I. PENDAHULUAN
Masalah kependudukan dan keluarga berencana dalam Repe-
lita V ditandai oleh pertumbuhan penduduk yang relatif masih
tinggi, persebaran penduduk antar daerah yang kurang seim-
bang, dan kualitas kehidupan penduduk dan masyarakat yang
perlu ditingkatkan. Sesuai dengan permasalahan yang dihadapi,
Garis-garis Besar Haluan Negara (GBHN) 1988 menetapkan po-
kok-pokok kebijaksanaan kependudukan dalam kurun waktu Repe-
lita V sebagai berikut:
283
an pembangunan yang berorientasi pada sumber daya manusia
perlu ditingkatkan dan dimantapkan. Hal ini di satu pihak
berarti kegiatan pembangunan di berbagai sektor harus meng-
utamakan pencapaian sasaran perluasan lapangan kerja produk-
tif seluas mungkin. Di lain pihak, perlu dilakukan usaha pem-
binaan dan pengembangan penduduk, antara lain melalui pening-
katan pangan dan mutu gizi, memperluas dan memperbaiki mutu
pendidikan dan meningkatkan derajat kesehatan. Dengan lang-
kah-langkah tersebut diharapkan tercipta manusia-manusia pem-
bangunan yang berbudi luhur, tangguh, cerdas dan terampil,
mandiri dan memiliki rasa kesetiakawanan, bekerja keras, pro-
duktif, kreatif dan inovatif, berdisiplin serta berorientasi
kepada prestasi di masa depan. Keadaan ini selanjutnya me-
mungkinkan percepatan pencapaian tujuan pembangunan nasional
ke arah peningkatan taraf dan kualitas kehidupan penduduk dan
masyarakat yang lebih tinggi.
284
perbaikan gizi serta peningkatan kesehatan lingkungan. Keber-
hasilan penurunan tingkat kematian ini juga akan memberikan
dampak pada penurunan tingkat kelahiran.
285
perlu ditingkatkan guna menunjang pembangunan yang berkelan-
jutan dalam jangka panjang dan terciptanya keserasian antara
kependudukan dan lingkungan hidup.
286
pembangunan. Berbagai segi dari masalah dan keadaan kependu-
dukan tersebut di atas sangat berkaitan erat satu dengan yang
lain. Oleh karena itu langkah-langkah kebijaksanaan untuk me-
1. Kependudukan
a. Pertumbuhan Penduduk
287
Pertumbuhan penduduk sebesar 1,9% per tahun merupakan
hasil akhir dua komponen penting kependudukan, yaitu tingkat
kelahiran dan tingkat kematian. Pada tahun 1988 angka kela-
hiran kasar diperkirakan 28,7 per 1.000 penduduk, dan angka
kematian kasar adalah 7,9 per 1.000 penduduk. Dengan demi-
kian tingkat pertumbuhan penduduk alami pada awal Repelita
V diperkirakan sekitar 2,1%. Pada akhir Repelita V angka ke-
lahiran kasar dan angka kematian kasar per 1.000 penduduk
masing-masing diperkirakan sebesar 25,4 dan 7,5 sehingga
tingkat pertumbuhan penduduk pada tahun tersebut diperkirakan
menjadi 1,8%.
288
Pada akhir tahun 1988 penduduk umur 0 - 14 tahun diper-
kirakan berjumlah 65,9 juta orang atau 37,5% dari seluruh
penduduk Indonesia. Sementara itu, pada akhir tahun 1993 jum-
lah tersebut menjadi 66,9 juta atau 34,7% dari seluruh
penduduk (Tabel 25-2). Angka-angka ini menunjukkan adanya
pergeseran struktur umur penduduk yang semakin mengecil pada
umur muda. Hal ini disebabkan karena adanya gejala penurunan
tingkat kelahiran selama 15 tahun terakhir ini.
289
TABEL 25 - 1
PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA,
1988 - 1993
(juta)
TABEL 25 - 2
PERKIRAAN PENDUDUK MENURUT KELOMPOK UMUR,
1988 - 1993
290
GRAFIK 25 - 1
PERKIRAAN JUMLAH PENDUDUK INDONESIA,
1988 DAN 1993
291
muda adalah peningkatan jumlah penduduk dalam usia kerja,
yaitu mereka yang berumur 10 tahun dan lebih. Pada tahun 1988
jumlahnya 131,3 juta orang, meningkat menjadi 147,5 juta
orang pada tahun 1993. Hal ini jelas menuntut perluasan la-
pangan kerja yang tidak kecil.
c. Persebaran Penduduk
292
TABEL 25 - 3
PERSEBARAN, PERTUMBUHAN DAN KEPADATAN PENDUDUK INDONESIA
MENURUT PROPINSI, 1988 DAN 1993
BALI DAN NUSA TENGGARA 88,5 10,0 11, 0 1,84 113 124
124
18. Kalimantan Barat 146,8 3,1 3,5 2,47 21 24
19. Kalimantan Tengah 152,6 1,2 1,4 2,97 8 9
20. Kalimantan Selatan 37,7 2,4 2,6 1,71 64 70
21. Kalimantan Timur 202,4 1,7 2 ,1 3,90 9 10
293
TABEL 25 - 4
(juta)
294
tenaga kerja. Keadaan yang demikian kurang menguntungkan bagi
pelaksanaan pembangunan daerah dan bagi peningkatan pertahan-
an dan keamanan, serta Wawasan Nusantara.
295
samping itu, dengan makin meningkatnya transportasi dan komu-
nikasi antara desa-kota, makin banyak pula orang-orang yang
bekerja atau sekolah di kota Akan tetapi tetap bertempat
tinggal di luar kota. Sebagian dari mereka berpindah secara
musiman dan sebagian lagi merupakan migrasi desa-kota secara
ulang-alik. Keadaan yang demikian dengan sendirinya juga me-
merlukan perhatian dan penanganan secara khusus.
296
perlu dipantau dampak pembangunan yang berkaitan dengan masa-
lah-masalah kependudukan dan lingkungan hidup, baik fisik
maupun sosial.
e. Kualitas Penduduk
297
sebesar 58 per 1.000 kelahiran hidup, akan diusahakan untuk
diturunkan menjadi 50 kematian bayi per 1.000 kelahiran hidup
pada tahun 1993. Dengan menurunnya tingkat kematian bayi ter-
sebut, maka tingkat harapan hidup rata-rata yang akan dicapai
seseorang pada saat dilahirkan juga akan meningkat. Tingkat
harapan hidup pada awal Repelita V diperkirakan 63 tahun, dan
diusahakan untuk dapat naik menjadi 65 tahun pada akhir Repe-
lita V.
2. Keluarga Berencana
298
kawin dan berusia 15 - 49 tahun, hampir seluruhnya telah me-
ngetahui keluarga berencana. Sementara itu yang pernah ber-
partisipasi dalam keluarga berencana, yaitu pernah memakai
alat kontrasepsi, telah mencapai sekitar 68,4%. Hasil ini
menunjukkan bahwa kepada sebagian besar pasangan usia subur
telah berhasil diberikan pengetahuan mengenai keluarga beren-
cana; mereka juga berhasil diajak menjadi peserta keluarga
berencana.
299
1.000 penduduk dirasa masih terlalu tinggi sehingga laju per-
tumbuhan penduduk juga masih tinggi. Di samping itu, angka
fertilitas total yang menunjukkan rata-rata anak yang dila-
hirkan wanita selama masa reproduksinya juga masih tinggi
yaitu 3,48. Masih tingginya tingkat fertilitas ini mengharus-
kan peningkatan gerakan keluarga berencana.
300
tahun 1993; berarti terdapat rata-rata pertambahan sebesar
2,6% per tahun (Tabel 25-5). Dengan peningkatan kelompok pen-
duduk muda yang pesat ini berarti sasaran gerakan keluarga
berencana juga menjadi lebih besar. Mereka ini harus merupa-
kan sasaran awal program keluarga berencana untuk memudahkan
usaha penurunan tingkat kelahiran dan pertumbuhan penduduk di
masa yang akan datang.
301
TABEL 25 - 5
PERKIRAAN JUMLAH WANITA USIA SUBUR,
PASANGAN USIA SUBUR DAN GENERASI MUDA,
1988 DAN 1993
(juta)
K a t e g o r i 1988 1993
302
cana. Selain itu perlu secara berangsur ditumbuhkan sifat ke-
mandirian dalam pelaksanaan keluarga berencana, dimulai dari
pemberian pelayanan menuju ke pengadaan alat kontrasepsinya.
303
ditingkatkan dan diintensifkan dalam Repelita V. Pengendalian
pertumbuhan penduduk terutama akan dilaksanakan melalui penu-
runan tingkat kelahiran dan penurunan tingkat kematian.
304
tingkat kematian dan peningkatan peranan wanita dalam pem-
bangunan yang akhirnya akan menurunkan tingkat kelahiran.
305
sungkan perkawinan agar bersedia menunda kelahiran anak per-
tamanya.
306
akhir Repelita V. Sasaran penurunan tingkat kematian bayi ini
akan dibarengi dengan penurunan tingkat kematian kasar dari
7,9 per 1.000 penduduk pada tahun 1988 menjadi sekitar 7,5
per 1.000 penduduk pada tahun 1993. Sementara itu, angka
harapan hidup waktu lahir diharapkan meningkat dari 63 tahun
pada tahun 1988 menjadi sekitar 65 tahun pada tahun 1993.
307
dalam pencapaian sasaran-sasaran kependudukan. Kebijaksanaan
di bidang pangan dan gizi secara umum ditujukan bagi pening-
katan upaya penyediaan pangan dan penganekaragaman pola kon-
sumsi pangan dalam rangka terpenuhinya kebutuhan gizi pendu-
duk yang semakin bermutu secara merata. Namun secara khusus
dalam rangka menurunkan tingkat kematian dan memperpanjang
tingkat harapan hidup, maka kebijaksanaan pangan dan perbaik-
an gizi terutama ditujukan bagi peningkatan keadaan gizi ke-
lompok-kelompok tertentu yang mengalami penyakit kekurangan
gizi, yaitu penyakit kurang kalori protein, kekurangan vi-
tamin A, gondok endemik dan anemia gizi besi. Kelompok sasar-
an usaha-usaha tersebut adalah golongan penduduk rawan gizi
termasuk anak balita, ibu hamil dan menyusui dan anak-anak
sekolah dasar, baik di kota maupun di desa, serta golongan
masyarakat berpendapatan rendah.
308
Sejalan dengan hal tersebut, akan ditingkatkan pula daya tam-
pung, produktivitas dan kualitas pendidikan tingkat sekolah
lanjutan atas, kejuruan, politeknik dan perguruan tinggi se-
hingga dapat menunjang pencapaian tujuan peningkatan kualitas
manusia serta sumber daya manusia.
309
memiliki pengertian, kesadaran, sikap dan tingkah laku yang
rasional serta bertanggung jawab tentang pengaruh pertambahan
penduduk terhadap kehidupan manusia. Sejalan dengan hal ter-
sebut perlu pula dikembangkan sikap kemandirian, kewiraswas-
taan dan swakarsa di kalangan generasi muda, khususnya di ka-
langan anak didik melalui metode dan isi pendidikan.
310
dan kaitan di antara keduanya. Hal ini selanjutnya akan me-
ngurangi kesenjangan tingkat hidup antara kota dan desa, ser-
ta antara kota besar dan kota sedang serta kecil. Berkurang-
nya kesenjangan tingkat hidup tersebut selanjutnya akan mem-
bantu tercapainya sasaran persebaran penduduk yang lebih
serasi dan seimbang secara berlanjut.
311
f. Kebijaksanaan Kependudukan Lainnya
312
mendukung pencapaian tujuan pembangunan nasional. Hal ini
berkaitan dengan kenyataan bahwa pencapaian tujuan pembangun-
an nasional akan terhambat jika pertumbuhan penduduk tidak
dapat dikendalikan.
a. Perluasan Jangkauan
313
memakai alat kontrasepsi atau berkeluarga berencana. Kebutuh-
an akan peningkatan perluasan jangkauan ini menjadi lebih
penting mengingat jumlah pasangan usia subur selalu bertambah
setiap tahun sebagai akibat tingginya tingkat kelahiran di
masa lalu dan rendahnya umur perkawinan di beberapa daerah
tertentu.
Perluasan jangkauan gerakan keluarga berencana dilaksa-
nakan dengan mengajak pasangan usia subur untuk berkeluarga
berencana atas dasar azas sukarela, kesadaran dan rasa tang-
gung jawab dengan mempertimbangkan nilai-nilai sosial, buda-
ya, kesusilaan, agama serta kepercayaan terhadap Tuhan Yang
Maha Esa. Upaya lain yang dilakukan dalam rangka perluasan
jangkauan gerakan keluarga berencana adalah meningkatkan par-
tisipasi kaum pria. Dalam hubungan ini peran serta pria tidak
hanya terbatas pada kesediaan kaum pria memakai alat kontra-
sepsi, tetapi juga meliputi kesediaan kaum pria untuk memoti-
vasi istri mereka agar berkeluarga berencana. Data yang ada
menunjukkan bahwa pada tahun 1987 jumlah pasangan subur yang
secara berkesinambungan memakai alat kontrasepsi diperkirakan
bare mencapai 46,7% dari pasangan usia subur yang ada. Dengan
demikian, hanya 46,7% inilah yang memberi dampak terhadap
tinggi rendahnya tingkat kelahiran dan fertilitas. Perbedaan
yang nyata antara ketiga angka tersebut, yaitu 95% yang me-
ngetahui KB, 68,4% yang pernah memakai alat kontrasepsi atau
berpartisipasi sebagai peserta KB Aktif, dan tingkat preva-
lensi 46,7%, menunjukkan bahwa masih diperlukan pembinaan
yang lebih berkesinambungan dan efektif terhadap peserta KB.
314
tetapi juga atas kualitas alat kontrasepsi yang dipakai. Dari
segi kuantitas peserta KB, sasaran kebijaksanaan Repelita V
adalah meningkatkan keikutsertaan menjadi 52,4% dari 48,0%
pada tahun 1988. Untuk itu selama Repelita V perlu diajak
pasangan usia subur sebagai Peserta KB sehingga jumlah Peser-
ta KB Aktifnya menjadi 21.460 ribu. Dari segi kualitas peser-
ta KB, perlu diusahakan agar mereka bersedia memakai alat
kontrasepsi yang lebih mantap dan efektif sehingga perlin-
dungan terhadap kehamilannya lebih tinggi yang akhirnya dapat
mempercepat penurunan tingkat kelahiran dan fertilitas.
315
lanjutnya akan mempermudah pelembagaan norma keluarga kecil
yang bahagia dan sejahtera.
b. Pelembagaan Keluarga Berencana
316
kemasyarakatan dan dunia usaha dalam pengelolaan gerakan
keluarga berencana. Dengan demikian, secara bertahap pelaksa-
naan gerakan keluarga berencana akan beralih dari masyarakat
sebagai obyek pembangunan ke masyarakat sebagai subyek pem-
bangunan. Hal ini selanjutnya akan memantapkan pelaksanaan
gerakan keluarga berencana secara mandiri.
317
diperkirakan mempunyai dampak positif terhadap usaha pengen-
dalian pertumbuhan penduduk pada umumnya, khususnya terhadap
pengendalian tingkat kelahiran dan fertilitas. Semakin luas
lapangan kerja produktif akan semakin merata pendapatan yang
akan diperoleh masyarakat. Bilamana pendapatan sudah relatif
merata dan meningkat, maka kemampuan untuk memperoleh pelayan-
an kesehatan yang lebih baik dan makanan yang lebih bergizi
juga meningkat. Dalam pada itu lebih luasnya lapangan kerja,
khususnya bagi wanita, akan merupakan penggunaan waktu luang
untuk usaha dan kegiatan yang produktif dan akan memperkecil
tingkat ketergantungan. Semakin banyak wanita yang bekerja
akan semakin besar pendapatan keluarga, dan semakin tinggi
kesibukan wanita di luar rumah. Hal-hal ini cenderung mengu-
rangi tingkat kelahiran.
318
Pemerataan kesempatan pendidikan penting artinya bagi
usaha peningkatan keluarga berencana. Meningkatnya pendidikan
akan berarti meningkatnya kesadaran dan kesediaan warga ma-
syarakat menerima tatanan kehidupan baru, termasuk perilaku
fertilitas rendah dan keluarga berencana. Selanjutnya pemera-
taan kesempatan memperoleh pendidikan akan berarti juga ada-
nya pemerataan di bidang lapangan kerja dan pendapatan bagi
semua generasi. Dengan demikian pemerataan di bidang pendidik-
an mempunyai pengaruh yang positif terhadap pelaksanaan ge-
rakan keluarga berencana di dalam pengendalian pertumbuhan
penduduk, baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang.
IV. PROGRAM-PROGRAM
1. Program Kependudukan
Kegiatan dan usaha program kependudukan dalam Repelita V
ditujukan untuk menunjang pelaksanaan kebijaksanaan dan pen-
capaian sasaran kependudukan. Sasaran-sasaran tersebut antara
319
lain adalah pengendalian kelahiran, penurunan tingkat kema-
tian bayi, anak dan ibu, perpanjangan harapan hidup, pengen-
dalian persebaran dan mobilitas penduduk, serta pengembangan
kualitas hidup penduduk dan kualitas kependudukan. Hal-hal
tersebut selanjutnya dimaksudkan untuk mencapai sasaran pe-
ningkatan kualitas sumber daya manusia.
320
Untuk mengatasi ketimpangan persebaran penduduk akan
dilaksanakan berbagai penelitian dan pengkajian yang dapat
menghasilkan masukan bagi koordinasi kebijaksanaan dan lang-
kah-langkah yang mempengaruhi gerak perpindahan penduduk.
Kajian tersebut akan memperhitungkan tiga unsur utama, yaitu
kebutuhan daerah untuk pembangunan daerah, daya tampung
daerah, dan program pembangunan sektoral seperti transmi-
grasi, pembangunan daerah, industri, pertanian, pemukiman
kembali penduduk, tenaga kerja, perhubungan, kesehatan, pen-
didikan dan sebagainya.
b. Kualitas Penduduk
321
masyarakat, untuk turut aktif mengembangkan berbagai segi
kualitas nir fisik penduduk termasuk lingkungan sosial dan
keserasian sosial. Dengan demikian pemecahan masalah kependu-
dukan dan lingkungan hidup dapat dilaksanakan dengan peran
serta dari segala lapisan dan kelompok masyarakat.
322
akan dilaksanakan kegiatan-kegiatan untuk pengkajian dan
pengembangan jaringan informasi kependudukan, pengembangan
perangkat lunak kependudukan dan perangkat lainnya, yang men-
cakup antara lain tenaga ahli kependudukan, sarana hukum ke-
pendudukan, aparatur kependudukan serta pengembangan komuni-
kasi dan peran serta masyarakat. Di samping itu akan dikem-
bangkan pendidikan kependudukan dan lingkungan hidup baik
dari segi pendekatan dan metodik mengajar maupun materi pen-
didikan kependudukan.
323
ngetahuan tersebut akan dikembangkan suatu sistem pelaksanaan
registrasi penduduk yang kemudian diujicobakan di beberapa
Kabupaten dan Kotamadya. Setelah dilakukan evaluasi atas baik
buruknya sistem tersebut, maka dilakukan pembakuan sistem
registrasi penduduk baik yang menyangkut tata cara pelaksa-
naan serta lembaga pelaksananya dari tingkat Pusat sampai
Daerah terkecil, yaitu Desa.
324
kelompok-kelompok khusus, seperti kelompok Dasa Wisma yang
terdiri atas 10 keluarga dan Panca Wisma yang terdiri dari 5
keluarga, serta kader-kadernya. Di samping itu kegiatan-
kegiatan melalui pendekatan wilayah paripurna, kemasyarakatan,
desentralisasi manajemen, koordinasi aktif dan kemandirian,
terus ditingkatkan.
325
ningkat karena makin didasari kesadaran sendiri, dengan me-
makai kontrasepsi yang lebih efektif, dan dilakukan secara
berkelanjutan.
326
masing-masing alat kontrasepsi. Hal ini akan menghasilkan
adanya kemantapan dalam pemilihan jenis kontrasepsi dan ke-
sinambungan pemakaiannya.
327
Program pendidikan yang dilakukan secara bertahap dan
terencana akan memberi kemungkinan terciptanya kondisi-kon-
disi sosial yang mendorong tertanamnya pandangan mengenai
pentingnya perencanaan keluarga dan reproduksi sehat dalam
masyarakat. Pelaksanaan pendidikan kependudukan dan lingkung-
an hidup di sekolah dan pendidikan keluarga berencana di luar
sekolah selama Repelita IV telah ikut memantapkan peserta
keluarga berencana dan generasi muda untuk menjadi kader
penggerak program keluarga berencana.
328
ajaran pendidikan keluarga berencana dalam mata pelajaran
yang relevan. Untuk itu akan terus diupayakan agar komponen
pendidikan keluarga berencana dalam sistem pendidikan pada
lembaga pendidikan dan kegiatan kemasyarakatan lainnya dapat
terus disempurnakan.
c. Pelayanan Kontrasepsi
329
TABEL 25 - 6
SELAMA REPELITA V
Jumlah Peserta
330
berencana diarahkan pada pemakaian metode yang efektif terpi-
lih serta mencegah kemungkinan penyalahgunaannya. Untuk itu
partisipasi aktif masyarakat dalam pelayanan kontrasepsi perlu
terus ditingkatkan. Upaya peningkatan itu akan dilaksanakan
melalui penyediaan pelayanan di tempat pelayanan kontrasepsi
swasta, baik berupa dokter dan bidan praktek swasta, klinik
swasta, maupun rumah sakit swasta. Bentuk lain dari partisi-
pasi bagi perorangan adalah dengan mendatangi tempat-tempat
pelayanan kontrasepsi swasta. Dengan demikian maka peranan
organisasi swasta dan masyarakat dalam pengelolaan program
akan semakin meningkat. Sementara itu peranan Pemerintah
dalam pengelolaan program dapat berkurang.
331
ekonomi, untuk berupaya mencari pelayanan kontrasepsi melalui
jalur swasta.
332
TABEL 25 - 7
PERKIRAAN JUMLAH PESERTA KB BARU, PESERTA KB AKTIF,
PERKIRAAN PREVALENSI, DAN KLINIK KB,
1989/90 - 1993/94
(ribu) (ribu)
(%)
333
GRAFIK 25 - 2
22.000 -
21.000 -
20.000 -
19. 00 0 -
18.000 -
17.000 -
16.000 -
15.000 -
(Ribu)
334
GRAFIK 25 - 3
PERKIRAAN TINGKAT PREVALENSI KELUARGA BERENCANA,
1989/90 - 1993/94
(Persen)
55.0
52.5
50.0
47.5
45.0
42.5
335
13.000
12.000 -
11.000 -
10.000 -
9.000 -
8.000 -
GRAFIK 25 - 4
(Ribu)
1989/90 1990/91 1991/92 1992/93 1993/94
336
serta Tim Keluarga Berencana Keliling. Pelayanan ini terutama
dilakukan melalui dokter dan bidan praktek swasta yang akan
ditingkatkan jumlahnya, sehingga pada akhir Repelita V
tersedia 15.000 pelayanan melalui dokter praktek swasta,
8.000 pelayanan melalui bidan praktek swasta dan 2.000 pelayanan
melalui apotik. Jumlah dan kualitas pelayanan
kontrasepsi melalui PPKBD/Sub-PPKBD dan kelompok-kelompok
akseptor keluarga berencana serta Tim Keluarga Berencana
Keliling juga akan terus ditingkatkan.
337
d. Pelembagaan Norma Keluarga Kecil yang Bahagia dan
Sejahtera.
338
dilakukan melalui kegiatan Usaha Peningkatan Pendapatan
Keluarga Akseptor (UPPKA), yaitu dengan memberikan bantuan
modal kepada kelompok peserta Keluarga Berencana. Jumlah
kelompok yang mendapatkan bantuan modal untuk usaha ekonomis
produktif melalui UPPKA yang berjumlah sekitar 19.000 pada
awal Repelita V akan ditingkatkan menjadi 55.000 pada akhir
Repelita V dan meliput pula daerah-daerah transmigrasi.
339
Aspek lain dari pelembagaan NKKBS adalah pembinaan pe-
ngelola program keluarga berencana baik pada tingkat atas,
menengah maupun di lapangan, atas dasar potensi dan kemampuan
yang ada. Pada tingkat desa pengelola tersebut adalah suatu
kelompok yang disebut Pembantu Pembina Keluarga Berencana
Desa (PPKBD). Jumlah PPKBD dan Sub PPKBD pada awal Repelita V
masing-masing 74.941 buah dan 216.318 buah dan akan diting-
katkan jumlahnya dalam Repelita V. Pada tingkat paling bawah
pengelolaan keluarga berencana dilakukan oleh kelompok peser-
ta keluarga berencana yang berjumlah sekitar 360.000 pada
awal Repelita V, dan akan terus ditingkatkan jumlahnya se-
hingga mencapai 996.000 buah pada akhir Repelita V. Di sam-
ping itu, kelompok akseptor ini juga akan dibina menjadi
kelompok Kader Keluarga Berencana dalam Dasa Wisma dan Panca
Wisma dengan tugas dan fungsi yang lebih dipertajam selama
Repelita V. Di samping jumlahnya kelompok tersebut secara
bertahap akan ditingkatkan kemampuannya sehingga dapat
mandiri dalam mengelola pelaksanaan keluarga berencana.
340
keluarga berencana dan kader yang berada di lini lapangan,
berjumlah sekitar 559.168 orang. Di samping itu kegiatan
pengembangan tenaga pengelola program juga dilakukan dengan
melanjutkan pelaksanaan pembinaan jarak jauh (PJJ) secara
nasional.
341
Identifikasi permasalahan yang didapatkan dari peneli-
tian, pengembangan kebijaksanaan serta inovasi pelaksanaan
dan penilaian merupakan sumber informasi yang sangat penting.
Informasi ini pada akhirnya diperlukan sebagai masukan bagi
pengambil keputusan dan penyusunan kebijaksanaan untuk me-
nyempurnakan dan mengembangkan gerakan keluarga berencana
secara menyeluruh dan terpadu.
g. Pengelolaan Program
342
usaha yang telah dirintis dalam Repelita IV diteruskan dan
dikembangkan agar supaya pada akhir Repelita V perangkat
manajemen tersebut dapat diwujudkan dan berfungsi sebagai
yang diharapkan.
343
TABEL 25 - 8
PEMBIAYAAN RENCANA PEMBANGUNAN LIMA TAHUN KELIMA,
1989/90 - 1993/94
(dalam milyar rupiah)
1989/90 1989/90-1993/94
No. Kode SEKTOR/SUB SEKTOR/PROGRAM (Anggaran (Anggaran
Pembangunan) Pembangunan)
344