Anda di halaman 1dari 77

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Diabetes mellitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar glukosa

darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar belakangi oleh

resistensi insulin.(Soegondo, dkk, 2018).

Dukungan dan perhatian menjadi kunci kebutuhan cinta bagi

diabetis, bukan hanya individu normal yang membutuhkan cinta sebagai

bentuk kekuatan untuk membangun kekokohan dirinya .cinta bagi diabetis

dapat bersumber dari pasangan,keluarga,sahabat-sahabat,dan semua

lingkungan tempat dia bersosialisasi.( Retno.N,2012).

Dukungan keluarga yang baik signifikan dengan semangat hidup

pasien diabetes di afrika-amerika. Dukungan keluarga berperan penting

dalam kesehatan mental pada pasien diabetes dalam hal ini kualitas

hidup.dukungan keluarga bukan sekedar memberikan bantuan, tertapi

bagaimana carapersepsi penerima terhadap makna bantuan tersebut.

Kualitas hidup adalah persepsi dari individu dalam konteks budaya dan

system nilai dimana individu tersebut hidup dan dalam hubungannya dengan

tujuan hidup,harapan, standard an kekhawatiran.

Individu memiliki sikap terhadap bermacam-macam objek, seperti

benda, orang, peristiwa, pemandangan, norma,nilai, lembaga, dan

sebagainya. Misalnya, sikap positif pasien terhadap perawat yang

1
2

memberikan pelayanan keperawatan yang bermutu adalah menaati segala

nasihat dari perawat tersebut; sikap individu dan sebagian besar masyarakat

membenci tindakan kekerasan yang akhir-akhir ini terjadi di

masyarakat.Secara nyata, sikap menunjukkan adanya kesesuaian antara

reaksi dan stimulus tertentu yang dalam kehidupan sehari-hari.( Sunaryo

2015 ).

Dalam analisis konsepnya mengenai keluarga sebagai unit asuhan

dalam perawatan, mendefinisikan keluarga sebagai sebuah kelompok yang

mengidentifikasi diri dan terdiri atas dua individu atau lebih yang memiliki

hubungan khusus, Yang dapat terkait dengan hubungan darah atau hukum

atau dapat juga tidak,namun berfungsi sedemikian rupa sehingga mereka

menganggap dirinya sebagai keluarga. (Friedman,2010).

Suatu penyakit dalam keluarga mempengaruhi keseluruhan keluarga

dan interaksinya sementara itu, keluarga pada gilirannya mempengaruhi

perjalanan penyakit dan status kesehatan anggotanya. Pengaruh status

sehat/sakit terhadap keluarga dan dampak status sehat/sakit keluarga saling

terkait ata saling bergantung (gilliss,dkk, 2010). Dari satu sisi keluarga

cenderung terlibat dalam pengambilan keputusan dan proses terapi pada

setiap tahapan sehat dan sakit anggota keluarga dari kesdaan sejahtera

hingga tahap diagnosis,terapi, dan pemulihan

(Doherty dalam friedman, 2010).

Banyak orang yang berasumsi jika penyakit diabetes mellitus adalah

penyakit yang tidak bisa disembuhkan,hidup sengasara karena terbebani


3

penyakit tersebut membuat stressor pembuat stress bekerja jauh lebih

meningkat. Hingga tidak jarang para penderita diabetes melitus putus asa

dalam menjalani kehidupanya terlebih bagi para diabetesi yang baru

mengenal penyakit tersebut. ( Retno.N,2012 )

penyakit tidak menular telah menjadi beban utama, meskipun beban

penyakit menular masih berat juga. Indonesia sedang mengalami double

burden penyakit, yaitu penyakit tidak menular dan penyakit menular

sekaligus. Penyakit tidak menular utama meliputi hipertensi, diabetes

melitus, kanker dan Penyakit Paru Obstruktif Kronik( PPOK ).

Jumlah kematian akibat rokok terus meningkat dari 41,75%pada tahun

1995 menjadi 59,7% di 2007. Selain itu dalam survey ekonomi nasional

2006 disebutkan penduduk miskin menghabiskan 12,6% penghasilannya

untuk komsumsi rokok. Oleh karena itu deteksi dini harus dilakukan secara

proaktif mendatangi sasaran, karena sebagian besar tidak mengetahui bahwa

dirinya menderita penyakit tidak menular. Dalam rangka pengendalian

penyakit tidak menular ( PTM ) antara lain dillakukan melalui pelaksanaan

penerapan germas dalam hal ( makan buah, sayur, tidak merokok dn tidak

ada paparan asap rokon dalam rumah ). ( Kemenkes, 2015).

Menurut International Diabetes Federation ( IDF 2017 ) penderita

diabetes secara global saat ini ada 424, 1 juta jiwa dan diperkirakan pada

tahun 2045 akan meningkat menjadi 628,6 juta jiwa.

Menurut (WHO 2016 ), bahwa Indonesia masuk kedalam 10 negara

dengan jumlah kasus siabetes mellitus terbanyak di dunia. Indonesia berada


4

di peringkat ketujuh pada tahun 2015 dengan jumlah kasus sebesar 10 juta

orang.

Prevalensi diabetes mellitus diindonesia berdasarkan hasil Riset

Kesehatan Dasar (Riskesdes) tahun 2018, prevalensi DM menurut Perkeni

2011 pada penduduk umur > 15 tahun pada tahun 2013 dan tahun 2018

menunjukkan kasus DM ( Berdasarkan pemeriksaan darah ) meningkat dari

6,9% menjadi 8,5%. Sedangkan menurut konsensus Perkeni 2015 Pada

penduduk umur > 15 tahun pada 2018 menunjukkan kasus DM sebesar

10,9%. (Riskesdas,2018)

Sustainable Development Goals (SDGs) adalah sebuah program

pembangunan berkelanjutan dimana didalamnya terdapat 17 tujuan. Salah

satu tujuan SDGs adalah menjamin kehidupan yang sehat dan mendorong

kesejahteraan bagi semua orang di semua usia. (Bapenas, 2017)

Tujuan utama SDGs ini sejalan dengan kebijakan nasional yang telah

dibentuk dalam rencana Aksi Program Pengedalian Penyakit dan

Penyehatan Lingkungan (PPPL), yaitu pembangunan di bidang kesehatan

masyarakat yang setinggi-tingginya, salah satu program dalam pengendalian

penyakit yaitu pada penyakit ttidak menular (NCDs) seperti diabetes

melitus, penyakit ini merupakan penyakit kronis yang tidak menyebabkan

kematian secara langsung anmun berakibat fatal bila pengelolaanya tidak

tepat ( Depkes 2015 ).

Dari berbagai penelitian epidemiologis di Indonesia di dapatkan

prevalensi DM sebesar 1,5%-2,3% pada penduduk usia lebih dari 15 tahun,


5

bahkan pada suatu penelitian epidemiologis di Manado di dapatkan

prevalensi DM 6,1%. Penelitian yang dilakukan di Jakarta, Surabaya,

Makassar, dan kota- kota lain di Indonesia membuktikan adanya kenaikan

prevalensi dari tahun ke tahun. Berdasarkan pola pertambahan penduduk,

diperkirakan pada tahun 2020 nanti akan ada sebanyak 178 juta penduduk

berusia diatas 20 tahun dan dengan asumsi prevalensi DM sebesar 40% akan

didapatkan 7 juta pasien DM.

Menurut penelitian yang dilakukan Yanesti Nuravianda (2017),

tentang “hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan diet pasien diabetes melitus di klinik bhakti husada purwakarta”

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar tingkat pengetahuan

responden tergolong kurang (64,3%), dan dukungan keluarga responden

terhadap kepatuhan menjalani terapi diet DM tipe 2 baik (50%). Terdapat

hubungan antara pengetahuan dengan kepatuhan diet pasien DM (p=0,008),

namun tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan pasien

DM (p=0,408).

B. Rumusan masalah

Adapun rumusan masalah dalam penelitian ini yaitu :

1. Bagaimana tingkat pengetahuan penderita Diabetes Melitus

dengan penerapan germas (Makan buah dan sayur, tidak

merokok, dan tidak ada paparan asap rokok dalam rumah) ?


6

2. Bagaimana sikap penderita Diabetes Melitus dengan penerapan

germas (Makan buah dan sayur, tidak merokok, dan tidak ada

paparan asap rokok dalam rumah) ?

3. Bagaimana dukungan keluarga terhadap penderita Diabetes Melitus

dengan penerapan germas (Makan buah dan sayur, tidak merokok, dan

tidak ada paparan asap rokok dalam rumah) ?

4. Apakah ada hubungan tingkat pengetahuan penderita Diabetes

mellitus tentang penerapan germas (Makan buah dan sayur, tidak

merokok, dan tidak ada paparan asap rokok dalam rumah) ?

5. Apakah ada hubungan sikap penderita Diabetes mellitus tentang

penerapan germas (Makan buah dan sayur, tidak merokok, dan

tidak ada paparan asap rokok dalam rumah) ?

6. Apakah ada hubungan dukungan keluarga terhadap penderita

Diabetes mellitus tentang penerapan germas (Makan buah dan

sayur, tidak merokok, dan tidak ada paparan asap rokok dalam

rumah) ?

C. Tujuan penelitian

1. Tujuan umum

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui hubungan pengetahuan,

sikap, dan dukungan keluarga dengan penerapan germas (makan

buah dan sayur, tidak merokok, dan aktivitas fisik) terhadap penderita

diabetes melitus di puskesmas Sudiang kota Makassar.


7

2. Tujuan khusus

a. Untuk mengetahui tingkat pengetahuan dengan penerapan

germas (Tidak merokok, tidak ada paparan asap rokok

dalam rumah, Makan buah dan sayur)

b. Untuk mengetahui sikap penderita Diabetes mellitus tentang

penerapan germas( Tidak merokok, tidak ada paparan asap

rokok dalam rumah, Ma kan buah dan sayur).

c. Untuk mengetahui dukungan keluarga terhadap penderita

Diabetes mellitus tentang penerapan germas( Tidak

merokok, tidak ada paparan asap rokok dalam rumah

Makan buah dan sayur ).

d. Untuk mengetahui hubungan tingkat pengetahuan penderita

Diabetes mellitus tentang penerapan germas (Makan buah

dan sayur, tidak merokok, dan tidak ada paparan asap rokok

dalam rumah).

e. Untuk mengetahui hubungan sikap penderita Diabetes

mellitus tentang penerapan germas (Makan buah dan sayur,

tidak merokok, dan tidak ada paparan asap rokok dalam

rumah).

f. Untuk mengetahui hubungan dukungan keluarga terhadap

penderita Diabetes mellitus tentang penerapan germas

(Makan buah dan sayur, tidak merokok, dan tidak ada

paparan asap rokok dalam rumah).


8

D. Ruang lingkup

Penelitian ini berfokus pada kajian ilmiah Diabetes Melitus dalam

ruang lingkup keperawatan keluarga dan komunitas.

E. Manfaat penelitian

1. Manfaat teoritis

a. Terhadap Institusi

Penelitian ini diharapakan dapat memberikan referensi

tentang tentang hubungan tingkat pengetahuan, sikap, dan

dukungan keluarga dengan penerapan germas terhadap

penderita diabetes melitus, khususnya bagi mahasiswa DIV

Keperawatan Poltekkes Kemenkes Makassar.

b. Terhadap peneliti

Penelitian ini diharapkan dapat bermamfaat sebagai

bahan masukan dalam pengembangan peneliti dalam

membuat penelitian sehingga dapat mengaplikasikan ilmu

yang didapat selama perkuliahan.

2. Manfaat praktis

a. Terhadap masyarakat

Penelitian ini diharapkan dapat memotivasi masyarakat

agar lebih aktif dalam meningkatkan penegetahuan, sikap,

dan dukungan keluarga tentang penerapan germas terhadap

penderita diabetes melitus.

b. Terhadap puskesmas
9

Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bahan acuan

petugas kesehatan dalam melaksanakan tugasnya untuk

memberikan penyuluhan tentang tingkat pengetahuan,

sikap, dan dukungan keluarga dengan penerapan germas

bagi para diabetisi.

F. Keaslian penelitian

Penelitian dengan judul yang sama yaitu “ Hubungan tingkat

pengetahuan,sikap,dan dukungan keluarga dengan penerapan germas

(makan buah,sayur dan tidak ada asap rokok dalam rumah ) terhadap

penderita diabetes melitus di puskesmas sudiang kota Makassar ”,

belum pernah dilakukan penelitian. Adapun penelitian yang berkaitan

yaitu :

1. Penelitian yang pernah dilakukan Yanesti Nuravianda (2017), tentang

“hubungan tingkat pengetahuan dan dukungan keluarga terhadap

kepatuhan diet pasien diabetes melitus di klinik bhakti husada

purwakarta”. Metode yang digunakan yakni metode penelitian

observasional dengan desain cross sectional dengan jumlah sampel 24

orang adalah pasien DM di Klinik Bhakti Husada. Data yang

dikumpulkan adalah tingkat penegtahuan, dukungan keluarga, dan

kepatuhan diet. Data diperoleh melalui kuisioner. Analitik data

menggunakan uji Chi-Square. Hasil penelitian menunjukkan bahwa

sebagian besar tingkat penegetahuan responden tergolong kurang

(64,3%), dan dukungan keluarga responden terhadap kepatuhan


10

menjalani terapi diet DM tipe 2 baik (50%). Terdapat hubungan

antara pengetahuan dengan kepatuhan diet pasien DM (p=0,008),

namun tidak ada hubungan dukungan keluarga dengan kepatuhan

pasien DM (p=0,408). Perbedaan penelitian ini dengan penelitian

tersebut adalah dalam variabel tergantung, unit analisa data, jumlah

dan populasi sampel serta waktu dan tempat penelitian.

2. Penelitian yang pernah dilakukan Dede Nur Hasanah (2018), tentang

“hubungan tingkat pengetahuan dengan gaya hidup penyandang

diabetes mellitus tipe 2 di wilayah kerja puskesmas purwosari kota

Surakarta”. Penelitian ini merupakan penelitian kuantitatif dengan

desain deskriptif korelatif, sedangkan pengumpulan data menggunakan

pendekatan cross sectional. Populasi penelitian adalah seluruh

penyandang diabetes mellitus tipe 2 diwilayah kerja puskesmas

purwosari kota Surakarta dengan populasi berjumlah 156 orang,

sedangkan sampel penelitian sebanyak 60 pasien diabetes dengan

teknik proporsional random sampling. Pengumpulan data penelitian

menggunakan kuesioner, sedangkan anlisisis data menggunakan uji chi

square. Hasil uji chi square hubungan tingkat pengetahuan dengan

hubungan gaya hidup penderita diabetes mellitus diperoleh nilai x 2

hitung sebesar 10,713 dengan nilai signifikan (p=value) sebesar 0,005.

Hasil dari penelitian ini adalah tingkat pengetahuan pasien diabetes

mellitus sebagian besar adalah baik, gaya hidup pada pasien diabetes

mellitus sebagian besar adalah baik, dan terdapat hubungan antara


11

penegetahuan dengan gaya hidup pada pasien diabetes mellitus di

Puskesmas Purwosari kota Surakarta. Perbedaan penelitian ini dengan

penelitian tersebut adalah dalam variabel tergantung, unit analisa data,

jumlah dan populasi sampel serta waktu dan tempat penelitian.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori Diabetes Melitus


1. Definisi

Diabetes Melitus (DM) merupakan slah satu penyakit kronis yang

memerlukan kemampuan individu dari pasien untuk mematuhi

penatalaksanaan penyakitnya yang dianjurkan oleh dokter.

(Nuari Afrian Nian, 2017)

Diabetes melitus (DM) adalah suatu sindrom gangguan

metabolisme yang ditandai dengan hiperglikemia sebagai akibat

defisiensi sekeresi insulin atau berkurangnya aktivitas biologis insulin

atau keduanya ( Smeltze,& Bare,2007; Asosiasi Diabetes Amerika/

American Diabetes Association AD,2005). (hotma, R,2014)

Diabetes melitus adalah suatu kumpulan gejala yang timbul pada

seseorang yang disebabkan oleh karena adanya peningkatan kadar

glukosa darah akibat penurunan sekresi insulin yang progresif dilatar

belakangi oleh resistensi insulin. ( Soegondo Sidartawan, Pradana

Soewondo, Imam Subekti, 2018)

Diabetes mellitus merupakan penyakit yang ditandai dengan

tingginya kadar gula darah di dalam urine akibat terganggunya

metabolisme karena produksi dan fungsi hormone insulin tidak

berjalan seharusnya. (Syamsiyah Nur,2017)

12
13

2. Klasifikasi

Berdasarkan etiologi atau penyebabnya, diabetes melitus terbagi

menjadi empat kelompok.

a. Diabetes melitus tipe 1

Diabetes tipe 1 muncul dikarenakan rusaknya sel beta

penghasil insulin di pankreas yang dirusak oleh system kekebalan

tubuh sendiri. Dikenal juga dengan nama diabetes tergantung

insulin (Insulin dependent diabetes melitus / IDDM) atau diabetes

anak ( juvenile diabetes).

Diabetes tipe 1 walau sering terjadi pada anak atau dewasa

muda, dapat pula terjadi pada segala usia. Dapat disebabkan oleh

berbagai faktor seperti genetic, lingkungan ataupun faktor lainnya.

Hingga saat ini belum ada pencegahan terhadap terjadinya

diabetes tipe ini.

Berdasarkan kerusakan dan atau hilangnya fungsi insulin

yang dihasilkan oleh sel beta pankreas, diabetes tipe 1 ini terbagi

atas 2 jenis. Pembagian diabetes tipe 1 tersebut adalah:

1. Jenis yang pertama adalah yang dimediasi oleh kekebalan

tubuh dan ditandai dengan munculnya penanda autoimun

seperti islet cellantibodies (ICAs), insulin autoantibodies

(IAAs), dan autoantibodies to glutamic acid decarboxylase

(GDA65) penanda autoimun ini muncul pada 85-90%

penderita diabetes tipe 1.


14

2. Jenis yang kedua dikenal sebagai diabetes idiopatik yang

tidak diketahui penyebabnya. Hanya sedikit yang termasuk

dalam jenis ini dan terbanyak memiliki ras Afrika atau Asia.

Jenis ini sangat diturunkan, namun tidak tampak dari

penanda autoimun dan tidak berhubungan dengan human

leukocyte antigen (HLA). Hal ini yang membedakannya

dengan jenis pertama tadi.

b. Diabetes tipe 2

Diabetes ini muncul dikarenakan tubuh tidak memproduksi

insulin secara cukup (defisiensi relative insulin) insulin yang

diproduksi tidak efektif (resistensi insulin). Dikena juga dengan

nama diabetes tidak tergantung insulin (non -insulin dependent

diabetes melitus/NIDDM) atau diabetes usia dewasa. Tercatat 90-

95% penyandang diabetes adalah termasuk dalam tipe 2 ini.

Diabetes ini lebih sering menyerang pada dewasa

dibandingkan anak-anak. Namun, prevalensi diabetes tipe 2 pada

anak semakin meningkat saat ini,terutama ras risiko tinggi seperti

indian Amerika, dan pulau pasifik. Kebanyakan ank-anak yang

terkena berusia 10-19 tahun,kegemukan, dan memiliki riwayat

diabetes di keluarga.

c. Diabetes tipe lain

Diabetes tipe ini dapat disebabkan oleh infeksi, obat atau

zat kimia, sindrom genetic, kelainan genetic fungsi sel beta dan
15

lain sebagainya.Hanya sekitar 1-5% penyandang diabetes yang

termasuk dalam tipe ini.

d. Diabetes gestasional

Kelompok terkahir adalah diabetes gestasional yang

diakibatkan karena kehamilan.Dikatakan diabetes gestasional bila

ditemukan intoleransi glukosa terjadi pertama kali pada

kehamilan.Hal ini disebabkan akibat hormone yang dikeluarkan

pada saat kehamilan atau Karena kekurangan insulin.Faktor

risikonya adalah ras Afrika Amerika, Hispanik, Indian Amerika,

kegemukan, dan memiliki riwayat diabetes dikeluarga.

Kurang lebih 5-10% kehamilan memiliki komplikasi berupa

diabetes gestational ini.Biasa terdiagnosis saat trimester kedua atau

ketiga dari kehamilan dan berakhir dalam enam minggu setelah

kehamilan berakhir.Akibat dari periode yang singkat ini biasanya

tidak sampai terjadi retinopati diabetik pda penyandang diabetes

gestasional. Mengenai retinopati diabetik akan dijelaskan

selanjutnya di buku ini. Namun, harus diingat bahwa 35-60%

wanita dengan diagnosis ini dapat berkembang menjadi diabetes

melitus tipe 2 dalam 10-12 tahun kemudian. (Kurniawan

Chalid,2018)

3. Etiologi dan faktor risiko

Kerusakan pankreas dan resistensi jaringan terhadap insulin

merupakan penyebab tidak adekuatnya kerja insulin.Mekanisme yang tepat


16

yang menyebabkan resistensi insulin dan gangguan sekresi insulin pada

DMT2 masih belum diketahui. Faktor obesitas dan genetik diperkirakan

memegang peranan penting dalam proses terjadinya resistensi insulin.

Selain terdapat berbagai faktor risiko lain yang dibagi menjadi faktor risiko

yang dapat diubah seperti berikut ini,

a. Faktor risiko yang tidak dapat diubah antara lain faktor genetik,

gender,usia, gestasional diabetes dan ras

1. Faktor genetik

Menurut Albert et al., (2008) dalam persadia, 2009,

prevalensi DM yang tinggi pada anak-anak dari orang tua

yang menderita diabetes dan prevalensi yang tinggi pada

etnis tertentu menjadi satu bukti adanya komponen genetic

yang berkontribusi dalam kejadian diabetes. Meskipun

belum dapat dipastikan, namun hal ini mejadi satu faktor

penting yang perlu diketahui dan disadari oleh individu

dengan orang tua atau saudara sedarah yang menederita

diabetes agar upaya pencegahan sedini mungkin dapat

dilaksanakan. Berbagai penelitian menunjukkan hubungan

yang sangat kuat antara faktor genetic dengan kejadian

DMT2.

Seseorang yang memiliki saudara sedarah dengan

DMT2 mempunyai risiko 3 kali mengalami DM

dibandingkan dengan yang tidak (flores,et al.,2003;


17

Hansen, 2003; Gloyn,2003). Namun demikian, menurut

uusitupa (2008) DMT2 dapat dicegah dengan mencegah

terjadinya obesitas dan intervensi gaya hidup.

2. Usia

Usia merupakan faktor utama diabetes. Berbagai

studi menunjukkan peningkatan prevalensi diabetes

seiring dengan pertambahan usia ( Riskesdes,2007;

CDC,2008 ) Hasil Riskesdes tahun 2007 menunjukkan

peningkatan secara bermakna prevalensi TGT pada usia

35 tahun atau lebih dan di Amerika serikat seperti yang

cilaporkan ADA (2005), angka kejadian diabetes pada

tahun 1988 sampi tahun 1994 pada orang dewasa berusia

sekitar 40-74 tahun mengalami peningkatan kadar glukosa

darah puasa sebesar 33,8%; peningkatan glukosa darah 2

jam setelah makan 15,4% dan peningkatan pada keduanya

sebesar 40,1%. Orang dewasa berusia 20 tahun atau lebih

mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa

mengalami peningkatan kadar glukosa darah puasa

menjadi 35,4%.

3. Gender

Meskipun hingga saat ini belum ditemukan alasan

kuat penyebab perbedaan prevalensi diabetes pada wanita

dan pria, namun berbagai studi menunjukkan perbedaan


18

prevalensi yang bermakna antara pria dan wanita. Studi

yang dilakukan oleh pusat pencegahan dan pengendalian

penyakit AS (CDCP) tahun 2008, menunjukkan

peningkatan kejadian diabetes pada wanita sebesar 4,8%

dibandingkan pada pria hanya sebesar 3,2%.

4. Gestational DM

Gestational diabetes melitus (GDM) merupakan

diabetes yang berkembang selama kehamilan (ADA,

2005). GDM yang berkembang pada masa kehamilan

menjadi satu faktor risiko berkembangnya diabetes pada

ibu pasca melahirkan. Disamping peluang bagi ibu untuk

mengalami diabetes, bayi yang dilahirkannya juga

cenderung mengalami obesitas dan menderita penyakit

diabetes pada usia dewasa. Selain risiko terjadinya

diabetes pada anak yang dilahirkan oleh ibu dengan GDM,

anak juga berisiko mengalami autism (Doheny, & Kathlee,

2011). Pencegahan diabetes pada ibu dengan GDM dapat

dilakukan melalui intervensi gaya hidup untuk mengontrol

berat badan baik pada masa kehamilan maupun masa post

partum ( ferrara,dkk.2012)
19

b. Faktor risiko Diabetes yang dapat diubah antatara lain,

1. Obesitas

Obesitas adalah suatu kondisi yang menggambarkan

penumpukan lemak dalam tubuh yang disebabkan oleh

asupan makanan melebihi kebutuhan tubuh (Kemenkes

RI, 2010). Menurut AACE guidelines,(2011), obesitas

merupakan faktor risiko utama DMT2 dan penyakit

pembuluh darah jantung atau Cardio Vascular Disease

(CVD).

Obesitas dapat dicegah dan diatnggulangi melalui

latihan fisik yang teratur dan pola makan seimbang. Latihan

fisik intensitas ringan seperti berjalan kaki dapat

menurunkan berat badan oleh karena sumber energi yang

digunakan diperoleh dari lemak (Gropper,Smith, &

Groff,2005).

2. Latihan fisik yang kurang

Latihan fisik didefinisikan sebagai aktivitas

olahraga yang dilakukan secara sistematik dalam jangka

waktu lama yang bertujuan untuk memebentuk dan

menegembangkan fungsi fisiologis dan psikologis ( Gibne,

dkk, 2008).
20

3. Asupan makanan yang tidak seimbang

Asupan makanan dibutuhkan oleh setiap orang

untuk dapat beraktivitas setiap hari. Asupan ini hendaknya

cukup baik dari sisi jumlah kalori,air,vitamin dan mineral

yang dibutuhkan tubuh. (Rumahorbo Hotma, 2014)

4. Patofisiologi

DM terkait erat dengan proses pengaturan glukosa dalam darah.

Hormon insulin memiliki perang yang penting dalam pengaturan

glukosa darah tersebut. Untuk memahami hal tersebut, maka berikut

ini akan diuraikan tentang glukosa, hormone insulin, dan hubungan

diantara keduanya. Glukosa adalah suatu karbohidrat yang termasuk

monosakarida atau karbohidrat yang molekulnya hanya terdiri atas

beeberapa atom karbon saja. Glukosa setelah masuk kedalam tubuh

akan diserap melalui dinding usus halus, kemudian dialirkan oleh

darah menuju hati. Glukosa mengalami proses sintesis menghasilakn

glikogen didalam hati, oksidasi menjadi CO2 dan H2O, atau

dilepaskan untuk dibawa dengan aliran darah kebagia tubuh yang

memerlukannya. Zat makanan terutama glukosa dibakar melalui

proses kimia yang rumit, yang hasil akhirnya adalah timbulnya energi

di dalam sel. Proses ini disebut metabolisme. Dalam proses

metabolisme itu insulin memegang peran yang sangat penting yaitu

bertugas memasukkan glukosa ke dalam sel, untuk selanjutnya dapat


21

digunakan sebagai bahan energi. Insulin ini adalah hormone yang

dikeluarkan oleh sel beta di pankreas.

5. Manifestasi klinis

Seseorang dikatakan menderita DM jika menderita dua dari tiga

gejala dibawah ini (sesuai dengan kriteria American Diabetes

Association,2012):

a. Keluhan “TRIAS” DM (polidipsi,poliuri,penurunan brat badan).

b. Kadar glukosa darah pada waktu puasa > 126 mg/dl ( puasa

disini artinya selama 8 jam tidak ada masukan kalori).

c. Kadar glukosa darah acak atau dua jam sesudah makan >200

mg/dl.

d. A1C > 6,,5%. A1C dipakai untuk menilai pengendalian glukosa

jangka panjang sampai 2-3 bulan untuk memberikan informasi

yang jelas dan menegetahui sampai beberapa efektif terapi yang

diberikan. (Nian.N,2017)

6. Pencegahan

Diabetes dapat dicegah (ADA,2008) dengan memiliki gaya hidup

sehat sedini mungkin. Pencegahan diabetes bagi penyandang

prediabetes secara tepat.Deteksi dini mengandung makna mengetahui

seawal mungkin terjadinya penyakit.Hal ini dapat dilakukan dengan

meningkatkan kepekaan terhadap tanda dan gejala yang perlu

diwaspadai seperti banyak makan, banyak minum dan banyak


22

berkemih.Disamping itu kesadaran terhadap fakU4tor risiko yang

tidak tampak seperti genetic perlu dikenal secara dini.

Pencegahan diabetes difokuskan pada perubahan gaya hidup

khususnya dalam pola makan seimbang dan pola latihan fisik rutin

dan teratur dalam upaya mencegah obesitas sebagai faktor risiko

utama diabetes.

7. Komplikasi

Berbagai komplikasi yang dapat berkembang pada diabetes baik

yang bersifat akut maupun kronik.

a. Komplikasi akut

Ada tiga komplikasi akut dalam diabetes melitus yang

penting dan berhubungan dengan gangguan keseimbangan kadar

glukosa darah jangka pendek. (Suzzane C.Smeltzer,2002:1256)

yaitu:

1. Hipoglikemia

Hipoglikemia adalah suatu kondisi yang

menunjukkan kadar glukosa dalam darah rendah. Kadar

glukosa darah turun dibawah 50 mg/dl. Pada penyandang

diabetes, keadaan ini dapat terjadi akibat pemberian insulin

atau preparat oral yang berlebihan, komsumsi makanan

yang terlalu sedikit atau karena aktivitas fisik yang berat

dan berlebihan. Gejala hipoglikemia dapat dikelompokkan

ke dalam dus kategori yaitu gejala adrenergik dan gejala


23

sistem saraf pusat.Hipoglikemia dapat dikelompokkan

menjadi ringan, sedang dan berat.

2. Diabetes ketoasidosis

Diabetes ketoasidosis disebabkan oleh tidak adanya

insulin atau tidak cukup jumlah insulin yang nyata.Keadaan

ini mengakibatkan gangguan metabolism karbihidrat,

protein dan lemak.Ada tiga gambaran klinik yang penting

pada ketoasidosis yaitu terjadinya dehidrasi, kehilangan

elektrolit dan asidosis.

3. Syndrome Hiperglikemia Hipersmolar Non Ketoik

(SHHNK)

Merupakan keadaan yang didomonasi oleh

hiperosmolaritas dan hiperglikemia yang disertai perubahan

tingkat kesadaran (Sense of Awareness).Keadaan

hiperglikemia persisten menyebabkan diuresis osmotic

sehingga terjadi kehilangan cairan dan elektrolit. Untuk

mempertahankan keseimbangan osmotik, caira akan

berpindah dari intrasel ke ruang ekstrasel dengan adanya

glukosuria dan dehidrasi, maka akan dijumpai keadaan

hypernatremia dan peningkatan osmolaritas cairan.


24

b. Komplikasi kronik

Komplikasi kronik diabetes dapat menyerang semua

sistem organ tubuh.Kerusakan organ tubuh disebabkan oleh

menurunnya sirkulasi darah ke organ akibat kerusakan pada

pembuluh darah kategori komplikasi kronik diabetes yang

lazim digunakan adalah penyakit makrovaskuler,

mikrovaskuler, dan neurologis.(Suzzane

C.Smeltzer,2002:1267)

1) Komplikasi Makrovaskuler

Perubahan pembuluh darah besar akibat

aterosklerotik menimbulkan masalah yang serius pada

diabetes.Aterosklerotik ysng terbentuk sangat beragam

tergantung pada lokasi pembuluh darah yang terkena,

derajat sumbatan yang ditimbulkan dan lamanya sumbatan

itu telah terjadi.Aterosklerotik yang terjadi pada

pembuluh darah arteri coroner, maka akn menyebabkan

stroke infark dengan jenis TIA (Transient Ischemic

Attack). Selain itu aterosklerotik yang terjadi pada

pembuluh darah besar ekstremitas bawah, akan

menyebabkan penyakit oklusif arteri ferifer atau penyakit

vaskuler perifer.
25

2) Komplikasi mikrovaskuler

Berbagai bentuk komplikasi kikrovaskuler antara lain,

a. Retinopati diabetikum

Disebabkan oleh perubahan pembuluh-

pembuluh darah kecil pada retina mata.Retina

mengandung banyak seakli pembuluh darah kecil

seperti arteriol, venula dan kapiler.Retinopati

diabetic dapat menyebabkan kebutaan.

b. Nefropati diabetikum

Bila kadar glukosa darah meninggi maka

mekanisme filtrasi ginjal akan mengalami stress

yang mengakibatkan kerusakan pada membrane

filtrasi sehingga terjadi kebocoran protein darah ke

dalam urin. Kondisi ini mengakibatkan tekanan

dalam pembuluh darah ginjal meningkat.Kenaikan

tekanan ersebut diperkirakan berperan sebagai

stimulus dalam terjadinya nefropati.Nepropati

diabetic dapat menyebabkan gagal ginjal.

c. Neuropati diabetikum

Neuropati diabetikum merupakan faktor

utama terjadinya neuropati diabetikum.Terdapat

dua tipe neuropati diabetic yang paling sering

dijumpai yaitupolineuropati sensorik dan neuropati


26

otonom.Polineuropati sensorik disebut juga

neuropati perifer. Gejala permulaanya adalah

parastesia ( rasa tertusuk-tusuk, kesemutan dan

peningkatan kepekaan) dan rasa terbakar

(khususnya pada malam hari). Dengan bertambah

lanjutnya neuropati ini kaki akan terasa baal.

Penurunan sensabilitas terhadap sentuhan ringan

dan penurunan sensabilitas nyeri dan suhu

membuat penderita neuropati beresiko untuk

mengalami cedera dan infeksi pada kaki tanpa

diketahui.Neuropati otonom atau mononeuropati

merupakan neuropati yang menyerang sistem saraf

otonom dan mengakibatkan berbagai disfungsi

otonom yang mengenal hampir seluruh system

organ tubuh seperti kardiovaskuler,

gastrointestinal,urinarius,kelejar adrenal dan

disfungsi seksual.

8. Penatalaksanaan

Menurut perkeni (2006), tujuan penatalaksanaan secara umum

adalah meningkatnya kualitas hidup penyandang diabetes yang

ditandai oleh kemampuan penyandang prediabetes melaksanakan

kegiatan sehari-hari secara mandiri dan produktif.


27

Dalam jangka pendek, penatalaksanaan diabetes ditujukan untuk

menghilangkan keluhan dan tanda diabetes, mempertahankan rasa

nyaman dan tercapainya target pengendalian glukosa darah.

Penatalaksanaan jangka panjang diarahkan untuk mencegah dan

mengurangi progresitas komplikasi makrovaskuler, mikrovaskuler dan

neuropati.

Penatalaksanaan diabetes dikelompokkan atas 4 pilar yaitu,

1. Edukasi

Edukasi penyandang diabetes dimaksudkan untuk memberi

informasi tentang gaya hidup yang perlu diperbaiki secara

khusus memperbaiki pola makan dan pola latiahan fisik.

Informasi yang cukup akan memperbaiki keterampilan dan sikap

penyandang diabetes. Melaui edukasi yang tepat diharapkan

penyandang diabetes akan memiliki keyakinan diri dalam

bertindak sehingga terbentuk motivasi dalam bertindak. Dalam

melaksanakan edukasi, media dan metoda serta pendekatan yang

digunakan menjadi faktor penentu keberhasilan

edukasi.menggunakan tekhnik komuniasi terapeutik seperti

empati yang sangat membantu oleh karena perubahan gaya

hidup bukanlah hal yang mudah untuk dilakukan sehingga

dibutuhkan educator yang dapat memahami kesulitan pasien.


28

2. Terapi gizi

Memformulasi paket gizi yang berguna dalam

menyeimbangkan intake kalori yang masuk dan yang

dibutuhkan tubuh merupakan salah satu upaya dalam membantu

menyeimbangkan kadar glukosa dalam darah.

Secara prinsip pengaturan zat gizi padapenyandang diabetes

diarahkan pada gizi seimbang serta pengaturan jumlah kalori,

jenis makanan dan jadwal makan.Keteraturan jadwal makan

merupakan hal yang sangat penting bagi penyandang diabetes

yang menggunakan obat hipoglikemik baik oral maupun injeksi.

Komposisi makanan yang dianjurkan terdiri dari,

a. Karbohidrat

1) Karbohidrat yang diajurkan sebesar 45-65% dari total

asupan kalori.

2) Pembatasan karbohidrat total < 130 g/hari tidak

dianjurkan.

3) Makanan mengandung karbohidrat terutama yang

mengandung serat tinggi.

4) Sukrosa tidak boleh lebih dari total asupan kalori.

5) Pemanis alternative dapat digunakan sebagai

pengganti gula asal tidak melebihi batas aman

konsumsi harian.
29

6) Makan 3 kali sehari atau lebih, namun kalorinya tidak

melebihi keutuhan tubuh. Kalau perlu ada selingan

makanan yang kalorinya telah diperhitungkan dari

kalori harian.

b. Lemak

1. Asupan lemak yang di anjurkan sekitar 20-25% dari

total kebutuhan kalori

2. Lemak jenuh <7% dari total kebutuhan kalori

3. Lemak tidak jenuh ganda <10%, selebihnya dari

lemak jenuh tidak tinggal

4. Bahan maknan yang pelu di batasi adalah yang

banyak mengandung lemak jenuh dan lemak trans

antara lain dengan berlemak dan susu penuh

(whole milk)

5. Anjuran konsumsi kolesterol <300% mg/hari protein

c. Protein

1. Dibutuhkan sebesar 10-20% total asupan kalori

2. Sumber protein antara lain sea food,daging tanpa

lemak,ayam tanpa kulit,produk susu rendah

lemak,kacang-kacangan seperti juga tahu dan tempe.

3. Bila ada nefropati,perlu di lakukan pembatasan

protein seperti anjuran medis


30

d. Natrium

1. Anjuran asupan natrium <300 mg atau sama dengan

6-7g(1 sendok teh) garam dapur.

2. Bagi yang hipertensi, pembatasan natrium sampai

2400 mg garam dapur.

e. Serat

1. Dianjurkan asupan makanan dengan serat yang

tingi.dalam 1000 kkal/hari dianjurkan serat mencapai

25 g

3. Latihan Fisik

Latihan fisik sangat penting dalam penatalaksanaan

diabetes karena efeknya dapat menurunkan kadar glukosa darah

dan mengurangi faktor resiko kardiavaskuler.latihan juga akan

mengubah kadar lemak darah yaitu meningkatkan kadar gula

HDL kolesterol dan menurunkan kadar kolesterol total serta

trigliserida.

Sekalipun demikian,pemilihan jenis dan intensitas latihan

fisik memerlukan advis tenaga kesehatan oleh karena pada

penyandang diabetes takaran latihan fisik terkait sangat erat

dengan kadar glukosa darah khususnya bagi para pasien yang


31

mendapat terapi obat hipoglikemik dan pembatasan asupan

kalori.

4. Farmakoterapi (jika diperlukan)

Penggunaan obatgolongan hipeglikemik merupakan upaya

terakhir setelah upaya-upaya lain tidak berhasil membantu

menyeimbangkan kadar glukosa darah penyandang

diabetes.obat hipeglikemik oral (OHO) tersedia dalam bentuk

tablet, berdasarkan cara kerjanya OHO di bagi atas 4 golongan

yaitu,

a. Pemicu sekresi insulin seperti sulfonil urea dan glinid

b. Penambah sensitivitas terhadap insulin seperti metformin

dan tiazolindion

c. Penghambat gluconeogenesis (metformin)

d. Penghambat absorbs glukosa seperti penghambat

glukosidase alfa.

Obat hipoglikemik injeksi yang lazim disebut insulin,

dibagi berdasarkan cara dan lama kerja seperti insulin cepat

kerja (rapid Acting insulin), insulin kerja pendek (short acting

insulin), insulin kerja menengah (intermediate Acting insulin),

insulin kerja panjang (long Acting insulin) dan insulin

campuran.
32

Edukasi mengenai prinsip-prinsip terapi dengan obat

hipoglikemik seprti cara kerja obat, kerja puncak, dan lama kerja

obat serta berbagai hal yang perlu diperhatikan pada

penggunaan obat perlu disampaikan. Beberapa informasi

penting bagi penyandang diabetes yang mendapat obat

hipoglikemik,

a. Pemakaian obat sesuai dosis dan waktu. Tidak

diperkenankan menambah atau mengurangi dosis obat

tanpa seijin medis.

Obat hipoglikemik baik oral maupun injeksi, umumnya

digunakan ½ jam sebelum makan,oleh karenanya waktu

penggunaan obat terkait dengan jadwal makan yang harus

dilakukan secara teratur.

b. Oleh karena kalori harian telah diselaraskan dengan kadar

glukosa darah, aktifitas harian dan dosis obat maka porsi

makan harus selalu dihabiskan sesuaianjuran.

c. Demikian hanya dengan aktifitas dan latihan fisik tidak

boleh dilakukan secara berlebihan.

d. Bila terdapat keluhan dalam pengguanaan obat,

secepatnya meminta nasehat ke petugas kesehatan.

e. Penyakit penyerta selama penggunaan obat harus dalam

pengawasan tim medis.


33

Penatalaksanaan penyandang diabetes dengan ulkus

diabetikum meliputi istirahat, pemberian antibiotic dan

debridement.Disamping itu, pengendalian glukosa darah

dilakukan dengan ketat ketika terjadi infeksi untuk

mencegah infeksi luka yang berkepanjangan.Amputasi

mungkin diperlukan untuk mencegah penyebaran infeksi

lebih lanjut. (Suzzane C. Smeltzer,2002:1276).

perawatan kaki yang bersifat primer mencakup

tindakan mencuci kaki dengan benar, mengeringkan dan

mempertahankan kelembabanya dengan optimal.

Perawatan kaki yang bersifat sekunder mencakup tindakan

untuk mengontrol kondidi metabolic, terapi farmakologis,

revaskularisasi, wound control, pressure control dan

education control. (Persatuan Ahli Penyakit Dalam

Indonesia.2006 : 1934). (Rumohorbo Hotma,2014)


34

B. Tinjauan Teori Pengetahuan

1. Definisi

Notoatmodjo, (2003) mengatakan Pengetahuan melupakan hasil

tahu.dan ini terjadi setelah orang melakukan pengindraan terhadap

obyek tertentu.Pengindraan panca indera manusia yaitu indera

penglihatan.pendengaran.penciuman, rasa dan raba. Sebagian besar

pengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga.yaitu proses

melihat dan mendengar. Sétain itu melalui mata dan telinga yaitu

proses melihat dan mendengar. Selain itu proses pengalaman dan

proses belajar dalam pendidikan formal maupun informal.

Soekanto (2002) mengatakan pengetahuan merupakan hasil dari

tahu.merupakan domain yang penting dalam membentuk tindakan

seseorang (overt behaviour). Proses kognitif meliputi ingatan, pikiran.

persepsi. simbol-simbol penalaran dan pemecahan persoalan. Dalam

kamus umum bahasa Indonesia.pengetahuan adalah segala sesuatu

yang diketahui yang berkenaan dengan sesuatu hal.Yang dimaksud

dengan penelitian ini adalah pengetahuan siswaa tentang kanker

payudara.

Pengetahuan dalam kamus besar Bahasa Indonesia (1999).diartikan

segala sesuatu yang di ketahui atau segala sesuatu yang berkenaan

dengan hal mata pelajaran. Kategori pengetahuan meliputi

kemampuan untuk mengatakan kembali dari ingatan haI-hal khusus

dan umum, metode dan proses atau mengingat sesuatu pola, susunan,
35

gejala atau peristiwa. Soekanto (2002) menjelaskan bahwa

pengetahuan (knowledge) adalah kemampuan seseorang tentang

sesuatu.Kemampuan yang paling rendah tetapi paling dasar dalam

kawasan kognitif.Kemampuan untuk mengetahui adalah kemampuan

untuk mengenal atau mengingat kembali suatu objek, ide, prosedur,

prinsip atau teori yang pernah ditemukan dengan pengalaman tanpa

memanipulasinya.Pengetahuan atau kognitif merupakan domain yang

sangat penting dalam membentuk tindakan seseorang (overt

behaviour).Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa prilaku

yang di dasari oleh pengetahuan akan lebih langgeng dari pada prilaku

yang tidak di dasari oleh pengetahuan.

Berdasarkan delinisi tersebut diatas dapat disimpulkan bahwa

pengetahuan adalah suatu proses mengingat dan mengenal kembali

obyek yang telah dipelajari melalui panca indra pada suatu bidang

tertentu secara baik.

2. Tingkat Pengetahuan

Tingkat pengetahuan adalah tingkat seberapa kedalaman Seseorang

dapat menghadapi, mendalami, memperdalam perhatian seperti

sebagaimana manusia menyelesaikan masalah tentang konsep-konsep

baru dan kemampuan dalam belajar di kelas. Untuk mengukur tingkat

pengetahuan seseorang secara rinci terdiri dari enam tingkatan :


36

1. Tahu ( know)

Tahu diartikqn sebagai mengingat sesuatu yang dipelajari

sebelumnya.Termasuk kedalam pengetahuan tingkat ini adalah

mengingqt kembali (recall) sesuatu spesifik dari sesuatu bahan

yang diterima atau dipelajari.

Kata kerja yang dipelajari untuk mengukur bahwa orang

tahu apa yang dipelajari antara lain : menyebutkan, menguraikan

mendefinisikan, menyatakan, dan sebagainya.

2. Memahami (comprehension)

Kemampuan untuk menjelaskan tentang obyek yang

diketahui dan menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan

materi yang telah dipelajari pada suatu kondisi atau situasi

nyata.

4. Analisis ( analysis )

Kemampuan untuk menjabarkan materi ke dalam

komponen-komponen, tapi masih dalam suatu struktur tersebut

dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis ( synthesis)

Kemampuan meletakkan atau menghubungkan bagian-

bagian di dalam suatu bentuk keseluruhan yang baru.Atau

menyusun foemulasi baru dari formulasi yang ada.


37

6. Evaluasi ( evaluation )

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk

melakukan justifikasi/ penilaian terhadap suatu materi/obyek.

3. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan

Faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurut:

a. Tingkat pendidikan, yakni upaya untuk memberikan

pengetahuan sehingga terjadi perubahan prilaku positif yang

meningkat.

b. Informasi, seseorang yang mendapatkan infomasi lebih

banyak akan menambah pengetahuan yang lebih luas.

c. Pengalaman, yakni sesuatu yang pernah dilakukan seseorang

akan menambah pengetahuan tentang sesuatu yang bersifat

informal.

d. Budaya, tingkah laku manusia dalam memenuhi kebutuhan

yang meliputi sikap dan kepercayaan.

e. Sosial Ekonomi yakni kemampuan seseorang memenuhi

kebutuhan hidupnya.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahua

menurut Maliono dkk, (2007) adalah

1. Sosial ekonomi

Lingkungan sosial akan mendukung tingginya pengetahuan

seseorang bila ekonomi" baik.tingkat pendidikan tinggi maka

tingkat pengetahuan akan tinggi pula.


38

2. Kultur ( budaya dan agama)

Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan

seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai atau

tidaknya dengan budaya yang ada apapun agama yang dianut.

3. Pendidikan

Semakin tinggi pendidikan maka akan mudah menerima hal

baru dan akan mudah menyesuaikan dengan hal yang baru

tersebut.

4. Pengalaman

Pengalaman disini berkaitan dengan unur dan pendidikan

individu. Pendidikan yang tinggi, maka pengalaman akan lebih

luas, sedangkan semakin tua seseorang maka pengalamannya

akan semakin banyak.

4. Sumber Pengetahuan

Berbagai upaya yang dapat dilakukan oleh manusia untuk

memperoleh pengetahuan. Upaya-upaya serta cara-cara tersebut yang

dipergunakan dalam memperoleh pengetahuan yaitu:

1. Orang yang Memiliki Otoritas

Salah satu upaya seseorang mendapatkan pengetahuan

yaitu dengan bertanya pada orang yang memiliki Otoritas atau

yang dianggapnya lebih tahu. Pada zaman moderen ini, orang

yang ditempatkan memiliki Otoritas. misalnya dengan

pengakuan melalui gelar.


39

2. Indra

Indra adalah peralatan pada diri manusia sebagai salah satu

sumber internal pengetahuan. Dalam filsafat science modern

mcnyatakan bahwa pengetahuan pada dasarnya adalah dan hanyalah

pengalaman-pengalaman konkrit kita yang terbentuk karena persepsi

indra, seperti persepsi penglihatan, pendengaran, perabaan, penciuman

dan pencicipan dengan lidah.

3. Akal

Dalam kenyataannya ada pengetahuan tertentu yang bias

dibangun oleh manusia tanpa harus atau tidak bias

mempersepsinya dengan indra terlebih dahulu. Pengetahuan apat

diketahui dengan pasti dan dengan sendirinya karena potensi

akal.

4. Intuisi

Salah satu sumber pengetahuan yang mungkin adalah

intuisi atau pemahaman yang langsung tentang pengetahuan

yang tidak merupakan hasil pemikiran yang sadar atau persepsi

rasa yang langsung.Intuisi dapat berarti kesadaran tentang

data_data yang langsung dirasakan.


40

5. Pengukuran Pngetahuan

Dapat dilakukan dengan wawancara atau angket yang

menanyakan tentang isi materi yang akan diukur dari subyek

penelitian kedalaman pengetahuan yang ingin kita ketahui atau

kita ukur dapat disesuaikan dengan tingkat domain di atas Pe n

gukuran pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau

angket yang berisi pertanyaan sesuai materi yang ingin diukur

dari subjek penelitian atau responden yang disesuaikan dengan

tingkat pengetahuan yang diukur. (Lestari titik, 2015)


41

C. Tinjauan Teori Sikap

1. Definisi

Sikap yang terdapat pada diri individu akan memberi warna atau

corak tingkah laku atauPun perbuatan individu yang bersangkutan.

Dengan memahami atau mengetahui sikap individu, individu dapat

memperkirakan respons atau perilaku yang akan diambil. Beberapa

definisi sikap yang dikemukakan para ahli adalah sebagai berikut:

a. Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari

seseorang terhadap suatu stimulus atau objek.

(Notoatmodjo, 1993)

b. Sikap merupakan organisasi pendapat, keyakinan seseorang

mengenai objek atau situasi yang relatif tetap, yang dis

c. disertai adanya perasaan tertentu, dan memberikan dasar pada

orang tersebut untuk membuat tes ns atau berperilaku dengan

cara tertentu yang dipilihnya (Walgito, 2011)

d. Sikap adalah tingkatan kecenderungan yang bersifat positif atau-

negatif dan berhubungan dengan objek psikologi. Objek

psikologi meliputi simbol, kata, slogan, orang, lembaga, dan ide

(Thurston, 1938)

e. Sikap adalah kesiapan merespons yang sifatnya positif atau

negqtif terhadap suatu objek atau situasi secara konsisten

(Ahmadi, 1999).
42

f. Sikap diartikan dengan sikap terhadap objek tertentu, yang dapat

merupakan sikap pandangan atau sikap perasaan, namun sikap

tersebut disertai kecenderungan untuk bertindak sesuai dengan

objek tadi (Gerungan, 1996).

g. Sikap menumt Secord & Backman (1964) scbagaimana

dikemukakan oleh Saifuddin (1995) adalah keteraturan tertentu

dalam hal perasaan (afeksi), pemikiran (kognisi), dan

predisposisi tindakan (konasi) seseorang terhadap suatu objek di

lingkungan sekitarnya

Dari uraian di atas, penulis merumuskan bahwa yang dimaksud

sikap adalah kecenderungan individu untuk melakukan respons

tertutup terhadap stimulus ataupun objek tertentu di lingkungan

sekitarnya.

2. Struktur Sikap

Saifuddin (1995) mengemukakan pendapat Kothandapani

(1974) tentang struktur sikap dan pendapat Mann (1969) tentang isi

tiap komponen sikap.Kothandapani (1974) mengungkapkan bahwa

struktur sikap terdiri dari komponen kognitif (kepercayaan),

komponen emosional (perasaan), dan komponen tingkah laku

(tindakan).Sementara itu, Mann (1969) menyebutkan bahwa isi dari

komponen kognitif adalah persepsi, kepercayaan, dan stereotipe

(sesuatu yang sudah terpolakan pada individu).Komponen kognitif

sering disamakan dengan opini (pandangan), terutama yang


43

menyangkut isu atau masalah yang kontroversial.Selanjutnya,

komponen afektif berisi perasaan individu terhadap objek dan

menyangkut masalah emosi.Terakhir, isi dari komponen perilaku

adalah kecenderungan bertindak.

Saifuddin (1995) juga menyatakan bahwa sikap memiliki tiga

komponen yang membentuk Struktur sikap yaitu :

1. Komponen kognitif

Komponen kognitif dapat disebut juga dengan komponen

persepsual, yang berisi kepercayaan individu. Kepercayaan

tersebut berhubungan dengan hal-hal bagaimana individu

memersepsikan objek sikap dengan apa yang dilihat dan

diketahui (pengetahuan), pandangan, keyakinan, Pikiran,

pengalaman pribadi, kebutuhan emosional, dan informasi

dari orang lain. Misalnya, individu mengetahui bahwa

kesehatan itu sangat berharga karena ia menyadari bahwa

apabila sakit, dirinya akan merasakan betapa nikmatnya

sehat.

2. komponen afektif (komponen emosional)

Komponen ini merujuk Pada dimensi emosional

subjektif individu, terhadap objek sikap, baik yang Positif

(rasa senang) maupun negatif (rasa tidak senang).


44

3. komponen konatif

Komponen konatif disebut juga komponen perilaku,

yaitu komponen sikap yang berkaitan dengan predisposisi

atau kecenderungan bertindak terhadap objek sikap yang

dihadapinya. Misalnya, individu mengetahui bahwa profesi

keperawatan adalah pekerjaan yang mulia sehingga banyak

lulusan SMA yang masuk Akademi Keperawatan.

Allport (1954) sebagaimana dijelaskan oleh Notoatmodjo

(1993) mengungkapkan bahwa struktur sikap terdiri tiga

komponen pokok, yaitu komponen kepercayaan (keyakinan),

ide, dan konsep terhadap suatu objek; komponen yang

meliputi kehidupan emosional atau evaluasi individu

terhadap suatu objek sikap; dan komponen predisposisi atau

kesiapan /kecenderungan individu untuk bertindak (tend to

behave). Ketiganya membuat total attitude.Dalam hal ini

yang menjadi determinan sikap adalah pengetahuan, berpikir,

keyakinan, dan emosi.

3. Fungsi Sikap

Sikap memiliki beberapa Fungsi seperti yang dikemukakan para

ahli. Atkinson, Smith, dan Bem (1996), dalam bukunya Pengantar

Psikologi, mengungkapkan bahwa sikap memiliki lima fungsi, yaitu


45

Fungsi instrumental, pertahanan ego, ekspresi nilai, pengetahuan, dan

penyesuaian nilai.

a. fungsi instrumental

Fungsi sikap ini dikaitkan dengan alasan praktis atau

manfaat, dan menggambarkan keadaan keinginan.

Sebagaimana kita pahami bahwa untuk mencapai suatu

tujuan, diperlukan suatu sarana yang disebut sikap. Fungsi

sikap dinamakan juga Fungsi penyesuaian karena dengan

sikap yang diambil, individu tersebut akan dapat

menyesuaikan diri dengan lingkungannya.

b. fungsi pertahanan ego

Sikap ini diambil individu dalam rangka melindungi diri

dari kecemasan atau ancaman harga dirinya.

Sikap ini mengekspresikan nilai yang ada dalam diri

individu.Sistem nilai yang terdapat 1>ada diri individu

dapat dilihat dari sikap yang diambilnya bersangkutan

terhadap nilai tertentu. Misalnya, individu yang sudah

menghayati kebenaran ajaran agama, sikapnya akan

tercermin dalam tutur kata, perilaku, dan perbuatan yang

dibenarkan oleh ajaran agamanya.


46

c. fungsi pengetahuan

Sikap ini membantu individu untuk memahami dunia,

yang membawa keteraturan terhadap bermacam-macam

informasi yang perlu diasimilasikan dalam kehidupan

sehari-hari.Setiap individu memiliki motif untuk ingin tahu,

ingin mengerti, dan ingin mendapat banyak pengalaman

dan pengetahuan. Misalnya, sikap individu yang ingin

mendalami bidang keperawatan, Perilakunya akan

ditujukan kepada hal tersebut.

d. fungsi penyesuaian sosial

Sikap ini membantu individu merasa menjadi bagian dari

masyarakat. Dalam hal ini, sikap yang diambil individu

tersebut akan sesuai dengan lingkungannya. Misalnya,

sikap kita pada saat mengunjungi orang yang terkena

musibah, kita akan menunjukkan rasa simpati yang dalam.

4. Tingkatan Sikap

Menurut Notoatmodjo (1993), sikap memiliki empat tingkatan,

mulai dari yang terendah hingga yang tertinggi, yaitu menerima,

merespons, menghargai, dan bertanggung jawab.

a. Menerima

Pada tingkat ini, individu ingin dan memperhatikan

rangsangan (stimulus) yang diberikan. Misalnya, sikap


47

seorang Bapak/ibu terhadap DM, dapat dilihat dari

kesediaan dan perhatian ibu tersebut untuk menghadiri

penyuluhan tentang DM. Di sini, bagi ibu yang tidak

menerima penyuluhan tentang DM, tidak akan peduli

tentang adanya penyuluhan.

b. Merespons

Pada tingkat ini, sikap individu dapat memberikan

jawaban apabila ditanya, serta mengerjakan dan

menyelesaikan tugas yang diberikan.

c. Menghargai

Pada tingkat ini, sikap individu mengajak orang lain

untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah

Misalnya, seorang bapak/ibu mengajak orang lain untuk

pergi memeriksakan kadar gula darah atau tekanan darah ,

atau mendiskusikan tentang manfaatpemeriksaan kadar gula

darah dan tekanan darah.

d. bertanggung jawab

Pada tingkat ini, sikap individu akan bertanggung jawab

dan siap menanggung segala risiko atas segala sesuatu yang

telah dipilihnya.
48

5. Ciri-Ciri Sikap

Sikap memiliki beberapa ciri tersendiri.Pada prinsipnya, ciri

sikap menurut beberapa ahli memiliki kesamaan. Gerungan (1996),

Ahmadi (1999), Sarwono (2000), dan Walgito (2001) mengingkapkan

bahwa:

a. Sikap tidak dibawa sejak lahir, namundipelajari ( learnability) dan

dibentuk berdasarkan pengalaman dan latihan sepanjang

perkembangan individu dalam hubungan dengan objek.

b. Sikap dapat berubah-ubah dalm situasi yamn memenuhi syarat

untuk itu sehingga dapat dipelajari.

c. Sikap tidak berdiri sendiri namu selalu berhubungan dengan objek

sikap.

d. Sikap dapat tertuju pada satu objek ataupun dapat tertuju pada

sekumpulan atau banyak objek.

e. Sikap dapat berlangsung lama atau sebentar.

f. Sikap mengandung faktor perasaan dan motivasi sehingga berbeda

dengan pengetahuan.

Selanjutnya, Sarwono (2000) mengungkapkan bahwa ada

beberapa cara untuk membentuk atau mengubah sikap individu, yaitu

adopsi, diferensiasi, integrasi, trauma, dan generalisasi.

a. Adopsi

Adopsi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap, melalui peristiwa yang terjadi secara berulang dan


49

terus-menerus sehingga lama-kelamaan secara bertahap hal

tersebut akan diserap oleh individu, dan akan memengaruhi

pembentukan dan perubahan sikap individu. Misalnya,

individu yang dibesarkan dalam keluarga yang sejak kecil

ditanamkan kebiasaan yang demokratis, kemungkinan besar

ia akan bersikap menghargai perbedaan dan

mengedepankan musyawarah dalam menyelesaikan

masalah.

b. Diferensiasi

Diferensiasi adalah suatu cara pemebentukan dan

perubahan sikap karena adanya pengetahuan,pengalaman,

intelegasi, dan pertambahan umur pada individu. Oleh

sebab itu, hal-hal yang tadinya dianggap sejenis, saat ini

dipandang tersendiri dan lepas dari jenisnya.Sementara itu,

terhadap objek yang tadi, sikap tersendiri dapat terbentuk.

Misalnya, seorang anak yang pada awalnya takut terhadap

semua orrang yang bukan keluarganya, secara berangsur-

angsur akan mengetahui mana orang yang baik dan mana

orang yang jahat sehingga mulai dapat bermain-main

dengan orang yang disukainya.

c. Integrasi

Integrasi adalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap yang terjadi secara bertahap, diawali dari bermacam-


50

macam pengetahuan dan pengalaman yang berhubungan

dengan objek sikap tertentu hingga akhirnya terbentuk sikap

terhadap objek tersebut

d. Trauma

Trauma adalah suatu cara pembentukan dan perubahan

sikap melalui suatu kejadian secara tiba-tiba dan

mengejutkan sehingga meninggalkan kesan mendalam

dalam diri individu tersebut. Kejadian itu akan membentuk

dan mengubah sikap pada diri individu terhadap kejadian

sejenis. Misalnya, individu yang pernah diare karena

membeli dan memakan rujak di pinggir jalan hingga

dirawat di rumah sakit, individu tersebut akan bersikap

nengatif terhadap makanan tersebut.

e. Generalisasi

Generalisasi adalah suatu cara pembentukan dan

perubahan sikap karena pengalaman traumatic pada diri

individu terhadap hal tertentu sehingga dapat menimbulkan

sikap negative terhadap semua hal yang sejenis atau

6. Pengukuran Sikap

Sikap dalam penerapannya dapat diukur dengan beberapa cara.

Secara garis besar, pengukuran sikap dapat dibedakan menjadi dua

cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Pengukuran sikap

secara langsung dilakukan dengan cara subjek langsung dimintai


51

pendapat tentang bagaimana sikapnya terhadap sesuatu masalah atau

hal yang dihadapkan padanya, jenis-jenis pengukuran sikap secara

langsung meliputi langsung berstruktur dan langsung tidak

berstruktur.

A. Langsung berstruktur

Cara ini dilakukan dengan mengukur sikap melalui

pertanyaan yang telah disusun sedemikian rupa dalam suatu

instrumen yang telah ditentukan, dan langsung diberikan kepada

subjek yang diteliti.

Pengukuran sikap menggunakan skala Bogardus dilakukan

dengan menyusun pernyataan berdasarkan jarak

sosial.Seseorang yang berasal dari suatu golongan tertentu

dihadapkan pada suatu golongan dan ditanyakan bagaimana

sikapnya terhadap golongan tersebut.

pengukuran sikap dengan skala likert dikenal dengan

teknik “Summated Ratings”. Responden diberikan pernyataan

dengan kategori jawaban yang telah dan umumnya terdiri dari 1

hingga 5 kategori jawaban. Misalnya, pernyataan sikap perawat

terkait pemeliharaan kuku panjang adalah “Seorang perawat

sebaiknya tidak memelihara kuku panjang” dan “ pada penderita

DM dapat mencegah komplikasi dengan melakukan pengaturan

makan”. Jawaban yang disediakan adalah sangat seetuju (5),


52

setuju (4), ragu-ragu (3), tidak setuju (2), 1 adalah unfavorable

(tidak menyenangkan).

B. Langsung tidak berstruktur

Cara ini merupakan pengukuran sikap yang sederhana dan

tidak memerlukan persiapan yang cukup mendalam, seperti

mengukur sikap dengan wawancara bebas atau free interview

dan pengamatan langsung atau survey.


53

D. Tinjauan Teori Keluarga

1. Definisi

Friedman (1998) mendefinisikan bahwa keluarga adalah

kumpulan dua orang atau lebih yang hidup bersama dengan

keterikatan aturan dan emosional dan invididu mempunyai peran

masing-masing yang merupakan bagian dari keluarga.

Pakar konseling keluarga adalah suatu ikatan/persekutuan hidup

atas dasar perkawinan antara orang dewasa yang berlainan jenis yang

hidup bersama atau seorang laki-laki atau seorang perempuan yang

sudah sendirian dengan atau tanpa anak, baik anaknya sendiri atau

adopsi, dan tinggal dalam sebuah rumah tangga.

Menurut UU No. 10 tahun 1992 tentang Perkembangan

Kependudukan dan Pembangunan Keluarga Sejahtera, keluarga adalah

unit terkecil dari masyarakat yang terdiri dari suami-isteri, atau suami-

isteri dan anaknya, atau ayah dan anaknya, atau ibu dan anaknya.

Pendekatan keluarga adalah salah satu cara puskesmas untuk

meningkatkan jangkauan sasaran dan mendekatkan/ meningkatkan

akses pelayanan kesehatan di wilayah kerjanya dengan mendatangi

keluarga.(Kemenkes RI, 2016)

2. Fungsi keluarga

Secara umum fungsi keluarga ( Friedman, 1998) adalah sebagai

berikut.
54

1. Fungsi afektif (the affective function) adalah fungsi keluarga

yang utama untuk mengajarkan segala sesuatu untuk

mempersiapkan anggota keluaga berhubungan dengan orang

lain. Fungsi ini dibutuhkan untuk perkembangan individu dan

psikososial anggota keluarga.

2. Fungsi sosialisasi dan tempat bersosialisasi (socialization and

social placement function) adlah fungsi mengembangkan dan

tempat melatih anak untuk kehidupan sosial sebelum

meninggalkan rumah untuk berhubungn dengan orang lain di

luar rumah.

3. Fungsi reproduksi (the reproductive function) adalah fungsi

untuk mempertahankan generasi dan menjga kelangsungan

keluarga.

4. Fungsi ekonomi (the economi function), yaitu keluarga

berfungsi untuk memenuhi kebutuhan keluarga secara ekonomi

dan tempat untuk mengembangkan kemampuan individu

meningkatkan penghasilan untuk memenuhi kebutuhan

keluarga.

5. Fungsi perawatan/pemeliharaan kesehatan (the health care

function), yaitu fungsi untuk memepertahankan keadaan

kesehatan anggota keluarga agar tetap memilikiproduktivitas

tinggi. Fungsi ini dikembangkan menjadi tugas keluarga di

bidang kesehatan. (Suprajitno,2014)


55

Adapun tugas keluarga dalam pemeliharaan kesehatan

adalah sebagai berikut:

a. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap

anggota keluarganya.

b. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.

c. Memberikan perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit.

d. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya.

e. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

dan fasilitas kesehatan. .(Kemenkes RI, 2016)

3. Tujuan Pendekatan Keluarga

Tujuan dari pendekatan keluarga adalah adalah sebagai berikut :

1. Mengenal gangguan perkembangan kesehatan setiap

anggota keluarganya.

2. Mengambil keputusan untuk tindakan kesehatan yang tepat.

3. Memberiakn perawatan kepada anggota keluarga yang

sakit.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan

untuk kesehatan dan perkembangan kepribadian anggota

keluarganya.
56

5. Mempertahankan hubungan timbal balik antara keluarga

dan fasilitas kesehatan. (kemenkes, RI ,2017)

4. Jenis Dukungan Keluarga.

Dukungan keluarga menjadikan keluarga mampu berfungsi dengan

berbagai kepandaian dan akal sehingga akan meningkatkan kesehatan

dan adaptasi mereka dalam kehidupan. (harnilawati,2013)

Adapun jenis dukungan keluarga sebagai berikut :

a) Dukungan instrumental, yaitu keluarga merupakan sumber

pertolongan praktis dan komplit.

b) Dukungan informasional, yaitu keluarga berfungsi sebagai

sebuah kolektor dan disseminator (penyebar informasi).

c) Dukungan penilaian (apparaisal), yaitu keluarga bertindak

sebagai sebuah umpan balik, membimbing dan

menengahipemecahan masalah dan sebagai sumber dan

validator identitas keluarga.

d) Dukungan emosional, yaitu keluarga sebagai tempatyang

aman dan damai untuk istirahat dan damai untuk istirahat dan

pemulihan serta membantu penguasaan terhadap emosi.

Efek dari dukungan keluarga sosial terhadap kesehatan dan

kesejahteraan berfungsi bersamaan. Secara lebih spesifik,

keberadaan dukungan keluarga yang adekuat terbukti dengan

menurunnya mortalitas, lebih mudah sembuh dari sakit,fungsi

kognitif, fisik, dan kesehatan emosi atau psikologi.


57

(Harnilawati,2013)

5. Faktor yang Mempengaruhi Dukungan Keluarga

Hal yang mempengaruhi factor-faktor dukungan keluarga lainnya

adalah kelas ekonomi orang tua.Kelas sosial ekonomi meliputi tingkat

pendapatan atau pekerjaan orang tua dan tingkat pendidikan.Dalam

keluarga kelas menengah, suatu hubungan yang lebih demokratis dan

adil mungkin ada, sementara dalam keluarga kelas bawah, hubungan

yang ada lebih otoritas dan otokrasi. Factor lainnya adalah tingkat

pendidikan, semakin tinggi tingkat pendidikan, semakin tinggi tingkat

pendidikan kemungkinan semakin tinggi dukungan yang diberikan

pada keluarga yang sakit (Nurwulan,2017)


58

E. Tinjauan Teori Germas

1. Definisi

Gerakan masyarakat hidup sehat merupakan suatu tindakan

sistematis dan terencana yang dilakukan secara bersama-sama oleh seluruh

komponen bangsa dengan kesadaran, kemauan dan kemampuan

berperilaku sehat untuk meningkatkan kualitas hidup.Pelaksanaan

GERMAS harus dimulai dari keluarga, karena keluarga adalah bagian

terkecil dari masyarakat yang membentuk kepribadian. (Kemenkes, 2016)

2. Tujuan umum Germas

Adapun tujuan Germas adalah sebagai berikut :

a. Menurunkan beban penyakit menular dan penyakit tidak

menular, baik kematian maupun kecacatan.

b. Menurunkan beban pembiayaan pelayanan kesehatan karena

meningkatnya penyakit.

c. Menghindarkan terjadinya penurunan produktivitas penduduk.

d. Menghindarkan peningkatan beban finansial penduduk untuk

pengeluaran kesehatan.

Adapun tujuan khusus dari gerakan masyarakat hidup sehat adalah

untuk Meningkatkan kesadaran masyarakat tentang gaya hidup sehat

dalam upaya di bawah paying aksi promotif dan preventif serta

menurunkan factor risiko utama penyakit menular dan tidak menular


59

terutama melalui meningkatkan aktifitas fisik teratur dan terukur,

komsumsi sayur dan buah dan melakukan deteksi dini penyakit.

(kemenkes RI, 2017)

Kegiatan yang dilakukan dalam rangka mendukung Gerakan

Masyarakat Hidup Sehat antara lain:

1. Melakukan aktifitas fisik

2. Mengkomsumsi sayur dan buah

3. Tidak merokok

4. Tidak mengkomsumsi alkohol

5. Memeriksa kesehatan secara rutin

6. Membersihkan lingkungan

7. Menggunakan jamban

Pada tahap awal, GERMAS secara nasional dimulai dengan

berfokus pada tiga kegiatan, yaitu : 1) Melakukan aktifitas fisik 30 menit

perhari, 2) Mengonsumsi buah dan sayur, dan 3) Memeriksakan kesehatan

secara rutin. Tiga kegiatan tersebut dapat dimulai dari diri sendiri dan

keluarga, dilakukan saat ini juga, dan tidak membutuhkan biaya yang

besar.
60

Germas merupakan gerakan nasional yang diprakarsai oleh

Presiden RI yang mengedepankan upaya promotif dan pereventif, tanpa

menegesampingkan upaya kuratif-rehabilitatif dengan melibatkan seluruh

komponen bangsa dalam memasyarakatkan paradigma sehat.Untuk

menyukseskan GERMAS, tidak bisa hanya mengadalkan peran sektor

kesehatan saja. Peran kementrian dan lembaga di sektor lainnya juga turut

menentukan,dan ditunjang peran serta seluruh lapisan masyarakat. Mulai

dari individu, keluarga, dan masyarakat dalam mempraktekkan pola hidup

sehat, akademisi, dunia usaha, organisasi kemasyarakatan, dan organisasi

profesi dalalm menggerakkan anggotanya untuk berperilaku sehat: serta

pemerintah baik di tingkat pusat maupun daerah dalam menyiapkan sarana

dan prasarana pendukung, memantau dan mengevaluasi pelaksanaanya.

Salah satu dukungan nyata lintas sector untuk suksesnya

GERMAS, dinataranya program infrastruktur Berbasis Masyarakat (IBM)

Kementrian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat yang berfokus pada

pembanguna akses air minum, sanitasi, dan pemukiman layak huni, yang

merupakan infrastruktur dasar yang mendukung Perilaku Hidup Bersih dan

Sehat (PHBS) dan Badan Pengawas Obat dan Makanan dalam hal

keamanan pangan.

Dalam kehidupan sehari-hari, praktik hidup sehat merupakan salah

satu wujud Revolusi Mental.GERMAS mengajak masyarakat untuk

membudayakan hidup sehat, agar mampu mengubah kebiasaaan-kebiasaan

atau perilaku tidak sehat. Untuk itu, Pemerintah RI diwakili Menteri


61

Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan RI, Puan

Maharani, mencanangkan GERMAS pada 15 November 2016 di

Kabupaten Bogor ( jawa barat ), Kabupaten Pandeglang ( Banten ), Kota

Batam ( Kepulauan Riau ), Kota Jambi ( Jambi ), Surabaya ( Jawa Timur ),

Pare-Pare ( Sulawesi Selatan ), Kabupaten Purbalingga ( Jawa Tengah ),

Kabupaten Padang Pariaman ( Sumatera Barat ).

Perencanaan GERMAS menandai puncak peringatan hari Kesehatan

Nasional ( HKN ) ke 52 yang jatuh pada 12 November 2016. Tahun ini,

HKN ke-52 menyusun tema Indonesia Cinta Sehat dengan sub tema

Masyarakat Hidup Sehat, Indonesia Kuat. Tema ini harus dimaknai secara

luas, seiring dengan Program Indonesia Sehat ( GERMAS ). Secara

khusus, GERMAS diharapkan dapat meningkatkan partisispasi dan peran

serat masyarakatbuntuk hidup sehat,nmeningkatkan produktivitas

masyarakat, dan mengurangi beban biaya kesehatan. (Kemenkes, 2016)


62

F. KERANGKA TEORI

Penderita DM
Klasifikasi
Komplikasi
1. DM tipe 1
Pengetahuan a. Komplikasi
1. Tahu 2. DM TIPE II akut
2. Memahami 1.Ketoasidosis
`1 .tahu 3. DM Gestasional diabetic
3.Analisis
2. Memahami 4. DM tipe lain 2. Hipersmolar
4.
3. Aplikasi
aplikasi
Non Ketoi
4. analisis Diabetes melitus
5. sintesis 3.Hipoglikemia
6.Evaluasi
4. Analisis
Tanda dan Gejala
Sikap
: Poliuri,
1. Menerima Polidipsi, b. Komplikasi
5. Merespon
2. Sintesis Polipagi, lemas, Kronik
6. Menghargai
3. Evaluasi mudah lelah, 1.Mikroangiopa
kesemutan, gatal, ti
penglihatan kabur,
4. Bertanggung Jawab 2.Makroangiop
penyembuhan ati
luka yang buruk,
disfungsi ereksi 3. Neuropati
Dukungan Keluarga
pada pria, gatal
1. Fungsi keluarga
pada kelamin.

2. Tugas Keluarga

GERMAS
1. Tidak Merokok
2. Mengkomsumsi
Buah dan Sayur
3. Aktivitas Fisik

4. Tidak
mengkomsumsi
alcohol Keterangan :
5. Membersihkan
yang diteliti =
lingkungan
6. yang
Memeriksa
tida tidak diteliti = ----------
Kesehatan secara
rutin
7. Menggunakan
Jambang
63

G. KERANGKA KONSEP

PENGETAHUAN

SIKAP Penerapan
1. Menerima GERMAS
2. Merespon
3. Menghargai (Makan buah Penderita DM Tipe
dan sayur, II
tidak merokok
4. Bertanggung dan aktivitas
Jawab fisik)

DUKUNGAN
KELUARGA

1. Fungsi Keluarga

2. Tugas Keluarga

Keterangan :

Variabel Yang diteliti =

Variabel Yang tidak diteliti = -----------


64

H . HIPOTESIS

Ha : Ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan dukungan

keluarga dengan penerapan germas terhadap penderita diabetes melitus

Tipe 2.

H0 : Tidak ada hubungan antara tingkat pengetahuan, sikap, dan dukungan

keluarga engan penerapan germas gerhadap penderita diabetes

mellitusTipe 2.
63

BAB III
METODE PENELITIAN
A. Jenis Dan Desain Penelitian

Desain penelitian dalam penelitian ini merupakan penelitian

kuantitatif dengan desain penelitian deskriptif analitik yaitu desain

penelitian yang mencari adanya hubungan antara dua variabel, penelitian

ini memerlukan analisis terhadap data yang dikumpulkan, untuk

mengetahui hubungan antara variabel dan mengetahui ada tidaknya

variabel control, sehingga perlu adanya hipotesis dalam penelitian ini,

dengan pendekatan cross sectional. (Putri, 2016)

B. Populasi Dan Sampel

1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh penderita diabetes mellitus di

wilayah kerja Puskesma Sudiang Kota Makassar sebanyak 130 penderita

Diabetes Mellitus

2. Sampel

Penentuan jumlah sampel dapat dilakukan dengan cara perhitungan

statistik yaitu dengan menggunakan rumus yaitu sebagai berikut:

n= N
1 + N (d)2
Keterangan :
n : Besar sampel
N : Besar populasi
d : Tingkat signifikasi (p)
Jumlah sampel yang dibutuhkan dalam penelitian ini adalah

65
66

n= N
1 + N (d)2
n= 130
1 + 130 (0,1)2

n = 130
1 + 130 (0,01)

n= 130
1 + 1,3
n= 13
2,3
n = 56,52 jadi di bulatkan menjadi 57 orang

jadi, jumlah sampel yang dibutuhkan adalah 57 orang

Cara pengambilan sampel pada penelitian ini menggunakan metode

Nonprobability sampling yaitu purposive sampling.yaitu disebut juga

judgement sampling. Adalah suatu teknik penetapan sampel dengan cara

memilih sampel diantara populasi sesuai dengan yang dikehendaki peneliti

(tujuan/masalah dalam penelitian), sehingga sampel tersebut dapat

mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal sebelumnya,

(Nursalam,2017).

Adapun karakteristik pengambilan sampel yaitu sebagai berikut:

a. Kriteria inklusi

Kriteria inklusi adalah karakteristik umum subjek penelitian dari

suatu populasi target yang terjangkau dan akan diteliti, antara lain :

(Nursalam, 2017)
67

1. Penderita Diabetes Melitus yang berada di Wilayah Kerja

Puskesmas Sudiang Kota Makassar

2. Penderita yang bersedia menjadi responden

3. Penderita dalam keadaan sadar dan kooperatif

4. Penderita dapat berkomuikasi dengan baik

b. Kriteria eksklusi

Kriteria eksklusi adalah menghilangkan/mengeluarkan subjek yang

memenuhi kriteria inklusi dari study karena berbagai sebab, antara lain

: (Nursalam,2017)

1. Tiba-tiba subjek penelitian dalam keadaan sakit

2. Subjek meninggalkan lokasi penelitian dalam beberapa hari

3. Subjek tiba-tiba mengundurkan diri

C. Waktu dan Tempat Penelitian

a. Waktu

Penelitian ini akan dilaksanakan pada bulan April- Agustus 2019

b. Tempat

Penelitian ini dilakukan di Wilayah Kerja Puskesmas Sudiang Kota

Makassar

D. Variabel Penelitian atau Aspek yang Diteliti

a. Variabel Independen atau variabel bebas ini merupakan variabel yang

menjadi sebab perubahan atau timbulnya variabel dependen atau

terikat. Variabrel ini juga dikenal dengan nama variabel bebas artinya
68

bebas dalam memengaruhi variabel lain, variabel ini mempunyai nama

lain seperti variabel prediktor, risiko, atau kausa.

b. Variabel Dependen atau variabel terikat ini merupakan variabel yang

dipengaruhi atau menjadi akibat karena variabel bebas. Variabel ini

bergantung pada variabel bebas terhadap perubahan. Variabel ini juga

disebut sebagai variabel efek, hasil, outcome, atau event.

(Hidayat, 2018).

E. Definisi Operasional Variabel Penelitian

No Variabel Definisi Kriteria objektif Alat Skala


Operasional ukur
1. Independe
n:
a. Tingkat a. Tingkat a. Pengetahuan kues ordi
Pengetah pengetahuan 1. Baik Jika ione nal
uan yang dimiliki memiliki r
Pasien penderita nilai benar
Diabetes tentang ( 66-100 % )
Melitus. penerapan dari seluruh
Germas pertanyaan
(makan buah 2. cukup jika
dan memiliki
sayur,tidak nilai benar
merokok dan > 66 %
aktivitas fisik ) 3. kurang jika
memiliki nilai
benar<66%
69

b. Sikap b. sikap - Baik jika


respon presentase
/perilaku total jawaban
penderita responden
terkait memiliki nilai
penerapan ( 12-16 % )
Germas
(makan buah - Kurang jika
dan sayur) presentase total
jawaban
responden
memiliki nilai(
7-11 % ).

C.Dukunga c. bagaimana
n keluarga keluarga b. Dukungan
meberiakn keluarga
motivasi - Medukung
terkait dengan jika presentase
penerapan total jawaban
germas responden
( makan buah memiliki nilai,
dan sayur ) >nilaimedian
- Tidak
mendukung=
jika presentase
total jawaban
responden
memiliki nilai
< nilai median
70

2. Dependen: Suatu tindakan makan buah dan Kue Ordin


Penerapan yang sistematis sayur, tidak sion al
germas dan terencana merokok, dan tidak er
(Gerakan yang dilakukan ada paparan asap
makan buah secara bersama- rokok dalam rumah.
dan sayur, sama oleh seluruh Deteksi dini PTM
tidak komponen bangsa
merokok, dengan
dan tidak kesadaran,
asap rokok kemauan dan
dalam kemampuan
rumah) berperilaku sehat
pada untuk
penderita meningkatkan
DM) kualitas hidup.

F. Jenis dan Teknik Pengumpulan Data

Metode pengumpulan data merupakan cara yang dilakukan dalam

pengumpulan data penelitian. Berdasarkan sumbernya dibedakan menjadi

data primer dan data sekunder, yaitu :

a. Data primer

Data primer berupa data yang didapatkan di Wilayah Kerja Puskesmas

Sudiang Kota Makassar.Diperoleh dari lembar kuesioner yang

dibagikan kepada responden dan melakukan wawancara langsung.

b. Data sekunder

Pengumpulan data sekunder yaitu data yang diperoleh atau

dikumpulkan oleh peneliti dari berbagai sumber yang telah ada pada
71

penelitian ini adalah data yang diperoleh dari puskesmas sudiang,

buku, rekam medik dan jurnal.

G. Alat Ukur / Instrumen dan Bahan Penelitian

Instrumen pengumpulan data penelitian ini berasal dari kuesioner yang

dibuat peneliti dan diberikan kepada responden.Angket atau kuesioner

adalah alat ukur atau kuesioner dengan beberapa pertanyaan. Pembuatan

kuesioner ini mengacu pada parameter yang sudah dibuat peneliti sesuai

dengan penelitian yang akan dilakukan.

H. Uji Validasi dan Reabilitas

Data yang baik adalah data yang sesuai dengan kenyataan yang sebenarnya

dan data tersebut bersifat tetap dan dapat dipercaya.Data yang sesuai

dengan kenyataannya disebut data valid dan data yang dipercaya disebut

dengan data reliabel. Agar dapat diperoleh data yang valid dan reliabel,

maka instrumen penilaian yang digunakan untuk mengukur objek yang

akan dinilai baik tes atau nontes harus memiliki bukti validitas dan

reliabilitas. Penelitian evaluasi muatan lokal keterampilan juga

menggunakan instrumen yang harus dilakukan ujicoba untuk mengetahui

tingkat validitas (kesahihan) dan reliabilitas (keandalan).

1. Validitas

Validitas merupakan derajat ketepatan antara data yang

terjadi pada objek penelitian dengan daya yang dapat dilaporkan

oleh peneliti.Pengujian validitas pada penelitian evaluatif ini

menggunakan logical validity (validitas logis).Validitas logis untuk


72

sebuah instrumen menunjuk pada kondisi sebuah instrumen yang

memenuhi syarat valid berdasarkan hasil penalaran dan rasional.

Instrumen yang diuji validitasnya adalah instrumen komponen

konteks, masukan, proses dan hasil.

2. Uji Reliabilitas

instrumen pengukur adalah konsisten, keajegan, atau tidak

berubah-ubah Reliabilitas menunjuk pada pengertian bahwa

instrumen yang digunakan dapat mengukur sesuatu yang diukur

secara konsisten dari waktu ke waktu. Syarat kualifikasi suatu

Instrumen yang diuji reliabilitasnya adalah instrumen yang dibuat

oleh peneliti. Dalam hal ini instrumen tersebut adalah instrumen

komponen konteks, masukan, proses dan hasil.

I. Prosedur Penelitian

1. Tahap persiapan

a. Penyusunan proposal

Penyusunan proposal dimulai pada bulan februari sampai bulan

maret 2019. Sebelum menyusun proposal, terlebih dahulu

dilakukan survey sebagai langkah memperoleh data awal untuk

mengetahui jumlah populasi dan sampel penelitian di puskesma

sudiang kota Makassar.


73

b. Persentase proposal penelitian

Proposal yang telah disusun akan dipresentasikan dan

dipertanggungjawabkan dihadapan penguji pada saat ujian

proposal setelah mendapat persetujuan dari pembimbing.

c. Permohonan izin tempat penelitian

Permohonan izin tempat penelitian pada bulan maret 2019 dengan

mengajukan surat izin penelitian kepada pihak kampus sebagai

syarat administrasi kepada dinas penanaman modal dan PTSP

provinsi sulawesi selatan yang akan diteruskan sampai kepada

kepala puskesmas sduiang kota makassar.

2. Tahap pelaksanaan

a. Pada bulan April 2019, dilakukan pengambilan data responden di

wilayah kerja puskesmas sudiang kota makassar.

b. Pada bulan april 2019, dilakukan pengambilan sampel responden

di wilayah kerja puskesmas sudiang kota makassar.

c. Pada bulan april 2019, dilakukan pengolahan data dan analisi data

yang telah terkumpul berdasarkan hasil penelitian diwilayah kerja

puskesmas sudiang kota makassar.

3. Tahap akhir

Pada bulan Mei 2019, setelah dilakukan penelitian untuk terkumpulnya

seluruh data dan telah dilakukan pengolahan dan analisis data

menggunakan program komputer yang sesuai dengan standar


74

penggunaan pengolahan data, selanjutnya dilakukan pembahasan hasil

yang dituliskan dalam bab IV dan V penelitian.

J. Manajemen data

1. Pengumpulan data

Pengumpulan data dilakukan dengan memberikan koesioner

pertanyaan kepada kepada 57 responden di wilayah kerja Puskesmas

Sudiang Kota Makassar.

2. Pengelolaan data

a. Editing

Kegiatan ini dilakukan dengan mengecek dan memperbaiki isian

lembar observasi yang telah diisi peneliti berdasarkan pemeriksaan

kadar gula darah dan tekanan darah yang diukur dengan

glukometer dan tensimeter.Editing dilakukan apabila terjadi

kekurangan atau kesalahan sehingga dapat diperbaiki sesegera

mungkin (Notoatmodjo,2015).

b. Coding

Setelah data di lembar observasi di edit atau disunting, selanjutnya

dilakukan proses pengkodean atau koding yakni mengubah data

berbentuk kalimat atau huruf menjadi data atau bilangan

(Notoatmojo, 2015).
75

c. Entry Data

Data yakni dari hasil lembar observasi yang dalam bentuk kode

dimasukkan kedalam program atau software komputer

(Notoatmodjo, 2015)

d. Pembersihan Data

Apabila semua data dari setiap sumber data atau responden selesai

dimasukkan, perlu dicek kembali untuk melihat kemungkina-

kemungkinan adanya kesalaha-kesalahan kode, ketidaklengkapan

dan sebagainya, kemudian dilakukan pembenaran atau koreksi

(Notoatmodjo, 2015).

3. Analisis data

a. Analisis univariate

Analisis ini bertujuan untuk menjelaskan atau mendeskripsikan

karakteristik setiap variabel penelitian.Untuk data numerik

dugunakan data nilai rata-rata (mean), median dan standar

deviasi.Pada umumnya dalam analisis ini hanya menghasilkan

distribusi frekuensi dan presentase dari tiap variabel (Notoatmodjo,

2015).

b. Analisis Bivariate

Analisis ini dilakukan terhadap dua variabel yang diduga

berhubungan atau berkorelasi.Dalam analisis bivariate ini

dilakukan analisis proporsi atau persentase dengan

membandingkan distribusi silang antara dua variabel yang


76

bersangkutan kemudian dilanjutkan dengan uji statistik (chi square

test, t test dan sebagainya) dan analisis keeratan hubungan antara

dua variabel tersebut dengan melihat nilai Odd Ratio (OR). Besar

kecilnya nilai OR menunjukkan besarnya keeratan hubungan,

pengaruh antara dua variabel yang di uji. Dari hasil uji statistik ini

dapat disimpulkan bahwa hubungan antara 2 variabel tersebut

bermakana atau tidak bermakna ( Notoatmodjo, 2015).

4. Pengajuan hipotesis

Pengujian hipotesis penelitian ini dilakukan dengan berbagai uji

statistik.Berdasarkan hasil pengujian tersebut hipotesis dapat diterima

atau ditolak.

K. Etika penelitian

a. Lembar persetujuan (Informed consent)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar

persetujuan.Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian

dilakukan dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi

responden.

Tujuan informed consent adalah agar subjek mengerti maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subjek bersedia maka

mereka harus menandatangani lembar persetujuan.Jika responden tidak

bersedia, maka peneliti harus menghormati hak pasien. Beberapa

informasi yang harus ada dalam informed consent tersebut anatara lain:
77

partisispasi pasien, tujuan dilakukannya tindakan, jenis data yang

dibutuhkan, komitmen, prosedur pelaksanaan, potensial masalah yang

akan terjadi, manfaat, kerahasiaan, informasi yang mudah dihubungi,

dan lain-lain.

b. Tanpa nama (Anonimity)

Masalah etika keperawatan merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam pengunaan subjek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang disajikan.

c. Kerahasiaan (confidentiality)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah

lainnya. Semua informasi yang telah dikumpulkan dijamin

kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data tertentu yang akan

dilaporkan pada hasil riset.

Anda mungkin juga menyukai