Anda di halaman 1dari 18

KATA BAKU DAN TIDAK BAKU DALAM

BAHASA INDONESIA

Tugas ini disusun untuk memenuhi matakuliah


Pendidikan Bahasa Indonesia

Dosen Pengampu:
Frinawaty Lestarina Barus, S.Pd., M.Pd

Kelompok 2

1. Ghannes Sintampalam 3173131013


2. Karla Br. Tar igan 3172131016
3. Tri Susanto 3172131007

Kelas D 2017

JURUSAN PENDIDIKAN GEOGRAFI


FAKULTAS ILMU SOSIAL
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2019
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT, Tuhan Yang Maha
Esa karena atas rahmat dan karunia-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas mata
kuliah Pendidikan Bahasa Indonesia Makalah (Tugas Rutin). Selama penyusunan
makalah ini, penulis banyak mengalami kesulitan dan hambatan. Namun berkat
bantuan dan dorongan dari berbagai pihak, makalah ini dapat terselesaikan.
Penulis menyadari bahwa baik isi maupun teknik penyajian tulisan masih jauh
dari sempurna, maka dari itu penulis mengharapkan kepada para pembaca untuk
memberi tanggapan berupa kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk
meningkatkan mutu penulisan selanjutnya. Akhir kata semoga tugas makalah ini
bermanfaat untuk kalangan umum maupun pendidikan.

Medan, Februari 2019

Tim Penyusun

ii | Bahasa Indonesia
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ............................................................................................. ii


DAFTAR ISI ........................................................................................................... iii

BAB 1 PENDAHULUAN ....................................................................................... 1


1.1 Latar Belakang ............................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................ 2
1.3 Tujuan ........................................................................................................... 2

BAB 2 PEMBAHASAN ......................................................................................... 2


2.1 Pengertian Bahasa Baku ............................................................................... 3
2.2 Pengertian Bahasa Tidak Baku ..................................................................... 5
2.3 Pengertian Bahasa Indonesia Baku .............................................................. 6
2.4 Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku .................................................... 6
2.5 Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku ................................................................... 6
2.6 Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa ........................................................... 9
2.7 Taksonomi Kategori Linguistik .................................................................... 10
2.8 Taksonomi Siasat Permukaan ....................................................................... 10
2.9 Taksonomi Komparatif ................................................................................. 10
2.10 Taksonomi Efek Komunikatif .................................................................... 12

BAB 3 PENUTUP ................................................................................................... 14


3.1 Kesimpulan ................................................................................................... 14
3.2 Saran ............................................................................................................. 14

DAFTAR PUSTAKA .............................................................................................. 15

iii | Bahasa Indonesia


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Bahasa Indonesia merupakan bahasa ibu dari bangsa Indonesia yang sudah
dipakai oleh masyarakat Indonesia sejak dahulu jauh sebelum Belanda menjajah
Indonesia. Cikal bakal bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dan bahasa
negara berawal dari pernyataaan sikap politik pemuda nusantara dengan ikrar
sumpah pemuda. Dalam kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional,
disamping menjadi alat komunikasi antar etnis yang mempunyai bahasa daerah
masing-masing sebagai bahasa pertama, bahasa Indonesia juga telah menjadi alat
komunikasi efektif bagi terjalinnya hubungan antar etnis di Indonesia. Oleh
karena itu pengetahuan tentang bahasa baku cukup penting untuk mempelajari
bahasa Indonesia secara menyeluruh yang akhirnya bisa diterapkan dan dapat
digunakan dengan baik dan benar sehingga identitas kita sebagai bangsa Indonesia
tidak akan hilang.

Bahasa Indonesia perlu dipelajari oleh semua lapisan masyrakat. Tidak


hanya pelajar dan mahasiswa saja, tetapi semua warga Indonesia wajib
mempelajari bahasa Indonesia. Dalam bahasan Indonesia itu ada yang disebut
bahasa baku. Dimana bahasa baku merupakan standar penggunaan bahasa yang
dipakai dalam bahasa Indonesia. Istilah bahasa baku telah dikenal oleh masyarakat
secara luas. Namun pengenalan istilah tidak menjamin bahwa mereka memahami
secara komprehensif konsep dan makna istilah bahasa baku itu. Hal ini terbukti
bahwa masih banyak orang atau masyarakat berpendapat bahasa baku sama
dengan bahasa yang baik dan benar. “Kita berusaha agar dalam situasi resmi kita
harus berbahasa yang baku. Begitu juga dalam situasi yang tidak resmi kita
berusaha menggunakan bahasa yang baku”.

Slogan “pergunakanlah bahasa Indonesia dengan baik dan benar”,


tampaknya mudah diucapkan, namun maknanya tidak jelas. Slogan itu hanyalah
suatu retorika yang tidak berwujud nyata, sebab masih diartikan bahwa di segala
tempat kita harus menggunakan bahasa baku. Berdasarkan uraian diatas, ada
beberapa hal yang menarik untuk dibahas tentang pengertian bahasa baku,
pengertian bahasa tidak baku, pengertian bahasa Indonesia baku, pengertian
bahasa Indonesia tidak baku, ciri-ciri bahasa baku dan bahasa tidak baku,
pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar, serta contoh-contoh
kesalahan berbahasa.

1 | Bahasa Indonesia
1.2 Rumusan Masalah

Adapun rumusan masalah yang akan dibahas adalah sebagai berikut :

a) Apa yang dimaksud dengan bahasa baku?


b) Apa yang dimaksud dengan bahasa tidak baku?
c) Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia baku?
d) Apa yang dimaksud dengan bahasa Indonesia tidak baku?
e) Apa ciri-ciri bahasa Indonesia baku?
f) Bagaimana pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar?
g) Apa contoh-contoh kesalahan berbahasa?

1.3 Tujuan

Pembuatan makalah ini bertujuan untuk :

a) Mengetahui pengertian dari bahasa baku.


b) Mengetahui pengertian bahasa tidak baku.
c) Mengetahui pengertian bahasa Indonesia baku.
d) Mengetahui pengertian bahasa Indonesia tidak baku.
e) Dapat menjelaskan ciri-ciri bahasa Indonesia baku.
f) Mengetahui pemakaian bahasa Indonesia dengan baik dan benar.
g) Mengetahui contoh-contoh kesalahan berbahasa.

2 | Bahasa Indonesia
BAB 2

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Bahasa Baku

Bahasa baku ialah satu jenis bahasa yang menggambarkan keseragaman


dalam bentuk dan fungsi bahasa, menurut ahli linguistik Einar Haugen. Ia
dikatakan sebagai “loghat yang paling betul” bagi sesuatu bahasa.

Halim (1980) mengatakan bahwa bahasa baku adalah ragam bahasa yang
dilembagakan dan diakui oleh sebagian masyarakat, dipakai sebagai ragam resmi
dan sebagai kerangka rujukan norma bahasa dan penggunaannya.

Pei dan Geynor (1954: 203) menggatakan bahwa bahasa baku adalah
dialek suatu bahasa yang memiliki keistimewaan sastra dan budaya melebihi
dialek-dialek lainnya, dan disepakati penutur dialek-dialek lain sebagai bentuk
bahasa yang paling sempurna.

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia. Poewadarminta menuliskan :

baku I

Jawa, (1) yang menjadi pokok, yang sebenarnya ; (2) sesuatu yang dipakai
sebagai dasar ukuran (nilai, harga, standar).

baku II

saling (1976 : 79)

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia (KBBI, 1988 :71), kata baku
juga ada dijelaskan.

baku I

pokok, utama ; (2) tolok ukur yang berlaku untuk kuantitas atau kualitas
dan yang ditetapkan berdasarkan kesepakatan; standar;

baku II

saling

Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia, Badudu dan Zain menjelaskan


makna kata baku.

baku I

3 | Bahasa Indonesia
(Jawa) yang menjadi pokok; (2) yang utama; standar

baku II

(Manado), saling (1996 : 144)

Baku dalam bahasa baku di dalam 3 Kamus di atas bermakna sama dengan
baku I. Oleh karena itu, bahasa baku ialah bahasa yang menjadi pokok, yang
menjadi dasar ukuran, atau yang menjadi standar. Penjelasan makna kata itu tentu
saja belum cukup untuk memahami konsep yang sesungguhnya. Di dalam bahasa
baku itu terdapat 3 aspek yang saling menyatu, yaitu kodifikasi, keberterimaan,
difungsikan sebagai model. Ketiganya dibahas di bawah ini.

Istilah kodifikasi adalah terjemahan dari “codification” bahasa Inggris.


Kodifikasi diartikan sebagai hal memberlakukan suatu kode atau aturan
kebahasaan untuk dijadikan norma di dalam berbahasa (Alwasilah, 1985 :121).
Masalah kodifikasi berkait dengan masalah ketentuan atau ketetapan norma
kebahasaan. Norma-norma kebahasaan itu berupa pedoman tata bahasa, ejaan,
kamus, lafal, dan istilah. Kode kebahasaan sebagai norma itu dikaitkan juga
dengan praanggapan bahwa bahasa baku itu berkeseragaman. Keseragaman kode
kebahasaan diperlukan bahasa baku agar efisien, karena kaidah atau norma jangan
berubah setiap saat. Kodifikasi kebahasaan juga dikaitkan dengan masalah bahasa
menurut situasi pemakai dan pemakaian bahasa. Kodifikasi ini akan menghasilkan
ragam bahasa. Perbedaan ragam bahasa itu akan tampak dalam pemakaian bahasa
lisan dan tulis. Dengan demikian kodifikasi kebahasaan bahasa baku akan tampak
dalam pemakaian bahasa baku.

Bahasa baku atau bahasa standar itu harus diterima atau berterima bagi
masyarakat bahasa. Penerimaan ini sebagai kelanjutan kodifikasi bahasa baku.
Dengan penerimaan ini bahasa baku mempunyai kekuatan untuk mempersatukan
dan menyimbolkan masyarakat bahasa baku.

Bahasa baku itu difungsikan atau dipakai sebagai model atau acuan oleh
masyarakat secara luas. Acuan itu dijadikan ukuran yang disepakati secara umum
tentang kode bahasa dan kode pemakaian bahasa di dalam situasi tertentu atau
pemakaian bahasa tertentu.

Istilah bahasa baku dalam bahasa Indonesia atau standard language dalam
bahasa inggris dalam dunia ilmu bahasa atau linguistic pertama sekali
diperkenalkan oleh Vilem Mathesius Ia termasuk pencetus aliran praha. Ia
merumuskan bahwa bahasa baku sebagai bentuk bahasa yang telah dimodifikasi,
diterima dan difungsikan sebagai model atau acuan oleh masyarakat secara luas.

4 | Bahasa Indonesia
Di dalam Bahasa dan Sastra dalam gamitan pendidikan, Yus Rusiana
berpengertian bahwa bahasa baku atau bahasa standar adalah suatu bahasa yang
dikodifikasikan, diterima, dan dijadikan model oleh masyarakat bahasa yang lebih
luas (1984 : 104). Didalam tata bahasa rujukan bahasa Indonesia untuk tingkatan
pendidikan menengah, Gorys Keraf berpengertian bahwa bahasa baku adalah
bahasa yang dianggap dan diterima sebagai patokan umum untuk seluruh penutur
bahasa itu (1991 : 8).

Bahasa baku merupakan bahasa yang dapat mengungkapkan penalaran


atau pemikiran teratur, logis, dan masuk akal. Bahasa baku memiliki sifat
kemantapan dinamis dan kecendekiaan. Bahasa baku adalah bahasa yang
digunakan secara efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-
gagasan yang mudah diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai
kebutuhan: ruang dan waktu. Dan, benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara
tertulis maupun terucap.

Menurut Indradi (2008) bahasa baku adalah bahasa yang standar sesuai
dengan aturan kebahasaaan yang berlaku, didasarkan atas kajian berbagai ilmu,
termasuk ilmu bahasa dan sesuai dengan perkembangan zaman. Bahasa baku
sebenanya merupakan bahasa yang digunakan sesuai dengan kaidah bahasa
Indonesia yang telah ditentukan. Konteks penggunaannya adalah dalam kalimat
resmi, baik lisan maupun tertulis dengan pengungkapan gagasan secara tepat.

2.2 Pengertian Bahasa Tidak Baku

Istilah bahasa tidak baku ini terjemahan dari “nonstandard language”.


Istilah bahasa nonstandar ini sering disinonimkan dengan istilah “ragam
subbaku”, “bahasa nonstandar”, “ragam takbaku”, bahasa tidak baku”, “ragam
nonstandar”.

Suharianto berpengertian bahwa bahasa nonstandar atau bahasa tidak baku


adalah salah satu variasi bahasa yang tetap hidup dan berkembang sesuai dengan
fungsinya, yaitu dalam pemakaian bahasa tidak resmi (1981 : 23).

Alwasilah berpengertian bahwa bahasa tidak baku adalah bentuk bahasa


yang biasa memakai kata-kata atau ungkapan, struktur kalimat, ejaan dan
pengucapan yang tidak biasa dipakai oleh mereka yang berpendidikan (1985 :
116).

5 | Bahasa Indonesia
Bahasa tidak baku adalah bahasa yang digunakan dalam berbicara dan
menulis yang berbeda pelafalan, tata bAhasa, dan kosa kata dari bahasa baku
suatu bahasa. (Richard, Jhon, dan Heidi dalam Barus 2014:7)

Crystal berpengertian bahwa bahsa nonbaku adalah bentuk-bentuk bahasa


yang tidak memenuhi norma baku, yang dikelompokan sebagai subbaku atau
nonbaku.

Berdasarkan beberapa pengertian di atas, jelas bahwa bahasa nonstandar


adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda dengan kode bahasa baku, dan
dipergunakan di lingkungan tidak resmi.

2.3 Pengertian Bahasa Indonesia Baku

Bahasa Indonesia baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia yang
bentuk bahasanya telah dikodifikasi, diterima, dan difungsikan atau dipakai
sebagai model oleh masyarakat Indonesia secara luas.

Contoh pada Undang-undang dasar :

Undang-undang dasar 1945 pembukaan bahwa sesungguhnya


kemerdekaan itu ialah hak segala bangsa dan oleh sebab itu penjajahan diatas
dunia harus dihapuskan karena tidak sesuai dengan perikemanusiaan dan
perikeadilan.

Dari beberapa kalimat dalam undang-undang tersebut menunjukkan


bahasa baku, dan merupakan pemakaian bahasa secara baik dan benar.

2.4 Pengertian Bahasa Indonesia Tidak Baku

Bahasa Indonesia tidak baku adalah salah satu ragam bahasa Indonesia
yang tidak dikodifikasi, tidak diterima dan tidak difungsikan sebagai model
masyarakat Indonesia secara luas, tetapi dipakai oleh masyarakat secara khusus.

2.5 Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku

Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku telah
dibuat oleh para pakar bahasa dan pengajaran bahasa Indonesia. Mereka itu antara
lain Harimurti Kridalaksana, Anton M. Moeliono, dan Suwito.

6 | Bahasa Indonesia
Ciri-ciri bahasa Indonesia baku dan bahasa Indonesia tidak baku itu
dijelaskan di bawah ini setelah merangkum ciri-ciri yang ditentukan atau yang
telah dibuat oleh para pakar tersebut.

Ciri-ciri Bahasa Indonesia Baku sebagai berikut :

a) Pelafalan sebagai bahagian fonologi bahasa Indonesia baku adalah


pelafalan yang relatif bebas atau sedikit diwarnai bahasa daerah atau
dialek.

Misalnya : kata / keterampilan / diucapkan / ketrampilan / bukan / keterampilan

b) Bentuk kata yang berawalan me- dan ber- dan lain-lain sebagai bahagian
morfologi bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan
tetap di dalam kata.

Misalnya: Banjir menyerang kampung yang banyak penduduknya itu. Kuliah


sudah berjalan dengan baik.

c) Konjungsi sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia baku ditulis


secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya: Sampai dengan hari ini ia tidak percaya kepada siapa pun, karena
semua diangapnya penipu.

d) Partikel -kah, -lah dan -pun sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia
baku ditulis secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya: Bacalah buku itu sampai selesai! Bagaimanakah cara kita memperbaiki
kesalahan diri? Bagaimanapun kita harus menerima perubahan ini dengan lapang
dada.

e) Preposisi atau kata dengan sebagai bahagian morfologi bahasa Indonesia


baku dituliskan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya: Saya bertemu dengan adiknya kemarin. Ia benci sekali kepada orang
itu.

f) Bentuk kata ulang atau reduplikasi sebagai bahagian morfologi bahasa


Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap sesuai dengan fungsi dan
tempatnya di dalam kalimat.

Mereka-mereka itu harus diawasi setiap saat.

7 | Bahasa Indonesia
Semua negara-negara melaksanakan pembangunan ekonomi.

Suatu titik-titik pertemuan harus dapat dihasilkan dalam musyawarah itu.

g) Kata ganti atau polaritas tutur sapa sebagai bahagian morfologi bahasa
Indonesia baku ditulis secara jelas dan tetap dalam kalimat. Misalnya:

Saya – anda bisa bekerja sama di dalam pekerjaan ini.

Aku – engkau sama-sama berkepentingan tentang problem itu.

Saya – Saudara memang harus bisa berpengertian yang sama.

h) Pola kelompok kata kerja aspek + agen + kata kerja sebagai bahagian
kalimat bahasa Indonesia baku ditulis dan diucapkan secara jelas dan tetap
di dalam kalimat.

Misalnya: Surat Anda sudah saya baca. Kiriman buku sudah dia terima.

i) Konstruksi atau bentuk sintesis sebagai bahagian kalimat bahasa Indonesia


baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap di dalam kalimat.

Misalnya: saudaranya, dikomentari, mengotori, harganya

j) Fungsi gramatikal (subjek, predikat, objek) sebagai bahagian kalimat


bahasa Indonesia baku ditulis atau diucapkan secara jelas dan tetap dalam
kalimat.

Misalnya: Kepala Kantor pergi keluar negeri. Rumah orang itu bagus.

k) Struktur kalimat baik tunggal maupun majemuk ditulis atau diucapkan


secara jelas dan tetap sebagai bahagian kalimat bahasaIndonesia baku di
dalam kalimat.

Misalnya: Mereka sedang mengikuti perkuliahan dasar-dasar Akuntansi I.


Sebelum analisis data dilakukannya, dia mengumpulkan data secara sungguh-
sungguh.

l) Kosakata sebagai bagian semantik bahasa Indonesia baku ditulis atau


diucapkan secara jelas dan tetap dalam kalimat.

Misalnya: Mengapa, tetapi, bagaimana, memberitahukan, hari ini, bertemu,


tertawa, mengatakan, pergi, tidak begini, begitu, silakan.

8 | Bahasa Indonesia
m) Ejaan resmi sebagai bahagian bahasa Indonesia baku ditulis secara jelas
dan tetap baik kata, kalimat maupun tanda-tanda baca sesuai dengan Ejaan
Bahasa Indonesia yang Disempurnakan.
n) Peristilahan baku sebagai bahagian bahasa Indonesia baku dipakai sesuai
dengan Pedoman Peristilahan Penulisan Istilah yang dikeluarkan oleh
Pemerintah melalui Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa (Purba,
1996 : 63 – 64).

2.6 Contoh-contoh Kesalahan Berbahasa

Kesalahan merupakan sisi yang mempunyai cacat pada ujaran atau tulisan
sang pelajar. Kesalahan tersebut merupakan bagian-bagian konversasi atau yang
menyimpang dari norma baku atau norma terpilih dari performasi bahasa orang
dewasa.

Kesalahan berbahasa adalah pengguanan bahasa yang menyimpang dari


kaidah bahasa yang berlaku dalam bahasa itu. Penyimpangan kaidah bahasa dapat
disebabkan oleh menerapkan kaidah bahasa dan keliru dalam menerapkan kaidah
bahasa. Dalam pengajaran bahasa, dikenal dua istilah kesalahan (error) dan
kekeliruan (mistake).

Menurut Tarigan (1988: 87), kesalahan berbahasa erat kaitannya dengan


pengajaran bahasa, baik pengajaran bahasa pertama maupun pengajaran kedua.
Kesalahan berbahasa tersebut mengganggu pencapaian tujuan pengajaran bahasa.
Kesalahan berbahasa harus dikurangi bahkan dapat dihapuskan. Kesalahan-
kesalahan tersebut sering timbul dan banyak terjadi pada penulisan-penulisan
ilmiah. Ada empat pengklasifikasian atau taksonomi kesalahan berbahasa yang
dikemukakan Tarigan (1988), antara lain:

a) Taksonomi kategori linguistik


b) Taksonomi siasat permukaan
c) Taksonomi komparatif dan
d) Taksonomi efek komunikatif.

Pada makalah ini, akan dijelaskan tentang taksonomi kategori linguistik,


taksonomi siasat permukaan, taksonomi komparatif dan efek komunikatif.

9 | Bahasa Indonesia
2.7 Taksonomi Kategori Linguistik

Mengklasifikasikan kesalahan berbahasa berdasarkan komponen linguistik


atau unsur linguistik tertentu. Politzer dan Ramirez dalam Tarigan mengutarakan
bahwa kesalahan-kesalahan berbahasa dapat dikelompokkan atas kesalahan
fonologi, morfologi, sintaksis, dan kosakata. Kesalahan fonologi mencakup
ucapan bagi bahasa lisan dan ejaan bagi bahasa tulisan. Kesalahan morfologi
mencakup kesalahan imbuhan dan perulangan kata. Kesalahan sintaksis
mencakup kesalahan frase, klausa, dan kalimat. Kesalahan leksikon merupakan
kesalahan pilihan kata.

2.8 Taksonomi Siasat Permukaan

Taksonomi siasat permukaan memfokuskan pada cara-cara struktur luar


bahasa berubah. Para penutur bahasa mungkin saja :

a) Menghilangkan butir-butir penting (penghilangan)


b) Menambahkan sesuatu yang tidak perlu (penambahan)
c) Salah memformasikan butir-butir (salah formasi)
d) Salah menyusun butir-butir tersebut (salah susun)

Kesalahan yang bersifat penghilangan ditandai oleh ketidakhadiran suatu


butir yang seharusnya ada dalam bahasa yang baik dan benar. Kesalahan
penambahan ditandai oleh hadirnya suatu unsur yang seharusnya tidak ada dalam
ujaran yang baik dan benar. Salah formasi ditandai oleh pemakaian bentuk
morfem atau struktur yang salah. Salah susun ditandai oleh penempatan yang
tidak benar bagi suatu morfem atau kelompok morfem.

2.9 Taksonomi Komparatif

Klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif didasarkan


pada perbandingan-perbandingan antara struktur kesalahan-kesalahan bahasa
kedua dan tipe-tipe kontruksi tertentu lainnya. Sebagai contoh jika kita
menggunakan taksonomi komparatif untuk mengklasifikasikan kesalahan-
kesalahan pelajar Indonesia yang belajar bahasa Inggris, maka kita dapat
membandingkan struktur kesalahan pelajar yang memeroleh bahasa Inggris
sebagai baha pertama. Contoh lainnya bila seseorang dari suku tertentu (jawa)
yang belajar bahasa Indonesia sebagai bahasa sasarannya.

10 | Bahasa Indonesia
Dalam kepustakaan riset, kesalahan-kesalahan bahasa kedua sudah sangat
sering dibandingkam dengan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh anak-anak
yang belajar bahasa sasaran sebagai bahasa pertama mereka dan
mengekuivalensikan frase-frase atau kalimat-kalimat dalam bahasa ibu mereka.
Dengan demikian, klasifikasi kesalahan-kesalahan dalam taksonomi komparatif
(atau comparative taxonomy) didasarkan pada perbandingan-perbandingan antara
struktur kesalahan-kesalahan bahasa kedua dan tipe-tipe konstruksi tertentu
lainnya (Tarigan, 1988:158).

Berdasarkan perbandingan tersebut maka dalam taksonomi komparatif


dapat dibedakan menjadi:

1) Kesalahan Perkembangan (Development Errors) adalah kesalahan-


kesalahan yang sama dengan yang dibuat oleh anak-anak yang belajar
bahasa sasaran sebagai bahasa pertama

Contoh: Dalam Bahasa Indonesia

Pada contoh satu (1) dan dua (2) kesalahan terjadi karena kata nonton dan
resmikan, kehilangan awalan me-, sedangkan pada contoh tiga (3) kesalahan yang
terjadi adalah akibat hilangnya atau tidak adanya partikel di- sebelum kata rumah.

2) Kesalahan Antarbahasa (Interlingual Errors)

Kesalahan antarbahasa adalah kesalahan-kesalahan yang semata-mata


mengacu pada kesalahan bahasa kedua yang mencerminkan struktur bahasa asli
atau bahasa ibu, tanpa menghiraukan proses-proses internal atau kondis-kondisi
eksternal yang menimbulkannya. Kesalahan antarbahasa merupakan kesalahan
yang sama dalam struktur bagi kalimat atau frasa yang berekuivalen secara
semantik dalam bahasa ibu sang pelajar. Kesalahan antarbahasa (interlingual)
disebut juga kesalahan interferensi, yakni: kesalahan yang bersumber (akibat) dari
pengaruh bahasa pertama terhadap bahasa kedua.

Contoh:

Pada contoh satu (1) di atas adalah ucapan dari seorang anak Karo yang
belajar Bahasa Indonesia untuk mencerminkan susunan atau urutan kata frasa
proposisi dalam bahasa Karo (Bandung dari berarti ‘dari Bandung). Pada contoh
dua (2) kesalahan terjadi karena tuturan yang digunakan dipengaruhi oleh bahasa
Sunda karena kalimat Sundanya adalah “makanan teh atos kuabdi”. Bila tuturan
tersebut dituturkan kedalam Bahasa Indonesia, maka seharusnya “makanan itu
telah saya makan”. Hal itu didasarkan pada struktur Bahasa Indonesia. Pada
contoh tiga (tiga) kesalahan terjadi karena adanya penggunaan unsur bahasa lain

11 | Bahasa Indonesia
(Bahasa Inggris) ke dalam Bahasa Indonesia yaitu pada frase “ It doesn’t matter”
yang memiliki padanan kata “itu bukan masalah” dalam Bahasa Indonesia dan
pada contoh empat (4) merupakan contoh tuturan yang diujarkan oleh penutur
Batak. Huruf “e” pada kata tenang seharusnya dilafalkan lemah, bukan keras.

3) Kesalahan Taksa (Ambiguous Errors)

Kesalahan taksa adalah kesalahan yang dapat diklasifikasikan sebagi


kesalahan perkembangan ataupun kesalahan antarbahasa. Contoh: Konstruksi
yang mencerminkan bahasa asli sang pelajar (misalnya Medan) yang belajar
bahasa Indonesia sebagai bahasa pertama mereka.

i. Menulis saya (Saya menulis)


ii. Tidur dia (Dia tidur)
iii. Pergi kami (Kami pergi)
iv. Yang berdiri di depan kakak ibu (Yang berdiri di depan kakak / ibu)

Kalimat ini jika pengucapannya tidak dibatasi oleh jeda akan dapat
ditafsirkan yang berdiri di depan itu kakak dari ibu (paman/bibi) atau bisa juga
ditafsirkan yang berdiri di depan kakak itu adalah ibu.

4) Kesalahan Lain (Other Errors)

Menurut Dulay dan Burt (1974), dalam membuat analisis komparatif


kesalahan anak-anak, menyebutnya sebagai kesalahan unik (Unique errors) yang
mengacu pada keunikannya bagi para pelajar bahasa kedua. Kesalahan unik
adalah kesalahan bahasa yang tidak dapat dideskripsikan berdasarkan tataran
kesalahan interlingual dan intralingual. Kesalahan ini tidak dapat dilacak dari
bahasa pertama maupun bahasa kedua. Misalnya: anak kecil yang mulai belajar
berbicara dalam suatu bahasa, tidak sedikit tuturan (kata frase atau kalimat) yang
tidak dapat dijelaskan dari bahasa pertama maupun bahasa kedua.

Contoh:

Kesalahan unik pada contoh satu (1) adalah pada ragam bahasa yang
digunakan. Pada kalimat tidak apa-apa dituturkan menjadi gak papa gin.

2.10 Taksonomi Efek Komunikatif

Jika taksonomi komparatif memusatkan perhatian pada aspek-aspek


kesalahan itu sendiri, maka taksonomi efek komunikatif memandang serta

12 | Bahasa Indonesia
menghadapi kesalahan-kesalahan dari perspektif efeknya terhadap penyimak atau
pembaca.

Berdasarkan terganggu atau tidaknya komunikasi karena kesalahan-


kesalahan yang ada, maka dapatlah dibedakan dua jenis kesalahan, yaitu :

a) Kesalahan Global (Global Errors)

Kesalahan Global adalah kesalahan yang mempengaruhi keseluruhan


organisasi kalimat sehingga benar-benar menggangu komunikasi. Karena luasnya
cakupan sintatik kesalahan-kesalahan serupa itu, maka Burt dan Kiparsky
menyebut kategori ini kesalahan “global”. Menurt Burt dan Kiparsky, kesalahan
gobal mencakup:

i. Salah menyusun unsur pokok

Misalnya : Bahasa Indonesia banyak orang disenangi.

Yang seharusnya : Bahasa Indonesia disenangi banyak orang.

ii. Salah menempatkan atau tidak memakai kata sambung

Misalnya : Tidak beli beras tadi, apa makan kita sekarang.

Yang seharusnya : Kalu kita tidak membeli beras tadi, makan apa kita sekarang

iii. Hilangnya ciri kalimat pasif

Misalnya : Rencana penelitian itu diperiksa pada pimpinan.

Yang seharusnya : Rencana penelitian itu diperiksa oleh pimpinan.

b) Kesalahan Lokal (Local Errors)

Kesalahan lokal adalah kesalahan yang mempengaruhi sebuah unsur


dalam kalimat yang biasanya tidak mengganggu komunikasi secara signifikan.
Kesalahan-kesalahan ini hanya terbatas pada suatu bagian kalimat saja, maka Burt
dan Kiparsky menyebutnya kesalahan “lokal”.

Dalam bahasa Indonesia, contoh kesalahan lokal itu antara lain sebagai
berikut. Penyelesaian tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat. Jumlah
mahasiswa Unesa berjumlah sepuluh ribu. Penyerahan hadiah diserahkan oleh
Bapak Lurah.

Yang seharusnya: Tugas itu diselesaikannya dengan penuh semangat. Mahasiswa


Unesa berjumlah sepuluh ribu. Hadiah diserahkan oleh Bapak Lurah.

13 | Bahasa Indonesia
BAB 3

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Bahasa baku adalah salah satu ragam bahasa yang dijadikan pokok
acuan, yang dijadikan dasar ukuran atau yang dijadikan standar, digunakan secara
efektif, baik, dan benar. Efektif karena memuat gagasan-gagasan yang mudah
diterima dan diungkapkan kembali. Baik karena sesuai kebutuhan: ruang dan
waktu dan benar karena sesuai kaidah kebahasaan, secara tertulis maupun terucap.

Bahasa tidak baku adalah ragam yang berkode bahasa yang berbeda
dengan kode bahasa baku, dan dipergunakan di lingkungan tidak resmi. Bahasa
nonbaku sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari seperti keluarga, teman,
dan lain-lain.

3.2 Saran

Diharapkan kepada seluruh pembaca agar mampu mengaplikasikan apa


yang ada didalam makalah ini sehingga kita semua dapat menggunakan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Serta agar pembaca mampu negajarkan kepada
orang lain cara berbahasa yang baik dan benar.

14 | Bahasa Indonesia
DAFTAR PUSTAKA

Tasai, S. Amran. 1948. Pelajaran Umum Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Zodarmanto, M. 1977. Bahasa Indonesia. Jakarta: Pustaka.

Moeliono, Anton M. 1975. Ciri-Ciri Bahasa Indonesia yang Baku dalam


Pengajaran Bahasa dan Sastra. Bandung: Angkasa.

Keraf, G, 1991, Tatabahasa Indonesia Rujukan Bahasa Indonesia untuk


Pendidikan Menengah, Gramedia, Jakarta.

Suherianto, 1981, Kompas Bahasa, Pengantar Berbahasa Indonesia yang Baik dan
Benar, Widya Duta, Surakarta.

Tarigan, Henry Guntur. 1990. Pengajaran Analisis Kesalahan Berbahasa.


Bandung: Angkasa.

Tarigan, Guntur H. (1997). Analisis Kesalahan Berbahasa. Jakarta: Depdikbud.

Poerwadarminta, W.J.S, 1976, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Balai Pustaka,


Jakarta

Alwasiah, A, Ch, 1985, Beberapa Madhjab dan Dikotomi Teori Linguistik,


Angkasa, Bandung.

Heidi C. Dulay Marina K. Burt. (1974). NATURAL SEQUENCES IN CHILD


SECOND LANGUAGE ACQUISITION, Denver, Colorado.

Pateda, Mansoer. 1997. Analisis Kesalahan. Flores: Penerbit Nusa Indah.

Halim, Amran. 1980. Politik Bahasa Nasional. Jakarta: Balai Pustaka

Rusiana, Yus. 1984. Bahasa dan Sastra Menandakan Gamitan Pendidikan.


Bandung: Diponogoro.

Indradi, Agustinus. 2008. Cermat Berbahasa Indonesia. Malang: Dloma.

15 | Bahasa Indonesia

Anda mungkin juga menyukai