Anda di halaman 1dari 66

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN ACNE

VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA SISWA


KELAS VIII DAN IX MADRASAH TSANAWIYAH
(MTS) PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2016
MENGGUNAKAN KUESIONER
CARDIFF ACNE DISABILITY INDEX (CADI)
Laporan Penelitian ini ditulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
SARJANA KEDOKTERAN

DISUSUN OLEH:
Yusuf Abdul Hadi
1113103000071

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M

i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA

Dengan ini saya menyatakan bahwa:

1. Laporan penelitian ini merupakan hasil karya saya yang diajukan untuk
memenuhi salah satu persyaratan memperoleh gelar strata 1 di UIN Syarif
Hidayatullah Jakarta.

2. Semua sumber yang saya gunakan dalam penulisan ini telah saya cantumkan
sesuai dengan ketentuan yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta.

3. Jika dikemudian hari terbukti bahwa karya ini bukan karya asli saya atau
merupakan hasil jiplakan dari karya orang lain, maka saya bersedia menerima
sanksi yang berlaku di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta

Ciputat, 14 Oktober 2016

Yusuf Abdul Hadi

ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING

HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN ACNE VULGARIS


DENGAN KUALITAS HIDUP PADA SISWA KELAS VIII DAN IX
MADRASAH TSANAWIYAH (MTS) PEMBANGUNAN UIN JAKARTA
TAHUN 2016 MENGGUNAKAN KUESIONER
CARDIFF ACNE DISABILITY INDEX (CADI)

Laporan Penelitian

Diajukan kepada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan untuk Memenuhi Persyaratan
Memperoleh Gelar Sarjana Kedokteran (S.Ked)

Oleh:
Yusuf Abdul Hadi
NIM: 1113103000071

Pembimbing I Pembimbing II

dr. Rahmatina, Sp.KK dr. Fika Ekayanti, M.Med Ed


NIP. 19790526 200501 2 005 NIP. 19790130 200604 2 001

PROGRAM STUDI KEDOKTERAN DAN PROFESI DOKTER


FAKULTAS KEDOKTERAN DAN ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAH
JAKARTA
1438 H/2016 M

iii
LEMBAR PENGESAHAN

Laporan Penelitian berjudul HUBUNGAN ANTARA DERAJAT


KEPARAHAN ACNE VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA
SISWA KELAS VIII DAN IX MADRASAH TSANAWIYAH (MTS)
PEMBANGUNAN UIN JAKARTA TAHUN 2016 MENGGUNAKAN
KUESIONER CARDIFF ACNE DISABILITY INDEX (CADI) yang diajukan
oleh Yusuf Abdul Hadi (NIM: 1113103000071), telah diujikan dalam sidang di
Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan pada tanggal 14 Oktober 2016. Laporan
penelitian ini telah diterima sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana
Kedokteran (S. Ked) pada Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.

Ciputat, 14 Oktober 2016

DEWAN PENGUJI
Ketua Sidang

dr. Rahmatina, Sp.KK


NIP. 19790526 200501 2 005
Pembimbing I Pembimbing II

dr. Rahmatina, Sp.KK dr. Fika Ekayanti, M.Med Ed


NIP. 19790526 200501 2 005 NIP. 19790130 200604 2 001
Penguji I Penguji II

Dr. dr. H. Syarief Hasan L., Sp.KFR dr. Erike Anggraini Suwarsono, M.Pd
NIP. 19620720 199003 1 002 NIP. 19810926 201101 2 007
PIMPINAN FAKULTAS
Dekan FKIK Kaprodi PSKPD

Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes dr. Achmad Zaki, M.Epid, Sp.OT
NIP. 19650808 198803 1 002 NIP. 19780507 200501 1 005

iv
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan nikmat, rahmat serta
karunianya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian ini. Shalawat serta
salam semoga senantiasa tercurahkan kepada Nabi Muhammad SAW. Penulis
dapat menyelesaikan penelitian ini berkat dukungan, bimbingan, serta bantuan
dari berbagai pihak yang terlibat. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima
kasih yang sebesar-besarnya kepada:
1. Prof. Dr. H. Arif Sumantri, M.Kes selaku Dekan Fakultas Kedokteran dan
Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
2. dr. Achmad Zaki, M. Epid, Sp.OT selaku ketua Program Studi Kedokteran
dan Profesi Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas
Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta.
3. dr. Rahmatina, Sp.KK selaku Pembimbing 1 yang telah meluangkan banyak
waktu, tenaga, dan pikiran yang telah membimbing penulis sejak awal
memulai penelitian hingga akhir penyusunan dan penyelesaian laporan
penelitian ini.
4. dr. Fika Ekayanti, M.Med Ed selaku Pembimbing 2 yang telah banyak
memberikan bimbingan, masukan dan arahan dalam penulisan laporan
penelitian.
5. dr. Flori Ratna Sari, Ph.D selaku dosen Pembimbing Akademik dan
Penanggung jawab riset yang telah membimbing studi penulis di Program
Studi Kedokteran dan Profesi Dokter.
6. Dr. dr. H. Syarief Hasan L., Sp.KFR dan dr. Erike Anggraini Suwarsono,
M.Pd selaku Penguji 1 dan Penguji 2 pada sidang laporan penelitian ini.
7. Ir. Hj. Eha Soriha, M.Si selaku Kepala Madrasah Tsanawiyah Pembangunan
UIN Jakarta.
8. Hani Inayati, S.Psi dan Andri Sulistiyanto, S.Pd selaku guru Bimbingan
Konseling MTs Pembangunan UIN Jakarta yang telah memfasilitasi penulis
selama melakukan penelitian di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
9. Siswa-siswi MTs Pembangunan UIN Jakarta yang telah bersedia menjadi
responden untuk penelitian yang penulis kerjakan ini
10. Ayah dan Ibu penulis tercinta, Zaid Sukidi dan Nurul Hidayah, yang selalu
mendukung, menyayangi, menasehati dan mendo’akan penulis agar menjadi
seorang Hamba Allah yang taat dan berguna.
11. Seluruh keluarga besar penulis yang selalu mendo’akan dan mendukung
penulis.
12. Segenap pengurus Program Beasiswa Santri Berprestasi yang telah
memfasilitasi banyak santri, termasuk penulis, dalam melanjutkan studi di
jenjang perguruan tinggi ini.

v
13. Teman-teman kelompok riset penulis, Nur Izdihar Hadi, Melda Agustin dan
Inggrid Nourmalydza yang telah berjuang bersama penulis serta saling
mendukung dan menyemangati.
14. Teman-teman satu kontrakan penulis yang telah meminjamkan berbagai
referensi dan membantu mengajarkan statistik.
15. Keluarga besar PSKPD 2013 yang merupakan teman-teman seperjuangan
dalam menempuh studi dan selalu saling mendukung satu sama.
16. Pihak lain yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu yang telah turut
berkontribusi membantu penulis dalam penelitian ini.
Penulis menyadari bahwa laporan penelitian ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang dapat mengarahkan
kepada perbaikan. Demikian laporan penelitian ini penulis buat, semoga dapat
diambil ilmu dan manfaat dari laporan ini serta dapat diteruskan untuk kemajuan
ilmu kedokteran.

Ciputat, 14 Oktober 2016

Yusuf Abdul Hadi

vi
ABSTRAK

Yusuf Abdul Hadi. Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter Fakultas
Kedokteran dan Ilmu Kesehatan Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta. Hubungan Antara Derajat Keparahan Acne Vulgaris Dengan Kualitas
Hidup Pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pembangunan
UIN Jakarta Tahun 2016 Dengan Menggunakan Kuesioner Cardiff Acne
Disability Index (CADI). 2016.

Acne vulgaris merupakan penyakit kulit yang dialami oleh hampir seluruh remaja
dengan berbagai tingkat keparahan. Acne vulgaris tidak hanya merupakan
masalah kesehatan fisik, namun juga berdampak pada psikologis, harga diri, serta
hubungan sosial dan lingkungan. Hal-hal ini dapat menurunkan kualitas hidup
penderita acne vulgaris. Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui
bagaimana derajat keparahan acne vugaris mempengaruhi kualitas hidup siswa
penderita di MTs Pembangunan UIN Jakarta. Penelitian ini merupakan penelitian
analitik cross sectional. Responden adalah 135 siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi. Data
yang dianalisa adalah derajat keparahan acne vulgaris yang dinilai menggunakan
metode FKUI/RSCM dan gangguan pada kualitas hidup yang dinilai dengan
kuesioner CADI. Hasil penelitian melalui uji statistik chi-square setelah
penggabungan sel didapatkan p = 0,340 menunjukkan tidak ada hubungan
bermakna antara derajat keparahan dengan kualitas hidup penderita acne vulgaris.

Kata kunci: acne vulgaris, derajat keparahan, kualitas hidup, CADI

ABSTRACT

Yusuf Abdul Hadi. Medicine and Doctor Profession Study Program Faculty of
Medicine and Health Science State Islamic University Syarif Hidayatullah Jakarta.
Association Between Severity of Acne Vulgaris with Quality of Life of Class VIII
and IX Students of Junior High School (MTs) Pembangunan UIN Jakarta Year
2016 Using Cardiff Acne Disability Index (CADI). 2016.

Acne vulgaris is a skin disease experienced by almost all adolescents with


varying severity. Acne vulgaris is not only a health problem physically but also
psychologically and affects self-esteem, social relationships and environment.
These can reduce the quality of life of adolescents with acne vulgaris. This study
aims to determine how the severity of acne vulgaris affect the quality of life of
students in MTs Pembangunan UIN Jakarta. This study was an analytic cross-
sectional study. The respondents included were 135 class VIII and IX students of
MTs Pembangunan UIN Jakarta that met inclusion and exclusion criteria. The
data analyzed was the severity of acne vulgaris as assessed by FKUI/RSCM
method and quality of life disturbance as assessed by CADI. chi-square test with
cells merger showed p = 0,340 which means there was no significant association
between the severity of acne vulgaris with the quality of life of the patients.

Keywords: acne vulgaris, severity, quality of life, CADI

vii
DAFTAR ISI

Halaman
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN KARYA................................................ ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING .................................................iii
LEMBAR PENGESAHAN ..............................................................................iv
KATA PENGANTAR ........................................................................................v
ABSTRAK .........................................................................................................vii
DAFTAR ISI ......................................................................................................viii
DAFTAR GAMBAR .........................................................................................x
DAFTAR TABEL ...................................................................................................... xi
DAFTAR LAMPIRAN .....................................................................................xii
DAFTAR SINGKATAN ........................................................................................... xiii
BAB 1 PENDAHULUAN .................................................................................1
1.1. Latar Belakang ........................................................................................1
1.2. Rumusan Masalah ...................................................................................4
1.3. Hipotesis ..................................................................................................4
1.4. Tujuan Penelitian .....................................................................................4
1.4.1. Tujuan Umum ..................................................................................4
1.4.2. Tujuan Khusus .................................................................................4
1.5. Manfaat Penelitian ...................................................................................4
1.5.1. Manfaat Bagi Peneliti ......................................................................4
1.5.2. Manfaat Bagi Perguruan Tinggi ......................................................4
1.5.3. Manfaat Bagi Masyarakat ................................................................5
BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA .......................................................................... 6
2.1. Acne vulgaris ...........................................................................................6
2.1.1. Patogenesis Acne Vulgaris ................................................................. 6
2.1.2. Gambaran Klinis Acne Vulgaris ........................................................ 9
2.1.3. Faktor Risiko Acne Vulgaris .............................................................. 11
2.1.4. Klasifikasi dan Assessment Acne Vulgaris ....................................... 12
2.1.5. Tatalaksana Acne Vulgaris ................................................................ 16
2.1.6. Komplikasi dan Prognosis Acne Vulgaris ........................................ 18
2.2. Kualitas Hidup ........................................................................................20

viii
2.2.1. Dampak Acne Vulgaris TerhadapISI
DAFTAR Kualitas Hidup ...........................21
2.2.2. Pengukuran Kualitas Hidup Penderita Acne Vulgaris ..................... 21
2.3. Remaja 22
2.3.1. Psikologi Remaja .............................................................................23
2.3.2. Perubahan Fisik Remaja ..................................................................23
2.4. Kerangka Teori ................................................................................................ 25
2.5. Kerangka Konsep ....................................................................................26
2.6. Definisi Operasional ................................................................................26
BAB 3 METODOLOGI PENELITIAN ..........................................................28
3.1. Desain Penelitian .....................................................................................28
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian ..................................................................28
3.2.1. Waktu Penelitian...............................................................................28
3.2.2. Tempat Penelitian.............................................................................28
3.3. Populasi dan Responden .........................................................................28
3.3.1. Populasi ............................................................................................28
3.3.2. Responden ........................................................................................28
3.5.1. Kriteria Inklusi .................................................................................29
3.5.2. Kriteria Eksklusi...............................................................................29
3.4. Cara Kerja Penelitian...............................................................................29
3.5. Alur Penelitian .........................................................................................30
3.6. Manajemen dan Analisis Data .................................................................31
BAB 4 HASIL DAN PEMBAHASAN .............................................................32
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ...................................................................... 32
4.2. Karakteristik Responden .........................................................................33
4.3. Analisis Bivariat ......................................................................................35
4.4. Pembahasan .............................................................................................36
4.5. Keterbatasan Penelitian ...........................................................................39
BAB 5 KESIMPULAN DAN SARAN .............................................................40
5.1 Kesimpulan...............................................................................................40
5.2 Saran 40
DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................... 42
LAMPIRAN .......................................................................................................45

ix
Gambar 2.1. Patogenesis acne vulgaris
DAFTAR..............................................................
ISI 8

Gambar 2.2. Proses pembentukan lesi acne vulgaris dan faktor penyebab ........8
Gambar 2.3. Foto standar untuk grading keparahan acne ..................................15
Gambar 2.4. Algoritma tatalaksana acne vulgaris ..............................................18

x
DAFTAR TABEL

Tabel 2.1. Detail lesi acne ...................................................................................9


Tabel 2.2. Metode assessment acne ....................................................................13
Tabel 2.3. Sistem grading Plewig dan Kligman dengan penghitungan per separuh
wajah ...................................................................................................................13
Tabel 2.4. Global Acne Grading System (GAGS) ...............................................14
Tabel 2.5. Negara dan sistem grading .................................................................16
Tabel 2.6. Sistem grading acne FKUI/RSCM .....................................................16
Tabel 2.7. Klasifikasi bekas luka acne berdasarkan morfologi ...........................19
Tabel 2.8. Grading bekas luka ............................................................................19
Tabel 2.9. Domain dan indikasi kualitas hidup ...................................................21
Tabel 2.10. Perubahan fisik saat pubertas ...........................................................24
Tabel 4.2.1. Distribusi responden menurut jenis kelamin ...................................33
Tabel 4.2.2. Distribusi responden menurut usia dan rata-rata usia responden ....33
Tabel 4.2.3. Distribusi responden menurut kelas ................................................34
Tabel 4.2.4. Distribusi responden menurut derajat keparahan acne vulgaris......34
Tabel 4.2.5. Distribusi responden menurut gangguan kualitas hidup berdasarkan
hasil interpretasi Cardiff Acne Disability Index ..................................................35
Tabel 4.2.6. Rata-rata skor CADI menurut jenis kelamin dan kelas ...................35
Tabel 4.3.1. Hubungan antara derajat keparahan acne vulgaris dengan gangguan
kualitas hidup berdasarkan hasil interpretasi Cardiff Acne Disability Index setelah
dilakukan penggabungan sel ...............................................................................36

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Formulir Penjelasan Penelitian dan Informed Consent ...................45


Lampiran 2 Kuesioner Identitas dan Penjaring ...................................................47
Lampiran 3 Kuesioner CADI ..............................................................................48
Lampiran 4 Dokumentasi ....................................................................................50
Lampiran 5 Hasil Analisis SPSS .........................................................................51
Lampiran 6 Riwayat Hidup Penulis ....................................................................53

xii
DAFTAR SINGKATAN

MTs = Madrasah Tsanawiyah


UIN = Universitas Islam Negeri
CADI = Cardiff Acne Disability Index
IDAI = Ikatan Dokter Anak Indonesia
RSUD = Rumah Sakit Umum Daerah
IL = Interleukin
DHT = Dihydrotestosterone
DHEAS = Dehydroepiandrosterone Sulphate
TLR = Toll-like receptor
TNF = Tumor necrosis factor
LH = Luteinizing hormone
SAPHO = Synovitis, acne, pustulosis, hyperostosis and osteitis
PAPA = Pyogenic arthritis, pyoderma gangrenosum and acne
GAGS = Global Acne Grading System
FKUI/RSCM = Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia/ Rumah Sakit Cipto
Mangunkusumo
UV = Ultraviolet
MMP = Matrix Metalloproteinase
WHO = World Health Organization
UU = Undang-undang
CDLQI = Children Dermatology Life Quality Index

xiii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Acne vulgaris atau acne atau yang lebih dikenal sebagai jerawat, adalah
inflamasi pada pilosebasea pada area tubuh tertentu, biasanya pada daerah wajah,
dan sering terjadi pada usia remaja dan bermanifestasi dalam bentuk komedo,
papulopustul, atau nodul dan kista.1
Prevalensi acne vulgaris cukup tinggi pada remaja, sekitar 47-90%. Hal
ini berhubungan dengan masa pubertas, dimana onset acne vulgaris umumnya
lebih awal terjadi pada perempuan daripada laki-laki disebabkan masa pubertas
pada perempuan lebih awal pula.2 Menurut penelitian Cunliffe dan Gould di
Inggris yang dipublikasi tahun 1979, dari survey yang dilakukan terhadap 1.066
perempuan dan 1.089 laki-laki Kaukasia sehat usia 18-70 tahun didapatkan
bahwa acne vulgaris tidak hanya terjadi pada remaja saja. Pada usia 18-23 tahun
kejadiannya lebih sering pada laki-laki daripada perempuan, namun usia diatas 23
tahun lebih sering pada perempuan.3 Ada juga penelitian Yiwei Shen di Cina
tahun 2011 dengan 17.345 responden dari 6 kota. Penelitian ini mendapati 1.399
responden yang menderita acne vulgaris, tidak ditemukan acne vulgaris pada usia
di bawah 10 tahun, dan hanya 1,6% pada kelompok usia 10 tahun. Prevalensi
meningkat tajam pada kelompok usia 19 tahun, yaitu 46,8%. Pada dewasa acne
vulgaris persisten lebih umum (83,3%) dibandingkan acne vulgaris onset baru
(16,7%).4
Di Indonesia sendiri tidak ada data nasional untuk acne vulgaris dan
hanya ada data-data dari penelitian-penelitian terpisah di beberapa daerah. IDAI
mengutip dari Soelaryo dalam Epidemiologi masalah remaja (2002) bahwa acne
ditemukan pada 80% remaja serta mengutip pula dari Pindha (2007) bahwa
insiden acne pada remaja bervariasi antara 30-60% dengan insiden terbanyak usia
14-17 tahun pada perempuan dan 16-19 tahun pada laki-laki.28 Sedangkan
menurut sebuah studi cross sectional oleh Suryadi tahun 2007 di kota Palembang
dengan 5.024 responden (2459 laki-laki dan 2745 perempuan) usia 14-21 tahun
didapat hasil prevalensi kejadian acne vulgaris 68,2% dengan sebagian besar

1
2

terjadi pada usia 15-16 tahun dan kejadian lebih tinggi pada laki-laki (54,7 %)
dibanding perempuan (45,3 %).5
Terdapat banyak faktor risiko yang mempengaruhi keparahan acne
vulgaris, mulai dari riwayat acne vulgaris di keluarga, usia pubertas, fase
premenstruasi, stres mental, dan makanan manis. Sedangkan jenis kelamin,
konsumsi makanan pedas, dan merokok diketahui tidak mempengaruhi tingkat
keparahan acne vulgaris.6 Namun menurut penelitian Yiwei Shen di Cina tahun
2011 selain melakukan survey penderita acne vulgaris juga mengidentifikasi
faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian acne vulgaris, didapatkan hasil
bahwa merokok dan minuman keras berhubungan dengan acne vulgaris pada
dewasa dan tidak ada hubungan antara acne vulgaris dengan diet.4
Timbulnya acne vulgaris merupakan akibat dari kombinasi beberapa
faktor yaitu sebum, hormonal, sumbatan pada pori-pori kulit, bakteri, dan genetik.
Produksi sebum merupakan hal yang normal namun jika meningkat, kemudian
terjadi sumbatan pada pori-pori kulit dapat memicu timbulnya acne vulgaris.
Selain itu kolonisasi bakteri (Propionibacterium acnes) yang memecah
trigliserida dan menyebabkan inflamasi dapat memperparah acne vulgaris.7
Acne vulgaris memang bukan penyakit yang dapat mengancam nyawa,
namun dapat menyebabkan penurunan kualitas hidup penderitanya. Hal ini
karena acne vulgaris dapat mempengaruhi beberapa indikator kualitas hidup,
diantaranya adalah domain kesehatan fisik berupa nyeri dan rasa tidak nyaman,
domain psikologis berupa penampilan dan harga diri serta domain hubungan
sosial.8 Oleh karena itu banyak cara yang dilakukan oleh penderita acne vulgaris
untuk mengatasinya. Suryadi dalam penelitiannya di kota Palembang tahun 2007
mengidentifikasi pengobatan yang dilakukan oleh penderita acne vulgaris dan
mendapati 936 responden penelitian atau 26,39% dari total 3547 responden yang
menderita acne vulgaris tidak melakukan pengobatan terhadap acne vulgaris
yang diderita, 2114 (59,6%) responden mengobati sendiri, dan sisanya yang
hanya sebagian kecil menggunakan pelayanan kesehatan dan salon kecantikan.
Pengobatan sendiri biasanya dilakukan dengan menggunakan kosmetik.5
Penurunan kualitas hidup akibat penyakit kulit telah dibuktikan oleh
berbagai penelitian. Penelitian terhadap penderita penyakit kulit kronis psoriasis,
3

eksema, jerawat dan dermatitis seboroik di Estonia oleh Ene Pärna tahun 2011-
2012 menyebutkan terjadi penurunan kualitas hidup pada pasien-pasien (40
penderita psoriasis, 41 penderita eksema, 40 penderita acne vulgaris dan 15
penderita dermatitis seboroik) ini dibandingkan kontrol orang sehat (40 orang).9
Usia penderita penyakit kulit juga dapat menjadi pertimbangan dalam
pengukuran kualitas hidup. Dalam sebuah penelitian oleh Caroline di University
Hospital of the Federal University of Rio Grande do Sul tahun 2008-2009
didapatkan faktor-faktor yang dapat berhubungan dengan tingkat kualitas hidup
penderita penyakit kulit, dimana semakin muda usia, rendahnya pendapatan dan
durasi penyakit yang lebih lama, maka kualitas hidup juga semakin rendah.10
Namun pada penelitian lain oleh Robert di Denmark dalam kurun waktu 2 tahun
hingga 2003 didapat dampak penyakit kulit terhadap kualitas hidup dan
kesehatan psikologis adalah sama pada usia muda maupun tua.11
Penelitian di RSUD Dr. Soetomo Surabaya oleh Yunia Eka tahun 2009
terhadap 195 penderita acne vulgaris yang berkunjung ke rumah sakit didapatkan
keseluruhan subjek penelitian mengalami gangguan kualitas hidup, dari gangguan
ringan hingga sangat berat.12 Penelitian serupa juga dilakukan di RSUD Dr. H.
Abdul Moeloek Lampung oleh Yandi RA tahun 2013 dengan 62 responden dan
didapatkan bahwa acne vulgaris berefek signifikan terhadap kualitas hidup
penderitanya.13
Dari uraian-uraian sebelumnya dapat disimpulkan prevalensi acne
vulgaris masih tinggi serta berdampak signifikan pada kualitas hidup
penderitanya. Perlu pula dicari adanya hubungan derajat keparahan acne vulgaris
dengan kualitas hidup mengingat masih banyak perbedaan hasil penelitian
hubungan antara derajat keparahan acne vulgaris dengan kualitas hidup. Hal ini
dapat disebabkan karena kualitas hidup seseorang dapat dipengaruhi oleh banyak
faktor. Selain itu perlu juga dilakukan penelitian tentang kualitas hidup pada
populasi spesifik, diantaranya kelompok usia remaja. Oleh karena itu penelitian
ini bertujuan untuk mengetahui hubungan keparahan derajat acne vulgaris
dengan kualitas hidup pada remaja dengan subjek penelitian siswa kelas VIII dan
IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.
4

1.2. Rumusan Masalah


Bagaimana derajat keparahan acne vulgaris mempengaruhi kualitas hidup
pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta?
1.3. Hipotesis
Semakin berat derajat keparahan acne vulgaris maka semakin terganggu
juga kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.
1.4. Tujuan Penelitian
1.4.1. Tujuan Umum
a. Mengetahui hubungan antara derajat keparahan acne vulgaris
dengan kualitas hidup pada siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta.
1.4.2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui derajat keparahan acne vulgaris pada siswa kelas VIII
dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta.
b. Mengetahui kualitas hidup siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang menderita acne vulgaris.
1.5. Manfaat Penelitian
1.5.1 Manfaat Bagi Peneliti
a. Sebagai syarat untuk kelulusan pendidikan preklinik Program Studi
Pendidikan Dokter Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan UIN
Syarif Hidayatullah Jakarta.
b. Melatih kemampuan pribadi dalam melaksanakan dan menyusun
penelitian.
c. Peneliti mengetahui tentang hubungan derajat keparahan acne
vulgaris pada kelompok usia remaja dengan kualitas hidup
penderitanya.
d. Menjadi rujukan bagi penelitian berikutnya yang berkaitan.
1.5.2 Manfaat Bagi Perguruan Tinggi
a. Melaksanakan Tri Darma Perguruan Tinggi berkaitan dengan fungsi
dan tugas perguruan tinggi sebagai lembaga yang
menyelenggarakan pendidikan, penelitian, dan pengabdian
masyarakat.
5

b. Menjadi rujukan bagi penetitian berikutnya yang berkaitan.


1.5.3 Manfaat Bagi Masyarakat
Memberi informasi kepada masyarakat tentang kualitas hidup
penderita acne vulgaris dan hubungan derajat keparahan acne vulgaris
dengan kualitas hidup penderitanya sehingga dapat menjadi pertimbangan
dalam hal tatalaksana acne vulgaris.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Acne Vulgaris


Acne vulgaris merupakan penyakit kulit obstruktif dan inflamatorik
kronik pada unit pilosebasea, merupakan dermatosis polimorfik dan memiliki
peranan poligenetik. Acne vulgaris terjadi hampir pada semua remaja dengan
prevalensi dapat mencapai 90%, karena sering menjadi tanda pubertas. Hal ini
berhubungan dengan patogenesis acne vulgaris yang terkait dengan perubahan
hormonal saat pubertas. Onset pada perempuan lebih awal daripada laki-laki
mungkin dikarenakan pubertas yang lebih awal pada perempuan.2 Onset pubertas
pada perempuan antara 10-17 tahun dan pada laki-laki 14-19 tahun.1
Acne vulgaris merupakan penyakit yang self-limiting yang berarti dapat
sembuh sendiri. Meskipun begitu acne dapat bertahan lama dan menimbulkan
terbentuknya bekas luka.14
2.1.1. Patogenesis Acne Vulgaris
Terdapat 4 tahapan dasar dalam patogenesis acne (Gambar 2.1.), yaitu (1)
hiperploriferasi folikular epidermis, (2) produksi sebum berlebih, (3) inflamasi,
dan (4) keberadaan dan aktivitas Propionibacterium acnes. Terdapat beberapa
faktor yang menyebabkan hiperproliferasi keratinosit yang merupakan tahap awal
terjadinya acne meliputi stimulasi androgen, berkurangnya kadar asam linoleat,
dan meningkatnya aktivitas IL-1 alfa.14
Androgen (dari testis, ovarium, dan adrenal) merupakan stimulan utama
dalam ekskresi sebum, meskipun hormon-hormon lain (contohnya tiroid dan
hormon pertumbuhan) memiliki efek minor. Hal ini ditunjukkan melalui orang
yang dikebiri sebelum pubertas tidak pernah mengalami acne vulgaris.7
Dihidrotestosteron (DHT) merupakan androgen potensial yang berperan
dalam timbulnya acne. DHT merupakan hasil konversi dehidroepiandrosteron
sulfat (DHEAS) dengan bantuan enzim 17 beta hidroksisteroid dehidrogenase
dan 5 alfa reduktase. Kedua enzim ini menunjukkan peningkatan pada keratinosit
folikular dibandingkan dengan pada keratinosit epidermal yang dapat
meningkatkan produksi DHT. Bukti lain peran androgen dalam acne vulgaris

6
7

adalah bahwa pada individu dengan insensitivitas androgen komplit tidak timbul
acne.14
Androgen juga dapat meningkatkan produksi sebum melalui stimulasi sel-
sel penghasil sebum. Salah satu komponen sebum adalah trigliserida yang juga
memiliki peran dalam patogenesis acne. Trigliserida dipecah menjadi asam lemak
bebas oleh flora normal kulit, yaitu P. acnes. Asam lemak bebas ini dapat
mendukung kolonisasi bakteri P. acnes yang akhirnya dapat mendorong
terjadinya proses inflamasi.14
Asam linoleat merupakan asam lemak esensial yang penting dalam
regulasi proliferasi keratinosit folikular. Jumlah asam linoleat ditemukan
berkurang pada penderita acne. Penurunan asam linoleat dapat menyebabkan
hiperproliferasi keratinosit folikular dan produksi sitokin-sitokin pro-inflamasi.
Ada juga pendapat yang menyatakan bahwa jumlah asam linoleat yang
diproduksi normal namun terdilusi oleh peningkatan produksi sebum.14
IL-1 ikut berperan dalam patogenesis acne. Penambahan IL-1
menyebabkan hiperproliferasi keratinosit folikular dan pembentukan
mikrokomedo, sedangkan antagonis reseptor IL-1 menginhibisi pembentukan
mikrokomedo.14
P. acnes merupakan bakteri Gram positif anaerob yang berada di folikel
kelenjar sebasea. Dinding P. acnes mengandung antigen karbohidrat yang dapat
menstimulasi pengeluaran antibodi. Antibodi ini meningkatkan respon inflamasi
melalui aktivasi komplemen yang menginisiasi kaskade pro-inflamasi. Selain itu
P. acnes juga memfasilitasi inflamasi dengan menimbulkan respon
hipersensitifitas tipe lambat dan produksi lipase, protease, hialuronidase, dan
faktor-faktor kemotaksik. Didapatkan pula bahwa P. acnes berikatan dengan
TLR2 sehingga mengakibatkan pelepasan sitokin-sitokin pro-inflamasi seperti
IL-1, IL-8, IL-12, dan TNF alfa.14
8

Gambar 2.1. Patogenesis acne vulgaris


(Klaus Wolff, 2008)

Secara ringkas patogenesis acne vulgaris berawal dari fungsi kelenjar


sebasea secara biologis yang memproduksi sebum. Faktor-faktor hormonal
berperan dalam ekskresi sebum maupun hiperkeratinisasi. Berawal dari
mikrokomedo, acne bertambah besar dan banyak menjadi komedo terbuka dan
tertutup. Saat terjadi kolonisasi P. acnes di kanal folikel, terjadi stimulasi
produksi sitokin melalui TLR yang menyebabkan timbulnya lesi inflamasi.
Faktor nutrisi juga mungkin berperan. IL-8 menarik neutrofil ke dinding-dinding
folikel. Ketika dinding-dinding ini ruptur, terbentuk lesi granulomatosa dengan
indurasi subkutan, bekas luka, dan keloid (Gambar 2.2.).15

Gambar 2.2. Proses pembentukan lesi acne vulgaris dan faktor penyebab
(Kurokawa, 2009)
9

2.1.2. Gambaran Klinis Acne Vulgaris


Acne utamanya ditandai dengan lesi klinis yang beragam yang letaknya
terutama berada di wajah menuju bagian sedikit di bawahnya, yaitu punggung,
dada dan bahu. Di badan lesi cenderung terkonsentrasi di garis tengah. Meski ada
satu lesi yang dominan, namun biasanya ada lebih dari satu lesi pada penderita.
Lesi dapat bersifat non-inflamasi maupun inflamasi. lesi non-inflamasi berupa
komedo, baik terbuka (blackhead) atau tertutup (whitehead). Lesi inflamasi
berupa papul, pustul, nodul, dan kista. Tiap lesi memiliki ciri dan dampak
tersendiri (Tabel 2.1.).14,16

Tabel 2.1. Detail lesi acne (terjemahan dari versi asli)


Lesi acne Ukuran Warna Pus Efek Keterangan
Whitehead Kecil Putih Tidak Nyeri (-), Kronik
inflamasi disebut milia
(-)
Blackhead Kecil Hitam/coklat Tidak Nyeri (-), Hitam akibat
inflamasi minyak dan
(-) sel-sel mati
Papul < 5 mm Merah muda Tidak Hangat, Sangat umum
nyeri,
inflamasi
Pustul < 5 mm Dasar merah ya Hangat, Sangat umum
dengan nyeri,
kekuningan atau inflamasi
putih di tengah
Nodul 5-10 Merah muda dan Tidak Hangat, Serupa papul
mm merah nyeri, namun lebih
inflamasi jarang
Kista > 10 merah Tidak Hangat, Sangat jarang
mm tapi ada nyeri,
cairan inflamasi
(Roshaslinie 2012)
10

Varian acne pun beragam diantaranya adalah sebagai berikut,


1) Acne neonatus
Acne ini terjadi pada 20% bayi lahir normal yang timbul pada usia 2 minggu dan
secara spontan sembuh pada usia 3 bulan. Lesi berupa papul inflamasi kecil
sepanjang batang hidung dan pipi serta tidak ditemukan komedo.
2) Acne infantil
Acne ini terjadi antara usia 3-6 bulan dengan lesi berupa komedo. Papul pustul
dan nodul juga dapat timbul di wajah. Disinyalir akibat kenaikan sementara
DHEA dan LH. Acne ini biasa sembuh pada usia 1-2 tahun.
3) Acne konglobata
Acne yang paling sering pada laki-laki usia remaja, namun tidak menutup
kemungkinan terjadi pada populasi perempuan dan dewasa. Acne konglobata
merupakan campuran antara komedo, papul, pustul, nodul, abses, dan scar.
Lokasinya bisa ada di punggung, pantat, dada, dan menyebar ke abdomen, bahu,
leher, wajah, lengan atas, dan paha. Manajemen acne konglobata terbilang sangat
sulit dengan efek pengobatan seringnya bersifat temporer.
4) Acne fulminans
Acne fulminans merupakan bentuk acne nodular paling berat yang disertai
dengan gejala sistemik dan seringnya ditemukan pada remaja laki-laki. Acne ini
ditandai dengan kemunculan tiba-tiba plak-plak secara masif yang bersifat
inflamatif, perih, merembes dan rapuh dengan krusta hemoragik. Lesi umumnya
di punggung dan dada, secara cepat mengalami ulserasi dan penhyembuhannya
menimbulkan scar. Daerah wajah seringnya tidak terkena. Acne konglobata
menimbulkan gejala sistemik seperti demam dengan leukositosis, poliartralgia,
myalgia, hepatoslenomegali, dan anemia. Nyeri tulang sering terjadi pada
klavikula dan sternum.
5) Sindrom SAPHO
Sindrom ini bermanifestasi sebagai sinovitis, acne, pustulosis, hiperostosis, dan
osteitis. Etiologi sindrom SAPHO belum diketahui.
6) Sindrom PAPA
Sindrom ini ditandai dengan artritis pyogenik steril, pyoderma gangreosum, dan
acne. Sindrom PAPA merupakan penyakit autoinflamasi yang diturunkan secara
11

autosomal dominan. Keadaan ini terjadi akibat mutasi pada gen CD2 binding
protein-1 dan peningkatan produksi IL-1 beta.
7) Acne excoriee des jeunes filles
Nama acne ini diambil dari bahasa Perancis yang berarti acne terekskoriasi pada
perempuan usia muda. Hal ini kebanyakan terjadi pada perempuan muda, meski
dapat juga terjadi pada laki-laki. Tanda acne ini berupa ekskoriasi luas. Lesi
berupa komedo dan papul yang terekskoriasi secara sistemik dan neurotik
meninggalkan erosi krusta yang mengakibatkan bekas luka. Penyakit ini didasari
oleh depresi, ansietas, kelainan obsesif kompulsif, atau kelainan personalitas.
8) Acne mekanika
Acne mekanika merupakan erupsi acneiform akibat trauma fisik berulang seperti
gesekan dan sebagainya. Menempelkan plester pada kulit juga dapat
menyebabkan acne ini terjadi akibat obstruksi kelenjar pilosebasea. Lesi berupa
papul hiperpigmentasi terlikenifikasi atau plak yang berselingan dengan komedo.
9) Acne dengan edema wajah solid
Acne ini dengan nama lain penyakit Morbihan bercirikan edema di sepertiga
wajah bagian tengah dengan disertai eritema dan acne. Beratnya edema
berfluktuasi dan perbaikan spontan tidak dapat terjadi.
10) Acne dengan kelainan endokrin yang berhubungan
Hormon diketahui berpengaruh pada timbulnya acne. Orang dengan kelainan
hormonal biasanya menunjukkan tanda siklus menstruasi yang tidak teratur, suara
dalam, libido meningkat, dan hirsutisme.16
2.1.3. Faktor Risiko Acne Vulgaris
Faktor risiko terjadinya acne adalah minyak acnegenic, beberapa jenis
obat seperti lithium, isoniazid, glukokortikoid, obat kontrasepsi oral, bromide,
androgen, serta danazol. Ada pula faktor lain seperti stres emosional yang dapat
menimbulkan eksaserbasi serta oklusi, tekanan seperti ke kulit saat sedang
menyandarkan wajah pada tangan dan juga penggarukan maupun pemencetan
(acne mekanika).1,5
Pembersihan wajah secara berlebih menggunakan produk-produk seperti
pembersih berbasis alkohol atau pun scrub dan penggunaan kosmetik tertentu dan
berganti-ganti kosmetik juga merupakan faktor risiko terjadinya acne vulgaris.5
12

Riwayat keluarga yang menderita acne meningkatkan risiko terjadinya acne


vulgaris dan timbulnya acne vulgaris di tingkat yang lebih parah dibanding yang
tidak ada riwayat keluarga mengalami acne vulgaris.5,6
Kemudian beberapa faktor risiko yang berasosiasi dengan keparahan acne
vulgaris yang lebih tinggi adalah jenis kulit seboroik, fase premenstruasi, stres
mental, dan kebiasaan makan manis, kacang, coklat, dan makanan berminyak.6
Usia juga merupakan faktor risiko terjadinya acne vulgaris dimana acne
kebanyakan terjadi pada usia remaja. Hal ini disebabkan oleh faktor hormonal
saat pubertas (peningkatan androgen sebagaimana sudah dijelaskan di
pathogenesis acne vulgaris sebelumnya). Selain itu dilihat dari jenis kelamin,
perempuan berisiko lebih awal terkena acne vulgaris ditunjukkan oleh prevalensi
acne vulgaris lebih tinggi pada perempuan usia 10-12 tahun dari pada laki-laki di
rentang usia yang sama.17
2.1.4. Klasifikasi dan Assessment Acne Vulgaris
Terdapat lebih dari 25 sistem grading acne yang telah dipublikasikan
dalam berbagai literatur. Terdapat dua metode utama yang digunakan sistem
grading acne, yaitu metode penghitungan lesi dan fotografis.16
Pada metode penghitungan lesi akan dihitung jumlah lesi berupa komedo
terbuka maupun tertutup, papul, pustul, dan nodul. Sedangkan pada metode
fotografis foto pasien akan dibandingkan dengan standar yang sudah ada.
Kebanyakan penilaian menggunakan metode pehitungan lesi karena lebih terukur
secara kuantitatif. Sedangkan untuk metode fotografis lebih bersifat kualitatif dan
subjektif berdasarkan pendapat ahli. Metode yang terbaru adalah yang
dikeluarkan oleh Hayashi dkk. (2008) yang menggunakan kombinasi perhitungan
lesi dan fotografis yang menurutnya dapat menilai acne secara valid dan teliti
Berikut disajikan beberapa sistem grading acne beserta metode yang digunakan
(Tabel 2.2.).16
13

Tabel 2.2. Metode assessment acne (terjemahan dari versi asli)

Tahun Assessment acne Metode assessment


1956 Pillsbury dkk. Penghitungan lesi
1958 James dan Tisserand Penghitungan lesi
1966 Witkowski dan Simons Penghitungan lesi
1971 Frank Penghitungan lesi
1975 Plewig dan Kligman Penghitungan lesi
1977 Christiansen dkk. Penghitungan lesi
1977 Michaelson dkk. Penghitungan lesi
1979 Cook dkk. Fotografis
1984 Burke dkk. Fotografis
1985 Samuelson Fotografis
1996 Luckt dkk. Penghitungan lesi
1997 Doshi dkk. (GAGS) Penghitungan lesi
1998 SC O’Brien dkk. (Leeds) Fotografis
2008 Hayashi dkk. Fotografis dan penghitungan
lesi
(Roshaslinie, 2012)

Sistem grading acne Plewig dan Kligman memperkenalkan numerical


grading. Dilakukan penghitungan secara terpisah antara acne komedonal dan
acne papulopustular yang kemudian keparahan masing-masingnya diukur dalam
grade 1-4 berdasar jumlah yang didapat per separuh wajah (Tabel 2.3.).16

Tabel 2.3. Sistem grading Plewig dan Kligman dengan penghitungan per separuh
wajah (terjemahan dari versi asli)
Grade Komedonal Papulopustular
1 Kurang dari 10 komedo Kurang dari 10 lesi inflamasi
2 Antara 10 sampai 25 komedo Antara 10 sampai 20 lesi inflamasi
3 Antara 25 sampai 50 komedo Antara 20 sampai 30 lesi inflamasi
4 Lebih dari 50 komedo Lebih dari 30 lesi inflamasi
(Roshaslinie, 2012)
14

Global Acne Grading System (GAGS) yang dikenalkan oleh Doshi dkk.
membagi wajah, dada dan punggung menjadi 6 area, yaitu dahi, pipi kanan, pipi
kiri, hidung, dagu, serta dada dan punggung atas. Tiap area memiliki faktor area.
Kemudian secara terpisah dilakukan grading keparahan dengan skala 1-4
bergantung pada lesi. Skor lokal didapat dari hasil perkalian antara skala grading
lesi dan faktor area. Skor-skor lokal dijumlahkan untuk mendapatkan skor total
yang akan diinterpretasikan dalam derajat keparahan acne (Tabel 2.4.).16

Tabel 2.4. Global Acne Grading System (GAGS) (terjemahan dari versi asli)
Area Faktor Severity (S) Skor Derajat keparahan
(F) lokal acne
(FXS)
Dahi 2 Tidak 0 Ringan 1-18
ada
Pipi kanan 2 Komedo 1 Sedang 10-30
Pipi kiri 2 X Papul 2 = Berat 31-38
Hidung 1 Pustul 3 Sangat berat >39
Dagu 1 Nodul 4
Dada dan 3
punggung
atas
Skor total

(Roshaslinie, 2012)

Hayashi dkk. dalam penelitiannya membandingkan antara metode


fotografis dan penghitungan lesi untuk grading acne. Hasilnya ditemukan sebuah
metode grading yang hanya terbatas pada kasus-kasus yang utamanya terdiri atas
papul dan pustul. Langkahnya adalah penghitungan erupsi inflamasi berupa papul
dan pustul yang akan dibagi menjadi 4 grup, yaitu ringan, sedang, berat, dan
sangat berat. Foto standar berdasar pendapat 3 dermatologis yang telah dipilih
15

dalam penelitian tersebut berkontribusi dalam membuat penyesuaian untuk


perbedaan penilaian antar estimator (Gambar 2.2.).18

Gambar 2.3. Foto standar untuk grading keparahan acne


(Hayashi, 2008)

Karena banyaknya metode yang digunakan dalam penentuan derajat


keparahan acne, berbagai negara menggunakan referensi metode yang berbeda-
beda (Tabel 2.5.). Untuk di Indonesia, FKUI/RSCM menggunakan klasifikasi
penentuan derajat acne yang diadopsi dari 2nd Round Table Meeting (South East
Asia), Regional Consensus on Acne Management di Vietnam tahun 2003 (Tabel
2.6.).16,19
16

Tabel 2.5. Negara dan sistem grading (terjemahan dari versi asli)
Negara Sistem grading
Hong Kong GAGS
India GAGS
Jepang Hayashi dkk.
Yordania GAGS
Korea Korean Acne Grading System
Malaysia Leeds Grading System, GAGS
Arab Saudi GAGS
Turki GAGS
Inggris Leeds Grading System
Amerika Serikat Investigator’s Global Assessment
(Roshaslinie, 2012)

Tabel 2.6. Sistem grading acne FKUI/RSCM


Derajat Lesi
Acne ringan Komedo < 20, atau
lesi inflamasi < 15, atau
total lesi < 30
Acne sedang Komedo 20-100, atau
lesi inflamasi 15-50, atau
total lesi 30-125
Acne berat Kista > 5 atau komedo > 100, atau
lesi inflamasi > 50, atau
total lesi > 125
(Wasitatmadja, 2015)

2.1.5. Tatalaksana Acne Vulgaris


Tatalaksana acne vulgaris secara garis besar yang dijelaskan oleh
Wasitatmadja di buku “Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin” terdiri atas,
A. Prinsip umum
 Diperlukan kerjasama antara dokter dan pasien.
17

 Harus berdasarkan penyebab/ faktor-faktor pencetus, patogenesis, keadaan


klinis dan grading acne, serta aspek psikologis.
B. Grading dan diagnosis klinis
C. Penatalaksanaan umum
 Berupa cuci wajah dua kali sehari.
D. Penatalaksanaan medikamentosa
 Berdasarkan grading acne
 Diikuti terapi pemeliharaan/ pencegahan
E. Tindakan
 Tindakan tambahan jika diperlukan, seperti ekstraksi komedo, krioterapi,
terapi UV, dan sebagainya.
Pertimbangan tatalaksana di atas tidak berbeda jauh dengan algoritma
yang disebutkan di buku “Fitzpatrick’s Dermatology in General Medicine” yang
menyebutkan tatalaksana medikamentosa, tindakan invasif, perawatan untuk
maintenance, dan kontraindikasi dengan berdasarkan derajat keparahan dan jenis
kelamin penderita acne vulgaris.14,19 Untuk acne ringan terapi medikamentosa
dengan sedian topikal sedangkan untuk sedang sampai berat diberikan terapi
medikamentosa sediaan topikal dan oral. Jika dilihat dari lesi acne komedonal
tidak perlu diberikan antibiotik, cukup retinoid topikal atau lini kedua ada asam
salisilat, sedangkan acne dengan lesi inflamasi perlu diberikan antibiotik karena
sudah ada peran bakteri penyebab inflamasi. Terapi invasif berupa ekstraksi
komedo atau pun kortikosteroid intralesi. Hal lain yang perlu diperhatikan adalah
kepatuhan dalam pengobatan dan maintenance dengan retinoid topikal (Gambar
2.3.).19
18

Gambar 2.4. Algoritma tatalaksana acne vulgaris


(Klauss Wolff, 2008)

2.1.6. Komplikasi dan Prognosis Acne Vulgaris


Meski acne tidak mengancam nyawa dan bersifat self-limiting, namun
acne dapat menyebabkan dampak dan komplikasi yang cukup bermakna. Acne
mempengaruhi penampilan dan dapat bertahan lama yang dapat mempengaruhi
keadaan psikologis penderita apalagi kebanyakan terjadi pada remaja atau dewasa
muda yang sedang dalam keadaan emosional yang sangat sensitif. Kemudian
komplikasinya berupa bekas luka yang dapat menetap seumur hidup juga sangat
berdampak.14,20,21
Terjadinya bekas luka didasari oleh proses penyembuhan luka yang terdiri
atas inflamasi, pembentukan jaringan granulasi, dan remodelling matriks.
Terutama bekas luka berhubungan dengan keseimbangan antara matrix
metalloproteinase (MMP) dengan inhibitor MMP di jaringan.21
Terdapat dua jenis bekas luka, yaitu bekas luka atrofik serta bekas luka
hipertrofik dan keloid. Bekas luka akibat acne yang bersifat atrofik lebih sering
terjadi. Bekas luka acne diklasifikasikan berdasarkan morfologinya adalah
sebagai berikut,21
19

Tabel 2.7. Klasifikasi bekas luka acne (terjemahan dari versi asli)
Sub-tipe bekas luka acne Tanda-tanda klinis
Icepick Diameternya sempit (< 2 mm), dalam,
tepi jelas yang meluas secara vertikal ke
bagian dermis dalam atau lapisan
subkutan.
Rolling Diameter biasanya lebih dari 4-5 mm
berupa jaringan ikat abnormal dermis
yang berada di subkutan menyebabkan
baying di superfisial dan undulasi/
penonjolan pada kulit.
Boxcar Penurunan kulit berbentuk bulat hingga
Dangkal oval dengan batas tepi vertikal yang
Diameter < 3 mm sangat jelas. Secara klinis lebih lebar
Diameter > 3 mm dari icepick dan tidak meruncing ke
dasar.
Deep (dalam) Lesi bisa dangkal (0,1-0,5 mm) atau
Diameter < 3 mm dalam (>0,5 mm) dan seringnya
Diameter > 3 mm berdiameter 1,5-4,0 mm.
(Gabriella, 2010)

Untuk grading bekas luka acne menurut Goodman dan Baron adalah
sebagai berikut,21

Tabel 2.8. Grading bekas luka acne (terjemahan dari versi asli)
Grade Level Tanda-tanda klinis
bekas luka
pos-acne
1 Makular Eritematosa, hiper- atau hipopigmentasi dengan
permukaan rata. Bukan berupa bekas luka kontur namun
bekas luka warna.
2 Ringan Atrofi atau hipertrofi ringan yang mungkin tidak terlihat
dari jarak 50 cm atau lebih dan dapat ditutupi secara
adekuat dengan makeup atau ditutupi oleh rambut
normal.
3 Sedang Atrofi atau hipertrofi sedang yang dapat dilihat dari jarak
50 cm atau lebih dan tidak dapat ditutupi dengan mudah
melalui makeup atau rambut normal, namun masih dapat
diratakan permukaannya dengan peregangan normal kulit
(jika atrofi)
4 Berat Atrofi atau hipertrofi berat yang terlihat dari jarak lebih
dari 50 cm dan tidak dapat ditutupi dengan mudah
melalui makeup atau rambut normal dan tidak dapat
diratakan permukaannya dengan peregangan manual
kulit.
(Gabriella, 2010)
20

2.2. Kualitas Hidup


Kualitas hidup dan kesehatan adalah hal yang saling terkait. Pengertian
kesehatan menurut WHO adalah keadaan baik secara lengkap dari fisik, mental,
dan sosial bukan hanya dilihat dari tidak adanya penyakit. Oleh karena itu
pengukuran kesehatan dan efeknya tidak hanya dilihat dari frekuensi dan
beratnya suatu penyakit namun juga dapat dilihat dari peningkatan kualitas hidup
berhubungan dengan pelayanan kesehatan.8 Sedangkan menurut UU No. 23
Tahun 1992 definisi kesehatan adalah keadaan sejahtera dari badan, jiwa, dan
sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan
ekonomis. Jadi di sini definisi kesehatan oleh UU No. 23 Tahun 1992 hampir
sama dengan definisi oleh WHO, yang berbeda hanya lah tambahan aspek
ekonomi yang tidak ada dari WHO.22
Kualitas hidup didefinisikan sebagai persepsi individu terhadap posisi
mereka dalam kehidupan dalam konteks budaya dan sistem-sistem nilai dimana
mereka hidup yang berhubungan dengan tujuan, ekspektasi, standar dan
kepentingan mereka. Hal ini menunjukkan bahwa kualitas hidup merupakan
konsep yang sangat luas yang dapat dipengaruhi oleh kesehatan fisik dan
psikologis, kemandirian, hubungan sosial, keyakinan dan hubungan dengan
lingkungan yang merupakan domain untuk menilai kualitas hidup. Di tiap domain
ini terdapat berbagai masalah yang dapat dijadikan indikasi keadaan kualitas
hidup seseorang (Tabel 2.9.).8
21

Tabel 2.9. Domain dan indikasi kualitas hidup (terjemahan dari versi asli)
Domain Masalah yang berhubungan (indikasi)
Kesehatan fisik Tenaga dan kelelahan; Nyeri dan rasa tidak nyaman; Tidur
dan istirahat
Psikologis Tampilan fisik/ tubuh; Perasaan negatif; Perasaan positif;
Harga diri; Pemikiran, pembelajaran, ingatan dan
konsentrasi
Kemandirian Mobilitas; Aktivitas keseharian; ketergantungan pada obat
dan alat medis; kapasitas kerja
Hubungan sosial Hubungan personal; dukungan sosial; aktivitas seksual
Lingkungan Finansial; kebebasan, keamanan; pelayanan kesehatan dan
sosial; lingkungan rumah; kesempatan mendapatkan
informasi baru; rekreasi; lingkungan fisik (polusi/ bising/
lalu lintas/ cuaca); transportasi
Keyakinan Agama/ spiritual/ kepercayaan pribadi
(WHO, 1997)

2.2.1. Dampak Acne Vulgaris Terhadap Kualitas Hidup


Acne vulgaris telah terbukti mengakibatkan gangguan terhadap kualitas
hidup. Dampak acne terhadap kualitas hidup telah dibuktikan oleh berbagai
penelitian di berbagai negara dan pada berbagai kelompok usia.
Meski tidak setiap orang dengan acne vulgaris mengalami gangguan
hidup, namun bila kelompok penderita acne vulgaris dengan yang tidak
menderita dibandingkan maka acne vulgaris menyebabkan gangguan kualitas
hidup secara signifikan pada usia remaja, dewasa dan pasien yang datang berobat
ke dokter (Rumah Sakit).13,23,24
Orang dengan acne vulgaris cenderung memiliki gangguan pada
kesehatan fisik, kesehatan psikologis, hubungan sosial. Kemudian acne vulgaris
juga menyebabkan harga diri rendah (low-selfesteem) yang hal ini berkorelasi
dengan kesehatan psikologis dan hubungan sosial.25
2.2.2. Pengukuran Kualitas Hidup Penderita Acne Vulgaris
Acne vulgaris merupakan salah satu penyakit kulit yang berarti untuk
22

pengukuran kualitas hidup penderita acne dapat dilakukan secara non-spesifik


dengan kuesioner Dermatology Life Quality Index (DLQI). Namun secara
spesifik pengukuran kualitas hidup penderita acne dilakukan dengan
menggunakan kuesioner CADI.26
CADI merupakan kuesioner yang dikeluarkan oleh Cardiff University.
Kuesioner CADI yang digunakan merupakan versi tahun 1992 oleh Motley dan
Finlay, terdiri atas 5 pertanyaan singkat derivat dari versi lebih panjang dari
CADI yang dikeluarkan tahun 1989. Kuesioner ini didesain untuk usia remaja
dan dewasa. Kuesioner CADI berbahasa Inggris dan secara resmi telah
diterjemahkan ke berbagai bahasa.27
CADI terdiri atas 5 pertanyaan dengan skor jawaban masing-masing
pertanyaan menggunakan skala 0-3. Total skor maksimal yang bisa didapat
adalah 15 dan minimal 0. Semakin tinggi skor yang didapat maka semakin tinggi
pula gangguan kualitas hidup. Jika terdapat satu pertanyaan yang tidak dijawab
maka dianggap 0. Namun jika terdapat lebih dari satu pertanyaan yang tidak
dijawab maka kuesioner tidak dapat dinilai.27
CADI tidak menilai kualitas hidup dalam domain kesehatan fisik
sebagaimana CDLQI, namun menilai domain psikologis berupa tampilan fisik
serta perasaan negatif seperti sedih, frustasi, malu, dan cemas dan domain
hubungan sosial yang menilai terganggu tidaknya hubungan penderita dengan
orang lain.8,26,27
2.3. Remaja
Remaja merupakan masa dimana terjadi akselerasi perkembangan fisik,
mental, emosional, dan sosial yang menandakan transisi dari masa kanak-kanak
ke dewasa. Terdapat banyak perbedaan pendapat mengenai rentang usia untuk
remaja seperti WHO yang menyebutkan remaja adalah usia 10-19 tahun,
kemudian perundangan di Indonesia beragam dalam menyebut batas usia remaja,
contohnya dalam UU No.4 tahun 1979 tentang kesejahteraan anak menyebutkan
anak/remaja adalah individu yang belum mencapai usia 21 tahun, UU Perburuhan
menyebutkan anak dianggap remaja bila telah mencapai usia 16-18 tahun atau
sudah menikah dan memiliki tempat tinggal sendiri, ada pula Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan menganggap remaja bila sudah memasuki usia 18
23

tahun yang sesuai dengan saat lulus dari sekolah menengah.28


2.3.1. Psikologi Remaja
Stanley Hall adalah ahli yang pertama yang memandang perlunya
menyelidiki masa remaja secara khusus dan mengumpulkan data empiris. Ia
mengemukakan teori “storm and stress” yang berarti bahwa remaja merupakan
masa yang penuh gejolak emosi dan ketidakseimbangan. Hal ini menyebabkan
remaja mudah terpengaruh oleh lingkungan dan diombang-ambingkan oleh
munculnya:
a. Kekecewaan dan penderitaan
b. Meningkatnya konflik, pertentangan, dan krisis penyesuaian
c. Impian dan khayalan
d. Pacaran dan percintaan
e. Keterasingan dari kehidupan dewasa dan norma kebudayaan.29
Remaja adalah seorang yang sedang menuju kedewasaan sehingga ada
beberapa hal yang merupakan tugas yang harus dilakukan sebagai berikut:
a. Menerima keadaan fisiknya
b. Memperoleh kebebasan emosional
c. Mampu bergaul
d. Menemukan model untuk identifikasi
e. Memperkuat penguasaan diri atas dasar skala nilai dan norma
f. Meninggalkan reaksi dan cara penyesuaian kekanak-kanakan.29
2.3.2. Perubahan Fisik Remaja
Masa remaja dibagi menjadi 3 tingkatan, yaitu masa remaja awal antara
11-14 tahun, remaja pertengahan antara 15-17 tahun, dan remaja akhir antara 18-
21 tahun.30 Namun hal ini belum tentu sama mengingat mulai terjadinya pubertas
juga bervariasi, yaitu antara 8-11 tahun pada perempuan dan 9-14 tahun pada
laki-laki. Dampak dari pubertas secara biologis dapat menyebabkan perubahan
pada fisik remaja seperti perkembangan pesat pada organ-organ tertentu,
perubahan suara, tumbuh rambut di daerah tubuh tertentu, bau badan dan
timbulnya acne (Gambar 2.6.).31
24

Tabel 2.10. Perubahan fisik saat pubertas (terjemahan dari versi asli)
Perempuan Laki-laki
 Kemunculan puting  Pembesaran testis, mulai dari awal
payudara (antara 8-12 usia 9,5 tahun
tahun), diikuti  Muncul rambut pubis (10-15 tahun)
perkembangan payudara  Onset spermarche, atau ditemukan
(13-18 tahun) sperma saat ejakulasi
 Rambut pubis (11-14  Pemanjangan alat kelamin (11-14
tahun) tahun)
 Pertumbuhan pesat (usia  Pembesaran pesat laring, faring, dan
rata-rata 10 tahun), yang paru-paru, yang dapat menimbulkan
mana terjadi penambahan gangguan kualitas suara (contoh
tinggi dan lingkar pinggul suara pecah)
 Mulai menstruasi (usia  Perubahan pertumbuhan fisik (usia
rata-rata 12 tahun, rentang rata-rata 14 tahun), terlihat pertama
normal 9-16 tahun) di tangan dan kaki, lalu badan dan
 Pembesaran ovarium, dada
uterus, labia, dan klitoris;  Penambahan berat badan dan
penebalan endometrium penambahan masa otot (11-16
dan mukosa vagina tahun)
 Muncul rambut ketiak (usia  Penggandaan ukuran jantung dan
13-16 tahun) kapasitas vital paru-paru, tekanan
 Perubahan gigi, yang dan volume darah bertambah
meliputi pertumbuhan  Tumbuh rambut di wajah dan tubuh,
rahang dan gigi molar yang mana belum lengkap hingga
 Timbul bau badan (odor) usia pertengahan 20an
dan acne  Perubahan gigi, meliputi
pertumbuhan rahang dan gigi molar
 Timbul bau badan (odor) dan acne

(Clea McNeely, 2009)


25

2.4. Kerangka Teori

Acne berat

Acne sedang Kesehatan


fisik
Genetik
Acne ringan
Hubungan sosial
P. acnes
Grading
Zat
aknegenik Harga diri

Stres Acne vulgaris


emosional Kesehatan
psikologis
Menstruasi (perempuan)

Rambut di area tertentu

Perubahan proporsi tubuh

Bau badan

Hormonal (Androgen) storm and stress

Pubertas Remaja Kualitas hidup

Lingkungan Kemandirian Keyakinan

Diteliti

Tidak diteliti
26

2.5. Kerangka Konsep

Acne ringan Acne sedang Acne berat

?
Derajat keparahan acne vulgaris Kualitas hidup
(variable independen) (variable dependen)

Tidak terganggu Gangguan Gangguan Gangguan


ringan sedang berat

2.6. Definisi Operasional

No. Variabel Pengukur Alat ukur Cara Skala


pengukuran Pengukuran
1. Derajat Peneliti Dilihat Grading acne Skala rasio
keparahan secara FKUI/RSCM diubah ke
acne langsung pada wajah Ordinal
vulgaris dengan responden dalam 3
mata atau dengan kategori
mengguna- ketentuan: (ringan,
kan alat Ringan adalah sedang, dan
bantu Komedo < 20 berat)
berupa loop atau lesi
inflamasi < 15
atau total lesi <
30
Sedang adalah
Komedo 20-
100 atau lesi
27

inflamasi 15-
50 atau total
lesi 30-125
Berat adalah
Kista > 5 atau
komedo > 100
atau lesi
inflamasi > 50
atau total lesi >
125
2. Gangguan Peneliti Kuesioner Interpretasi Ordinal
kualitas CADI skor kuesioner dalam 3
hidup (terjemahan CADI dengan kategori
penderita Bahasa ketentuan (ringan,
acne Indonesia jumlah total sedang, dan
vulgaris oleh Yunia skor: berat)
Eka, 2009) 0 = tidak ada
dengan gangguan
ketentuan 1-5 =
skor gangguan
jawaban: ringan
a=3 6-10 =
b=2 gangguan
c=1 sedang
d=0 11-15 =
gangguan berat
BAB III
METODE PENELITIAN

3.1. Desain Penelitian


Desain yang digunakan pada penelitian ini adalah observasional analitik
dengan metode cross sectional. Hubungan antar variabel didapat dari data hasil
pemeriksaan fisik wajah dan data kuesioner yang terkumpul. Observasi hanya
dilakukan satu kali tanpa follow-up.
3.2. Waktu dan Tempat Penelitian
3.2.1. Waktu Penelitian
Penelitian dilakukan pada bulan Agustus-Oktober 2016.
3.2.2. Tempat Penelitian
Penelitian dilakukan di MTs Pembangunan UIN Jakarta.
3.3. Populasi dan Responden
3.3.1. Populasi
Populasi target adalah remaja yang menderita acne vulgaris sedangkan
populasi terjangkau adalah siswa-siwi kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN
Jakarta.
3.3.2. Responden
Pengambilan sampel dilakukan dengan teknik consecutive sampling
berdasarkan kriteria inklusi dan eksklusi. Perhitungan jumlah sampel minimal
menggunakan rumus besar sampel untuk hipotesis dua proporsi populasi:
(2P(1 P))  Z1 (P1 (1 P1 ))  (P2 (1 P2 )) 
2
Z
n  1 / 2 
 P1  P2 

Keterangan:
n = jumlah sampel yang dibutuhkan pada masing-masing kelompok
Z1-α/2 = 1,96 (taraf signifikansi (α) = 0,05)
Z1-β = 1,645 (kekuatan uji (1-β) = 95 %)
P1 = 0,58 (Yandi RA, 2014)
P2 = 0,13 (Yandi RA, 2014)
P = (P1+P2)/2 = (0,58+0,13)/2
= 0,355

28
29

= 0,36

(2P(1 P))  Z1 (P1 (1 P1 ))  (P2 (1 P2 )) 


2
Z
n   1 / 2 
 P1 P2 
2
1,96 (2.0,36(1 0,36)) 1,645 (0,58(1 0,58))  (0,13(1 0,13)) 
  
 0,58  0,13 
2
1,330492  0,9824659
  
 0,45 
= [5,139907]2
= 26,4
= 27 (dibulatkan) pada masing-masing kelompok
Jumlah akhir responden yang didapat peneliti adalah 135 orang terdiri dari
36 orang dengan acne vulgaris ringan dan 99 orang dengan acne vulgaris sedang
sampai berat. Hal ini berarti pada masing-masing kelompok sudah memenuhi
jumlah sampel minimal.
3.3.3. Kriteria Inklusi
a. Mengalami acne vulgaris minimal satu bulan terakhir.
b. Berusia antara 12-16 tahun.
c. Bersedia untuk berpartisipasi dalam penelitian.
3.3.4. Kriteria Eksklusi
a. Menderita penyakit kulit lain di wajah.
b. Tidak menginginkan dilakukan pemeriksaan fisik wajah.
3.4. Cara Kerja Penelitian
Siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta dibagikan
kuesioner penjaring sambil diberikan penjelasan mengenai acne vulgaris. Setelah
itu yang sudah terjaring dijadikan responden. Responden diberikan penjelasan
mengenai penelitian dan dilakukan informed consent. Responden yang sudah
menyetujui dibagikan kuesioner CADI untuk diisi.
Kuesioner CADI yang dipakai pada penelitian ini adalah kuesioner yang
telah diterjemahkan ke Bahasa Indonesia oleh Yunia Eka. Kuesioner ini telah
digunakan pula oleh Yunia Eka untuk penelitiannya pada tahun 2010.
Pemeriksaan fisik berupa inspeksi pada wajah dengan alat bantu loop
30

dilakukan untuk menghitung lesi acne vulgaris dilakukan setelah responden


selesai mengisi kuesioner CADI. Hasil jawaban kuesioner CADI dan hasil hitung
lesi diinterpretasikan ke dalam kategori. Selanjutnya dilakukan manajemen dan
analisis data.

3.5. Alur Penelitian

Penjelasan penelitian terhadap


populasi (siswa kelas 8 dan 9
MTs Pembangunan UIN Jakarta)

Pengisian kuesioner penjaring


oleh seluruh populasi

Didapatkan responden yang


memenuhi kriteria

Penjelasan penelitian lanjutan


dan informed consent terhadap
responden

Pengisian kuesioner CADI oleh


responden

Responden melengkapi Inspeksi wajah untuk


pengisian CADI jika ada yang menghitung lesi acne vulgaris
terlewat oleh peneliti

Pengumpulan data CADI dan


hasil hitung lesi acne vulgaris

Interpretasi data untuk


mengetahui kualitas hidup dan
keparahan acne vulgaris

Manajemen data
31

3.6. Manajemen dan Analisis Data


Dilakukan pengumpulan data dari hasil kuesioner berupa identitas dan
karakteristik responden serta skor CADI untuk penilaian kualitas hidup dan data
hasil pemeriksaan fisik inspeksi acne di wajah berupa jumlah lesi untuk penilaian
derajat keparahan acne. Data karakteristik, penilaian kualitas hidup dan derajat
keparahan acne vulgaris masing-masing dianalisis univariat dengan SPSS untuk
mengetahui distribusi masing-masing data. Kemudian dilakukan analisis bivariat
antara derajat keparahan acne vulgaris dan kualitas hidup penderita acne vulgaris
dengan uji chi-square tabel 3x3 menggunakan SPSS. Jika tidak memenuhi syarat
uji chi-square maka dilakukan penggabungan sel dan dilakukan uji chi-square
tabel 2x3 atau dilakukan uji Kolmogorov-Smirnov jika masih tidak memenuhi
syarat uji chi-square pada tabel 2x3.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1. Deskripsi Lokasi Penelitian


Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta adalah salah satu unit pendidikan di Madrasah Pembangunan UIN Jakarta
yang berlokasi di Jalan Ibnu Taimia IV Kompleks UIN Syarif Hidayatullah
Jakarta. Selain unit Tsanawiyah atau MTs ini, ada pula unit Ibtidaiyah dan Aliyah.
Madrasah Pembangunan sendiri pendiriannya diinisiasi oleh para tokoh di
Departemen Agama dan IAIN (sekarang UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta.
MTs Pembangunan IAIN Jakarta mulai dibuka pada tahun 1977 dan
berubah menjadi MTs Pembangunan UIN Jakarta mengikuti perubahan IAIN
Jakarta menjadi UIN Jakarta tahun 2002. Tahun 2008 MTs UIN Jakarta ditetapkan
sebagai Madrasah Standar Nasional (MSN) di lingkungan kantor Departemen
Agama Provinsi DKI Jakarta.
Terdapat 4 kelompok mata pelajaran yang menjadi muatan kurikulum MTs
UIN Jakarta, yaitu kelompok mata pelajaran Agama, kelompok mata pelajaran
Bahasa, kelompok mata pelajaran MIPA, dan kelompok mata pelajaran Umum.
Selain 4 kelompok mata pelajaran ini terdapat pula habitual curriculum yang
dilakukan sebelum kegiatan belajar mengajar (KBM) berupa pembinaan akhlak
dan kepribadian serta pembiasaan ibadah.
KBM di MTs UIN Jakarta (sudah termasuk habitual curriculum) pada hari
Senin sampai Rabu adalah dari pukul 07.00-15.00, hari Kamis 07.00-14.00 untuk
kelas regular dan 07.00-15.40 untuk kelas bilingual, dan hari Jum’at 07.00-11.30.
Terdapat dua kali istirahat, yaitu pagi selama 30 menit dan sholat Dhuhur selama
50 menit.
Fasilitas yang terdapat di MTs UIN Jakarta diantaranya adalah ruang kelas
ber-AC, perpustakaan, Lab. Komputer, Lab. MIPA, Lab. IPS, Lab. Bahasa, Lab.
Ketrampilan, Masjid dan aula, sarana audio visual, kantin, sarana olahraga, UKS
dan ruang musik. Kemudian kegiatan ekstrakurikuler berupa Pramuka, PMR, KIR,
Rohis, Marawis, Jurnalis dan lain-lain.
Siswa kelas VIII dan IX MTs UIN Jakarta berjumlah 472 siswa dengan

32
33

224 siswa kelas VIII MTs dan 248 siswa kelas IX MTs. Baik kelas VIII maupun
IX MTs terdiri atas delapan kelas dari kelas A hingga kelas H. Tiga kelas terakhir
masing-masing tingkat, yaitu kelas F, G dan H adalah kelas bilingual yang
mendapat tambahan 2 jam pelajaran tiap minggu pada hari Kamis.
4.2. Karakteristik Responden
Karakteristik responden mencakup jenis kelamin, usia, kelas, derajat
keparahan acne vulgaris, dan interpretasi Cardiff Acne Disability Index. Dari 135
responden dilakukan pendistribusian berdasarkan karakteristik-karakteristik
tersebut.
Distribusi responden menurut jenis kelamin adalah sebagai berikut
dijelaskan pada tabel 4.2.1.

Tabel 4.2.1. Distribusi responden menurut jenis kelamin


Jenis Kelamin Frekuensi Persen (%)
Laki-laki 87 64,4
Perempuan 48 35,6

Total 135 100,0

Dari 135 responden didapatkan 64,4 % (87 orang) responden adalah laki-
laki dan 35,6 % (48 orang) perempuan (Tabel 4.2.1.).
Untuk distribusi responden menurut usia dijelaskan dalam tabel 4.2.2. di
bawah ini.

Tabel 4.2.2. Distribusi responden menurut usia dan rata-rata usia responden
Usia (Tahun) Frekuensi Persen (%) Rata-Rata Usia
(Tahun)
12 13 9,6
13 73 54,1
14 45 33,3 13,3
15 4 3,0
Total 135 100,0

Kebanyakan responden berusia 13 tahun mencakup 54,1 % (73 orang) dari


total responden yang didapat dan paling sedikit berusia 15 tahun yang hanya
34

mencakup 3 % (4 orang) dari total responden. Rata-rata usia responden adalah


13,3 tahun (Tabel 4.2.2.).
Berdasarkan kelas, distribusi responden dapat dilihat pada tabel 4.2.3. di
bawah ini.

Tabel 4.2.3. Distribusi responden menurut kelas


Kelas (MTs) Frekuensi Persen (%)
VIII 80 59,3
IX 55 40,7

Total 135 100,0

Responden terdiri atas 80 siswa (59,3 %) kelas VIII dan 55 siswa (40,7 %)
kelas IX (Tabel 4.2.3.).
Distribusi responden menurut derajat keparahan acne vulgaris yang
diderita dijelaskan pada tabel 4.2.4. berikut.

Tabel 4.2.4. Distribusi responden menurut derajat keparahan acne vulgaris


Derajat Keparahan Frekuensi Persen (%)
Ringan 36 26,7
Sedang 96 71,1
Berat 3 2,2
Total 135 100,0

Kebanyakan responden menderita acne derajat sedang, yaitu sebanyak 96


orang (71,1 %), kemudian derajat ringan sebanyak 36 orang (26,7 %) dan hanya 3
orang (2,2 %) yang menderita acne derajat berat (Tabel 4.2.4.).
Dari skor CADI yang diperoleh didapatkan interpretasi kualitas hidup
responden dengan distribusi sebagaimana dijelaskan di tabel 4.2.5. di bawah ini.
35

Tabel 4.2.5. Distribusi responden menurut gangguan kualitas hidup berdasarkan


hasil interpretasi Cardiff Acne Disability Index
Gangguan Kualitas Hidup Frekuensi Persen (%)
Tidak Ada 20 14,8
Ringan 106 78,5
Sedang 9 6,7
Berat 0 0
Total 135 100,0

Hasil interpretasi skor CADI menunjukkan kebanyakan responden hanya


mengalami gangguan ringan, yaitu 106 orang (78,5 %), 20 orang (14,8 %) tidak
mengalami gangguan, 9 orang (6,7 %) mengalami gangguan sedang dan tidak ada
yang mengalami gangguan berat (Tabel 4.2.5.).
Kemudian rata-rata skor CADI keseluruhan responden, rata-rata CADI
tiap kelompok jenis kelamin dan kelompok kelas dijelaskan pada tabel 4.2.6. di
bawah ini.

Tabel 4.2.6. Rata-rata skor CADI menurut jenis kelamin dan kelas
Keseluruhan Jenis Kelamin Kelas (MTs)
Laki-laki Perempuan VIII IX
Rata-Rata
2,53 2,10 3,29 2,55 2,49
Skor CADI

Rata-rata skor CADI pada kelompok laki-laki adalah 2,10 dan pada
kelompok perempuan adalah 3,29 yang keduanya menunjukkan gangguan ringan
pada kualitas hidup. Kemudian jika dilihat dari tingkat kelas, didapat rata-rata
skor CADI adalah 2,55 pada kelas VIII MTs dan 2,49 pada kelas IX MTs yang
keduanya menunjukkan gangguan ringan pada kualitas hidup. Untuk rata-rata
keseluruhan adalah 2,53 yang menunjukkan gangguan ringan pada kualitas hidup
(Tabel 4.2.6.).
4.3. Analisis Bivariat
Dari 36 responden yang menderita acne ringan 8 orang tidak mengalami
gangguan pada kualitas hidup, 26 orang mengalami gangguan ringan, dan 2 orang
mengalami gangguan sedang. Kemudian dari 99 responden yang menderita acne
36

sedang hingga berat 12 orang tidak mengalami gangguan pada kualitas hidup, 80
orang mengalami gangguan ringan, dan 7 orang mengalami gangguan sedang
(Tabel 4.3.1).
Hasil uji chi-square pada tabel 3x3 menunjukkan sel dengan angka
expected count kurang dari 5 ada lebih dari 20 % sehingga dilakukan
penggabungan sel dan didapat tabel 2x3 dan dilakukan uji chi-square ulang. Di
Uji chi-square yang kedua ini sel dengan expected count kurang dari 5 tidak lebih
dari 20 % sehingga layak uji dan didapat hasil p-value = 0,340 atau p > 0,05 yang
berarti tidak terdapat hubungan antara derajat keparahan acne vulgaris dan
kualitas hidup penderitanya (Tabel 4.3.1).

Tabel 4.3.1. Hubungan antara derajat keparahan acne vulgaris dengan gangguan
kualitas hidup berdasarkan hasil interpretasi Cardiff Acne Disability
Index setelah dilakukan penggabungan sel
Gangguan Kualitas Hidup
Derajat Keparahan Acne Tidak Ringan Sedang Total p-value
Ada
Ringan 8 26 2 36
Sedang - Berat 12 80 7 99 0,340
Total 20 106 9 135

4.4. Pembahasan
Gangguan ringan pada kualitas hidup dialami lebih dari tiga per empat
subjek yang diteliti, yaitu 78,5 % (106 dari 135 orang), kemudian terdapat 20
orang (14,8 %) yang tidak mengalami gangguan pada kualitas hidup dan 9 orang
(6,7 %) yang mengalami gangguan sedang. Tidak ada responden yang mengalami
gangguan berat (Tabel 4.2.5.). Hal ini sangat berbeda dengan hasil penelitian oleh
Yunia Eka (2010) di RSUD Dr. Soetomo Surabaya yang kebanyakan responden
memiliki skor CADI antara 6-10, yaitu 49,2 % (96/195) yang diikuti 27,7 %
(54/195) penderita acne dengan skor CADI 11-15 dan tidak didapati responden
dengan skor CADI 0.12 Yandi RA dalam penelitiannya yang dilakukan tahun 2013
di RSUD Abdul Moeloek Lampung juga mendapati kebanyakan pasien memiliki
skor CADI menengah sampai tinggi, yaitu 44 dari total 62 orang.13 Hal ini dapat
37

terjadi karena peneliti mengambil lokasi penelitian di lingkungan sekolah


sedangkan penelitian pembanding keduanya dilakukan pada setting Rumah Sakit.
Rata-rata skor CADI keseluruhan responden adalah 2,53 yang berarti rata-
rata responden menderita gangguan kualitas hidup ringan. Perbandingan rata-rata
skor CADI menurut jenis kelamin memiliki selisih yang cukup besar (2,10 pada
kelompok laki-laki dan 3,29 pada kelompok perempuan) bila dibandingkan
dengan perbandingan rata-rata skor CADI menurut kelas (2,49 pada kelompok
kelas VIII MTs dan 2,55 pada kelompok kelas IX MTs) namun masih sama-sama
dalam kategori ringan (Tabel 4.2.6.). Hasil ini sesuai dengan penelitian yang
dilakukan oleh Reynaldus (2015) dan Felix (2012) yang mendapati rata-rata skor
CADI pada kelompok perempuan lebih tinggi dari rata-rata kelompok laki-laki,
yang menunjukkan bahwa kelompok perempuan mengalami gangguan pada
kualitas hidup lebih tinggi daripada laki-laki.32,33
Hasil analisis menggunakan uji chi-square dengan penggabungan sel
didapatkan p-value sebesar 0,340. Karena p-value > 0,05 maka Ha ditolak dan H0
diterima yang berarti tidak ada hubungan yang signifikan antara derajat keparahan
acne vulgaris dengan kualitas hidup penderitanya. Hal ini didukung oleh
penelitian Amal Kokandi (2010) dengan subjek penelitian adalah mahasiswi di
King Abdulaziz University yang menyatakan bahwa tidak ada korelasi antara skor
CADI dengan keparahan acne, di penelitian ini digunakan GAGS untuk menilai
keparahan acne.34
Kemudian Motley (1989) pada penelitiannya dengan subjek pasien acne
yang dirujuk ke University Hospital of Wales menggunakan kuesioner CADI yang
belum disederhanakan menemukan bahwa banyak respon pertanyaan yang tidak
berkorelasi dengan keparahan acne yang diderita.35
Penelitian Felix (2012) terhadap pasien acne vulgaris di Rumah Sakit
Umum Sarawak menyimpulkan bahwa korelasi antara CADI dan GAGS lemah.
Berdasarkan keparahan acne, terdapat korelasi lemah untuk pasien dengan acne
ringan tapi menjadi tidak signifikan untuk acne sedang dan berat.33 Hal ini
diperkuat lagi oleh penelitian Gupta (2016) pada pasien acne di salah satu Rumah
Sakit di India bahwa tidak ada korelasi antara kualitas hidup yang dinilai dengan
CADI dengan keparahan acne yang dinilai dengan GAGS.36
38

Namun beberapa penelitian juga menyatakan adanya hubungan antara


derajat keparahan acne vulgaris dan kualitas hidup, seperti Kameran (2012)
melakukan penelitian terhadap pasien yang berkunjung ke klinik pribadi dan
terdiagnosis acne di kota Erbil dan Noorbala (2013) terhadap siswa sekolah
menengah atas di Yazd, Iran.37,38
Beberapa penelitian di Indonesia yang mencari hubungan antara derajat
keparahan acne vulgaris dan kualitas hidup mendapatkan hasil bahwa keduanya
ada hubungan, yaitu penelitian Reynaldus (2015) dengan responden mahasiswa
dan Yandi RA (2014) dengan responden pasien acne yang berkunjung ke Rumah
Sakit. Keduanya mendapatkan hasil adanya hubungan signifikan antara derajat
keparahan acne vulgaris dengan kualitas hidup yang dinilai dengan CADI.13,32
Bila penelitian ini dibandingkan dengan penelitian Yandi RA (2014)
mungkin terdapat perbedaan responden penelitian, yaitu siswa MTs dibandingkan
dengan pasien yang berkunjung ke Rumah Sakit karena acne yang diderita.
Pengambilan sampel dan teknik wawancara pun berbeda, yaitu pada penelitian
Yandi RA responden adalah pasien acne yang berkunjung pada rentang bulan
November-Desember 2013, sehingga pengisian kuesioner CADI dilakukan tanpa
intervensi luar serta hasil pemeriksaan dilihat dari rekam medis. Hal-hal ini dapat
mempengaruhi terjadinya perbedaan hasil penelitian yang didapat.13
Kemudian terdapat perbedaan cakupan usia responden antara penelitian ini
dengan penelitian Yandi RA (2014) maupun Reynaldus (2015). Kebanyakan
responden Yandi RA berusia 16-25 tahun dan responden Reynaldus berusia rata-
rata 20 tahun berbeda dengan responden penelitian ini yang rata-rata berusia 13
tahun.13,32 Hal ini sesuai dengan tahap perkembangan remaja yang masih kekanak-
kanakan pada usia 12-14 tahun dan mulai memperhatikan penampilan pada usia
15-17 tahun dan setelah itu di usia 18 tahun ke atas bersamaan dengan identitas
diri yang lebih kuat, keseriusan berhubungan dengan lawan jenis dan penerimaan
terhadap lingkungan maka penampilan adalah sesuatu yang sangat diperhatikan.39
Perbedaan hasil yang terjadi antar penelitian menunjukkan banyaknya
faktor yang dapat mempengaruhi kualitas hidup. Penderita acne tidak selalu
mengalami gangguan kualitas hidup jika ada dukungan dari lingkungan. Selain itu
39

setiap orang memiliki persepsi yang berbeda-beda terhadap apa yang sedang
dideritanya, termasuk acne vulgaris.
4.5. Keterbatasan Penelitian
Pada penelitian ini masih banyak terdapat keterbatasan baik dari peneliti
sendiri atau pun karena faktor lain. Dari peneliti sendiri kurang menggali data
yang lebih lengkap yang mungkin dapat dipertimbangkan berpengaruh seperti
sosial-ekonomi, keluarga, dan riwayat pengobatan. Selain itu karena keterbatasan
waktu dan situasi kondisi yang tak mendukung ada 1 kelas yang tidak terambil
responden.
Karena keterbatasan tenaga dan waktu pengisian kuesioner tiap kelas
dilakukan bersama sehingga tiap siswa dapat melihat pengisian kuesioner siswa
lain di dekatnya. Hal ini dapat menyebabkan siswa mengisi tidak sesuai dengan
apa yang ia alami dan rasakan karena dilihat oleh orang lain.
Inspeksi wajah dilakukan oleh peneliti dan rekan peneliti yang masih
mahasiswa, alangkah lebih baik jika dilakukan oleh seseorang yang lebih
berpengalaman dan berpengetahuan. Namun hal ini dapat diatasi dengan
penggunaan metode sederhana hitung lesi kuantitatif dengan alat bantu loop.
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan
1. Dengan metode grading acne vulgaris yang dipakai FKUI/RSCM
didapatkan derajat keparahan acne vulgaris sedang adalah yang paling
banyak ditemukan pada siswa kelas VIII dan IX MTs Pembangunan UIN
Jakarta yang mengalami acne vulgaris onset sebulan atau lebih, yaitu
71,1 %, diikuti oleh derajat keparahan ringan (26,7 %) kemudian berat
(2,2 %).
2. Dengan kuesioner CADI, gangguan ringan pada kualitas hidup adalah
gangguan yang paling banyak dialami oleh siswa kelas VIII dan IX MTs
Pembangunan UIN Jakarta yang mengalami acne vulgaris onset sebulan
atau lebih, yaitu 78,5 %, diikuti oleh penderita yang tidak ditemukan
gangguan kualitas hidup (14,8 %) kemudian penderita dengan gangguan
sedang (6,7 %), adapun gangguan berat pada kualitas hidup tidak
ditemukan.
3. Tidak terdapat hubungan bermakna antara derajat keparahan acne vulgaris
yang diukur dengan metode yang dipakai FKUI/RSCM dengan kualitas
hidup penderitanya yang diukur dengan kuesioner CADI pada siswa kelas
VIII dan IX MTs Pembangunan UIN Jakarta (p = 0,340).

5.2. Saran
1. Penanganan acne vulgaris seharusnya tidak hanya dilihat dari derajat
keparahan acne vulgaris itu saja tapi juga mempertimbangkan gangguan
terhadap kualitas hidup penderitanya, karena belum tentu penderita dengan
derajat keparahan acne yang lebih ringan memiliki kualitas hidup yang
lebih baik dibandingkan penderita dengan derajat keparahan acne yang
lebih berat.
2. Perlu dilakukan penelitian lebih lanjut mengenai faktor-faktor selain
derajat keparahan acne vulgaris yang diduga dapat mempengaruhi tingkat
kualitas hidup penderita acne vulgaris, seperti usia, jenis kelamin,
lingkungan dan keadaan psikologis.

40
41

3. Untuk penelitian yang menilai kualitas hidup selanjutnya perlu dilakukan


pengisian kuesioner dengan privasi yang lebih terjaga agar penderita
mengisi sesuai dengan yang sedang dialami dan dirasakan.
Daftar Pustaka

1. Klaus Wolff, Richard Allen Johnson, Dick Suurmond. Fitzpatrick’s Color


Atlas & Synopsis of Clinical Dermatology 5th edition. United State: McGraw-
Hill. 2007. E-book Bab 1.1. Disorders of Sebaceous and Apocrine Glands.
2. Theresia Movita. Acne Vulgaris. Continuing Medical Education, CDK-
203/vol. 40, no. 4. 2013.
3. W. J. Cunliffe, D. J. Gould. Prevalence of Facial Acne Vulgaris in Late
Adolescence and Adults. British Medical Journal. 1979; 1: 1109-1110.
4. Yiwei Shen, Tinglin Wang, Cheng Zhou, et al. Prevalence of Acne Vulgaris in
Chinese Adolescents and Adults: A Community-based Study of 17.345
Subjects in Six Cities. Acta Derm Venerol. 2012; 92: 40-44.
5. R. M. Suryadi Tjekyan. Kejadian dan Faktor Resiko Acne vulgaris. Media
Medika Indonesia, vol. 8, no. 1. 2008.
6. S. Zahra Ghodsi, Helmut Orawa, Christos C. Zouboulis. Prevalence, Severity,
and Severity Risk Factors of Acne in High School Pupils: A Community-
based Study. Journal of Investigative Dermatology. 2009; 129: 2136-2141.
7. J. A. A. Hunter, J. A. Savin, M. V. Dahl. Clinical Dermatology 3rd edition.
United Kingdom: Blackwell Science. 2002. h: 148-156.
8. Division of Mental Health and Prevention of Substance Abuse WHO.
Programme on Mental Health: WHOQOL-Measuring Quality of Life 1997.
Diunduh dari http://www.who.int/mental_health/media/68.pdf.
9. Ene Pärna, Anu Aluoja, Külli Kingo. Quality of Life and Emotional State in
Chronic Skin Disease. Acta Derm Venereol. 2014; 95: 312-316.
10. Caroline dos Santos Tejada, Raúl Andrés Mendoza-Sassi, Hiram Larangeira
de Almeida Jr, dkk. Impact on Quality of Life of Dermatological Patients in
Southern Brazil. An Bras Dermatol. 2011; 86(6): 1113-1121.
11. Robert Zachariae, Claus Zachariae, Hans Henning W. Ibsen, dkk.
Psychological Symptoms and Quality of Life of Dermatology Outpatient and
Hospitalized Dermatology Patients. Acta Derm Venereol. 2004; 84: 205-212.
12. Yunia Eka Safitri, Hari Sukanto, Evy Ervianti. Profil Kualitas Hidup
Penderita Acne vulgaris di RSUD Dr. Soetomo Surabaya: Studi
Menggunakan Cardiff Disability Index (CADI). Berkala Ilmu Kesehatan Kulit
dan Kelamin, Vol. 22, no. 1. April 2010.
13. Yandi RA, Sibero HT, Fiana DN. Quality of Life of Acne Vulgaris Patient in
DR. H. Abdul Moeloek Hospital at Lampung. 2014.
14. Klaus Wolff, Lowell A. Goldsmith, Stephen I. Katz, dkk. Fitzpatrick’s
Dermatology in General Medicine 7th edition. United States of America:
McGraw-Hill. 2008. h: 690-702.
15. Ichiro Kurokawa, F. William Danby, Qiang Ju, dkk. New Developments in
Our Understanding of Acne Pathogenesis and Treatment. Experimental
Dermatology. 2009; 18: 821–832.

42
43

16. Roshaslinie Ramli, Aamir Saeed Malik, Ahmad Fadzil Mohamad Hani,
Adawiyah Jamil. Acne Analysis, Grading and Computational Assessment
Methods: An Overview. Skin Research and Technology. 2012; 18: 1-14.
17. J. Karciauskiene, S. Valiukeviciene, H. Gollnick, A. Stang. The Prevalence
and Risk Factors of Adolescent Acne Among Schoolchildren in Lithuania: A
Cross-sectional Study. JEADV. 2013.
18. Nobukazu Hayashi, Hirohiko Akamatsu, Makoto Kawashima, dkk.
Establishment of Grading Criteria for Acne Severity. Journal of Dermatology.
2008; 35: 255-260.
19. Irma Bernadette S. Sitohang, Sjarif M. Wasitatmadja. Acne vulgaris (Buku
Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin). Jakarta: Badan Penerbit FKUI. 2015.
20. Anthony J. Mancini. Incidence, Prevalence, and Pathophysiology of Acne.
Adv Stud Med. 2008; 8(4): 100-105.
21. Gabriella Fabbrocini, M.C. Annunziata, V. D’Arco, dkk. Acne Scars:
Pathogenesis, Classification and Treatment. Dermatology Research and
Practice. 2010.
22. UU No. 23 Tahun 1992 Tentang Kesehatan didownload dari
http://www.affaveti.org/wp-content/uploads/2010/09/uu23_1992_ind.pdf.
23. Pratiwi Fatmasari Ningrum, Ratih Pramuningtyas, Devi Usdiana Rosyidah.
Hubungan Antara Acne vulgaris Dengan Tingkat Kualitas Hidup Pada
Remaja di SMA Muhammadiyah 2 Surakarta. Skripsi FK UMS. 2016.
24. Jelena Perić, Nataša Maksimović, Janko Janković, dkk. Prevalence and
Quality of Life in High School Pupils with Acne in Serbia. Vojnosanit Pregl.
2013; 70(10): 935–939.
25. Andri, AAAA. Kusumawardhani, Aryani Sudharmono. Perasaan Self-
consciousness dan Rendahnya Harga diri dan Hubungannya dengan Kualitas
Hidup Pasien Kualitas Hidup Pasien Acne vulgaris. Maj Kedokt Indon. 2010;
60(6): 263-267.
26. Quality of Life Questionnaires diakses dari http://sites.cardiff.ac.uk/
dermatology/quality-of-life/ diakses 10-10-2016.
27. http://www.cardiff.ac.uk/dermatology/quality-of-life/cardiff-acne-disability-
index-cadi/ diakses 10-10-2016.
28. Meita Dhamayanti. Overview Adolescent Health Problems and Services.
Artikel dari http://www.idai.or.id/artikel/seputar-kesehatan-anak/overview-
adolescent-health-problems-and-services yang diposting pada 10-09-2013.
29. Singgih D. Gunarsa, Yulia Singgih D. Gunarsa. Psikologi Perkembangan
Anak dan Remaja. Jakarta: Gunung Mulia. 2008. h: 201-221.
30. Stages of Adolescence. Diakses dari https://www.healthychildren.org
/English/ages-stages/teen/pages/Stages-of-Adolescence.aspx terakhir update
pada 21-11-2015.
31. Clea McNeely, Jayne Blanchard. The Teen Years Explained: A Guide to
Healthy Adolescent Development. United States of America: Center for
44

Adolescent Health Johns Hopkins Bloomberg School of Public Health. 2009.


32. Reynaldus Bill Johansyah. Hubungan Antara Derajat Keparahan Acne
vulgaris Dengan Kualitas Hidup Mahasiswa Pre-Klinik Program Pendidikan
Dokter Umum Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Tahun Ajaran
2015/2016. Skripsi Fakultas Kedokteran Universitas Hasanuddin Makassar.
2015.
33. Felix Boon-Bin Yap. Cardiff Acne Disability Index in Sarawak, Malaysia.
Ann Dermatol. 2012; 24(2): 158-161.
34. Amal Kokandi. Evaluation of Acne Quality of Life and Clinical Severity in
Acne Female Adults. Dermatology Research and Practice. 2010.
35. R.J. Motley, A.Y. Finlay. How Much Disability Is Caused by Acne?. Clinical
and Experimental Dermatology. 1989; 14: 194-198.
36. Aayush Gupta, Yugal Kishor Sharma, Kedar Nath Dash, dkk. Quality of Life
in Acne Vulgaris: Relationship to Clinical Severity and Demographic Data.
Indian J Dermatol Venereol Leprol. 2016; 82: 292-297.
37. Kameran Hassan Ismail, Khalis Bilal Mohammed Ali. Quality of Life in
Patients with Acne in Erbil City. Health and Quality of Life Outcomes. 2012;
10: 60.
38. Mohammad Taqhi Noorbala, Bahareh Mozaffary, Mohammad Noorbala.
Prevalence of Acne and Its Impact on the Quality of Life in High School-aged
Adolescents in Yazd, Iran. Journal of Pakistan Association of Dermatologists.
2013; 23(2): 168-172.
39. Jose RL Batubara. Adolescent Development (Perkembangan Remaja). Sari
Pediatri. 2010; 12(1): 21-29.
45

Lampiran 1
Formulir Penjelasan Penelitian dan Informed Consent
NASKAH PENJELASAN KEPADA PESERTA PENELITIAN

Saya, Yusuf Abdul Hadi, mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Islam


Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta semester VII, melakukan penelitian dengan
judul “Hubungan Antara Derajat Keparahan Acne vulgaris Vulgaris Dengan
Kualitas Hidup Pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah (MTs)
Pembangunan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Menggunakan
Kuesioner CADI”. Penelitian ini dilaksanakan dalam rangka memenuhi
persyaratan penyelesaian studi di Fakultas Kedokteran.

Tujuan penelitian ini adalah untuk melihat hubungan acne vulgaris dengan
kualitas hidup pasien. Acne vulgaris, atau yang biasa disebut dengan jerawat,
merupakan penyakit kulit yang umum yang ditandai dengan bentuk lesi yang
bervariasi. Kualitas hidup merupakan derajat kepuasan yang dialami oleh
seseorang dalam melakukan aktivitas keseharian. Saudara akan mengisi kuesioner
yang sudah disediakan dan menjalani pemeriksaan fisik berupa inspeksi wajah
dengan alat bantu loop.

Data yang saya peroleh dari pemeriksaan saudara akan saya rahasiakan
dan tidak akan saya sebarkan. Penelitian ini bersifat sukarela dan tidak memaksa.
Apabila saudara bersedia menjadi peserta penelitan, dengan senang hati kami
mengharapkan untuk dapat kiranya mengisi formulir yang kami sediakan.

Atas partisipasi dan kerjasamanya, saya ucapkan terima kasih.

September 2016

Peneliti,

Yusuf Abdul Hadi


46

(Lanjutan)

Tanggal Pengambilan:

KUOSIONER HUBUNGAN ANTARA DERAJAT KEPARAHAN ACNE


VULGARIS VULGARIS DENGAN KUALITAS HIDUP PADA SISWA
KELAS VIII DAN IX MADRASAH TSANAWIYAH (MTS)
PEMBANGUNAN UIN SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA DENGAN
MENGGUNAKAN KUESIONER CADI

No Kuosioner:

PERSETUJUAN SETELAH PENJELASAN


(INFORMED CONSENT)

Saya telah mendapatkan penjelasan secara rinci dan mengerti mengenai Riset
Hubungan Antara Derajat Keparahan Acne vulgaris Vulgaris Dengan Kualitas
Hidup Pada Siswa Kelas VIII dan IX Madrasah Tsanawiyah (MTs) Pembangunan
UIN Syarif Hidayatullah Jakarta Dengan Menggunakan Kuesioner CADI oleh
Yusuf Abdul Hadi, Mahasiswa jurusan kedokteran dan profesi dokter angkatan
2013 FKIK UIN Syarif Hidayatullah. Saya mengerti bahwa partisipasi saya
dilakukan secara sukarela. Pernyataan bersedia diwawancarai dan diperiksa.

Ciputat, September 2016

( )
47

Lampiran 2
Kuesioner Identitas dan Penjaring

IDENTITAS PASIEN

Nama :
Usia :
Jenis kelamin :
No. HP :
Kelas :
I. Jawablah pertanyaan dibawah ini
1. Apakah saat ini saudara sedang menderita jerawat?
a. Ya
b. Tidak
2. Jika “Ya”, sudah berapa lamakah saudara memiliki jerawat sampai saat
ini?
a. < (Kurang dari) seminggu d. Satu bulan
b. Satu minggu e. > (Lebih dari) 1 bulan
c. > (Lebih dari) seminggu
3. Kapan saudara pertama kali menderita jerawat?
Sejak ………………………………………………………………………..
4. Bagaimana pola munculnya jerawat yang saudara alami selama ini?
a. Hanya saat: (menjelang haid/ saat stres/ saat makan makanan tertentu)
b. Tidak ada waktu tertentu/ muncul kapan saja
c. Lain-lain, sebutkan ……………………………………………………..
5. Apakah saudara sudah melakukan pengobatan terhadap jerawat yang
saudara miliki?
a. Ya
b. Tidak
6. Jika “Ya”, jenis pengobatan bagaimana yang saudara lakukan?
a. Pengobatan resep dokter
b. Pengobatan sendiri
c. Pengobatan herbal
d. Lain-lain, sebutkan ..................................................................................
7. Apakah saudara memiliki penyakit kulit selain jerawat?
a. Ya, sebutkan ……………………………………………………………
b. Tidak
8. Apakah saudara sedang menjalani pengobatan selain jerawat?
a. Ya, deskripsikan pengobatan yang sedang dijalani …………………….
b. Tidak
48

Lampiran 3
Kuesioner CADI

II. Kuesioner CADI (Cardiff Acne Disability Index)


Instruksi : Pertanyaan-pertanyaan ini dibuat untuk mengukur kualitas
hidup anda dikarenakan jerawat yang anda derita. Berilah tanda centang
(√) pada kotak pilihan yang anda pilih.

1. Dikarenakan oleh (a) Sangat banyak


jerawat pada beberapa (b) Banyak
bulan terakhir, apakah (c) Sedikit
saudara merasa sedih, (d) Tidak sama sekali
frustasi dan malu?

2. Apakah menurut saudara (a) Berat, mempengaruhi


jerawat yang saudara semua aktivitas
derita mengganggu (b) Sedang, mempengaruhi
kehidupan sosial sehari- sebagian besar aktivitas
hari, kegiatan sosial, atau (c) Terkadang, atau hanya
gangguan dalam dalam beberapa aktivitas
menjalin hubungan (d) Tidak sama sekali
dengan lawan jenis
saudara?

3. Selama beberapa bulan (a) Sepanjang waktu


terakhir, apakah saudara (b) Hampir setiap waktu
pernah menghindari (c) Kadang-kadang
fasilitas umum atau (d) Tidak sama sekali
memakai pakaian renang
dikarenakan masalah
jerawat?
49

(Lanjutan)

(a) Sangat depresi dan tidak


4. Bagaimana saudara
senang
mendiskripsikan
(b) Biasanya cemas
perasaan saudara
(c) Kadang-kadang cemas
tentang penampilan
wajah saudara dalam (d) Tidak sama sekali
beberapa bulan terakhir?

(a) Paling parah


5. Tolong jelaskan,
(b) Masalah besar
menurut saudara,
(c) Masalah kecil
seberapa parah jerawat
(d) Tidak parah sama sekali
yang anda alami
sekarang ini?
50

Lampiran 4
Dokumentasi

Inspeksi wajah responden (perempuan) Penjelasan mengenai penelitian oleh


dengan loop peneliti

Inspeksi wajah responden (laki-laki)


dengan loop (kelas VIII)

Salah satu wajah responden yang


diinspeksi

Inspeksi wajah responden (laki-laki)


dengan loop (kelas IX)
51

Lampiran 5
Hasil Analisis SPSS

Derajat Keparahan * Gangguan Kualitas Hidup Crosstabulation


Gangguan Kualitas Hidup
Tidak Ada Ringan Sedang Total
Derajat Ringan Count 8 26 2 36
Keparahan Expected
5,3 28,3 2,4 36,0
Count
Sedang Count 12 78 6 96
Expected
14,2 75,4 6,4 96,0
Count
Berat Count 0 2 1 3
Expected
,4 2,4 ,2 3,0
Count
Total Count 20 106 9 135
Expected 20,0 106,0 9,0 135,0
Count

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 5,743a 4 ,219
Likelihood Ratio 4,459 4 ,347
Linear-by-Linear
2,865 1 ,091
Association
N of Valid Cases 135
a. 4 cells (44,4%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is ,20.

Hasil Analisis SPSS chi-square tabel 3x3 tidak memenuhi syarat uji
52

(Lanjutan)

Derajat Keparahan * Gangguan Kualitas Hidup Crosstabulation


Gangguan Kualitas Hidup
Tidak Ada Ringan Sedang Total
Derajat Ringan Count 8 26 2 36
Keparahan Expected
5,3 28,3 2,4 36,0
Count
Sedang dan Count 12 80 7 99
berat Expected
14,7 77,7 6,6 99,0
Count
Total Count 20 106 9 135
Expected 20,0 106,0 9,0 135,0
Count

Chi-Square Tests
Asymptotic
Significance
Value df (2-sided)
Pearson Chi-Square 2,157a 2 ,340
Likelihood Ratio 2,018 2 ,365
Linear-by-Linear
1,699 1 ,192
Association
N of Valid Cases 135
a. 1 cells (16,7%) have expected count less than 5. The
minimum expected count is 2,40.

Hasil Analisis SPSS chi-square penggabungan sel (tabel 2x3) memenuhi syarat
didapatkan p = 0,340
53

Lampiran 6
Riwayat Hidup Penulis

Identitas

Nama : Yusuf Abdul Hadi

Jenis Kelamin : Laki-laki

Tempat. Tanggal Lahir : Sukoharjo, 05 Agustus 1995

Agama : Islam

Alamat : Jln. Langenharjo No.48 Langenharjo RT 04 RW 02,


Grogol, Sukoharjo, Jawa Tengah

Email : yusufhadi05@gmail.com/
abdulhadi05@outlook.com

Riwayat Pendidikan

 2001 – 2007 : MIN Baki Pandeyan Sukoharjo

 2007 – 2010 : MTs Islam Ngruki Sukoharjo

 2010 – 2013 : MA Al-Islam Jamsaren Surakarta

 2013 – Sekarang : Program Studi Kedokteran dan Profesi Dokter


Fakultas Kedokteran dan Ilmu Kesehatan
Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah
Jakarta

Anda mungkin juga menyukai