Anda di halaman 1dari 4

Latar Belakang

Media sosial merupakan sarana komunikasi yang efektif dan efisien untuk menjangkau
seluruh lapisan masyarakat.Masyarakat modern sangat membutuhkan informasi aktualmelalui
media sosial seperti koran,majalah,radio,televisi dan film.Media sosial mentransfer ilmu
pengetahuan ,informasi aktual,nilai dan norma kepada masyarakat.Seluruh informasi tersebut di
sajikan dalam berbagai bentuk seperti berita,cerita atau iklan .Media sosial memiliki pengaruh kuat
terhadap perubahan sosial dalam masyarakat.
Seiring berkembangnya media sosial dalam masyarakat terjadi progress globalisasi yang
di salurkan lewat revolusi Modernisasi.Modernisasi berasal dari kata modern yang secara istilah
bahasa berarti “baru”,”kekinian”,”akhir”,”up-todate” atau semacamnya,bisa di katakan
kembalikan dari “lama”,”kolot” atau semacamnya.Oleh karena itu, istilah modern ini bisa di
terapkan untuk manusia dan juga untuk lainnya.
Dari konsep bangsa ,sistem politik,ekonomi,negara,kota,lembag ( sekolah,rumah sakit,dan
lain-lain),barang, sampai pada perilaku ,sifat dan hampir apa saja . Kita bisa memberi predikat
modern terhadap perilaku dan pemikiran seseorang berdasarkan standard ukuran globalisasi.Salah
satu cara pendangkalan dari modernisasi adalah melalui kekhusukan beragama islam.
Islam adalah agama yang menjawab segala problematika kehidupan dengan pegangan
Firman allah dan Hadist rosululah dan sekaligus sumber ilmu pengetahuan yang mana kita pahami
bahwa dari ilmu pengetahuanlah kita dapat belajar dabn menyaring baik dan buruknya dampak
dari percepatan perkembangan media sosial di era modern ini.
Dalam surat (39) Az-Zummar ayat 9 di tegaskan :
“…….katakanlah”adakah sama orang-orang yang mengetahui?sesungguhnya orang yang
barakallah-lah yang dapat menerima pengajaran”
Dan dalam surat (58) AL-Muja’adalah ayat 11
“…….Allah meninggikan orang yang beriman di antara kamu dan orang yang di beri ilmu
pengetahuan beberapa derajat ….”

A. Media Sosial
Seiring dengan pesatnya perkembangan teknologi informasi dan situs-situs jejaring sosial, maka
penyebaran islampun berkembang pesat hingga ke ranah sosial media ini.
Dalam realitas media sosial ,khususnya televisi,realitas media sebagai budaya cerita rakyat begitu
nampak. Banyak cerita di usung dalam progam-progam media elektronik yang sekarang menjadi
primadona masyarakat modern. Sinema dan film merupakan sebuah bentuk dari progam cerita yang di
tayangkan yang membawa pengaruh bessar dari perubahan sosial dalam masyarakat.
Namun, pada faktualnya tema yang di angkat tidak menitikberatkan masalah agama islam
berdasarkan syariah dan aqidah, padahal di antara 250 juta lebih masyarakat indonesia 87% adalah islam
yang setidaknya memiliki hak mengkomsumsi fitur islamic yang sesuai tidak berdasarkan sekedar
indentitas islam.

C.Islam Memandang perkembangan Media Sosial

Peran islam dalam perkembangan media sosial pada dasarnya ada dua pertama menjadikan akidah islam
sebagai paradigma ilmu pengetahuan.Paradigma inilah yang seharusnya di miliki umat islam bukan
paradigma sekuler yang di miliki orang sekarang.Paradigma islam ini mengatakan bahwa akidah islam
wajib di jadikan landasan pemikiran ( qa-idah fitriyah) bagi seluruh ilmu pengetahuan.Ini bukan berarti
menjadi akidah islam sebagai sumber segala macam ilmu pengetahuan.Maka ilmu pengetshusn sesuai
akidah islam dapat di terima dan di aamalkan ,sedang yang bertentangan dengannya wajib di tolak dan
tidak boleh di amalkan
.Kedua menjadikan syariah islam ( yang lahir dari akidah islam) sebagai standart dari pemanfaatan media
sosial dalam kehidupan sehari-hari.Standart dan kriteria inilah yang seharusnya di gunakan oleh umat
islam,bukan standart manfaat (pragmatisma atau utilitariatisme)seperti yang ada sekarang .Standart
syariah ini mengaju pada boleh tidaknya pemanfaatan media sosial berdasarkan ada ketentuan halal
haram. Islam memberi solusi pemecahan skandal perkembangan media sosial dengan menggunakan teori
islam :

Meningkatkan ibadah
Membatasi komunikasi yang tidak bermanfaat dengan orang yang tidak di kenal melalui media sosial
Menjaga keseimbangan iman agar tidak terpengaruh dari konten-konten negatif
Mengfilter diri dari perkembangan iptek
Menjalankan syariah dan akidah yang sesuai dengan islam
Mampu menjalankan peran manusia sebagai khalifah allah di muka bumi
Membentuk SDM yang berkompetensi dan berilmu pengetahuan yang luas
Meningkatkan pengetahuan tentan pendidikan islam

Bagaimanapun upaya manusia tidak bisa terlepas dari rahmat alah yang telah memberi ilmu pengetahuan
yang luas yang salah satu cara memanennya adalah dengan membaca.

Hal ini di terangkan dalam Qur’an surat AL-alaq:1-5 sebagai berikut :

(1) Bacalah dengan menyebut nama Tuhanmu yang menciptakan


(2)Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah
(3)Bacalah dan Tuhanmulah yang maha Pemurah
(4)Yang mengajarkan manusia dengan perantaran kalam
(5)Dia mengajarkan manusia apa-apa yang tidak di ketahuinya

Cara Penyaringan Informasi yang sesuai dengan syariat


islam
(“Hai orang-orang yang beriman, jika datang kepadamu orang fasik membawa suatu
berita, maka periksalah dengan teliti (Tabayyun) agar kamu tidak menimpakan suatu musibah
kepada suatu kaum tanpa mengetahui keadaannya yang menyebabkan kamu menyesal atas
perbuatanmu itu.”) ‘Al-Hujarat ayat 6’

Dalam menyaring informasi di media social, sikap Tabayyun sebagai salah satu akhlak mulia sangat
diperlukan. Tabayyun secara bahasa memiliki arti mencari kejelasan tentang sesuatu hingga jelas benar
keadaannya. Sedangkan secara istilah adalah meneliti dan meyeleksi berita, tidak tergesa-gesa dalam
memutuskan masalah baik dalam hal hukum, kebijakan dan sebagainya hingga jelas benar
permasalahannya.

Secara bahasa, kata fasiq dan naba’ yang menjadi kata kunci dalam ayat di atas disebut dalam
bentuk nakirah (indifinitive) sehingga menunjukkan seseorang yang dikenal dengan
kefasikannya serta menunjukkan segala bentuk berita dan informasi secara umum; berita yang
besar atau kecil, yang terkait dengan masalah pribadi atau sosial, apalagi berita yang besar yang
melibatkan segolongan kaum atau komunitas tertentu yang berdampak sosial yang buruk.

Sayyid Thanthawi mengemukakan analisa redaksional bahwa kata “in” yang berarti “jika” dalam
ayat “jika datang kepadamu orang fasik membawa berita” menunjukkan suatu keraguan sehingga
secara prinsip seorang mu’min semestinya bersikap ragu dan berhati-hati terlebih dahulu
terhadap segala informasi dari seorang yang fasik untuk kemudian melakukan pengecekan akan
kebenaran berita tersebut sehingga tidak menerima berita itu begitu saja atas dasar kebodohan
(jahalah) yang akan berujung kepada kerugian dan penyesalan. Maka berdasarkan acuan ini,
sebagian ulama hadits melarang dan tidak menerima berita dari seseorang yang majhul (tidak
diketahui kepribadiannya) karena kemungkinan fasiknya sangat jelas.

Berdasarkan hukumnya, As-Sa’di membagikan sumber (media) berita kepada tiga klasifikasi:
Pertama, berita dari seorang yang jujur yang secara hukum harus diterima.
Kedua, berita dari seorang pendusta yang harus ditolak.
Ketiga, berita dari seorang yang fasik yang membutuhkan klarifikasi, cek dan ricek akan
kebenarannya.

Disini, yang harus diwaspadai adalah berita dari seorang yang fasik, seorang yang masih suka
melakukan kemaksiatan, tidak komit dengan nilai-nilai Islam dan cenderung mengabaikan
aturannya.

Selain sikap waspada dan tidak mudah percaya begitu saja terhadap sebuah informasi yang
datang dari seorang fasik, Allah juga mengingatkan agar tidak menyebarkan berita yang tidak
jelas sumbernya tersebut sebelum jelas kedudukannya. Allah swt berfirman, “Tiada suatu ucapan
pun yang diucapkannya melainkan ada di dekatnya malaikat pengawas yang selalu hadir”. (Qaaf:
18).

Sehingga sikap yang terbaik dari seorang mukmin seperti yang pernah dicontohkan oleh para
sahabat yang dipelihara oleh Allah saat tersebarnya isu yang mencemarkan nama baik Aisyah ra
adalah mereka tetap berbaik sangka terhadap sesama mukmin dan senantiasa berwaspada
terhadap orang yang fasik, apalagi terhadap musuh Allah yang jelas memang menginginkan
perpecahan dan perselisihan di tubuh umat Islam.

“Dan mengapa kamu tidak berkata, di waktu mendengar berita bohong itu: “Sekali-kali tidaklah
pantas bagi kita memperkatakan ini. Maha Suci Engkau (Ya Tuhan kami), ini adalah dusta yang
besar.” (An-Nur: 16).

Dalam sebuah riwayat dari Qatadah disebutkan, “At-Tabayyun minaLlah wal ‘ajalatu Minasy
Syaithan”, sikap tabayun merupakan perintah Allah, sementara sikap terburu-buru merupakan
arahan syaitan.

Itulah dunia yang memiliki sistem dan mekanisme praktis dalam menghadapi perselisihan,
fitnah, gossip, dan gejolak yang terjadi di dunia itu jika dibiarkan tanpa ditangani. Seorang mukmin
hendaklah menghadapinya dengan mekanisme praktis yang bersumber dari prinsip persaudaraan
di antara kaum mukminin, dari hakikat keadilan dan kelarasan, dan dari ketakwaan kepada Allah
serta harapan untuk mendapatkan rahmat dan keridhaan-Nya.

https://www.iqbalnurhadi.com/2011/12/apa-sih-arti-atau-makna-tabayyun/
http://sangpenyairharapan.blogspot.com/2012/10/penyaringan-informasi-dalam-dakwah.html
https://www.dakwatuna.com/2008/02/26/413/sikap-tabayyun-terhadap-informasi/#axzz5yqtI9zgv
https://www.academia.edu/9303442/Penggunaan_Sosial_Media_sebagai_Pembelajaran_Islam

Anda mungkin juga menyukai