Anda di halaman 1dari 10

JURNAL MANAJEMEN PELAYANAN KESEHATAN

VOLUME 14 No. 04 Desember z2011 Halaman 197 - 206


Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan
Artikel Penelitian

EVALUASI KINERJA PERAWAT PELAKSANA RUMAH SAKIT M.H. THAMRIN


SALEMBA DENGAN PENDEKATAN PERSONAL BALANCE SCORECARD
TAHUN 2010
IMPLEMENTING THE PERFORMANCE EVALUATION OF NURSE IN M.H. THAMRIN SALEMBA
HOSPITAL WITH PERSONAL BALANCE SCORECARD APPROACH YEAR 2010

Ridwan Kwang, Dumilah Ayuningtyas


Program Studi Kajian Administrasi Rumah Sakit
Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Indonesia, Depok

ABSTRACT konsep baru dengan pendekatan ”dari dalam ke luar” yang


Background: In the last decade there has been a dramatic menggunakan individu karyawan sebagai titik awal.
shift in the human resource management. Personal Balance Tujuan: Untuk mendapatkan informasi mengenai kinerja
Scorecard (PBS) is a new concept with the approach “from perawat pelaksana di Rumah Sakit (RS) M.H. Thamrin Salemba
the inside out” that uses the individual employee as a starting berdasarkan pendekatan PBS dan menganalisis PBS sebagai
point. instrumen penilaian kinerja.
objectives: To obtain information about the performance of Metode: Penelitian ini dilaksanakan pada November 2010
nurses in M.H. Thamrin Salemba Hospital based approach to hingga Januari 2011 dengan menggunakan instrumen PBS.
the PBS, also to analyze PBS as performance appraisal instru- Analisis dilakukan dengan pendekatan kuantitatif dan kualitatif.
ment. Sampel dari penelitian kuantitatif adalah seluruh populasi
Methods: The study was conducted in November 2010 to perawat di ruang rawat inap dewasa RS M.H. Thamrin Salemba.
January 2011 using an instrument Scorecard Personal Bal- Instrumen survei yang digunakan untuk penelitian kuantitatif
ance (PBS). Analyses were conducted with quantitative and berupa kuesioner terstruktur yang berisi pertanyaan-perta-
qualitative approaches. Sample of quantitative research is the nyaan mengenai kinerja perawat dari perspektif PBS. Untuk
entire population of nurses in the inpatient adult MH Thamrin penelitian kualitatif, dilakukan wawancara mendalam terhadap
Salemba Hospital. Survey instruments used for quantitative perawat yang memenuhi kriteria tertentu. Hasil pengukuran
research are containing questions about the performance of kinerja dengan PBS kemudian dibandingkan dengan target yang
nurses from the perspective of PBS. The qualitative research, diinginkan dan kemudian dianalisis secara deskriptif.
conducted in-depth interviews of nurses who meet certain Hasil: Hasil penelitian mendapatkan kinerja perawat sudah
criteria. Performance measurement results with PBS and then cukup baik pada perspektif keuangan, masih kurangnya kinerja
compared with the desired target and then analyzed descrip- perawat pelaksana pada perspektif pelanggan, dan ada
tively. beberapa sektor kegiatan yang perlu diperbaiki pada perspektif
Results: This study found that the performance is good enough bisnis internal, serta pembelajaran dan pengembangan, dan
in the financial perspective, but still lack of nurses perfor- terdapat satu unit tim kerja yaitu Unit Luka Bakar yang relatif
mance on the customer perspective, there are some sectors memiliki skor kinerja kurang baik dibandingkan unit lainnya.
which need to be improved in the internal business perspec- Kesimpulan: Dari analisis didapatkan gambaran bahwa PBS
tive, also learning and development perspective, and there is a selain dapat mengukur kinerja perawat juga dapat
unit of work teams with performance score less well than menerjemahkan visi, misi, dan tujuan strategis seorang perawat
other units, that unit is Burns Unit. ke dalam indikator kinerja dan perencanaan strategis. Dari
Conclusion: From the analysis it concluded that PBS in its penelitian ini juga didapatkan gambaran bahwa hasil pengukuran
role to measuring the performance of nurses also can trans- kinerja menggunakan PBS sudah sesuai dengan keadaan di
late the vision, mission and strategic goals of the nurses into lapangan dan tidak menyimpang dari BSC RS M.H. Thamrin
performance indicator and strategic planning. It also obtained Salemba. Disarankan konsep PBS dapat lebih dikembangkan
from this study that the result of performance measurement dan digunakan secara berkesinambungan.
using PBS was in conformity with the situation on the field and
not deviate with BSC of M.H. Thamrin Salemba Hospital. It Kata Kunci: balance scorecard, personal balance scorecard,
suggests that the concept of the PBS can be further devel- pengukuran kinerja, sistem manajemen
oped and used mainly on an ongoing basis.
PENGANTAR
Keywords: balanced scorecard, personal balanced
scorecard, performance measurement, system management
Produktivitas tenaga kerja adalah salah satu
ukuran perusahaan dalam mencapai tujuannya.
ABSTRAK Siagian1 dalam penelitiannya berpendapat bahwa
Latar Belakang: Pada dekade terakhir ini telah terjadi peningkatan produktivitas kerja hanya mungkin
pergeseran dramatis dalam manajemen sumber daya manusia. dilakukan oleh manusia. Oleh karena itu, tindakan
Personal Balance Scorecard (PBS) merupakan sebuah
paling potensial yang dapat diambil oleh para

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 197
Ridwan Kwang & Dumilah Ayuningtyas: Evaluasi Kinerja Perawat Pelaksana

manajer Sumber Daya Manusia (SDM) guna menja- Selama ini RS M.H. Thamrin Salemba telah
min kontribusi strategis mereka ialah mengembang- melakukan penilaian kinerja seluruh karyawan
kan sistem pengukuran yang mampu memperlihat- dengan menggunakan formulir penilaian prestasi
kan dampak SDM terhadap kinerja bisnis. Pende- kerja. Begitu pula dalam menilai kinerja tenaga
katan BSC dari Robert S Kaplan dan David Norton2 seperti perawat dan profesi lainnya, RS meng-
mempelopori konsep ini. Untuk menggunakan alat gunakan formulir tersebut tanpa memperhatikan
ini, sebuah organisasi harus menetapkan bukan perbedaan deskripsi pekerjaan masing-masing
hanya unsur-unsur finansial dari rantai nilainya, karyawan. Terdapat keinginan dari pihak manajemen
tetapi juga unsur-unsur pelanggan, proses bisnis, dan perawat di RS M.H. Thamrin Salemba untuk
unsur belajar, serta pertumbuhan. menggunakan suatu instrumen penilaian kinerja
Namun, dewasa ini orang mulai menyadari bah- perawat yang lebih dapat menggambarkan kinerja
wa perbaikan dan pembelajaran merupakan proses perawat sesungguhnya, dengan mengacu pada
etis bersiklus dengan adanya pengembangan ke- standar praktik profesi perawat dan standar kinerja
mampuan pribadi dan organisasi, serta keterlibatan profesional yang ditetapkan oleh PPNI.
batin yang saling memperkuat. Oleh karena itu, Berdasarkan uraian di atas, dapat terlihat masih
sebuah konsep baru yang menggunakan pendekatan kurangnya kinerja RS M.H. Thamrin Salemba,
”dari dalam ke luar” dengan intisari jati diri perorangan sehingga diperlukan penggunaan instrumen untuk
sebagai titik awal, dirasa lebih tepat untuk kondisi menilai kinerja karyawan khususnya perawat yang
saat ini. Konsep ini dikenal sebagai model PBS.3,4 merupakan tenaga kerja dengan jumlah terbesar.
Menggunakan referensi terkait, penelitian ini meng- Oleh karena itu, perlu dilakukan evaluasi kinerja
gunakan konsep PBS yang dikembangkan oleh perawat, salah satunya di ruang rawat inap dewasa
Hubert Rampersad3,4, dan mengadopsi Scorecard RS M.H. Thamrin Salemba dengan pendekatan
yang dikembangkan oleh Pattinama.5 PBS.
Di samping penggunaan Bed Occupacy Rate Penelitian ini bertujuan untuk mendapatkan
(BOR) sebagai indikator kinerja, selama ini RS M.H. informasi mengenai kinerja perawat pelaksana di
Thamrin Salemba juga telah melakukan penilaian ruang rawat inap dewasa RS M.H. Thamrin Salemba
kinerja organisasi dengan menggunakan BSC.2 berdasarkan pendekatan PBS dan gambaran
Rumah sakit telah berusaha merumuskan dan me- mengenai persepsi perawat terhadap PBS sebagai
nerapkan strategi yang tepat berdasarkan prosedur instrumen penilaian kinerja.
tersebut. Selain itu manajemen RS merasa BSC
merupakan sistem manajemen yang cukup efektif BAHAN DAN CARA PENELITIAN
dalam merumuskan visi RS ke dalam kegiatan Penelitian mengenai evaluasi kinerja perawat di
operasional RS. Namun, pada kenyataannya ruang rawat inap dewasa RS M.H. Thamrin Salemba
perbaikan dan perubahan kinerjanya masih belum dengan PBS merupakan jenis penelitian kualitatif
dapat tercapai (BOR tahun 2008-2010 masih di dan kuantitatif. Desain penelitian berdasarkan
bawah standar ideal Departemen Kesehatan). pendekatan PBS, dengan melakukan observasi,
Tidak dapat dipungkiri pula bahwa perawat wawancara mendalam, dan menyebarkan kuesioner
merupakan tenaga profesional di RS dengan jumlah tentang persepsi mereka terhadap kinerja pribadi
terbanyak, sehingga kinerjanya secara langsung menurut perspektif PBS.
akan mempengaruhi kinerja RS. Dari hasil observasi Responden dalam penelitian adalah seluruh
di lapangan, didapatkan cukup banyak keluhan dari perawat pelaksana di ruang rawat inap dewasa RS
pasien tentang pelayanan perawat di RS M.H. M.H. Thamrin Salemba yang berjumlah 97 orang dan
Thamrin Salemba. Dari data yang didapatkan, sejak 8 orang perawat yang memiliki pengalaman bekerja
bulan Januari hingga Juni 2010, sudah ada sebanyak sebagai koordinator perawat minimal selama 1
40 keluhan pasien yang disampaikan mengenai tahun. Variabel dalam penelitian ini adalah kinerja
pelayanan perawat RS M.H. Thamrin Salemba dari perawat berdasarkan PBS yang meliputi perspektif
total 264 keluhan pasien. Hal ini menempatkan keuangan, pelanggan, bisnis internal, pembelajaran,
bagian keperawatan dalam urutan kedua sebagai dan pengembangan.
bagian yang paling banyak dikomplain. Keluhan dari Pengumpulan data pencapaian tingkat kinerja
pelanggan sebenarnya merupakan gejala dari perawat dilakukan dengan menggunakan kuesioner
fenomena masalah yang tampak pada permukaan, yang berdasarkan skala peringkat. Kuesioner
seperti fenomena “gunung es”. merupakan hasil pengembangan dari konsep
scorecard dan dikembangkan kembali sesuai

198 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dengan kebutuhan penelitian ini oleh peneliti. Tabel 3. Distribusi perawat pelaksana menurut
Persepsi perawat mengenai PBS sebagai instrumen kinerja perspektif PBS di rawat inap dewasa
RS M.H. Thamrin Salemba (n=97)
penilaian kinerja didapatkan dengan memberikan Perspektif kinerja Frekuensi %
kuesioner, wawancara mendalam, serta observasi Keuangan
untuk mengetahui perilaku yang ditampilkan Kinerja baik 65 67
partisipan saat wawancara. Peneliti menyusun Kinerja kurang 32 33
Pelanggan
pedoman wawancara terdiri dari data umum dan data Kinerja baik 23 24
khusus yang selaras dengan tujuan penelitian. Data Kinerja kurang 74 76
kemudian dianalisis secara deskriptif. Bisnis internal
Kinerja baik 58 60
Kinerja kurang 39 40
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pembelajaran dan pengembangan
Analisis kuantitatif Kinerja baik 60 62
Dari 97 orang responden yang terlibat dalam Kinerja kurang 37 38
penelitian ini, gambaran karakteristiknya adalah
80,4% adalah wanita, sebagian besar usia Menggunakan mean sebagai cut of point, maka
responden adalah 21-27 tahun (52,6%), dengan dapat dikelompokkan perawat yang memiliki kinerja
tingkat pendidikan D-3 (83,5%), dan telah bekerja yang baik dan kurang. Tabel 3 menunjukkan bila
selama 1-5 tahun (63,9%). Hal ini dapat dilihat pada ditinjau dari pendekatan PBS, maka kinerja perspektif
Tabel 1. keuangan, bisnis internal, pembelajaran dan
pengembangan sudah cukup baik. Kinerja perawat
Tabel 1. Karakteristik responden perspektif pelanggan masih kurang yaitu terdapat
di RS M.H. Thamrin Salemba (n=97) 76% perawat yang memiliki kinerja kurang dan hanya
Karakteristik Frekuensi % 24% perawat yang memiliki kinerja baik.
Jenis kelamin
Apabila kita menggunakan skala 1-4 untuk
Pria 19 19,6
Wanita 78 80,4 mengukur pencapaian target kinerja dan nilai rata-
Usia responden rata 3 sudah dimasukkan dalam tingkat kinerja baik,
21-27 tahun 51 52,6 maka dari lima belas KPI perawat pelaksana (P1,
28-38 tahun 46 47,4
Tingkat pendidikan P2, P3, P4, P5, P6, P7, P8, P10, P11, P12, P13,
SPK 3 3,1 P14, P16, P17) mendapatkan rata-rata skor lebih
D1 1 1,0 dari 3. Ini berarti kinerja perawat tersebut cukup baik
D3 81 83,5
S1 12 12,4 pada kelima belas KPI tersebut (Tabel 4).
Lama bekerja Namun, terdapat tiga KPI yang mendapat rata-
1- 5 tahun 62 63,9 rata skor kurang dari 3 yang berarti kinerja perawat
6-14 tahun 35 36,1
kurang baik untuk tolok ukur kinerja tersebut yaitu
P9, P15, dan P18. Hal ini juga diperkuat dengan
Tabel 2. Kinerja perawat pelaksana di ruang rawat
inap dewasa RS M.H. Thamrin Salemba proporsi perawat yang memiliki kinerja buruk (nilai
perspektif PBS di bawah 3) terbanyak juga pada P9, P15, dan P18,
Perspektif Skor nyata Skor target selain P10 dan P13 (Tabel 5).
Keuangan 3,2 4.0
Pelanggan 3,1 4.0 Perspektif keuangan
Bisnis internal 3,2 4.0
Pembelajaran dan 3,2 4.0
Menurut Kaplan dan Norton2, kinerja perspektif
pengembangan keuangan memang tetap akan menjadi prioritas para
manajer dan mereka akan berusaha mempertahan-
Terlihat dari Tabel 1 dan 2 bahwa skor nyata kan kinerja tersebut. Namun, penekanan yang
tertinggi adalah terkait perspektif keuangan, bisnis berlebihan pada perspektif keuangan akan membuat
internal, dan pembelajaran dan pengembangan yaitu situasi yang tidak seimbang dengan perspektif
3,2. Skor nyata terendah adalah perspektif lainnya.
pelanggan yaitu 3,1. Dengan demikian, perspektif Dari hasil wawancara, tingkat kinerja perawat
pelanggan menjadi hal yang paling perlu diperhatikan dari perspektif keuangan dirasa paling tinggi. Hal ini
oleh RS M.H. Thamrin untuk perbaikan kinerja SDM, menurut responden karena para perawat cukup di-
terutama perawat. siplin dalam melaksanakan SOP asuhan kepe-

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 199
Ridwan Kwang & Dumilah Ayuningtyas: Evaluasi Kinerja Perawat Pelaksana

Tabel 4. Rerata skor KPI perawat pelaksana di rawat inap dewasa


RS M.H. Thamrin Salemba perspektif PBS
Perspektif Key Performance Indicators Real Skor
Keuangan Pemakaian jumlah dan jenis alat kesehatan (P1) 3.10
Pemeriksaan peralatan keperawatan dan medis (P2) 3.26
Pengecekan penggunaan alat kesehatan dan obat -obatan (P3) 3.38
Pelanggan Penolakan tindakan asuhan keperawatan oleh pasien (P4) 3.14
Complaint pasien terhadap perawat (P5) 3.07
Bisnis Internal Kelengkapan status kesehatan pasien (P6) 3.15
Kegiatan update data, diagnosis, rencana tindakan keperawatan (P7) 3.33
Keterlibatan perawat dalam proses evaluasi praktik keperawatan diri sendiri dan rekan 3.21
perawat (P8)
Hasil penilaian prestasi kerja sebelumnya (P9) 2.94
Kehadiran dalam pertemuan dan atau diskusi kelompok membahas isu -isu etik yang muncul 3.13
dalam praktik keperawatan (P10)
Mengkomunikasikan rencana asuhan keperawatan kepada pasien atau keluarga pasien (P11) 3.41
Berkonsultasi dengan profesi lain saat memberikan asuhan keperawatan kepada pasien (P12) 3.22
Mengkomunikasikan dan edukasi produk atau pelayanan RS kepada customer (P13) 3.08
Pembelajaran Kegiatan ilmiah, pelatihan skill , seminar dan, pertemuan profesional yang diikuti baik di dalam 3.35
dan maupun luar RS (P14)
pengembangan Masalah pasien yang berhasil diidentifikasi dan ditanggulangi melalui penelitian / riset di 2.87
bidang keperawatan (P15)
Surat peringatan yang diterima perawat (P16) 3.84
Pengetahuan perawat pada budaya care and trust (P17) 3.30
Pencapaian kualifikasi dari program jenjang karir perawat di RS (P18) 2.62

Tabel 5. Distribusi perawat pelaksana menurut nilai KPI di rawat inap dewasa
RS M.H. Thamrin Salemba (n=97)
Key Performance Indicators Skor 1 Skor 2 Skor 3 Skor 4
Pemakaian jumlah dan jenis alat kesehatan sesuai dengan standar 1 6 74 19
asuhan keperawatan (P1)
Pemeriksaan peralatan keperawatan dan medis (P2) 1 9 53 37
Pengecekan penggunaan alat kesehatan dan obat -obatan di depo obat 3 12 28 57
setiap unit (P3)
Penolakan tindakan asuhan keperawatan oleh pasien (P4) 1 0 82 17
Complaint pasien terhadap perawat (P5) 0 3 87 10
Kelengkapan status kesehatan pasien (P6) 0 6 72 22
Kegiatan update data, diagnosis, rencana tindakan keperawatan 0 13 40 47
berdasarkan hasil evaluasi (P7)
Keterlibatan perawat dalam proses evaluasi praktik keperawatan diri 10 3 42 45
sendiri dan rekan perawat (P8)
Hasil penilaian prestasi kerja sebelumnya (P9) 0 18 72 10
Kehadiran dalam pertemuan dan atau diskusi kelompok membahas isu- 1 20 44 35
isu etik yang muncul dalam praktik keperawatan (P10)
Mengkomunikasikan rencana asuhan keperawatan kepada pasien atau 0 9 40 51
keluarga pasien (P11)
Berkonsultasi dengan profesi lain saat memberikan asuhan keperawatan 0 14 51 35
kepada pasien (P12)
Mengkomunikasikan dan edukasi produk atau pelayanan RS kepada 0 24 44 32
customer (P13)
Kegiatan ilmiah, pelatihan skill, seminar dan, pertemuan profesional yang 0 5 55 40
diikuti baik di dalam maupun luar RS (P14)
Masalah pasien yang berhasil diidentifikasi dan ditanggulangi melalui 1 25 61 13
penelitian/riset di bidang keperawatan (P15)
Surat Peringatan yang diterima perawat.(P16) 0 1 14 85
Pengetahuan perawat pada budaya care and trust (P17) 0 1 68 31
Pencapaian kualifikasi dari program jenjang karir perawat di RS (P18) 8 30 54 8

rawatan sehingga semua pemakaian alat kesehatan pula. Beberapa responden juga memberikan penda-
dan obat-obatan, serta kegiatan asuhan keperawatan pat bahwa peranan pihak manajemen juga berpe-
pun berlangsung secara efektif dan efisien. Hal ini ngaruh pada tingginya tingkat kinerja perspektif
berarti proses tolok ukur kinerja perspektif keuangan tersebut.
para perawat pun baik. Hal ini akan berdampak pada Menurut Gibson dalam Ilyas6 terdapat hubungan
turunnya pengeluaran RS sehingga diharapkan ki- antara kinerja individu dengan faktor eksternal
nerja perspektif keuangan untuk RS akan meningkat meliputi kepemimpinan, struktur organisasi, insentif,

200 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

dan desain pekerjaan. Kinerja perawat pelaksana dan supervisor, kesempatan terlibat dalam penelitian,
dipengaruhi oleh desain pekerjaan yang ditetapkan peningkatan gaji, dan pengaturan jam kerja yang
oleh manajer keperawatan. Semakin sesuai desain lebih baik dapat meningkatkan motivasi dari tenaga
pekerjaan dengan kompetensi masing-masing perawat. Notoatmojo11 berpendapat bahwa melalui
perawat, semakin optimal kinerja yang ditampilkan. pendidikan, seseorang dapat meningkatkan kema-
Penelitian dari Masitoh7 menyatakan bahwa terdapat tangan intelektualnya sehingga dapat membuat
hubungan yang signifikan antara kinerja perawat keputusan dalam bertindak.
pelaksana dengan karakteristik organisasi yaitu Survei perawat di Texas oleh Wendel, T dalam
kepemimpinan kepala ruangan dan struktur Rampersad4 mengungkapkan penyebab utama
organisasi. ketidakpuasan adalah kurangnya dukungan adminis-
tratif, tugas tulis-menulis, gaji yang tidak cukup, dan
2. Perspektif pelanggan kurangnya pendidikan lanjutan, serta jadwal kerja
Filosofi manajemen saat ini telah menekankan yang sulit, sehingga mempengaruhi kinerja perawat
pentingnya fokus pada pelanggan, sehingga timbul yang bersangkutan.
pernyataan bahwa kepuasan pelanggan adalah
segalanya. Indikator ini merupakan leading indica- 3. Perspektif bisnis internal
tor, apabila pelanggan tidak puas maka mereka akan Hasil pengukuran dari perspektif bisnis internal
mencari supplier lain untuk memenuhi kebutuhan merupakan petunjuk bagi para manajer tentang
mereka. Kinerja yang kurang pada perspektif ini me- seberapa baik bisnis mereka berjalan dan apakah
rupakan leading indicator akan terjadinya penurunan produk atau servis mereka sesuai dengan keinginan
di masa depan, walaupun kinerja keuangan tampak pelanggan.8
baik-baik saja saat ini.8 Jika dilihat pada Tabel 4 dan 5, P9 mendapatkan
Menurut responden tingkat kinerja para perawat skor tingkat kinerja yang kurang baik. P9 dari
untuk perspektif pelanggan masih kurang. Ini perspektif bisnis internal yaitu mengenai hasil dari
dikarenakan kurangnya tenaga perawat sehingga penilaian prestasi kerja sebelumnya. Dari hasil
beban pekerjaan terlalu berat dan tidak seimbang wawancara, buruknya tingkat kinerja dapat terjadi
dengan kompensasi yang diterima sehingga dirasa- karena instrumen penilaian prestasi kerja yang di-
kan dapat berdampak negatif pada motivasi para gunakan selama ini adalah sebuah formulir penilaian
perawat. Motivasi yang rendah dirasakan berdampak yang juga digunakan untuk seluruh karyawan RS,
pada sikap dan perilaku mereka yang pada akhirnya tanpa melihat jabatan atau posisi orang tersebut.
berdampak pada kinerja perawat. Selain itu, dari Tentu saja hal ini berarti instrumen tersebut kurang
wawancara juga diketahui kurangnya pendidikan dan baik untuk menilai kinerja sesungguhnya dari
pelatihan customer care dan handling complaint untuk seorang perawat.
para perawat, yang hanya diadakan 1 sampai 2 kali Salah satu tujuan penilaian kinerja adalah
dalam satu tahun untuk beberapa perawat saja. penilaian personel secara individual yang dapat di-
Untuk meningkatkan efektivitas kerja perawat, gunakan sebagai informasi untuk penilaian efektivitas
seorang manajer perlu memperhitungkan keseim- manajemen sumber daya manusia.6 Data penilaian
bangan antara jumlah perawat yang ditugaskan kinerja dapat digunakan untuk memonitor sukses
dengan beban kerja, sehingga akurasi volume ke- atau tidaknya proses perekrutan karyawan baru dan
giatan menjadi efektif. Masalah ketenagaan di rumah proses pembinaannya. Penilaian kinerja yang telah
sakit harus mendapat perhatian karena produk yang distandarisasi dan digunakan secara objektif, adalah
ditawarkan rumah sakit adalah jasa yang sangat salah satu metode evaluasi yang sah dan dapat
padat karya dan pengadaannya tidak dapat seketika, dipertanggungjawabkan, serta mengandung aspek
sumber daya manusia perlu penyesuaian sehingga legal.
dapat digunakan secara optimal. Apabila seorang Rampersad3,4 berpendapat bahwa PBS merupa-
pekerja merasa puas atas beban kerja yang diterima- kan pendekatan dari ”dalam ke luar” yang meng-
nya, maka akan menimbulkan kepuasan sehingga gunakan intisari jati diri perorangan sebagai titik
mendorong tingkat kinerja yang bersangkutan. 9 awal. Keterlibatan pribadi semacam ini memacu
Encyclopedia of Nursing Research, survei pera- pembelajaran perorangan dan tim, kreativitas, dan
wat di Chicago dan San Fransisco yang dilakukan bimbingan diri. Konsep PBS merupakan suatu
oleh McCloskey dalam Fitzpatrick10 memperlihatkan proses sistematis yang meliputi perbaikan, pengem-
bahwa penghargaan seperti mengikuti program bangan, dan pembelajaran yang bersifat berkesinam-
pendidikan, kenaikan karier, pengakuan rekan kerja bungan, bertahap, dan rutin, yang terpusat kepada

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 201
Ridwan Kwang & Dumilah Ayuningtyas: Evaluasi Kinerja Perawat Pelaksana

perbaikan kinerja pribadi dan organisasi secara dan pengembangan mendapatkan skor tingkat kiner-
berkelanjutan. Harapan dari penerapan PBS dapat ja yang kurang baik. P15 mengenai masalah pasien
mengatasi kendala instrumen penilaian kinerja yang yang berhasil diidentifikasi dan ditanggulangi melalui
kurang representatif tersebut.3,4 Selain itu, penilaian penelitian atau riset di bidang keperawatan dan P18
kinerja di RS M.H Thamrin Salemba selama ini tidak mengenai pencapaian kualifikasi dari program jenjang
dilakukan secara rutin. Dari wawancara, dikatakan karir perawat di RS.
penilaian tersebut hanya dilakukan setelah masa Dari hasil wawancara, dikatakan penelitian di
percobaan dan masa kerja satu tahun. Bahkan ada bidang keperawatan masih belum berjalan di RS
perawat yang sudah tidak menjalankan penilaian M.H. Thamrin Salemba. Aplikasi penelitian di bidang
tersebut lebih dari 5 tahun lamanya, padahal sudah keperawatan masih terbatas telaah dokumen, lite-
banyak perubahan-perubahan yang dilakukan oleh ratur, jurnal, majalah, dan simposium. Bahkan akti-
pihak manajemen RS untuk meningkatkan kinerja vitas tersebut masih berjalan pasif, hanya menunggu
perawat selama masa tersebut. dari pihak manajemen untuk menetapkan bentuk
Menurut David Parmenter12 pelaporan kinerja standar prosedur terlebih dahulu. Beberapa perawat
kepada manajemen harus diberikan secara berkala, sebetulnya mengetahui hasil penelitian yang baru
Key Performance Indicators (KPI) ada yang perlu di bidang keperawatan, tetapi belum ada wadah
dilaporkan harian, mingguan, atau dapat dilaporkan penampungan aspirasi.
dalam rentang waktu yang lebih panjang, per bulan, Selain itu, dari hasil wawancara beberapa
atau per semester. responden mengatakan bahwa mereka mengetahui
Vecchio13 berpendapat bahwa penilaian sepan- wacana tentang program jenjang karir, tetapi belum
jang waktu oleh atasan kepada bawahan yang dido- ada sosialisasi dan pengumuman resmi mengenai
kumentasikan dalam catatan harian; tidak hanya hal tersebut. Mereka tidak mengetahui persyaratan
memuat kesalahan bawahan, tetapi juga prestasi apa saja yang harus dipenuhi untuk mencapai jenjang
bawahan, sehingga lebih mampu memelihara kinerja karir tertentu. Mereka menjawab P18 dari kuesioner
tetap baik. Robbins dalam Herzberg14 menyebut ca- yang diberikan berdasarkan persepsi mereka tentang
tatan harian sebagai insiden kritis. Catatan harian kelayakannya untuk mencapai jenjang karir tertentu.
menjamin akurasi dan keadilan proses penilaian. Jawaban mereka dilandasi pertimbangan kualifikasi
Sebaiknya wawancara dilakukan sebagai tahap akhir yang dimiliki dan kinerja mereka selama ini.
penilaian dan disertai diskusi. Pelaksanaan penilaian Berdasarkan International Council of Nurses,
kinerja sebaiknya dilakukan secara komprehensif terdapat hal-hal yang wajib dipertimbangkan untuk
agar tujuan pemeliharaan kinerja terbaik dapat meningkatkan kepuasan kerja perawat, antara lain
tercapai.15,16 pengembangan sumber daya manusia seperti
pendidikan berkelanjutan. Perawat-perawat wajib
4. Perspektif pembelajaran dan pengembangan dijamin memiliki akses kepada program-program
Terkait dengan perspektif yang keempat, yang akan memelihara kompetensi mereka dan
menurut Kaplan dan Norton2 perspektif pembelajaran mendukung kemajuan mereka sebagai profesional
bukan hanya mengenai pelatihan, tetapi juga berkait- di bidang kesehatan.8
an dengan mentoring dan tutoring di dalam orga- Survei yang dilakukan Asosiasi Perawat Amerika
nisasi, serta kelancaran komunikasi antar karyawan terhadap 76.000 perawat menyimpulkan bahwa
sehingga secara cepat mereka dapat mencari bantu- kepuasan kerja perawat berkaitan dengan kesem-
an apabila dibutuhkan. Pengukuran pada perspektif patan pengembangan karir secara profesional. Hal
ini dapat memberikan panduan bagi manajer untuk ini sejalan dengan rekomendasi dari International
mengalokasikan dana untuk pelatihan. Council of Nurses untuk meningkatkan kepuasan
Dally17 berpendapat bahwa tujuan dalam per- kerja para perawat diperlukan program pengem-
spektif pembelajaran dan pengembangan dalam or- bangan karir atau promosi. Banyak penelitian telah
ganisasi adalah sebagai pengendali untuk mencapai membuktikan adanya hubungan yang signifikan
keunggulan hasil dalam perspektif yang lain, teruta- antara kepuasan kerja dengan tingkat kinerja seorang
ma untuk pemberian nilai tambah dalam pelayanan karyawan.8,15
kepada masyarakat (fokus pelanggan). Pada semua
kasus, pembelajaran dan pengembangan akan men- Analisis kualitatif
jadi landasan kesuksesan bagi semua organisasi.2 Persepsi perawat terhadap PBS sebagai
Seperti yang telah disebutkan pada uraian di instrumen penilaian kinerja perawat di RS M.H.
atas, KPI P15 dan P18 dari perspektif pembelajaran Thamrin Salemba menampilkan kelebihan yang

202 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

sifatnya mendasar dibandingkan formulir penilaian perbaikan diri sendiri, terfokus pada pengembangan
prestasi karyawan yang selama ini digunakan oleh diri maksimal, kesejahteraan diri, dan keberhasilan
pihak RS. dalam masyarakat. Faktor penentu keberhasilan
Beberapa tema yang dapat disimpulkan dari pribadi dalam PBS diambil dari misi dan visi pribadi.
hasil analisis data, antara lain: PBS dapat mener- Faktor ini berhubungan dengan keempat perspektif
jemahkan visi dan misi perawat pelaksana; PBS BSC.3,4
dapat mengkomunikasikan dan mengaitkan berbagai Untuk dapat mengimplementasikan BSC,
tujuan dan ukuran kinerja strategis; dan PBS juga konsep ini harus dapat dipahami dan dilaksanakan
dapat menyelaraskan berbagai inisiatif strategis untuk pada semua tingkat organisasi. Mengimplemen-
meningkatkan kinerja perawat pelaksana. Selain itu, tasikan BSC berarti menurunkannya ke semua
tema kesesuaian antara PBS dengan BSC organi- tingkat organisasi dan memberikan kesempatan
sasi, kesesuaian antara hasil penilaian kinerja pada karyawan untuk menunjukkan bagaimana
perspektif PBS dengan keadaan di lapangan, dan aktivitas sehari-hari mereka dapat berkontribusi pada
faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja seperti strategi perusahaan. Semua karyawan dapat
motivasi, atribut individual, dan lingkungan kerja dibedakan aktivitasnya dalam menciptakan nilai bagi
dapat disimpulkan dari penelitian. perusahaan dengan membuat Scorecard yang
berkaitan dengan visi perusahaan.2
Persepsi perawat terhadap PBS sebagai Gambaran bahwa PBS dapat mengkomuni-
instrumen penilaian kinerja kasikan dan mengaitkan berbagai tujuan strategis
Responden memberikan gambaran bahwa PBS dan ukuran kinerja juga dapat disimpulkan dari
dapat menerjemahkan visi dan misi dari perawat penelitian ini. Dalam bukunya yang berjudul Total
pelaksana. Balance Scorecard (BSC) merupakan Performance Scorecard, Rampersad3,4 memaparkan
instrumen manajemen dari atas ke bawah yang digu- bahwa tujuan strategis pribadi dalam PBS diambil
nakan untuk membuat terlaksananya visi strategis dari faktor penentu keberhasilan pribadi dan juga
organisasi di semua tingkat organisasi. Untuk dapat merupakan hasil penerjemahan visi pribadi. Tujuan
mewujudkan suatu visi dan strategi, pernyataan ter- strategik ini akan mengarahkan setiap pribadi dalam
sebut harus diterjemahkan dalam berbagai tujuan mencapai visinya. Setiap faktor penentu keberhasilan
dan ukuran yang terintegrasi. Balance Scorecard mempunyai satu atau lebih tujuan yang berhubungan
(BSC) adalah pendekatan partisipatif yang memberi- satu sama lain antar perspektif BSC. 18
kan kerangka untuk pengembangan sistematis visi Kaplan dan Norton2 menyimpulkan bahwa BSC
organisasi dan perorangan. Balance Scorecard tidak hanya dapat digunakan untuk mengukur
(BSC) membuat visi itu terukur dan menterjemah- kinerja, tetapi BSC juga dapat digunakan untuk
kannya secara sistematis ke dalam tindakan.2 Pada mengkomunikasikan strategi melalui tolok ukur yang
suatu penelitian lain disimpulkan bahwa BSC melaku- ditetapkan dalam BSC.
kan pekerjaan yang baik untuk menjelaskan dan men- Tolok ukur kinerja pribadi merupakan alat ukur
terjemahkan visi dan strategi, juga mengkomunikasi- yang membantu karyawan untuk menilai fungsi diri
kan serta menghubungkan tujuan dan ukuran sendiri dalam kaitannya dengan faktor penentu
strategis. 18 keberhasilan dan tujuan pribadi. Petunjuk itu merupa-
Pernyataan visi pribadi menggambarkan ke kan kriteria yang mengukur tujuan pribadi. Tolok ukur
mana seseorang akan pergi, nilai dan prinsip yang kinerja pribadi membuat visi dan tujuan pribadi dapat
membimbing seseorang, apa yang diwakili, yang diukur. Target pribadi adalah tujuan kuantitatif tolok
ingin diwujudkan, sifat ideal yang ingin dimiliki, situasi ukur kinerja pribadi. Target pribadi merupakan nilai
pekerjaan ideal, lingkungan hidup, dan kondisi yang harus diupayakan pencapaiannya kemudian
kesehatan. Perumusan misi dan visi pribadi bertuju- dinilai melalui tolok ukur kinerja pribadi. Target
an untuk memperbaiki kemampuan belajar, dengan menunjukkan nilai yang harus dicapai.3,4
demikian dapat memperbaiki perilaku perorangan. Tolok ukur dirumuskan menjadi ukuran yang
Perubahan perilaku perorangan menghasilkan pem- sesuai dan dengan target tertentu yang sesuai untuk
belajaran organisasi dan akhirnya menghasilkan perspektif masing-masing. Tolok ukur pada BSC
sebuah pola perubahan bersama yang disebut tidak hanya memberikan gambaran perubahan pada
perubahan organisasi.3, 4 satu ukuran perspektif tetapi juga memberi gambaran
Melalui PBS seseorang dapat lebih mengetahui perubahan yang berkaitan antar setiap perspektif.19
kekuatan, bakat, dan tujuan pribadi. PBS dan dapat Tolok ukur yang digunakan dalam BSC merupakan
menciptakan kerangka bagi masa depan serta alat bantu bagi pimpinan untuk mengkomunikasikan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 203
Ridwan Kwang & Dumilah Ayuningtyas: Evaluasi Kinerja Perawat Pelaksana

outcome dan pendorong kinerja kepada karyawan vision barrier (banyak orang yang tidak memahami
dan para stakeholder, dengan tujuan untuk mencapai strategi organisasi mereka); dan people barrier
tujuan strategis dan misi organisasi.2 (banyak orang yang memiliki tujuan yang tidak terkait
Hasil penilaian dari BSC dapat digunakan untuk dengan strategi organisasi).17
membandingkan antara kinerja sesungguhnya Oleh karena itu, menyelaraskan antara ambisi
dengan target kinerja yang ditetapkan. Hal ini dapat pribadi dengan organisasi akan berdampak positif
digunakan sebagai petunjuk untuk mengarahkan terhadap keselarasan antara PBS dengan BSC
kembali strategi yang akan digunakan, apakah akan organisasi. Hal ini untuk memastikan bahwa
dipertahankan atau dimodifikasi.19 operasional dari organisasi berlangsung tepat. Untuk
Ilyas6 menyebutkan salah satu tujuan penilaian mengaitkannya, BSC organisasi yang telah
kinerja adalah penilaian personal secara individual dirumuskan harus digunakan sebagai referensi dalam
yang dapat digunakan sebagai informasi untuk membuat BSC setiap unit bisnis, sampai setiap
penilaian efektivitas manajemen sumber daya manu- individu. Setiap individu juga harus menyelaraskan
sia. Data penilaian kinerja dapat digunakan untuk antara tujuan pribadi dengan tujuan unit bisnis dan
memonitor sukses atau tidaknya proses perekrutan organisasi keseluruhan.2
karyawan baru dan proses pembinaannya.
Para responden memberikan tanggapan menge- Persepsi perawat terhadap hasil penilaian
nai perbaikan inisiatif strategis berdasarkan hasil kinerja perawat perspektif PBS
pengukuran PBS. Menurut Rampersad3,4, PBS Persepsi perawat terhadap hasil penilaian kinerja
berfungsi sebagai sarana perbaikan dan pelatihan perawat pelaksana perspektif PBS di ruang rawat
diri perorangan. Personal Balance Srorecard (PBS) inap RS M.H. Thamrin Salemba sudah sesuai
merupakan langkah awal yang penting dalam proses dengan keadaan di lapangan dan terdapat beberapa
perbaikan, pengembangan, dan pembelajaran. Pada faktor yang mempengaruhi kinerja perawat. Tema
saat memeriksa diri sendiri, kita memperbaiki hasil penilaian dan faktor yang mempengaruhi kinerja
kemampuan belajar kita melalui pengetahuan diri tergambar menjadi persepsi perawat terhadap hasil
yang bertambah dan citra diri yang lebih baik. penilaian kinerja perawat pelaksana perspektif PBS.
Perbaikan inisiatif pribadi adalah strategi yang Hasil penilaian dengan PBS dirasakan
digunakan untuk mewujudkan misi, visi, dan tujuan partisipan sudah sesuai dengan keadaan di lapangan.
pribadi. Tindakan ini bertujuan agar mampu memper- Partisipan penelitian memberikan respon bahwa
baiki kemampuan dan perilaku pribadi, sehingga hasil penilaian kinerja dengan PBS sudah sesuai
berpengaruh baik terhadap kinerja perorangan, dan dengan kinerja perawat sesungguhnya di ruang rawat
pada akhirnya terhadap kinerja organisasi. Hasil inap, antara lain mengenai: rendahnya tingkat kinerja
pengukuran BSC harus digunakan untuk mengem- perawat lantai 6; tingginya tingkat kinerja para
bangkan strategi dalam sebuah bisnis dan menyela- perawat pada perspektif keuangan; dan rendahnya
raskan setiap individu dengan organisasi untuk tingkat kinerja para perawat pada perspektif
mencapai tujuan akhir. Balance Scorecard (BSC) pelanggan.
sebaiknya digunakan dalam sistem manajemen Faktor yang mempengaruhi rendahnya tingkat
untuk komunikasi dan pembelajaran.3,4 kinerja perawat pelaksana di lantai 6 (unit luka bakar)
Dalam penelitian ini juga dapat disimpulkan dirasakan para responden karena masih barunya
adanya keterkaitan dan kesesuaian antara PBS usia unit tersebut, yang saat ini sedang dalam masa
dengan BSC RS. Tidak dapat dipungkiri bahwa transisi dari ruang Opal atau Naza sebelumnya,
manusia akan bekerja secara tulus untuk sesuatu sehingga para pegawai masih kurang dalam
yang dipercayai atau disetujuinya. Kejelasan dan pengalaman dan keterampilan; kurangnya tenaga
keseragaman antara nilai dan prinsip individu dengan perawat di unit tersebut, sehingga beban kerja
organisasi menjadi penting untuk melibatkan setiap menjadi berlebihan; kurangnya komunikasi, baik
individu secara aktif. Hanya dengan cara inilah suatu antar perawat maupun dengan pihak manajemen;
perubahan dan perkembangan dapat berlangsung tidak seimbangnya reward dan punishment yang
secara permanen.2 diterima perawat, sehingga motivasi perawat rendah;
Indikator kinerja harus diterapkan pada setiap dan kurangnya pelatihan dan pendidikan untuk para
individu dengan cara yang sama untuk memastikan perawat.
bahwa interpretasi setiap orang akan sama.18 Dalam Persepsi para responden sesuai dengan
BSC, dijelaskan terdapat faktor penghambat pendapat Simanjuntak dan Sukmono dalam Efitra20
implementasi BSC dalam strategi bisnis antara lain: yang mengemukakan bahwa produktivitas tenaga

204 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011
Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan

kerja dipengaruhi oleh berbagai faktor. Faktor terse- untuk meningkatkan kinerja perawat, dan diharapkan
but antara lain tingkat pendidikan dan latihan; fisik perumusan PBS kelak dapat menjadi jembatan
dan biologis tenaga kerja; sarana dan prasarana; penghubung antara visi RS dengan visi seorang
bimbingan dan pengarahan pimpinan; faktor tekno- perawat.
logi; lingkungan kerja; manajemen; tingkat penghasil-
an; kesempatan untuk bekerja sesuai pendidikan; KEPUSTAKAAN
serta kesempatan untuk mengembangkan diri. 1. Siagian SP. Manajemen sumber daya manusia.
Sjaiful dan Suma’mur dalam Efitra20 juga mengemu- PT. Bumi Aksara. Jakarta, 1994.
kakan hal yang sama, namun Sjaiful lebih menekan- 2. Kaplan RS, Norton D. Using the balance
kan pada upah yang menjadi faktor terpenting guna scorecard as a strategic management system.
mempertahankan hidup. Managing for the long term July-August 2007,
Selain itu, Balai Pengembangan Produktivitas Harvard Business Review. 2007
Daerah juga menyimpulkan bahwa ada enam faktor 3. Rampersad HK. Total performance scorecard.
utama yang akan menentukan produktivitas tenaga PT Gramedia Pustaka Utama. Jakarta. 2003.
kerja, yaitu: sikap kerja; tingkat keterampilan; hu- 4. Rampersad HK. Total performance scorecard:
bungan antar tenaga kerja dan pimpinan; manajemen the way to personal integrity and organizational
produktivitas; efisiensi tenaga kerja; dan kewira- effectiveness. Emerald Group Publishing Limi-
swastaan.21 ted. 2005.
Faktor yang mempengaruhi hasil penilaian kiner- 5. Pattinama PAW. Organization of nursing: nurs-
ja dari persepsi responden, meliputi: motivasi pera- ing & ward management. Materi Bahan Latihan.
wat, atribut individual, dan lingkungan kerja. Variabel Jakarta. 2004.
individu dikelompokkan pada subvariabel kemampu- 6. Ilyas Y. Kinerja, teori, penilaian dan penelitian.
an dan keterampilan, latar belakang, dan demografis. Pusat Kajian Ekonomi Kesehatan, Depok. 2002.
Variabel psikologis terdiri dari subvariabel persepsi, 7. Masitoh S. Analisis kinerja perawat pelaksana
sikap, kepribadian, belajar, dan motivasi. Variabel dan hubungannya dengan karakteristik demo-
organisasi digolongkan dalam subvariabel sumber grafis dan karakteristik organisasi di Ruang
daya, kepemimpinan, imbalan, struktur, dan desain Rawat Inap RSAB Harapan Kita Jakarta. Tesis.
pekerjaan. Ilyas6 berpendapat bahwa produktivitas Universitas Indonesia. Depok. 2001.
suatu organisasi akan dipengaruhi oleh faktor 8. Sharma A. Implementing balance scorecard for
lingkungan, personel, organisasi, dan manajerial. performance measurement. The IUP Journal of
Business Strategy, 2009;VI(1):7-16.
KESIMPULAN DAN SARAN 9. Adi A. Hubungan komponen quality of work life
Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan dengan produktivitas perawat Ruang Rawat Inap
bahwa perawat pelaksana perspektif PBS di ruang Rumah Sakit Umum Fakultas Kedokteran Uni-
rawat inap dewasa RS M.H. Thamrin Salemba secara versitas Kristen Indonesia. Tesis. Universitas
umum memiliki kinerja baik dalam aspek perspektif Indonesia, Depok. 2006.
keuangan; kinerja yang cukup baik pada aspek bisnis 10. Fitzpatrick JJ, Kazer MW. Encyclopedia of nurs-
internal serta pembelajaran dan pengembangan; dan ing research. Springer Publishing Company,
kinerja yang kurang baik pada perspektif pelanggan. 2011.
Selain itu, didapatkan pula persepsi perawat 11. Notoatmodjo S. Metodologi penelitian
bahwa terdapat kesesuaian antara PBS dengan BSC kesehatan. Rineka Cipta. Jakarta, 2010
organisasi, kesesuaian antara hasil penilaian kinerja 12. Parmenter D. Key performance indicators. PT
perawat pelaksana perspektif PBS di ruang rawat Elex Media Komputindo. Jakarta. 2007.
inap RS M.H. Thamrin Salemba dengan keadaan di 13. Vecchio, Robert P. Leadership: Understanding
lapangan, dan ada beberapa faktor yang mempe- the Dynamics of Power and Influence in Orga-
ngaruhi kinerja perawat, antara lain: faktor motivasi nizations (2nd ed.). University of Notre Dame
perawat; atribut individual; dan lingkungan kerja. Press, Indiana, 2007.
Konsep PBS dapat lebih dikembangkan dan 14. Herzberg F, Mausner B, Snyderman BB. The
digunakan secara berkesinambungan dengan komit- Motivation to Work (2nd ed.). John Wiley &
men penuh dari semua pihak terkait. Hasil pengukur- Sons, New York, 1959.
an PBS perawat diharapkan dapat menjadi dasar 15. Husnawati A. Analisis pengaruh kualitas
pertimbangan dalam membuat kebijakan manajemen kehidupan kerja terhadap kinerja karyawan

Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011 z 205
Ridwan Kwang & Dumilah Ayuningtyas: Evaluasi Kinerja Perawat Pelaksana

dengan komitmen dan kepuasan kerja sebagai 19. Punniyamoorthy M, Murali R. Balance score for
intervening variabel. Tesis. Universitas the balance scorecard: a benchmarking tool.
Diponegoro. Semarang, 2006. Emerald Group Publishing Limited. India, 2008.
16. Muthia OA. Gambaran persepsi pegawai non 20. Efitra. Analisis faktor-faktor yang berhubungan
medis terhadap komponen kualitas kehidupan dengan produktivitas kerja perawat puskesmas
kerja / quality of work life di RSIJ CP. Tesis. di Kota Padang. Tesis. Universitas Indonesia,
Universitas Indonesia, Depok. 2009. Depok, 2002.
17. Dally D. Balance scorecard. PT Remaja 21. Muadi. Hubungan iklim dan kepuasan kerja
Rosdakarya. Bandung, 2010. dengan produktivitas kerja perawat pelaksana
18. Paranjape B, Rossiter M, Pantano V. Insights di Instalasi Rawat Inap BRSUD Waled
from the balance scorecard performance mea- Kabupaten Cirebon. Tesis. Universitas Indone-
surement systems: successes, failures, and sia. Depok, 2009.
futures. Emerald Group Publishing Limited.
2006.

206 z Jurnal Manajemen Pelayanan Kesehatan, Vol. 14, No. 4 Desember 2011

Anda mungkin juga menyukai