Anda di halaman 1dari 4

1.

1 Latar Belakang
Air merupakan kebutuhan pokok bagi kelangsungan makhluk hidup. Air
menumbuhkan menumbuhkan pepohonan, rerumputan yang berperan dalam
pembentukan hutan, sabana, padang pasir yang menjadi habitat fauna. Pemanfaatan
air terpenting bagi manusia adalah untuk kebutuhan konsumsi, namun hari ini lebih
dari sekedar konsumsi di era industry 4.O air tidak hanya digunakan untuk pertanian
sebagai sumber irigasi, transportasi, tetapi telah meluas ke sektor rekreasi dan
industri. Meskipun air merupakan komposisi terbesar di bumi ( berkisar 70% ),
namun yang dapat dipergunakan oleh manusia hanyalah 0,7%, baik berupa airtanah
dan air permukaan. Sedangkan sisanya 97,2 % lautan dan 2,1 % berupa es di kutub
(Hendrayana, 2004).
Pemanfaatan sumber daya air untuk berbagai keperluan disatu pihak terus
meningkat dari tahun ke tahun, sebagai dampak pertumbuhan penduduk dan
pengembangan aktivitasnya. Di lain pihak ketersediaan sumber daya air semakin
terbatas bahkan cenderung semakin langka, terutama akibat penurunan kualitas
lingkungan dan penurunan kualitas air akibat pencemaran. Berkaitan dengan hal
tersebut, maka pemanfaatan airtanah untuk memenuhi kebutuhan air bersih tidak
dapat dielakan dan merupakan alternatif pilihan utama yang banyak dipilih
walaupun seharusnya pemanfaatan airtanah adalah merupakan pilihan terakhir
demi kelangsungan keberadaan sumber air itu sendiri. Airtanah umumnya
didefinisikan sebagai air yang mengisi rongga-rongga dalam lapisan geologi
tertentu (Todd & Mays, 2005). Airtanah bersifat dinamis dan dipengaruhi oleh
beberapa faktor alam (Adji & Sejati, 2014). Airtanah terdapat pada pori-pori batuan
penyusun akuifer (Santosa, 2004). Airtanah tidak tersebar merata di seluruh
permukaan bumi, kondisi air tanah juga demikian, tidak sama disetiap daerah,
bergantung pada kondisi geologi dan lingkungan daerah tersebut.
Salah satu faktor yang mempengaruhi kondisi airtanah adalah keberadaan
limbah rumahtangga / sampah. Pertumbuhan populasi masyarakat akan berdampak
pada permasalahan lingkungan ( Keller, 1992 ). Dengan pertambahan jumlah
pupolasi maka konsumsi limbah rumahtangga akan semakin meningkat yang
mengakibatkan banyaknya timbulan limbah rumahtangga di TPA sampah.
Kondisi seperti ini juga terjadi di Kecamatan Bukitraya Kelurahan Airdingin.
TPA sampah di Kecamatan Bukitraya Kelurahan Airdingin masih menggunakan
metode (open dumping), dimana sampah ditimbun di satu tempat terbuka. TPA
sampah di Kecamatan Bukitraya Kelurahan Airdingin berpotensi menghasilkan
airlindi (leachate) yang akan berpengaruh terhadap kondisi airtanah. Kandungan
atau zat berbahaya pada sampah seperti sulfide (S2-), nitrat (NO3-), COD (chemical
oxygen demand) dan klorida (Cl-) dapat mencemari airtanah dari airlindi. Oleh
karena itu diperlukan adanya uji kualitas airtanah menggunakan uji konsentrasi ion
mayor, dan uji geolistrik untuk mengetahui pendugaan distribusi airlindi.
Metoda tahanan jenis/pendugaan geolistrik adalah merupakan suatu metode
geofisika dalam penyajian data susunan satuan batuan bawah permukaan melalui
sifat-sifat kelistrikan batuan. Pada metode geolistrik, arus diinjeksikan kedalam
permukaan bumi melalui dua elektroda arus, kemudian mengukur nilai tegangan
melalui dua elektroda potensial menggunakan alat ukur resistivitymeter. Data
lapangan yang dihasilkan berupa data semu dari sifat kelistrikan batuan. Data
tersebut kemudian diolah untuk menggambarkan material penyusun bawah
permukaan, yang akan digunakan dalam interpretasi pendugaan lapisan pembawa
air (aquifer) dan distribusi airlindi (leachate).
Berdasarkan letak TPA sampah di Kecamatan Bukitraya Kelurahan Airdingin
yang berdekatan dengan pemukiman warga, permasalahan pencemaran airlindi
terhadap airtanah di wilayah sekitar TPA sampah dikhawatirkan akan menurunkan
kualitas airtanah sehingga perlu mendapatkan tindakan lebih lanjut. Oleh karena
itu, penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi distribusi air lindi di bawah
permukaan dan dampaknya terhadap airtanah pada akuifer bebas melalui uji
geolistrik sebagai upaya evaluasi pengelolaan TPA.
Leachate adalah cairan yang dihasilkan dari air hujan yang merembes ke
timbulan sampah sehingga merubah sifat fisik dan kimia air tersebut (clark, 1977).

Perkembangan suatu kota umumnya diikuti dengan berbagai permasalahan.


Salah satu permasalahan yang sering terungkap adalah masalah pencemaran oleh
sampah domestik masyarakat. Wilayah perkotaan sendiri umumnya memiliki
tingkat kepadatan penduduk yang lebih tinggi dibanding di daerah perdesaan.
Pertumbuhan jumlah penduduk akan berdampak pada permasalahan lingkungan
seperti timbulan sampah yang dihasilkan tiap harinya (Keller,1992).
Timbulan sampah perkotaan merupakan salah satu persoalan yang rumit
dihadapi, selain pengelolaan sampah harus menyediakan sarana dan prasarana, juga
harus mengatasi dan menangani sampah secara rutin. Sarana pengelolaan sampah
yang terpenting adalah TPA sampah. Penempatan TPA sampah seringkali
dilematik, karena TPA sampah yang tidak layak lingkungan dapat menimbulkan
berbagai gangguan kesehatan, pencemaran dan kesehatan. Untuk menghindari
timbulnya gangguan tersebut, TPA sampah ditempatkan jauh dari lokasi kegiatan
masyarakat.
Timbulan sampah di tempat pembuangan sampah akhir (TPA), akan mengalami
proses penguraian secara alami. Air hujan yang larut dalam timbulan sampah akan
menghasilkan leachate (clark,1977). Keberadaan leachate (air lindi) akan
berpengaruh terhadap sifat fisik, kimia dan mikroba airtanah yang mengakibatkan
turunnya kualitas airtanah (Rand et al,1975 dan Husin & Kustaman,1992).

Anda mungkin juga menyukai