Anda di halaman 1dari 29

MAKALAH

“PEMBERDAYAAN DAN PARTISIPASI MASYARAKAT”

DOSEN PENGAMPUH: KAMAL KASRA, S.K.M.,MQIH

KELOMPOK 1

Hanifazulhijjah 1811211006 Silvia Wulandari 1811212020

Ade Betasril 1811211010 Dian Firi Yova 1811212038

Muhammad Alfarezi 1811211028 Putri Balqis 1811213028

Reisya yolanda 1811211030 Lia Citra Dewi 1811212054

Putri Magvira 1811211042 Puti Oneyna Raisa 1811212024

Syafa Indah Tafsia 1811211046 Eprilla Maharani D 1811211040

Nindi Clorita. M 1811212008 Latifa Zapista 1811212010

ILMU KESEHATAN MASYARAKAT

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS ANDALAS

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan atas kehadiran Allah SWT, karena berkat rahmat
dan hidayahnya kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pengembangan dan
Pengorganisasian Masyarakat ini yang berjudul “Pemberdayaan dan Partisipasi
Masyarakat”. Tugas makalah ini kami susun untuk tugas kami pada semester ini.

Kami mengucapakan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu kami
dalam menyelesaikan makalah ini. Akhir kata semoga makalah ini dapat bermanfaat
bagi pembaca pada umumnya dan sebagai penulis kami menyadari bahwa
dalam pembuatan makalah ini masih jauh dari sempurna, untuk itu kami menerima
saran dan kritik yang bersifat membangun demi perbaikan kearah yang lebih baik.
Atas perhatiannya kami mengucapkan terima kasih.

Padang, 16 November 2019

Penulis

1
2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .............................................................................................................. 1


BAB I ........................................................................................................................................ 4
1.1 Latar Belakang ................................................................................................................ 4
1.2 Rumusan Masalah ........................................................................................................... 5
1.3 Tujuan ............................................................................................................................. 5
BAB II....................................................................................................................................... 7
2.1 Pengertian Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ................................................... 7
2.2 Tujuan Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ......................................................... 8
2.3 Manfaat Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat ..................................................... 10
2.4 Hambatan Dan Masalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan Masyarakat ... 11
2.5 Analisis SWOT ............................................................................................................. 15
2.6 Solusi ............................................................................................................................ 18
BAB III ................................................................................................................................... 26
3.1 KESIMPULAN ............................................................................................................. 26
3.2 SARAN ......................................................................................................................... 26
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................................. 27

2
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Upaya dalam menuntaskan kasus kesehatan dalam pengendalian penyakit sangat
kompleks, terdapat hubungan masalah kesehatan dengan ekonomi, sosial budaya serta
politik. Startegi promosi dalam pengendalian penyakit adalah dengan melakukan
pemberdayaan masyarakat menuju masyarakat sehat mandiri. Pemerintah bertanggung
jawab memberdayakan dan mendorong peran aktif masyarakat dalam segala bentuk
upaya kesehatan bersama petugas kesehatan dalam menumbuh kembangkan
kemampuan masyarakat, meningkatkan peran serta atau partisipasi masyarakat,
menggalang kemitraan berbagai pihak, dan mengembangkan semangat gotong royong.

Pemberdayaan atau Empowerment secara garis besar memiliki makna memberikan


bantuan kepada masyarakat agar diberdayakan atau dengan kata lain masyarakat
dioptimalkan kemampuannya agar bisa mengelola kehidupan bermasyarakatnya secara
mandiri. Maka pemberdayaan masyarakat adalah sebuah upaya dalam merubah
masyarakat dari yang pasif menjadi aktif, masyarakat diciptakan agar menjadi mandiri,
berpikir kritis serta bisa mengendalikan dan juga bertanggung jawab atas perbaikan
kualitas kehidupannya. Masyarakat diberdayakan agar sadar dengan apa yang
dialaminya tidak hanya untuk individu dari tiap masyarakat tp masyarakat
diberdayakan agar terbentuk masyarakat yang aktif dan tidak apatis lagi dengan kondisi
sekitar.

Partisipasi merupakan hal yang erat kaitannya dengan pemberdayaan masyarakat.


Pemberdayaan masyarakat dinilai berhasil atau tidaknya terlihat dari bagaimana
partisipasi masyarakatnya dalam prosesnya. Dengan melihat bagaimana partisipasi
masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat, nantinya akan diketahui
bagaimana kondisi masyarakat tersebut dan seperti apa pola pikir masyarakat. Ketika
sikap partisipasi di masyarakat sudah terbangun maka terlihatlah perkembangan
pemikiran masyarakat akan sadarnya dengan kondisi mereka. Partisipasi adalah suatu

2
kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam proses pengidentifikasian masalah dan
bagaimana cara menanganinya, keputusan atau tindakan apa yang harus diambil untuk
menghadapi masalah tersebut.

Program meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat


tentu ditemukan berbagai masalah dan hambatan sehingga program yang dijalankan
tidak dapat maksimal. Untuk itu dilakukan analisis SWOT sehingga program dapat
dilaksanakan secara efektif dan efisien.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari pemberdayaan dan partisipasi masyarakat?
2. Apa tujuan dari partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat?
3. Apa manfaat dari partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat
4. Apa hambatan dan masalah dalam kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat ?
5. Bagaimana metode analisis SWOT di jabarkan dalam menilai program kerja?
6. Bagaimana solusi dalam menyelesaikan masalah partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat?
7. Bagaimana strategi yang dapat dilakukan dalam partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat?

1.3 Tujuan
1. Menjelaskan pengertian dari pemberdayaan dan partisipasi masyarakat
2. Menjelaskan tujuan dari partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat
3. Menjelaskan manfaat dari partisipasi masyarakat dalam pemberdayaan masyarakat
4. Menjelaskan hambatan dan masalah dalam kegiatan partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat
5. Menjelaskan metode analisis SWOT di jabarkan dalam menilai program kerja

2
6. Menjelaskan solusi dalam menyelesaikan masalah partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat
7. Menjelaskan strategi yang dapat dilakukan dalam partisipasi masyarakat dalam
pemberdayaan masyarakat

2
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat
Pengertian Partisipasi
Partisipasi merupakan hal yang erat kaitannya dengan pemberdayaan
masyarakat. Pemberdayaan masyarakat dinilai berhasil atau tidaknya terlihat dari
bagaimana partisipasi masyarakatnya dalam prosesnya. Dengan melihat bagaimana
partisipasi masyarakat dalam proses pemberdayaan masyarakat, nantinya akan
diketahui bagaimana kondisi masyarakat tersebut dan seperti apa pola pikir
masyarakat. Ketika sikap partisipasi di masyarakat sudah terbangun maka terlihatlah
perkembangan pemikiran masyarakat akan sadarnya dengan kondisi mereka.
Partisipasi adalah suatu kondisi dimana masyarakat ikut serta dalam proses
pengidentifikasian masalah dan bagaimana cara menanganinya, keputusan atau
tindakan apa yang harus diambil untuk menghadapi masalah tersebut.
Menurut Keith Davis, pengertian partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran
atau moral/perasaan di dalam situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan
sumbangan kepada kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut
bertanggungjawab terhadap usaha yang bersangkutan. Masyarakat merupakan salah
salah bagian penting yang akan berpengaruh terhadap tegaknya negara dan tercapainya
tujuan nasional. Oleh karena itu, dalam diri masyarakat harus tumbuh suatu kesadaran
akan keberadaannya sehingga timbul hasrat untuk turut serta bersama pemerintah
dalam membangun negara. Salah satu upaya yang dapat dilakukan oleh seorang warga
masyarakat adalah dengan berpartisipasi secara aktif dalam berbagai kegiatan
pembangunan di wilayahnya. Partisipasi selalu dikaitkan dengan peran serta.
Pengertian Pemberdayaan Masyarakat
Pemberdayaan atau Empowerment secara garis besar memiliki makna
memberikan bantuan kepada masyarakat agar diberdayakan atau dengan kata lain
masyarakat dioptimalkan kemampuannya agar bisa mengelola kehidupan
bermasyarakatnya secara mandiri. Maka pemberdayaan masyarakat adalah sebuah

2
upaya dalam merubah masyarakat dari yang pasif menjadi aktif, masyarakat diciptakan
agar menjadi mandiri, berpikir kritis serta bisa mengendalikan dan juga bertanggung
jawab atas perbaikan kualitas kehidupannya.
Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk menumbuhkan
kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali, mengatasi,
memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri
(Notoadmojdo, 2007)

2.2 Tujuan Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat


Tujuan Partisipasi
Menurut Schiller dan Antlov (dalam Hetifah, 2003:152) tujuan partisipasi
adalah sebagai berikut:
1. Menciptakan visi bersama
Merumuskan visi dan mandate serta nilai-nilai yang dianut atau menjadi dasar
suatu organisasi serta visi itu ke depan. Tujuannya adalah menyajikan
kebenaran yang definit, tapi lebih untuk menstimulasikan debat dan bagaimana
mempengaruhi ke masa depan.
2. Membangun rencanaSetelah melakukan perumusan visi bersama dalam rangka
menentukan tujuan spesifik yang ingin dicapai. Maka dengan bekal itu dapat
segera dibuat suatu proses lanjutan untuk membangun rencana.
3. Mengumpulkan gagasan
Dilakukan dengan cara lisan maupun tertulis, dengan maksud mengumpulkan
sebanyak mungkin gagasan dari semua orang yang menjadi peserta proses
partisipasi.
4. Menentukan Prioritas / membuat pilihan
Bertujuan untuk mengorganisir berbagai ide yang muncul dalam proses
partisipasi dengan memanfaatkan kualitatif.
5. Menjaring aspirasi / masukan
Bertujuan untuk pertukaran informasi, gagasan dan kepedulian tentang suatu
isu atau rencana antara pemerintah, perencana dengan masyarakat. Melalui

2
proses ini masyarakat memperoleh kesempatan untuk mempengaruhi
perumusan kebijakan, memberikan alternatif desain, pilihan investasi beserta
pengelolaannya.
6. Mengumpulkan Informasi / Analisis Situasi
Bertujuan untuk mengindentifikasi kekuatan dan peluang serta bagaimana
mengoptimalkannya, selain mengindentifikasi kelemahan dan ancaman untuk
mempermudah merumuskan langkah-langkah untuk mengatasinya.
Pada hakekatnya tujuan partisipasi sesungguhnya adalah untuk
memberdayakan masyarakat daerah setempat untuk dapat ikut serta dalam proses
pembangunan, baik dalam kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan,
pengevaluasian serta turut serta menikmati hasil dari pembangunan tersebut.

Tujuan Pemberdayaan Masyarakat


Batasan pemberdayaan dalam bidang kesehatan meliputi upaya untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan dalam memelihara dan
meningkatkan kesehatan sehingga secara bertahap tujuan pemberdayaan masyarakat
bertujuan untuk :
1. Tumbuhnya kesadaran, pengetahuan dan pemahaman akan kesehatan bagi
individu, kelompok atau masyarakat. Pengetahuan dan kesadaran tentang cara
– cara memelihra dan meningkatkan kesehatan adalah awal dari keberdayaan
kesehatan. Kesadaran dan pengetahuan merupakan tahap awal timbulnya
kemampuan, karena kemampuan merupakan hasil proses belajar. Belajar itu
sendiri merupakan suatu proses yang dimulai dengan adanya alih pengetahuan
dari sumber belajar kepada subyek belajar. Oleh sebab itu masyarakat yang
mampu memelihara dan meningkatkan kesehatan juga melalui proses belajar
kesehatan yang dimulai dengan diperolehnya informasi kesehatan. Dengan
informasi kesehatan menimbulkan kesadaran akan kesehatan dan hasilnya
adalah pengetahuan kesehatan.
2. Timbulnya kemauan atau kehendak ialah sebagai bentuk lanjutan dari
kesadaran dan pemahaman terhadap obyek, dalam hal ini kesehatan. Kemauan

2
atau kehendak merupakan kecenderungan untuk melakukan suatu tindakan.
Oleh sebab itu, teori lain kondisi semacam ini disebut sikap atau niat sebagai
indikasi akan timbulnya suatu tindakan. Kemauan ini kemungkinan dapat
dilanjutkan ke tindakan tetapi mungkin juga tidak atau berhenti pada kemauan
saja. Berlanjut atau tidaknya kemauan menjadi tindakan sangat tergantung dari
berbagai faktor. Faktor yang paling utama yang mendukung berlanjutnya
kemauan adalah sarana atau prasarana untuk mendukung tindakan tersebut.
3. Timbulnya kemampuan masyarakat di bidang kesehatan berarti masyarakat,
baik seara individu maupun kelompok, telah mampu mewujudkan kemauan
atau niat kesehatan mereka dalam bentuk tindakan atau perilaku sehat.

2.3 Manfaat Partisipasi dan Pemberdayaan Masyarakat


Manfaat Partisipasi
Menurut Pariatra Westra (Widi Astuti, 2008:14) manfaat partisipasi adalah:
1. Lebih mengemukakan diperolehnya keputusan yang benar.
2. Dapat digunakan kemampuan berpikir kreatif dari para anggotanya.
3. Dapat mengendalikan nilai-nilai martabat manusia, motivasi serta membangun
kepentingan bersama.
4. Lebih mendorong orang untuk bertanggung jawab.
5. Lebih memungkinkan untuk mengikuti perubahan.
Dari pendapat di atas tentang manfaat partisipasi, dapat disimpulkan bahwa partisipasi
akan memberikan manfaat yang penting bagi keberhasilan organisasi yaitu:
1. Lebih memungkinkan diperolehnya keputusan yang benar karena banyaknya
sumbangan yang berarti dan positif.
2. Mengedepankan komunikasi dua arah sehingga baik bawahan maupun atasan
memiliki kesempatan yang sama dalam mengajukan pemikiran.
3. Mendorong kemampuan berpikir kreatif demi kepentingan bersama.
4. Melatih untuk bertanggung jawab serta mendorong untuk membangun
kepentingan bersama.

2
5. Memungkinkan untuk mengikuti setiap perubahan yang terjadi.
Manfaat Pemberdayaan Masyarakat
1. Masyarakat mampu mengenali masalah kesehatan dan faktor-faktor yang
mempengaruhi masalah kesehatan terutama di lingkungan tempat tinggal
mereka sendiri. Pengetahuan tersebut meliputi pengetahuan tentang penyakit,
gizi dan makanan, perumahan dan sanitasi, serta bahaya merokok dan zat-zat
yang menimbulkan gangguan kesehatan.
2. Masyarakat mampu mengatasi masalah kesehatan secara mandiri dengan
mengenali potensi-potensi masyarakat setempat.
3. Masyarakat mampu memelihara dan melindungi diri mereka dari berbagai
ancaman kesehatan dengan melakukan tindakan pencegahan.
4. Masyarakat mampu meningkatkan kesehatan secara dinamis dan terus-menerus
melalui berbagai macam kegiatan seperti kelompok kebugaran, olahraga,
konsultasi dan sebagainya.
2.4 Hambatan Dan Masalah Partisipasi Masyarakat Dalam Pemberdayaan
Masyarakat
Menutut Ibrahim (1988: 122) terdapat enam faktor utama hambatan dalam
inovasi pemberdayaan, yaitu 1) kurang tepatnya perencanaan atau estimasi dalam
proses divusi inivasi, 2) adanya konflik dan motivasi, disebabkan kerena adanya
masalah-masalah prinadi seperti pertentangan antar anggota tim pelaksana, kurang
motivasi untuk bekerja dan berbagai macam sikap pribadi yang telah menggangu
kelancaran proses inovasi, 3) inovasi tidak berkembang, 4) masalah finansial, 5)
penolakan dari kelompok tertentu, 6) kurang adanya hubungan sosial.
Menurut Almasri dalam artikelnya yang tentang “peran program pemberdayaan
masyarakat desa dalam pembangunan pesesaan” mengemukakan bahwa terdapat
beberapa hambatan dalam pemberdayaan masyarakat,antara lain: (1) kecilnya modal,
(2) rendahnya penguasaan teknologi, (3)sempitnya peliuang dan kesempatan kerja, (4)
terbatasnya pengembangan sumber daya manusia dan tidak dikuasainya akses pasar.
Menurut Mu’arifuddin (2011: 117-119) dalam penelitiannya tentang
pemberdayaan masyarakat dikelompok tani JIO meliputi beberapa bidang : (1) bidang

2
permodalan, ini disebabkan tingkat sumber daya manusia yang rendah dalam hal
pengadministrasian modal, (2) bidang produksi, meliputi kepemilikan lahanyang
sempit, iklim yang tidak mendukung, kurangnya pengetahuan dalam mengolaj, dan
hasil produksi yang rendah, (3) bidang pemasaran, yaitu terjadinya ketergantungan dari
kelompok lain.
1. Kurangnya hubungan dengan masyarakat luar
Masyarakat yang kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar dapat
menyebabkab kurangnya memnadapat informasi tentang perkembangan dunia. Hal ini
mengakibatkan masyarakat tersebut terasing dan tetap terkurung dalam pola-pola
pemikiran yang sempit dan lama. Selain itu mereka cenderung tetap mempertahankan
tradisi yang tidak mendorong kearah kemajuan.
2. Perkembangan ilmu pengetahuan dan Tekhnologi yang terlambat
Jika suatu masyarakat kurang melakukan hubungan dengan masyarakat luar,
perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi pada masyarakat tersebut menjadi
lambat. Hal ini disebabkan mereka kurang atau belum menerima informasi tentang
kemajuan masyarakat lain. Disamping itu penjajahan juga dapat menyebabkan
terlambatnya perkembangan IPTEK pada suatu masyarakat
3. Sikap masyarakat yang tradisional
Masyarakat yang masih mempertahankan tradisi dan menganggap tradisi tak
dapat diubah secara mutlak, dapat mengakibatkan terhambatnya perubahan sosial
dalam masyarakat tersebut. Hal ini disebabkan masyarakat tak bersedia menerima
inovasi dari luar. Padahal, inovasi tersebut merupakan salah satu faktor yang dapat
mendorong terjadinya perubahan yang diharapkan dalam suatu masyarakat.
4. Prasangka terhadap Hal-hal yang baru atau asing
Rasa curiga terhadap hal-hal baru yang datang dari luar dapat menghambat
terjadinya perubahan sosial dalam masyarakat. Sikap ini bisa dijumpai dalam
masyarakat yang pernah dijajah oleh bangsa-bangsa barat. Mereka tak bisa melupakan
pengalaman-pengalaman pahit selama masa penjajahan. Akibatnya, semua unsur-
unsur baru yang berasal dari bangsa barat selalu dicurigai dan sulit mereka terima.
5. Adat atau kebiasaan

2
Adat dan kebiasaan juga dapat menghambat terjadinya perubahan dalam
masyarakat. Unsur-unsur baru dianggap oleh sebagian masyarakat dapat merusak adat
atau kebiasaan yang telah mereka anut sejak lama. Mereka khawatir adat atau
kebiasaan yang dianut menjadi punah jika mereka menerima unsur-unsur baru bahkan
dapat merusak tatanan atau kelembagaan sosial yang meraka bangun dalam
masyarakatnya.
6. Ketergantungan (depedence).
Ketergantungan suatu komunitas terhadap orang lain (misalnya terhadap
pendamping sosial) menyebabkan proses “pemandirian” masyarakat membutuhkan
waktu yang cenderung lebih lama.
7. Superego
Superego yang terlalu kuat dalam diri seseorang cenderung membuat ia tidak
mau atau sulit menerima perubahan atau pembaharuan. Dorongan superego yang
berlebihan dapat menimbulkan kepatuhan yang berlebihan pula.
8. Rasa tidak percaya diri (self distrust)
Rasa tidak percaya diri membuat seseorang tidak yakin dengan kemampuannya
sehingga sulit untuk menggali dan memunculkan potensi yang ada pada dirinya. Hal
ini membuat orang menjadi sulit berkembang karena ia sendiri tidak mau berkembang
sesuai dengan potensi yang dimilikinya.

9. Rasa tidak aman dan regresi (insecurity and regression)


Keberhasilan dan “masa-masa kejayaan” yang pernah dialami seseorang
cenderung menyebabkan ia larut dalam “kenangan” terhadap keberhasilan tersebut dan
tidak berani atau tidak mau melakukan perubahan. Contoh regresi ini adalah :
seseorang yang tidak mau mengubah pola pertaniannya karena ia pernah mengalami
masa-masa panen yang melimpah di waktu yang lalu. Rasa tidak aman berkaitan
dengan keengganan seseorang untuk melakukan tindakan perubahan atau pembaharuan
karena ia hidup dalam suatu kondisi yang dirasakan tidak membahayakan dan
berlangsung dalam waktu cukup. Contoh rasa tidak aman ini antara lain : seseorang
tidak berani mengemukakan pendapatnya karena takut salah, takut malu dan takut

2
dimarahi oleh pimpinan yang mungkin juga menimbulkan konsekuensi ia akan
diberhentikan dari pekerjaannya.
10. Kesepakatan terhadap norma tertentu (conforming to norms)
Norma berkaitan erat dengan kebiasaan dalam suatu komunitas. Norma
merupakan aturan-aturan yang tidak tertulis namun mengikat anggota-anggota
komunitas. Di satu sisi, norma dapat mendukung upaya perubahan tetapi di sisi lain
norma dapat menjadi penghambat untuk melakukan pembaharuan.
11. Kesatuan dan kepaduan sistem dan budaya (systemic and cultural
coherence)
Perubahan yang dilakukan pada suatu area akan dapat mempengaruhi area yang
lain karena dalam suatu komunitas tidak berlaku hanya satu sistem tetapi berbagai
sistem yang saling terkait, menyatu dan terpadu sehingga memungkinkan masyarakat
itu hidup dalam keadaan mantap. Sebagai contoh, perubahan sistem mata pencaharian
dari ladang berpindah menjadi lahan pertanian tetap akan menimbulkan perubahan
pada kebiasaan yang lain seperti pola pengasuhan anak, pola konsumsi dan sebagainya.
12. Kelompok kepentingann.
Kelompok kepentingan dapat menjadi salah satu penghambat dalam upaya
pemberdayaan masyarakat. Misalnya, upaya pemberdayaan petani di suatu desa tidak
dapat dilaksanakan karena ada kelompok kepentingan tertentu yang bermaksud
membeli lahan pertanian untuk mendirikan perusahan tekstil. Kelompok kepentingan
ini akan berupaya lebih dulu agar lahan pertanian tersebut jatuh ke tangan mereka.
13. Hal yang bersifat sakral (the sacrosanct).
Beberapa kegiatan tertentu lebih mudah berubah dibandingkan beberapa
kegiatan lain, terutama bila kegiatan tersebut tidak berbenturan dengan nilai-nilai yang
dianggap sakral oleh komunitas. Sebagai contoh : di banyak wilayah, dukungan
terhadap perempuan yang mencalonkan diri sebagai pemimpin dirasakan masih sangat
kurang karena masyarakat umumnya masih menganggap bahwa pemimpin adalah laki-
laki sebagaimana yang diajarkan oleh agama atau sesuai dengan sistem patriaki.
14. Penolakan terhadap orang luar.

2
Anggota-anggota komunitas mempunyai sifat yang universal dimiliki oleh
manusia. Salah satunya adalah rasa curiga dan “terganggu” terhadap orang asing.
Pekerja sosial atau pendamping sosial yang akan memfasilitasi program pemberdayaan
tentu akan mengalami kendala dan membutuhkan waktu yang cukup lama sebelum ia
dapat diterima dalam suatu komunitas. Di samping itu, rasa curiga dan terganggu ini
menyebabkan komunitas enggan untuk ikut berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
yang diselenggarakan oleh “orang asing” yang memfasilitasi program pemberdayaan
di daerah mereka.
15. Kritik terhadap pemberian bantuan
Modal fisik terdiri dari dua kelompok, yaitu bangunan dan infrastruktur.
Bangunan dapat berupa rumah, gedung perkantoran, toko dan lain-lain. Sedangkan
infrastruktur dapat berupa jalan raya, jembatan, jaringan listrik dan telepon dan
sebagainya. Modal fisik selalu terkait erat dengan modal manusia. Modal fisik tidak
dapat digunakan apabila tidak ada modal manusia yang menggerakkan atau
memanfaatkan atau melaksanakan kegiatan di dalamnya. Oleh karena itu, modal fisik
sering disebut sebagai pintu masuk (entry point) untuk melakukan perubahan atau
pemberdayaan masyarakat.

2.5 Analisis SWOT


“Penyuluhan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) terutama pada Tempat
Penampungan Air (TPA) Untuk Mencegah Penyakit DBD”

Strengths:
1) Petugas Kesehatan mempunyai ilmu advokasi
2) Jumlah tenaga yang memadai.
3) Sarana dan prasarana yang memadai.
Weaknesses:
1) Banyaknya warga yang tidak memelihara ikan pemakan larva jentik-jentik
dalam Tempat Penampungan Air (TPA)

2
2) Penutupan Tempat Penampungan Air (TPA) yang kurang rapat atau tutup TPA
yang sering dibuka tapi tidak ditutup kembali.
Opportunities:
1) Adanya penyuluhan dari dinas kesehatan dan puskesmas di bagian kesehatan
lingkungan dan promosi kesehatan kepada warga tersebut.
Threats:
1) Rendahnya kesadaran masyarakat dalam pencegahan dan penanggulangan
DBD.
2) Kurangnya kepedulian masyarakat terhadap sanitasi lingkungan.
3) Kebiasaan masyarakat yang sudah ada sulit untuk diubah

Tabel Strenghts, Weaknesses, Opportunity, dan Threats

Strengths (Kekuatan) Weaknesses (Kelemahan)

Faktor Kunci 1. Petugas Kesehatan 1. Banyaknya warga


Keberhasilan Internal mempunyai ilmu advokasi yang tidak
2. Jumlah tenaga kesehatan memelihara ikan
yang memadai. pemakan larva
3. Sarana dan prasarana yang jentik-jentik dalam
memadai. Tempat
Penampungan Air
(TPA)
2. Penutupan Tempat
Penampungan Air
(TPA) yang kurang
rapat atau tutup
TPA yang sering

2
dibuka dan tidak
ditutup kembali
Faktor Kunci
Keberhasilan Eksternal

Opportunities (Peluang) SO (upaya kooperatif) WO

1. Adanya penyuluhan 1. Optimalkan jumlah 1. Optimalkan warga yang


dari dinas kesehatan tenaga dengan didukung belum memelihara ikan
dan puskesmas di penyuluhan dari dinas pemakan jentik-jentik
bagian kesehatan kesehatan dan puskesmas dalam TPA dengan
lingkungan dan di bagian kesehatan mengikutsertakan mereka
promosi kesehatan lingkungan dan promosi dalam penyuluhan dari
kepada warga tersebut. kesehatan. dinas kesehatan dan
2. Optimalkan sarana dan puskesmas di bagian
prasarana dengan kesehatan lingkungan dan
memfasilitasi warga promosi kesehatan.
dengan penyuluhan dari 2. Optimalisasi warga yang
dinas kesehatan dan sering tidak menutup TPA
puskesmas di bagian nya untuk ikut serta dalam
kesehatan lingkungan melakukan penyuluhan dari
dan promosi kesehatan. dinas kesehatan dan
puskesmas di bagian
kesehatan lingkungan dan
promosi kesehatan.
Threats (Ancaman) ST (keuntungan mobilitas) WT (status quo)
1.
1. Rendahnya Kesadaran 1. Optimalisasi jumlah 1. Optimalkan tenaga warga
masyarakat dalam pen tenaga yang tersedia yang tidak memelihara

2
cegahan dan untuk meningkatkan ikan pemakan larva untuk
penanggulangan DBD. kesadaran masyarakat mengurangi
2. Kurangnya kepudulian dalam pencegahan dan rendahnya kesadaran mas
masyarakat terhadap penanggulangan DBD. yarakat dan pencegahan
sanitasi Lingkungan. 2. Optimalisasi sarana dan penanggulangan DBD.
3. Kebiasaan masyarakat prasarana sehingga 2. Optimalkan sarana dan
yang ada sulit untuk dapat meningkatkan ke prasarana untuk
diubah pedulian meningkatkan kepedulian
masyarakat terhadap sa masyarakat terhadap sani
nitasi lingkungan. tasi lingkungan.
3. Optimalisasi jumlah 3. Optimalkan warga yang
tenaga yang tersedia tidak menutup TPA
untuk mengubah dengan baik untuk
kebiasaan yang sulit mengurangi serta
diubah di masyarakat menghilangkan kebiasaan
dalam pencegahan dan buruk di masyarakat
penanggulangan DBD

2.6 Solusi
Dengan melakukan pencegahan seperti hal-hal berikut :
1. Menguras bak mandi seminggu sekali
Genangan air merupakan tempat bagi nyamuk Aedes aegypti berkembang biak.
Nyamuk betina pertama-tama akan bertelur pada dinding bak yang terisi air. Larva
nyamuk yang menetas dari telur kemudian akan mendapat makanan dari
mikroorganisme di sekitarnya. Seiring waktu, larva nyamuk akan tumbuh menjadi
nyamuk dewasa. Keseluruhan siklus ini berlangsung selama 8–10 hari dalam suhu
ruang.
Maka, menguras dan membersihkan bak mandi minimal seminggu sekali adalah cara
pencegahan DBD yang paling utama. Kebiasaan ini dapat memutus siklus hidup
nyamuk Aedes aegypti.

2
2. Bersihkan wadah penampung air lainnya
Biasakanlah menguras wadah-wadah air tersebut setidaknya dua kali seminggu
sebagai langkah pencegahan demam berdarah di rumah. Setelah itu, tutup rapat wadah
yang kemungkinan bisa menjadi sarang nyamuk.
Buang wadah-wadah yang sudah usang dan tidak terpakai agar tidak jadi tempat
genangan air.

3. Pasang kasa dan kelambu nyamuk


Untuk mencegah nyamuk DBD masuk ke dalam rumah, Anda bisa memasang
kasa pada setiap lubang ventilasi dan jendela.
Kasa nyamuk ada berbagai macam, ada yang terbuat dari kawat, magnet, bahkan
sampai jaring-jaring rapat yang tipis namun kuat menghalau masuknya nyamuk dari
luar.
Pencegahan demam berdarah juga perlu dilakukan dengan memasang kelambu di
kamar tidur. Anda dapat memasang kelambu mengelilingi ranjang Anda atau menutupi
ranjang bayi.
4. Jangan menumpuk atau menggantung baju terlalu lama
Sebaiknya setop kebiasaan ini sebagai langkah pencegahan DBD. Membiarkan
baju menumpuk atau tergantung begitu lama dapat menjadi tempat favorit untuk
dihinggapi nyamuk. Hal ini dikarenakan nyamuk menyukai aroma tubuh manusia.
Jika memang harus menyimpan kembali baju yang baru dipakai, lipat kemudian
simpan pada tempat yang bersih dan tertutup.
5. Gunakan lotion atau krim antinyamuk
Lindungi diri dengan mengoleskan losion antinyamuk setiap kali akan
bepergian keluar rumah atau ke tempat terbuka.
Pilih losion yang mengandung ekstrak serai, lavender, geranium, lemon balm, atau
peppermint yang sudah terbukti tidak disukai nyamuk.
6. Gunakan pakaian tertutup saat keluar rumah

2
Agar pencegahan demam berdarah lebih efektif, semprotkan dulu obat
permethrin pada sepatu, celana/rok, kaos kaki, dan pakaian. Permethrin adalah obat
yang mampu melumpuhkan dan membunuh tungau, termasuk nyamuk.
7. Fogging
Selain rutin melindungi rumah pakai obat nyamuk semprot atau obat nyamuk
bakar, penting juga untuk membiasakan kegiatan fogging. Fogging adalah cara
pencegahan demam berdarah (DBD) secara massal dengan penyemprotan obat nyamuk
yang mampu menjangkau area lebih luas.
Pencegahan demam berdarah (DBD) dengan fogging biasanya dilakukan ketika masuk
musim pancaroba atau ketika angka kasus demam berdarah di daerah Anda mulai
meningkat.
Obat fogging mengandung zat kimia piretroid sintetis (insektisida) yang dilarutkan
dengan air, kemudian diuapkan menjadi kabut asap. Asap fogging dapat menyebar
cepat ke pelosok bangunan dan dapat cepat membunuh nyamuk serta jentik-jentiknya.
Maka itu, setiap penghuni rumah wajib membiarkan semua pintu dan jendela rumah
mereka terbuka selama fogging berlangsung.
Fogging paling baik dijadwalkan pada sekitar pukul 5.30-7.30 pagi atau 4.30-6.30
malam. Waktu tersebut adalah saat nyamuk demam berdarah sedang aktif keluar dari
sarangnya.
8. Pangkas dan bersihkan tanaman liar di pekarangan rumah
Pekarangan hijau dan penuh bunga memang membuat penampilan rumah
makin cantik dan apik. Namun, Anda harus rajin-rajin merawatnya agar tidak malah
jadi sarang nyamuk. Rerumputan lebat dan kumpulan ilalang liar yang tidak terawat
dapat menjadi sarang nyamuk tersembunyi.
Terlebih ketika di musim hujan, tidak semua airnya terserap ke dalam tanah.
Kadang masih ada sisa-sisa genangan air yang bersembunyi di antara tanaman yang
tumbuh liar. Nah, di sinilah nyamuk akan bebas berkembang biak menelurkan ribuan
jentiknya.

2
Babat rata dan rapikan perkarangan atau tanaman liar di sekitar rumah. Jangan lupa
juga untuk menguras setiap pot dan tutup lubang-lubang genangan, ratakan dengan
tanah.
9. Hias rumah dengan tanaman antinyamuk alami
Selain yang sudah disebut di atas, Anda dapat memanfaatkan alternatif alami
lainnya sebagai cara pencegahan demam berdarah (DBD) di rumah. Misalnya,
menghias interior rumah dengan tanaman pengusir nyamuk seperti serai wangi, bunga
lavender, daun peppermint, dan bunga geranium (tapak dara).
Bahkan beberapa tanaman tersebut juga kerap diolah sebagai bahan utama
dalam pembuatan obat nyamuk komersil. Lavender, misalnya, mengandung zat aktif
linalool dan lynalyl asetat yang terbukti tidak disukai nyamuk.
Namun perlu diingat, berbagai bahan alami ini belum terbukti 100% aman dan efektif
sebagai pencegahan demam berdarah (DBD) untuk semua orang. Maka sebaiknya
Anda tetap prioritaskan menggunakan produk obat antinyamuk komersil yang memang
telah teruji pasti.
10. Vaksin DBD
Tidak banyak yang tahu bahwa sebenarnya vaksin dengue sudah lama ada di
Indonesia. Vaksin dengue pun juga sudah disetujui oleh BPOM RI. Vaksin diberikan
sebanyak 3 kali dengan jarak antar pemberian dosis per 6 bulan.
Badan Kesehatan Dunia (WHO) menegaskan vaksin dengue sebagai cara pencegahan
demam berdarah sudah dapat diberikan pada orang-orang yang berusia 9-45 tahun.
Namun berdasarkan penelitian, vaksin dengue akan paling manjur jika mulai diberikan
pada anak berusia 9-16 tahun.
Saat ini terdapat 10 negara di dunia yang telah menyetujui penggunaan vaksin dengue
selain Indonesia, yaitu Filipina, Vietnam, Thailand, Malaysia, Brazil, Puerto Rico,
Meksiko, Honduras, dan Kolombia.

2.6 Strategi dalam Pemberdayaan Masyarakat


(1) Membangun kepercayaan, dengan menjadikan masyarakat bukan lagi objek
melainkan su byek yang akan melaksanakan program.

2
(2) Meningkatkan kepedulian masyarakat terhadap DBD, selama ini DBD adalah
penyakit yang tidak dianggap penting oleh masyarakat kecuali bagi mereka
yang pernah mengalami hal yang tidak menyenangkan terkait DBD. Untuk bisa
meningkatkan kepedulian ini harus ada edukasi secara berkesinambungan di
masyarakat.
(3) Pengembangan program, program dikembangkan bersama sama dengan
masyarakat agar mereka merasa menjadi orang yang penti ng dalam
pelaksanaan program tersebut dan tanpa partisipasi dari masyarakat maka
program tidak akan berjalan.
(4) Pengorganisasian masyarakat.
(5) Inisiasi untuk perbaikan program sehingga program ini dapat dilaksanakan
secara berkesinambungan dengan proses perbaikan yang berkesinambungan
juga.

Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan


Penyakit DBD erat kaitannya dengan kondisi lingkungan dan perilaku
masyarakat, sehingga upaya penanggulangan lebih diutamakan melalui penyuluhan
kepada masyarakat untuk selalu menjaga kebersihan lingkungannya daripada upaya
penanggulangan lainnya sebagaimana diatur dalam Undang-Undang Nomor 4 Tahun
1984 tentang Wabah Penyakit Menular. Dalam undang-undang tersebut, upaya
penanggulangan meliputi penyelidikan epidemiologis; pemeriksaan, pengobatan,
perawatan, dan isolasi penderita termasuk tindakan karantina; pencegahan dan
pengebalan; pemusnahan penyebab penyakit; penanganan jenazah akibat wabah;
penyuluhan kepada masyarakat; dan upaya penanggulangan lainnya.
Penyuluhan kepada masyarakat merupakan bagian dari upaya promosi kesehatan
yang bertujuan meningkatkan kemampuan masyarakat untuk mengontrol berbagai
faktor yang mempengaruhi kesehatannya. Namun penyuluhan sering kali mempunyai
pendekatan dari atas ke bawah (top-down) di mana pelaksanaan kegiatan didominasi
oleh petugas kesehatan, sedangkan masyarakat ditempatkan sebagai objek kegiatan.
Oleh karena itu, pemberdayaan masyarakat yang mempunyai pendekatan dari bawah

2
ke atas (bottom-up) dapat dijadikan upaya yang efektif dalam meningkatkan
kemampuan masyarakat untuk berperilaku hidup bersih dan sehat.
Pendekatan pemberdayaan masyarakat dalam bidang kesehatan diatur dalam
Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman Pelaksanaan
dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang Kesehatan. Dalam peraturan
tersebut, pengorganisasian masyarakat merupakan proses yang mengarah pada
terbentuknya kader masyarakat yang bersama masyarakat dan fasilitator berperan aktif
dalam lembaga berbasis masyarakat sebagai representasi masyarakat yang akan
berperan sebagai penggerak masyarakat dalam melakukan kegiatan pemberdayaan
masyarakat di bidang kesehatan.
Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik
Juru Pemantau Jentik (Jumantik) merupakan kader masyarakat yang secara sukarela
memantau keberadaan jentik nyamuk Aedes di lingkungannya secara rutin melalui
kegiatan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN). Tujuan adanya Jumantik adalah
sebagai penggerak peran serta masyarakat dalam upaya pemberantasan jentik nyamuk
Aedes sehingga dapat mengurangi penularan penyakit DBD. Saat ini kebijakan
mengenai Jumantik diperluas, tidak hanya sebatas kader masyarakat, melainkan juga
semua anggota masyarakat harus memantau jentik di lingkungannya masingmasing.
Melalui Surat Edaran Nomor PM.01.11/Menkes/591/2016 tentang Pelaksanaan
Pemberantasan Sarang Nyamuk 3M Plus dengan “Gerakan Satu Rumah Satu
Jumantik” kelompok sasarannya mencakup seluruh anggota masyarakat. Kegiatan
gerakan tersebut antara lain menguras tempat yang sering dijadikan tempat
penampungan air, menutup tempat penampungan air, dan memanfaatkan kembali
barang bekas yang memiliki potensi menjadi tempat perkembangbiakan nyamuk
Aedes. Adapun yang dimaksud dengan “Plus” adalah segala bentuk kegiatan
pencegahan gigitan nyamuk seperti menaburkan atau meneteskan larvasida pada
tempat penampungan yang sulit dibersihkan; menggunakan obat antinyamuk;
menggunakan kelambu; memelihara ikan pemangsa jentik nyamuk; menanam tanaman
pengusir nyamuk;

2
mengatur cahaya dan ventilasi dalam rumah; menghindari kebiasaan
menggantung pakaian di dalam rumah yang dapat menjadi tempat istirahat nyamuk;
dan mulai menggunakan air pancur (shower) untuk mandi, dengan tujuan mengurangi
penggunaan bak mandi.Sedangkan “Gerakan Satu Rumah Satu Jumantik” dilakukan di
lingkungan rumah tempat tinggal melalui upaya berikut:

pertama, mengajak keluarga dan tetangga di lingkungan sekitar untuk menjadi


Jumantik Rumah dan melakukan pemantauan jentik nyamuk serta kegiatan PSN 3M
Plus di rumah masing-masing.

Kedua, berkoordinasi dengan ketua atau pengurus RT setempat dengan


membentuk Jumantik lingkungan dan koordinator Jumantik. Ketiga, berkoordinasi
dengan ketua/pengurus RW dan RT setempat membentuk Supervisor Jumantik.Namun
kebijakan tersebut hanya sebatas pemberitahuan kepada masyarakat yang dimulai dari
seluruh pegawai ASN di lingkungan Kementerian Kesehatan. Belum ada kewajiban
seluruh masyarakat untuk melaksanakan kebijakan tersebut, karena kebijakan tersebut
dituangkan dalam bentuk surat edaran menteri yang tidak memiliki kekuatan hukum.

Adapun peraturan mengenai keterlibatan masyarakat diatur pada Pasal 6 Undang-


Undang Nomor 4 Tahun 1984 tentang Wabah Penyakit Menular yang menyatakan
bahwa upaya penanggulangan wabah dilakukan dengan mengikutsertakan masyarakat
secara aktif. Tata cara dan syarat.
peran serta masyarakat diatur dengan Peraturan Pemerintah, yaitu Peraturan
Pemerintah Nomor 40 Tahun 1991 tentang Penanggulangan Wabah Penyakit Menular.
Pasal 22 pada peraturan tersebut menyatakan bahwa peran serta masyarakat dalam
upaya penanggulangan wabah dilakukan dengan memberikan informasi adanya
penderita atau tersangka penderita; membantu kelancaran pelaksanaan upaya
penanggulangan wabah; menggerakkan motivasi masyarakat dalam upaya
penanggulangan wabah; dan kegiatan lainnya.

2
Penanggulangan DBD melalui pemberdayaan masyarakat memerlukan
pendampingan dari fasilitator, baik kader masyarakatmaupun tenaga kesehatan. Peran
fasilitator pada awal pemberdayaan masyarakat sangat diperlukan, namun secara
bertahap peran fasilitator akan berkurang hingga masyarakat mampu menerapkan
perilaku hidup bersih dan sehat. Akan tetapi yang sering terjadi adalah tenaga
kesehatan di fasilitas pelayanan kesehatan dan Dinas Kesehatan jarang melakukan
pendampingan pemberdayaan masyarakat seperti yang terjadi di Bekasi (Kompas, 31
Januari 2019). Hal ini dikarenakan kurangnya tenaga kesehatan masyarakat yang
semestinya melakukan kegiatan epidemiologi, surveilans kesehatan, dan promosi
kesehatan. Dengan demikian tenaga medis di fasilitas pelayanan kesehatan dan Dinas
Kesehatan selain melakukan tugas dan fungsi yang sesuai dengan kompetensi dan
kewenangannya, juga memegang beberapa program pengendalian penyakit menular,
termasuk di dalamnya pendampingan upaya pemberdayaan masyarakat. Oleh karena
itu, masalah kekurangan tenaga kesehatan masyarakat, terutama tenaga epidemiolog
kesehatan dan tenaga promosi kesehatan dan ilmu perilaku di fasilitas pelayanan
kesehatan dan Dinas Kesehatan perlu mendapat perhatian lebih lanjut.

2
BAB III

PENUTUP

3.1 KESIMPULAN
Partisipasi adalah keterlibatan mental/pikiran atau moral/perasaan di dalam
situasi kelompok yang mendorongnya untuk memberikan sumbangan kepada
kelompok dalam usaha mencapai tujuan serta turut bertanggungjawab terhadap usaha
yang bersangkutan. Pemberdayaan masyarakat adalah upaya atau proses untuk
menumbuhkan kesadaran, kemauan, dan kemampuan masyarakat dalam mengenali,
mengatasi, memelihara, melindungi, dan meningkatkan kesejahteraan mereka sendiri.

Tujuan partisipasi sesungguhnya adalah untuk memberdayakan masyarakat


daerah setempat untuk dapat ikut serta dalam proses pembangunan, baik dalam
kegiatan perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pengevaluasian serta turut serta
menikmati hasil dari pembangunan tersebut. Banyak manfaat dan kendala dari
terwujudnya partisipasi dan pemberdayaan masyarakat ini. Untuk mengatasi atau
menentukan solusi dari suatu permasalahan digunakan suatu analisis yang disebut
analisis swot.

3.2 SARAN
Penulis sangat mengharapkan agar makalah ini dapat menjadi acuan dalam
mempelajari tentang pengembangan dan pengorganisasian masyarakat, Harapan
penulis makalah ini tidak hanya berguna bagi penulis tetapi juga berguna bagi semua
pembaca. Terakhir dari penulis walaupun makalah ini kurang sempurna penulis
mengharapkan kritik dan saran untuk perbaikan di kemudian hari.

2
DAFTAR PUSTAKA

Astuti, Widi. (2008). Bentuk – bentuk Partisipasi. Jakarta: Rieneke Cipta

Djamahar, Refirman. Deskripsi Tempat Penampungan Air Positif Larva


Aedes Aegypti di Kelurahan Cakung Timur. FMIPA Universitas Negeri Jakarta,
Volume 1, Nomor : 10, 2014.

Kementerian Kesehatan RI. (2018). Profil Kesehatan Indonesia Tahun 2017.


Jakarta: Kementerian Kesehatan RI.

Sumarto dan Hetifah (2003). Inovasi, Partisipasi dan Good Governance 20


Prakarsa Inovatif dan Partisipatif di Indonesia. Jakarta: Yayasan Obor Indonesia

Syahrullegiarto. 2016. Pemberdayaan Masyarakat di Bidang Kesehatan.


https://syahrullegiarto.wordpress.com/2016/03/03/pemberdayaan-masyarakat-di-
bidang-kesehatan/ (diakses 16 november 2019)

2
2

Anda mungkin juga menyukai