan ujung jarum tidak memasuki pembuluh darah.
Apabila pada aspirasi terdapat cairan darah, tarik jarum sedikit dan
kembali masukkan dengan arah yang berbeda. Kemudian ulangi lagi
prosedur aspirasi.
(injeksi bahan anastesi ke dalam pembuluh darah, dapat menyebabkan
detak jantung tidak teratur atau konvulsi)
4. Suntikkan bahan anastesi (Lidokain 1%) 5 – 10 ml sambil menarik jarum
ke luar.
5. Tekan tempat infiltrasi agar menyebar. Untuk hasil yang optimal tunggu 1
– 2 menit sebelum melakukan episiotomi.
B. MANUVER MC ROBERT
1. Memposisikan ibu dengan meluruskan kaki, kemudian kedua paha ibu
ditarik sedekat mungkin mendekati dada ibu dengan kedua tangan, kepala
ibu menunduk semaksimal mungkin sehingga dagu menyentuh dada
(apabila persalinan menggunakan bed obstetri lepas bag bawah/ posisikan
melintang bila menggunakan tempat tidur biasa)
2. Memimpin terus persalinan, apabila oksiput dibawah sympisis letakan
tangan kiri penolong diatas sympisis untuk mencegah kepala defleksi
maksimal
3. Menunggu putaran paksi luar setelah kepala bayi lahir seluruhnya
4. Meletakkan tangan biparietal, tarik kepala bayi curam ke arah posterior
maka lahhirlah bahu depan, kemudian tarik kepala bayi ke arah anterior
untuk melahirkan bahu belakang.
5. Memindahkan tangan untuk melahirkan badan bayi dengan sangga susr
6. Meletakkan bayi di perut ibu dan dikeringkan (melanjutkan perawatan
BBL dan kala III dan IV)
C. DEKONTAMINASI DAN PENCEGAHAN INFEKSI
PASCATINDAKAN
1. Aspirasi larutan klorin 0,5% ke dalam tabung suntik
2. Rendam tabung suntik dalam larutan klorin 0,5%
3. Masukkan sarung tangan, bersihkan dari cemaran, kemudian lepaskan dan
rendam dalam larutan klorin 0,5%
4. Cuci tangan dan keringkan dengan handuk bersih dan kering
D. PERAWATAN PASCATINDAKAN
BAB IV
CONTOH KASUS
Ruangan :- No.MR :-
A. DATA SUBYEKTIF
1. Identitas / Biodata
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan hamil anak ketiga usia kehamilan 9 bulan, mengeluh
mulas dan nyeri dipinggang dan ibu mengatakan sudah
mengeluarkan lendir bercampur darah sejak tanggal 23 April
2013 pada pukul 05.00 WIB.
3. Riwayat Kesehatan Ibu
5. Riwayat Haid
6. Riwayat Psikososial
- Perkawinan ke : Pertama
- Imunisasi TT :-
b. Hamil Lanjutan :
b. Pola Eliminasi
- BAK - BAB
- Frekuensi : 1x sehari
B. DATA OBJEKTIF
- Pemeriksaa Umum
- N : 68x/i - R : 22x/i
- Berat Badan : 58 kg
- BB sebelum hamil : 45 kg
- Pemeriksaan Fisik
- Kepala : Simetris
- Muka : Simetris
- Mata : Simetris
- Hidung : Simetris
- Kebersihan : Terjaga
Leher : Normal
Kel.Tyroid : Tidak ada pembesaran
Kel.Limpe : Tidak ada pembesaran
Dada : Simetris
Jantung : Normal, teratur
Paru : Tidak ada kelainan
- Mamae : Normal
Ø Pembesaran : Ada
Ø Kebersihan : Terjaga
- Status Obstetri
1. Inspeksi
Striae : Ada
2. Palpasi
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
melenting diperkirakan kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
3. Auskultasi
4. Pemeriksaan Anogenitalia
- Warna : Coklat
5. Pemeriksaan Dalam
- Pembukaan : 3 cm
- Portio : Lunak
- Ketuban : Utuh
- Presentasi : Kepala
- Posisi : UUK
6. Pemeriksaan Penunjang
1. Darah
- Hb : Tidak dilakukan
- Golongan darah : A
2. Urine
KALA I
- HPHT : 2-8-2012
- UK : 37 minggu 2 hari
- TP : 9-5-2013
N : 68x/i S : 36,7
- Leopold :
Leopold III : Pada bagian terbawah perut ibu teraba bulat, keras, dan
melenting diperkirakan kepala janin. Kepala tidak dapat digoyangkan.
Kebutuhan :
V. Penatalaksanaan
- TD : 110/80 mmHg
- N : 68x/i
- R : 22x/i
- S : 36,7
- DJJ : 147x/i
a. Memberikan makan dan minum bila ibu merasa haus dan lapar
VI. Evaluasi
- N : 68x/i - S : 36,7
- DJJ : 147x/menit
P :
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus
dan lapar serta memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah
dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
Pukul 10.30
- N : 72 x/i - S : 36,9
- DJJ : 148x/menit
P :
5. Alat pertolongan pada bayi baru lahir seperti alat resusitasi dan peralatan
bayi sudah dipersiapkan
6. Kebutuhan fisik ibu seperti memberikan makan dan minum bila ibu haus
dan lapar serta memberikan minuman manis untuk penambah tenaga sudah
dipenuhi
7. Ibu sudah mengerti bagaimana teknik relaksasi dan mengedan yang efektif
KALA II
Data Dasar :
- Ibu mengatakan rasa sakit bertambah sering dan lama menjalar dari pinggang
ke perut bagian bawah
- Pada periksa dalam : portio tidak teraba, pembukaan serviks 10 cm, ketuban
(-), persentasi kepala, UUK kiri depan, penurunan bagian terendah di Hodge IV
- TTV : TD : 120/80 mmHg R : 24x/i
N : 72x/i S : 36,9
Kebutuhan :
a. Mandiri :
- Perbaiki KU ibu
c. Merujuk
V. Perencanaan
VI. Penatalaksanaan
- TD : 120/80 mmHg
- N : 72x/i
- R : 24x/i
- S : 36,9
- DJJ : 148x/i
- Pembukaan servik : 10 cm
b. Menganjurkan ibu untuk mengedan seperti orang BAB keras dan kepala
melihat ke fundus
a. Saat his hilang, ajurkan ibu untuk menarik nafas dalam dari hidung dan
keluargaan melalui mulut
b. Terdapat distosia bahu yaitu bahu anterior tertahan pada tulang symphisis
- Tekan kepala bayi secara mantap dan terus-menerus ke arah bawah (ke
arah anus ibu) untuk menggerakkan bahu anterior dibawah symphisis pubis.
Catatan : Jangan lakukan dorongan dengan fundus, karena bahu akan lebih jauh
dari rupture uteri
6. Bayi lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB, hidup,
jenis kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
VII. Evaluasi
S :
- Ibu mengatakan bahwa ia merasa lega dan senang atas kelahiran bayinya
O :
- TTV:
N : 66 x/menit S : 36,5
- Pada palpasi didapat : uterus teraba bulat dan keras, TFU : sepusat
- Pada inspeksi terlihat adanya robekan jalan lahir akibat episiotomi
P :
6. Bayi telah lahir spontan pervaginam, tanggal 23-04-2013 pukul 11.00 WIB,
hidup, jenis kelamin Laki-laki, BB : 4200 gram, PB : 52 cm.
BAB V
PEMBAHASAN
Pada kasus Ny. S ditemukan kesulitan kala II yaitu distosia bahu dengan
ditandai tidak lahirnya bahu bayi dan kepala bayi seperti tersangkut (turtle sign).
Menurut teori distosia bahu disebabkan akibat macrosomia atau berat bayi lebih
dari 4500 gram namun pada bayi Ny. S beratnya hanya 4200. Pada Ny.S tidak
ditemukan riwayat diabetes mellitus selama kehamilan dimana hal ini memicu ibu
memiliki bayi yang besar dan menyebabkan distosia bahu. IMT dari Ny.S sebesar
22.9 hal ini tidak termasuk penyebab dari distosia bahu yang mengatakan bahwa
IMT lebih dari 30 kg/m2 adalah faktor predisposisi. Kemungkinan terjadi distosia
pda Ny.S adalah riwayat persalinan lalu, dimana berat lahir anak sebelumnya
masih dalam batas norma yaitu sekitar 3000-3200 gram, namun pada kehamilan
ini taksiran berat janin sudah melebihi normal 3500 gram sehingga panggul Ny.S
baru pertama kali dilewati oleh kepala dan tubuh bayi yang lebih besar dari
sebelumnya.
Berdasarkan teori yang didapat dan prosedur tetap yang ada dapat
diberikan kesimpulan bahwa distosia bahu pada kasus Ny.S tidak mengalami
kesenjangan baik teori maupun prosedur tetap.
BAB VI
PENUTUP
A. Kesimpulan
Distosia bahu merupakan kegagalan bahu anterior tidak dapat lewat di
bawah simfisis pubis setelah kepala lahir. Disebabkan oleh beberapa faktor
ibu yang salah satunya ibu dengan diabetes melitus dan faktor bayi yaitu
makrosomia. Penatalaksanaan dapat menggunakan manuver – manuver
seperti McRobert, Massanti, Screwwoods, dan manuver yang lain.
B. Saran
Tenaga kesehatan khususnya bidan mampu untuk mendeteksi
kemungkinan distosia bahu pada ibu yang akan melahirkan. Selalu
waspada terhadap kejadian distosia bahu dan kemampuan dalam
menangani kasus distosia bahu agar tidak terjadi keterlambatan
penanganan.
DAFTAR PUSTAKA