Anda di halaman 1dari 6
REPUBLIK INDONESIA KEMENTERIAN LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR : SK, 7099/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA.1/8/2019 TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF PENGHENTIAN PEMBERIAN IZIN BARU HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT TAHUN 2019 DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA, Menimbang : Mengingat a bahwa berdasarkan Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 telah ditetapkan Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan ‘Tata Kelola Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; bahwa berdasarkan Amar KETIGA angka 1 huruf e Instruksi Presiden Republik Indonesia sebagaimana dimaksud huruf a, Menteri. Lingkungan Hidup dan Kehutanan menetapkan peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; bahwa Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut sebagaimana dimaksud huruf b dilakukan revisi setiap 6 (enam) bulan sekali; bahwa berdasarkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor: SK,8599/MENLHK-PKTL/IPSDH/PLA. 1/12/2018 Tanggal 17 Desember 2018 telah ditetapkan Peta Indikatif Penundaan Pemberian Izin Baru Pemanfaatan Hutan, Penggunaan Kawasan Hutan dan Perubahan Peruntukan Kawasan Hutan dan ‘Areal Penggunaan Lain (Revisi XV); bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, buruf b, huruf c dan huruf d perlu menetapkan Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan tentang Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2019; . Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan, sebagaimana telah diubah dengan Undang-Undang Nomor 19 Tahun 2004; . Undang-Undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang; . Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan Hidup; 4, Undang-Undang ... 10. ab 12. 13. 14. 15. 16. 17. 18. 19. -2 . Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-Undang Nomor 9 Tahun 2015; . Peraturan Pemerintah Nomor 44 Tahun 2004 tentang Perencanaan Kehutanan; . Peraturan Pemerintah Nomor 45 Tahun 2004 tentang Perlindungan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 60 Tahun 2009; . Peraturan Pemerintah Nomor 6 Tahun 2007 tentang Tata Hutan dan Penyusunan Rencana Pengelolaan Hutan, serta Pemanfaatan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 3 Tahun 2008; Peraturan Pemerintah Nomor 26 Tahun 2008 tentang Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN), sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Pemerintah Nomor 13 Tahun 2017; Peraturan Pemerintah Nomor 104 Tahun 2015 tentang Tata Cara Perubahan Peruntukan dan Perubahan Fungsi Kawasan Hutan; Peraturan Pemerintah Nomor 24 Tahun 2010 tentang Penggunaan Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Peraturan Pemerintah Nomor 105 Tahun 2015; Peraturan Presiden Nomor 165 Tahun 2014 tentang Penataan Tugas dan Fungsi Kabinet Kerja; Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 16 Tahun 2015 tentang Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; . Peraturan Presiden Republik Indonesia Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional; Keputusan Presiden Republik Indonesia Nomor 121/P Tahun 2014 tentang Pembentukan Kementerian dan Pengangkatan Menteri Kabinet Kerja Periode 2014 - 2019, sebagaimana telah diubah beberapa kali, terakhir dengan Keputusan Presiden Nomor 115 Tahun 2016; Instruksi Presiden Nomor 5 Tahun 2019 tentang Penghentian Pemberian Izin Baru dan Penyempurnaan Tata Kelola Hutan Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; Peraturan Menteri Kehutanan Nomor P. 47/Menhut-II/2013 tentang Pedoman, Kriteria dan Standar Pemanfaatan Hutan di Wilayah ‘Tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Republik Indonesia Nomor P.18/MenLHK-II/2015 tentang Organisasi dan Tata Kerja Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.83/MENLHK/SETJEN/KUM.1/10/2016 Tentang —Perhutanan Sosial; .Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.27/Menlhk/Setjen/Kum.1/7/2018 Tentang Pedoman_ Pinjam Pakai Kawasan Hutan sebagaimana telah diubah dengan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor. P.7/ Menlhk/Setjen/Kum.1/2/2019; 20. Peraturan ... -3 20.Peraturan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan RI Nomor P.28/MENLHK/SETJEN/KUM.1/7/2018 Tentang Tata Cara Pemberian, Perluasan Areal Kerja dan Perpanjangan Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu dalam Hutan Alam, Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Restorasi Ekosistem atau Izin Usaha Pemanfaatan Hasil Hutan Kayu Hutan Tanaman Industri pada Hutan Produksi; Memperhatikan :1. Hasil pembahasan teknis yang _—_—melibatkan —_unsur Menetapkan KESATU KEDUA. KETIGA KEEMPAT KELIMA kementerian/lembaga terkait pada tanggal 27 Agustus 2019 serta hasil koordinasi Tim Teknis Pembuatan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; 2. Surat Tugas Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor ST.51/MENLHK/PKTL/PLA.1/8/2019 tanggal 22 Agustus 2019 kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan untuk Melaksanakan Penetapan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut; MEMUTUSKAN: :KEPUTUSAN MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN TENTANG PENETAPAN PETA INDIKATIF PENGHENTIAN PEMBERIAN IZIN BARU HUTAN ALAM PRIMER DAN LAHAN GAMBUT TAHUN 2019. :Menetapkan Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru Hutan Alam Primer dan Lahan Gambut Tahun 2019 dengan skala 1:250.000 sebagaimana tercantum dalam peta lampiran yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Keputusan ini. :Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru pada Areal Penggunaan Lain yang berada di dalam peta indikatif sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU, skalanya disesuaikan dengan ketersediaan data perizinan di instansi teknis. :Penghentian pemberian izin baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU meliputi : a. izin usaha pemanfaatan hasil hutan kayu; b. izin pemungutan hasil hutan kayu; c. izin penggunaan kawasan hutan; dan d. perubahan peruntukan kawasan hutan. :Penghentian perubahan peruntukan kawasan hutan sebagaimana dimaksud dalam Amar KETIGA huruf d tidak berlaku untuk perubahan peruntukan kawasan hutan dalam rangka revisi Rencana ‘Tata Ruang Wilayah Provinsi. :Dalam hal terdapat indikasi perbedaan antara Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU dengan kondisi fisik lapangan, dapat dilakukan Klarifikasi lapangan melalui : a. survei_lahan gambut oleh Balai Besar Penelitian dan Pengembangan Sumber Daya Lahan Pertanian, Kementerian Pertanian dengan melibatkan Balai Pemantapan Kawasan Hutan di wilayah tersebut dan Perguruan Tinggi yang mempunyai ahli di bidang gambut dengan mengacu SNI 7925:2013; b. survei ... KEENAM KETUJUH KEDELAPAN KESEMBILAN 4 b. survei hutan alam primer oleh Balai Pemantapan Kawasan Hutan di wilayah tersebut, dengan melibatkan Dinas Provinsi yang membidangi Kehutanan dan Perguruan Tinggi yang mempunyai disiplin ilmu di bidang kehutanan yang diatur dengan peraturan tersendiri; c. survei sebagaimana dimaksud pada huruf a dan huruf b, dilaksanakan dengan melakukan penafsiran citra penginderaan jauh resolusi tinggi (satelit, pesawat udara, atau wahana lainnya), dan dilanjutkan dengan verifikasi melalui pengecekan lapangan untuk mengetahui kondisi rill penutupan lahan di wilayah tersebut; dan d. hasil survei hutan alam primer yang telah dilakukan sebelum keputusan ini dinyatakan tetap berlaku. :Berdasarkan hasil survei_kondisi fisik lapangan sebagaimana dimaksud dalam Amar KELIMA diperoleh hasil : a. bukan berupa gambut dan/atau bukan hutan alam primer, maka areal tersebut dapat diberikan izin baru dan digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru; b. berupa gambut dan/atau hutan alam primer, maka areal tersebut tidak dapat diberikan izin baru sebagaimana Amar KETIGA. : Revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU dilakukan dengan memperhatikan : a. perubahan tata ruang; b. data dan informasi penutupan lahan terkini; c, masukan dari masyarakat; d. pembaharuan data perizinan; dan e. hasil survei kondisi fisik lapangan. Pengumpulan data dalam rangka revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru dilakukan oleh Tim Teknis yang terdiri dari Kementerian/Lembaga terkait dan dikoordinasikan oleh Direkorat Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. : a. Perpanjangan perizinan wajib dilakukan sebelum habis masa berlakunya dengan lokasi dan Iuas tidak melebihi_perizinan sebelumnya; b. Pada areal perizinan yang sudah habis masa berlakunya dan tidak diperpanjang, maka izin baru hanya dapat diterbitkan pada areal bukan hutan alam primer dan/atau bukan lahan gambut; c. Pemanfaatan hutan di wilayah tertentu pada Kesatuan Pengelolaan Hutan Lindung dan Kesatuan Pengelolaan Hutan Produksi, wajib berpedoman pada Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud pada Amar KESATU; d. Izin lokasi di areal hutan alam primer atau lahan gambut yang terbit sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.323/Menhut-II/2011 tanggal 17 Juni 2011, tetapi tidak ditindaklanjuti dan/ atau telah melewati batas berlakunya, maka areal tersebut menjadi areal penghentian pemberian izin baru; e. sebagaimana ... KESEPULUH KESEBELAS KEDUABELAS : KETIGABELAS ¢. Sebagaimana dimaksud huruf a, b, c dan d akan digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru. : Gubernur dan Bupati/Walikota dalam menerbitkan rekomendasi dan penerbitan izin lokasi baru wajib berpedoman pada Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru sebagaimana dimaksud dalam Amar KESATU. : Peta Indikatif sebagaimana disebutkan dalam Amar KESATU, tidak berlaku pada : a. kegiatan perhutanan sosial untuk pemanfaatan jasa lingkungan atau pemungutan hasil hutan bukan kayu dengan tidak merusak lingkungan dan tidak mengurangi fungsi utamanya; b. kegiatan penggunaan kawasan hutan untuk kepentingan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan dalam penyelenggaraan perlindungan hutan, kawasan hutan dan lahan gambut; c. lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak dari pejabat berwenang sesuai peraturan perundang-undangan pada Areal Penggunaan Lain (APL) atau bukan kawasan hutan yang diterbitkan sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.323/Menhut-II/2011; d. tanah milik masyarakat perseorangan di Areal Penggunaan Lain (APL) sepanjang disertai bukti hak atas tanah/ tanda bukti kepemilikan lainnya yang diterbitkan sebelum Surat Keputusan Menteri Kehutanan Nomor SK.323/Menhut-II/2011 dan hasilnya dilaporkan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan. a. Untuk masyarakat perseorangan sebagaimana dimaksud pada Amar KESEBELAS huruf d setelah mendapat legalisasi bukti kepemilikan hak atas tanah/ tanda bukti kepemilikan lainnya serta ploting areal dari Kantor Pertanahan Kabupaten/Kota dapat mengajukan permohonan klarifikasi terhadap Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru dan status lahannya kepada Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan c.q. Direktur Inventarisasi dan Pemantauan Sumber Daya Hutan; b. Lokasi yang telah mendapat perizinan atau titel hak serta bukti hak atas tanah/tanda bukti kepemilikan lainnya sebagaimana dimaksud pada Amar KESEBELAS huruf c dan d yang telah mendapat Klarifikasi, dan merupakan Areal Penggunaan Lainnya (APL) akan digunakan sebagai bahan revisi Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru; c, Terhadap instansi pemberi izin kegiatan yang termasuk dalam pengecualian pada Peta Indikatif Penghentian Pemberian Izin Baru wajib menyampaikan laporan kepada Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan melalui Direktur Jenderal Planologi Kehutanan dan Tata Lingkungan setiap 6 (enam) bulan sekali. :Dengan ditetapkannya Keputusan ini, maka Keputusan Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan Nomor SK.8599/MENLHK- PKTL/IPSDH/PLA.1/12/2018 dicabut dan dinyatakan tidak berlaku. KEEMPATBELAS ... KEEMPATBELAS : Keputusan ini mulai berlaku pada tanggal ditetapkan. Ditetapkan di Jakarta pada tanggal 28 Agustus 2019 a.n, MENTERI LINGKUNGAN HIDUP DAN KEHUTANAN REPUBLIK INDONESIA DIREKTUR JENDERAL PLANOLOGI KEHUTANAN DAN TATA LINGKUNGAN, ttd. SIGIT HARDWINARTO NIP.19610202 198603 1 003 Salinan Keputusan ini disampaikan kepada Yth.: Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan; Menteri Koordinator Bidang Perekonomian; Menteri Perencanaan Pembangunan Nasional/Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Nasional; Menteri Pertanian; Menteri Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat; Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral; Menteri Dalam Negeri; Menteri Agraria dan Tata Ruang/(Kepala Badan Pertanahan Nasional; Sekretaris Kabinet; . Kepala Badan Informasi Geospasial; . Direktur Jenderal/Kepala Badan lingkup Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan; . Para Gubernur di seluruh Indonesia; . Para Bupati/Walikota di seluruh Indonesia,

Anda mungkin juga menyukai