Anda di halaman 1dari 10

PENGANTAR OSEANOGRAFI

PENGARUH PESANG SURUT TERHADAP PERIKANAN

OLEH:

WISDA SAMOSIR P
1804112032
TEKNOLOGI HASIL PERIKANAN

FAKULTAS PERIKANAN DAN KELAUTAN


UNIVERSITAS RIAU
PEKANBARU
2019
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lautan telah lama dikenal sebagai salah satu ekosistem yang paling
besar, paling kompleks dan paling dinamis di dunia. Terdapat berbagai macam
interaksi antara faktor-faktor penyusun komponen lingkungan laut yang
berlangsung sangat cepat dan terus menerus sehingga sangat menentukan kondisi
ekosistem yang ada di lingkungan perairan tersebut Faktor-faktor lingkungan fisik
yang mempengaruhi perairan laut adalah gerakan air, salinitas suhu dan cahaya.
Salah satu gerakan air laut yang membawa pengaruh besar bagi ekosistem laut
adalah pasang surut.
Pasang surut laut merupakan hasil dari gaya gravitasi dan
efek sentrifugal. Efek sentrifugal adalah dorongan ke arah luar
pusat rotasi (bumi). Gravitasi bervariasi secara langsung dengan massa tetapi
berbanding terbalik terhadap jarak. Meskipun ukuran bulan lebih kecil dari
matahari, namun gaya gravitasi bulan dua kali lebih besar daripada gaya tarik
matahari dalam membangkitkan pasang surut laut karena jarak bulan lebih dekat
daripada jarak matahari ke bumi. Gaya gravitasi menarik air laut ke arah bulan
dan matahari dan menghasilkan dua tonjolan pasang surut gravitasional di laut.
Lintang dari tonjolan pasang surut ditentukan oleh deklinasi, sudut antara sumbu
rotasi bumi dan bidang orbital bulan dan matahari .
Berdasarkan uraian latar belakang tersebut, maka dianggap sangat penting
untuk menyusun makalah mengenai Pasang Surut Air Laut. Hal ini dilakukan
untuk mengetahui lebih jelas proses terjadinya pasang surut tersebut.
B. Rumusan masalah

1. Apakah pengertian dari pasang surut?


2. Apakah tipe-tipe dari pasang surut?
3. Apakah pengaruh pasang surut terhadap ikan dan perikanan?

C. Tujuan

1. Untuk mengetahui pengertian dari pasang surut.


2. Untuk mengetahui tipe-tipe pasang surut.
3. Untuk mengetahui pengaruh pasang surut terhadap ikan dan organisme laut.
PEMBAHASAN

A. Pengertian Pasang Surut


Pasang surut laut merupakan suatu fenomena pergerakan naik turunnya
permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh kombinasi gaya gravitasi
dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi terutama oleh matahari, bumi,
dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat diabaikan karena jaraknya lebih
jauh atau ukurannya lebih kecil. Pasang surut laut adalah gelombang yang
dibangkitkan oleh adanya interaksi antara bumi, matahari, dan bulan. Puncak
gelombang disebut pasang tinggi dan lembah gelombang disebut pasang rendah.
Perbedaan vertikal antara pasang tinggi dan pasang rendah disebut rentang pasang
surut (tidal range). Periode pasang surut adalah waktu antara puncak atau lembah
gelombang ke puncak atau lembah gelombang berikutnya. Harga periode pasang
surut bervariasi antara 12 jam 25 menit hingga 24 jam 50 menit. Pasang surut air
laut dibedakan menjadi dua :
1. Pasang Laut Purnama (spring tide)
Pasang laut purnama (spring tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari. Pada
saat itu akan dihasilkan pasang naik yang sangat tinggi dan pasang surut yang
rendah. Pasang laut purnama ini terjadi pada saat bulan baru dan bulan purnama.
2. Pasang Laut Perbani (neap tide)
Pasang laut perbani (neap tide) terjadi ketika bumi, bulan, dan matahari
membentuk sudut tegak lurus. Pada saat itu akan di hasilkan pasang naik yang
rendah dan pasang surut yang tinggi. Pasang laut perbani ini terjadi pada saat
bulan seperempat dan tigaperemat.

B. Teori dan Faktor Penyebab Pasang Surut


1 Teori kesetimbangan (Equilibrium Theory)
Diperkenalkan pertama kali oleh Sir Isaac Newton (1642-1727). Teori ini
menerangkan sifat-sifat pasut secara kualitatif. Teori terjadi pada bumi ideal yang
seluruh permukaannya ditutupi oleh air dan pengaruh kelembaman (Inertia)
diabaikan. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut sebanding
dengan gaya pembangkit pasang surut dilakukan dengan memisahkan pergerakan
sistem bumi-bulan-matahari menjadi 2 yaitu, sistem bumi-bulan dan sistem bumi-
matahari.
Pada teori kesetimbangan, bumi diasumsikan tertutup air dengan kedalaman
dan densitas yang sama dan naik turun muka laut sebanding dengan gaya
pembangkit pasang surut atau GPP (Tide Generating Force) yaitu Resultante gaya
tarik bulan dan gaya tarik menarik dan gaya sentrifugal. Teori ini berkaitan
dengan hubungan antara laut, massa air yang naik, bulan dan matahari. Gaya
pembangkit pasut ini akan menimbulkan air tinggi dan air rendah pada dua lokasi
(Gross, 1987).
2 Teori Dinamik (Dynamical Theory)
Pond dan Pickard (1978) menyatakan bahwa dalam teori ini lautan yang
homogen masih diasumsikan menutupi seluruh bumi pada kedalaman yang
konstan, tetapi gaya tarik-gaya tarik periodik dapat membangkitkan gelombang
dengan periode sesuai dengan konstituen-konstituennya. Gelombang pasut yang
terbentuk dipengaruhi oleh GPP, kedalaman dan luas perairan, pengaruh rotasi
bumi, dan pengaruh gesekan dasar. Teori ini melengkapi teori kesetimbangan
sehingga sifat-sfat pasut dapat diketahui secara kuantitatif. Menurut teori dinamis,
gaya pembangkit pasut menghasilkan gelombang pasut (tide wive) yang
periodenya sebanding dengan gaya pembangkit pasut. Karena terbentuknya
gelombang , maka terdapat faktor lain yang perlu diperhitungkan selain GPP.
Menurut Defant (1958), faktor-faktor tersebut adalah :
a. Kedalaman perairan dan luas perairan
b. Pengaruh rotasi bumi (gaya Coriolis)
c. Gesekan dasar

C. Tipe-Tipe Pasang Surut


Bentuk pasang surut di berbagai daerah tidak sama. Tipe pasut ditentukan
oleh frekuensi air pasang dengan surut setiap harinya. Hal ini disebabkan karena
perbedaan respon setiap lokasi terhadap gaya pembangkit pasang surut. Menurut
Romimohtarto dan Juwana (2007), dilihat dari pola gerakan muka lautnya, pasang
surut di Indonesia dapat dibagi menjadi empat jenis yaitu:
1. Pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua kali pasang dan dua kali
surut dalam 24 jam), Periode pasang surut rata-rata adalah 12 jam 24 menit.
misalnya di perairan selat Malaka;
2. Pasut diurnal atau pasut harian tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut
dalam 24 jam), Periode pasangsurut adalah 24 jam 50 menit, misalnya di sekitar
selat Karimata;
3. Pasang surut campuran condong harian tunggal (Mixed Tide, Prevailing
Diurnal) merupakan pasut yang tiap harinya terjadi satu kali pasang dan satu kali
surut tetapi terkadang dengan dua kali pasang dan dua kali surut yang sangat
berbeda dalam tinggi dan waktu, ini terdapat di Pantai Selatan Kalimantan dan
Pantai Utara Jawa Barat.
4. Pasang surut campuran condong harian ganda (Mixed Tide, Prevailing Semi
Diurnal) merupakan pasut yang terjadi dua kali pasang dan dua kali surut dalam
sehari tetapi terkadang terjadi satu kali pasang dan satu kali surut dengan memiliki
tinggi dan waktu yang berbeda, ini terdapat di Pantai Selatan Jawa dan Indonesia
Bagian Timur
Daerah paling atas pantai hanya terendam saat pasang naik tinggi. Daerah ini
dihuni oleh beberapa jenis ganggang, moluska, dan remis yang menjadi konsumsi
bagi kepiting dan burung pantai.
Daerah tengah pantai terendam saat pasang tinggi dan pasang rendah. Daerah
ini dihuni oleh ganggang, porifera, anemon laut, remis dan kerang, siput erbivora
dan karnivora, kepiting, landak laut, bintang laut, dan ikan-ikan kecil.
Daerah pantai terdalam terendam saat air pasang maupun surut. Daerah ini
dihuni oleh beragam invertebrata dan ikan serta rumput laut.

Komunitas tumbuhan berturut-turut dari daerah pasang surut ke arah darat


dibedakan sebagai berikut :
1. Formasi pes caprae
Dinamakan demikian karena yang paling banyak tumbuh di gundukan pasir
adalah yang tahan terhadap hempasan gelombang dan angin. Tumbuhan ini
menjalar dan berdaun tebal. Tumbuhan lainnya adalah Spinifex littorius (rumput
angin), Vigna, Euphorbia atoto, dan Canaualia martina. Lebih ke arah darat lagi
ditumbuhi Crinum asiaticum (bakung), Pandanus tectorius (pandan), dan
Scaeuola fruescens (babakoan).
2. Formasi baringtonia
Daerah ini didominasi tumbuhan baringtonia, termasuk di dalamnya Wedelia,
Thespesia, Terminalia, Guettarda, dan Erythrina. Bila tanah di daerah pasang
surut berlumpur, maka kawasan ini berupa hutan bakau yang memiliki akar napas.
Akar napas merupakan adaptasi tumbuhan di daerah berlumpur yang kurang
oksigen. Selain berfungsi untuk mengambil oksigen, akar ini juga dapat
digunakan sebagai penahan dari pasang surut gelombang.
Yang termasuk tumbuhan dihutan bakau antara lainNypa, Acathus,
Rhizopora, dan Cerbera. Jika tanah pasang surut tidak terlalu basah, pohon yang
sering tumbuh adalah Heriticra, Lumnitzera, Acgicras, dan Cylocarpus.

D. Pengaruh Pasang Surut terhadap Perikanan


1. Biota pada Zona Intertidal
Menurut Prajitno, 2009. Biota pada ekosistem pantai berbatu adalah salah
satu daerah ekologi yang paling familiar, habitat, habitat, dan interaksinya sudah
diketahui oleh ilmuwan. Fauna pada pantai berbatu berkarakteristik dominan pada
binatang air tawar.
Pantai yang terdiri dari batu-batuan (rocky shore) merupakan tempat yang
sangat baik bagi hewan-hewan atau tumbuhan-tumbuhan yang dapat
menempelkan diri pada lapisan ini. Golongan ini termasuk banyak jenis
gastropoda, moluska, dan tumbuh-tumbuhan yang berukuran besar. Dua spesies
Uttorina undulata dan Tectarius malaccensis, tinggal dan hidup di bagian batas
atas dari pantai di bawahnya berturut-turut ditempati oleh jenis spesies lain
Monodonta labio dan Nerita undata. Kemudian oleh Cerithium morus dan Turbo
intercostalis. Akhirnya pada batas yang paling bawah terdapat lambis-lambis dan
Trochus gibberula (Hutabarat, 2008).
2. Pola Adaptasi Organisme Intertidal
Bentuk adaptasinya adalah mencakup adaptasi struktural, adaptasi
fisiologi, dan adaptasi tingkah laku. Adaptasi struktual merupakan cara hidup
untuk menyesuaikan dirinya dengan mengembangkan struktur tubuh atau alat-alat
tubuh ke arah yang lebih sesuai dengan keadaan lingkungan hidup. Adaptasi
fisiologi adalah cara makhluk hidup untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan
dengan cara penyesuaian proses-proses fisiologis dalam tubuhnya.
Adaptasi tingkah laku adalah respon-respon hewanterhadap kondisi
lingkungan dalam bentuk perubahan tingkah laku. Organisme intertidal memiliki
kemampuan untuk beradaptasi dengan kondisi lingkungan yang dapat berubah
secara signifikan. Pola tersebut meliputi :
2.1. Daya Tahan terhadap Kehilangan Air
Organisme laut berpindah dari air ke udara terbuka, mereka mulai kehilangan air.
Mekanisme yang sederhana untuk menghindari kehilangan air, terlihat pada
hewan-hewan yang bergerak seperti kepiting dan anemon. Hewan-hewan tersebut
memiliki bentuk morfologi seperti memiliki alat gerak yang baik untuk
melakukan pergerakan yang cepat, serta struktur tubuh yang ditutupi oleh zat
kapur yang cukup kuat.
2.2. Pemeliharaan Keseimbangan Panas
Organisme intertidal juga mengalami keterbukaan terhadap suhu panas dan
dingin yang ekstrim dan memperlihatkan adaptasi tingkah laku dan struktur tubuh
untuk menjaga keseimbangan panas internal. Contohnya pada siput dan kerang-
kerangan. Ketika pasang, maka siput tersebut akan mengeluarkan badannya dari
cangkang untuk melakukan aktivitas. Sedangkan ketika keadaan surut yang
mengakibatkan keberadaan siput tersebut terendah dengan mendapatkan suhu
lingkungan yang ekstrim, maka tubuhnya akan dimasukkan ke dalam cangkang
untuk tetap mempertahankan suhu tubuhnya yang stabil.
2.3. Tekanan Mekanik
Gerakan ombak mempunyai pengaruh yang berbeda pada pantai berbatu
dengan pantai yang berpasir. Untuk mempertahankan posisi menghadapi gerakan
ombak, organisme intertidal telah membentuk beberapa adaptasi.
PENUTUP

A. Kesimpulan
1. Pengaruh pasang surut terhadap perikanan merupakan suatu fenomena
pergerakan naik turunnya permukaan air laut secara berkala yang diakibatkan oleh
kombinasi gaya gravitasi dan gaya tarik menarik dari benda-benda astronomi
terutama oleh matahari, bumi dan bulan. Pengaruh benda angkasa lainnya dapat
diabaikan karena jaraknya lebih jauh atau ukurannya lebih kecil.
2. Teori-teori pasang surut yaitu teori kesetimbangan menerangkan sifat-sifat
pasut secara kualitatif. Teori ini menyatakan bahwa naik-turunnya permukaan laut
sebanding dengan gaya pembangkit pasang surut (King, 1966). Teori pasut
dinamika, menurut teori dinamis, gaya pembangkit pasut menghasilkan
gelombang pasut (tide wive) yang periodenya sebanding dengan gaya pembangkit
pasut.
3. Tipe-tipe pasang surut adalah pasut semi diurnal atau pasut harian ganda (dua
kali pasang dan dua kali surut dalam 24 jam); pasut diurnal atau pasut harian
tunggal (satu kali pasang dan satu kali surut dalam 24 jam); campuran keduanya
dengan jenis ganda dominan dan campuran keduanya dengan jenis tunggal
dominan.
4. Pengaruh pasang surut terhadap organism perairan laut adalah kombinasi antara
pasang-surut dan waktu dapat menimbulkan bentuk adaptasi yang mencakup
adaptasi structural, adaptasi fisiologi, dan adaptasi tingkah laku.
B. Saran

Saran yang dapat saya ajukan dalam penyusuana makalah ini adalah agar
lebih menambah informasi-informasi atau literature yang terbaru pasang surut.
Selanjutnya agar makalah ini dapat digunakan sebaik mungkin, sebagai sumber
tambahan pengetahuan.
DAFTAR PUSTAKA

Defant, A. 1958. Ebb And Flow. The Tides of Earth, Air, and Water. The
University of Michigan Press, Michigan. Dalam
http://www.scribd.com/doc/80077873/5/Tipe-Pasang-Surut.

Gross, M. G.1990. Oceanography ; A View of Earth Prentice Hall, Inc.


Englewood Cliff. New Jersey. Dalam
http://www.scribd.com/doc/80077873/5/Tipe-Pasang-Surut.
Juwana, Sri dan Romimohtarto, Kasijan., 2007. Biologi Laut. Djambatan. Jakarta.

Nontji, Anugerah, Dr., 2005. Laut Nusantara. Djambatan. Jakarta.

Nybakken, J.W., 1992. (Terjemahan: H.M. Eidman et al) Biologi


Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT Gramedia Pustaka Utama.
Jakarta.

Pariwono, J.I. 1989. Gaya Penggerak Pasang Surut. Dalam Pasang Surut. Ed.
Ongkosongo, O.S.R. dan Suyarso. P3O-LIPI. Jakarta.

Anda mungkin juga menyukai