Anda di halaman 1dari 7

Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk

Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

PENGARUH IRADIASI GAMMA DAN PENYIMPANAN PADA SUHU DINGIN 4 OC


TERHADAP KARAKTERISTIK MIKROBIOLOGIS FILLET
IKAN NILA MERAH SEGAR (Oreochromis sp.)

The Effect of Gamma Irradiation and Cold Storage 4OC on Microbiological


Characteristics Fillet of Fresh Red Nile Tilapia (Oreochromis sp.).

Monika Sihaloho1*, Sudarminto Setyo Yuwono1, Harsojo2

1)Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, FTP, Universitas Brawijaya,


Jalan Veteran, Malang 65145
2)Pusat Aplikasi Isotop dan Radiasi, BATAN,
Jalan Lebak Bulus, Jakarta Selatan 12240
*Penulis Korespondensi, email: monika.sihaloho@yahoo.com

ABSTRAK

Ikan nila(Oreochromis sp.) memiliki nilai gizi dan nilai ekonomis cukup tinggi. Teknik
iradiasi dapat menghambat pertumbuhan bakteri patogen. Metode penyimpanan pada suhu
dingin 4OC dan teknik iradiasi dapat menjadi kombinasi yang baik, terutama untuk jenis bahan
pangan segar atau bahan pangan dengan pengolahan minimal. Tujuan penelitian ini adalah
untuk melihat pengaruh dosis iradiasi dan penyimpanan pada suhu dingin 4OC terhadap
karakteristik mikrobiologis fillet ikan nila merah segar (Oreochromis sp). Penelitian ini
dilakukan di Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN), Jakarta Selatan. Metode penelitian
yang dipakai adalah metode Rancangan Acak Kelompok dengan 2 faktor. Faktor I yaitu dosis
iradiasi gamma (0; 1.5; 3.0 kGy) pada laju dosis 1 kGy/jam, dan faktor II yaitu lama
penyimpanan suhu dingin (0, 7, 14 hari) pada suhu 4OC. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
dosis iradiasi dan penyimpanan pada suhu dingin 4OC berpengaruh nyata terhadap
karakteristik mikrobiologis namun tidak berpengaruh nyata terhadap pH, kadar air dan
kandungan protein pada fillet ikan nila merah segar (Oreochromis sp).

Kata kunci: Ikan nila, iradiasi, pendinginan

ABSTRACT

Nile tilapia(Oreochromis sp.) has nutritional value and high economic value. Irradiation
techniques can inhibit the growth of pathogenic bacteria. Cold storage temperature 4OC -
method and irradiation technique could be a good combination especially for the type of fresh
food or foodstuffs with minimal processing. The purpose of this study is to examine the effect
of irradiation dose and cold storage temperature 4OC on microbiological characteristics on fillet
of fresh red nile tilapia (Oreochromis sp). This research was conducted in National Nuclear
Energy Agency (BATAN), South Jakarta. This Research used Randomized Block Design
method with 2 factors. The first factor (I) was the dose of gamma irradiation (0, 1.5, 3.0 kGy)
at dose rate of 1 kGy/h, and the second factor (II) was the duration of cold storage temperature
(0, 7, 14 days) at 4OC. The result from this research showed that the irradiation dose and cold
storage temperature 4OC have significant effect on microbial characteristic but have not
significant effect on PH, water content and protein content on fillet red fresh nile tilapia
(Oreochromis sp.).

Keyword: Cold storage, irradiation, nile tilapia

96
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

PENDAHULUAN

Ikan nila merah (Oreochromis sp.) merupakan salah satu potensi budidaya perikanan
darat yang banyak diminati oleh masyarakat Indonesia. Ikan nila bisa ditemukan hampir di
seluruh wilayah Indonesia. Ikan nila menjadi salah satu dari 15 jenis komoditas ikan untuk
meningkatkan pendapatan petani (Rukmana, 2001). Berdasarkan data dari Direktorat
Jenderal Perikanan Budidaya, pada tahun 2010 hingga tahun 2013 produksi ikan nilai
nasional mengalami peningkatan yang nyata yaitu sebesar 34.85%.
Keracunan makanan yang disebabkan oleh bakteri patogen masih menjadi masalah
yang serius di berbagai negara termasuk Indonesia. Bakteri patogen menduduki posisi
teratas sebagai penyebab keracunan makanan yaitu 80 - 90% (Sibuea, 2006). The Council
for Agricultural Science and Technology (CAST) menunjukkan bahwa adanya 6 - 33 juta
kasus penyakit diare dan sekitar 9000 kasus kematian setiap tahunnya yang disebabkan
oleh bakteri patogen (Thayer et al., 2001). Bakteri patogen yang banyak terdapat dalam
produk perikanan diantaranya adalah bakteri Salmonella sp., Staphylococcus aureus,
Eschericia coli dan Vibrio sp. (Cook, 1991). Pertumbuhan bakteri pada produk perikananan
juga dapat menyebabkan perubahan fisik atau kimia yang tidak diinginkan, sehingga menjadi
tidak layak untuk dikonsumsi (Sibuea, 2006).
Menurut International Consultative Group on Food Irradiation (ICGFI) dari semua
teknologi pascapanen untuk mengurangi total bakteri patogen, teknologi iradiasi dinilai paling
komprehensif dengan lebih dari 40 tahun penelitian di seluruh dunia mengenai manfaat dan
kemaanan tekonologi iradiasi untuk perbaikan kualitas keamanan pangan.
Teknologi iradiasi pangan memiliki keunggulan dibandingkan dengan teknologi
pengawetan lain yaitu mampu mengurangi atau menghilangkan bakteri pembusuk dan
patogen tanpa menyebabkan perubahan sensoris. Aplikasi teknologi iradiasi akan lebih
efektif bila dikombinasikan dengan teknologi pengawetan lain, salah satunya adalah
teknologi penyimpanan pada suhu dingin. Penelitian yang dilakukan oleh Yaroshita et al.
(2004) mengenai pengaruh aplikasi iradiasi sinar gamma dan penyimpanan pada suhu
dingin terhadap mutu bakso ikan patin menunjukkan bahwa iradiasi sinar gamma dengan
dosisi 1 kGy mampu menurunkan total mikroba aerob dan anaerob sebesar 1 siklus log dan
tidak berpengaruh nyata terhadap kandungan makronutrisi (lemak, protein dan air) bakso
ikan patin selama penyimpanan.
Aplikasi teknologi iradiasi pangan yang dikombinasikan dengan teknologi
penyimpanan pada suhu dingin 4OC terhadap fillet ikan nila belum pernah ada. Oleh karena
itu, perlu dilakukan penelitian mengenai dosis iradiasi tertentu dan lama penyimpanan pada
suhu dingin tertentu untuk menurunkan jumlah bakteri patogen pada fillet ikan nila.

BAHAN DAN METODE

Bahan
Bahan dasar yang digunakan pada penelitian ini adalah ikan nila merah segar yang
diperoleh dari swalayan di Jakarta Selatan. Bahan kimia yang digunakan dalam penelitian
antara lain akuades, aluminum, alkohol 70%, pepton (Difco-Bacto peptone), media Nutrient
Agar (Oxoid), Mac Concey Agar (Oxoid), Baird Parker Agar Base (Oxoid), dan Egg Yolk-
Tellurite Emulsion (Oxoid).

Alat
Alat yang digunakan dalam penelitian ini Iradiator Panorama Serbaguna
(IRPASENA), lemari pendingin (Panasonic Deon), timbangan analitik (Excellent ScaleHZF-
A600 dan Mettler Toledo), otoklaf (Hirayama HL36Ae), laminar air flow, vortex, oven (Fisher
dan Ikeda Rika), inkubator (New Brunswick), waterbath (Memmert), pH meter (Hanna
Instruments).
Perangkat gelas dan non gelas yang digunakan dalam penelitian ini antara lain
tabung reaksi, cawan petri, tabung screw cap, beaker glass, gelas ukur, labu erlenmeyer,
spreader, pipet ukur, pisau, bunsen, korek api, rak tabung reaksi, desikator, dan penjepit.

97
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

Metode
Metode penelitian yang digunakan adalah Rancangan Acak Kelompok yang terdiri
dari 2 faktor. Faktor I yaitu dosis iradiasi gamma (0; 1.5; 3.0 kGy) pada laju dosis 1 kGy/jam,
dan faktor II yaitu lama penyimpanan suhu dingin (0, 7, 14 hari) pada suhu 4˚C. Tiap
perlakuan dilakukan pengulangan sebanyak 3 kali.

Iradiasi Gamma dan Penyimpanan pada Suhu Dingin 4OC


Sampel ikan nila merah dipotong kecil-kecil dan ditimbang secara aseptis masing-
masing 20 gram. Sampel yang telah ditimbang dimasukkan dalam plastik PP lalu di-sealer
untuk menghindari kontaminasi dari luar. Setiap plastik diberi label yang berisi keterangan
dosis radiasi dan lama penyimpanan. Selanjutnya, sampel dimasukkan ke dalam ruang
iradiasi. Pengukuran jarak sampel dengan sumber iradiasi serta laju dosis iradiasi dilakukan
terlebih dahulu oleh operator agar waktu yang diperlukan untuk melakukan iradiasi dapat
diketahui. Setelah diiradiasi, sampel disimpan dalam lemari pendingin dengan suhu 4OC
selama 7 dan 14 hari.

Analisa Sampel
Pada penelitian ini, analisa sampel yang dilakukan pada 9 kombinasi perlakuan filllet
ikan nila meliputi Angka Lempeng Total (ALT), koliform, E. coli, S. aureus, analisa nilai D10,
protein, pH, dan kadar air.

HASIL DAN PEMBAHASAN

Jumlah Bakteri Aerob, Koliform, E. coli dan S. aureus pada Fillet Ikan Nila

Tabel 1.1 Jumlah Bakteri Aerob, Koliform, E. coli, dan S. aureus

Jumlah kontaminasi bakteri aerob pada fillet ikan nila dapat dianalisa menggunakan
metode Angka Lempeng Total (ALT) atau Total Plate Count (TPC). Analisa jumlah bakteri
kontaminan dilakukan dengan menggunakan metode Spread Plate pada media Nutrient
Agar. Analisa bakteri koliform dan E. coli dilakukan menggunakan metode Spread Plate
dengan media MacConkey Agar. Analisa bakteri S. aureus dilakukan menggunakan metode
Spread Plate dengan media Baird Parker Agar (BPA). Berdasarkan Standar Nasional
Indonesia (SNI 7388: 2009), jumlah bakteri kontaminan maksimal untuk produk ikan segar
adalah 5 x 105 CFU/g dan atas maksimum kontaminasi bakteri E. coli sebesar <3/g dengan
metode Angka Paling Mungkin (APM). Tabel 1.1 merupakan hasil perhitungan jumlah bakteri
kontaminan yang diperoleh dari berbagai kombinasi perlakuan.
Berdasarkan perhitungan statistik, jumlah kontaminasi bakteri aerob, koliform, E. coli
dan S. aureus pada ikan nila dengan kombinasi perlakuan iradiasi dan lama penyimpanan

98
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

menunjukkan pengaruh yang signifikan (F hit > F tabel 5%). Perlakuan dosis iradiasi dan
lama penyimpanan mampu menekan pertumbuhan bakteri kontaminan. Penurunan jumlah
bakteri kontaminan ini disebabkan efek iradiasi sinar gamma yang menyebabkan pemutusan
ikatan rantai DNA pada bakteri, sehingga kemampuan sel bakteri untuk bereplikasi akan
menurun. Efek lain dari sinar gamma diduga adalah pembentukan radikal bebas (Adam dan
Moss, 2008). Ray dan Bhunia (2007) menyatakan bahwa efek langsung berupa pelepasan
elektron dari DNA sel akan mengakibatkan kematian pada bakteri. Sedangkan pembentukan
radikal bebas yang mampu memutuskan ikatan DNA digolongkan sebagai efek tidak
langsung pada proses iradiasi. Jumlah bakteri kontaminan akan menurun seiring dengan
peningkatan dosis iradiasi (Sedeh, et al. 2007). Selain itu, menurut Hagan (2011)
penyimpanan dengan suhu rendah (4-7OC) akan menonaktifkan sel vegetatif bakteri yang
kurang peka terhadap panas. Paparan iradiasi juga menyebabkan putusnya single strand
maupun double strand sehingga DNA bakteri mengalami kerusakan. Kerusakan ini dapat
berupa kerusakan letal (mati) atau subletal, tergantung dari resistensi bakteri terhadap
iradiasi gamma. Aquino (2012) menyatakan bahwa 90% kerusakan DNA pada saat proses
iradiasi disebabkan oleh radikal bebas yang dihasilkan oleh interaksi antara molekul air
dengan radiasi. Selain itu, bakteri yang telah mengalami kerusakan subletal cenderung lebih
sensitif terhadap kondisi lingkungan. Jika kondisi lingkungan tidak sesuai dengan kondisi
normal, maka bakteri dapat mengalami kematian. Semakin tinggi dosis yang diberikan, maka
tingkat kerusakan yang ditimbulkan juga akan semakin tinggi. Bakteri gram positif dikenal
memiliki resistensi tinggi, sehingga hanya mengalami kerusakan subletal saat disimpan pada
suhu rendah (Khairunnisa, 2008).

Nilai D10 Bakteri E. coli dan S. aureus


Nilai D10 adalah nilai yang menunjukkan kemampuan dosis iradiasi untuk mereduksi
total bakteri pada suatu bahan pangan sebesar 1 siklus log. Bakteri yang akan dianalisa yaitu
bakteri E. coli dan S. aureus yang diinokulasi pada media Nutrient Agar (NA) miring, kemudian
diinkubasi selama 24 jam pada suhu 37OC. Kultur bakteri tersebut kemudian dibuat menjadi
suspensi pada akuades steril dengan konsentrasi kekeruhan 3.00 x 108 CFU/g. Selanjutnya,
semua tabung yang telah berisi 1 ml suspensi diiradiasi dengan dosisi 0.1; 0.2; 0.3; dan 0.4
kGy. Masing-masing sampel kemudian diinokulasi pada media Nutrient Agar dan diinkubasi
pada suhu kamar selama 24 jam. Data hasil penelitian dapat dilihat pada Tabel 1.2

Tabel 1.2 Nilai D10 Bakteri S. aureus dan Bakteri E. coli

Berdasarkan Tabel 1.2 diketahui bahwa bakteri E. coli lebih sensitif terhadap iradiasi
gamma dibandingkan dengan bakteri S. aureus karena dibutuhkan dosis iradiasi sebesar 0.07
kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri E. coli dan 0.27 kGy untuk mereduksi 1 siklus log
bakteri S. aureus. Hal ini sesuai dengan pernyataan Lazarine (2008) bahwa bakteri gram
negatif lebih sensitif terhadap paparan iradiasi gamma dibandingkan dengan bakteri gram
positif. Hal ini disebabkan karena bakteri gram negatif memiliki membran multilayer tetapi
lapisan peptidoglikan lebih tipis dibandingkan dengan bakteri gram positif yang memiliki

99
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

lapisan monolayer tetapi lapisan peptidoglikan lebih tebal. Aquino (2012) menyatakan bahwa
perbedaan ukuran dan struktur DNA bakteri juga merupakan faktor yang dapat mempengaruhi
tingkat sensitivitas bakteri terhadap iradiasi gamma. Semakin tinggi nilai D10 suatu bakteri
maka semakin tahan pula bakteri tersebut terhadap iradiasi.

Kadar Protein, Air dan pH Fillet Ikan Nila


Salah satu indikator teknologi pengolahan pangan yang baik adalah kemampuan
teknologi pengolahan tersebut dalam mempertahankan nutrisi yang terkandung di dalam
bahan pangan. Protein adalah nutrisi tertinggi yang terkandung di dalam ikan nila. Oleh sebab
itu, perlu dilakukan analisa pengaruh iradiasi gamma terhadap kandungan protein fillet ikan
nila. Analisa kandungan protein fillet ikan nila dilakukan dengan menggunakan Metode
Kjedahl. Analisa kadar air pada fillet ikan nila yang diberi perlakuan iradiasi gamma juga perlu
dilakukan karena kadar air merupakan salah satu indikator kesegaran dari hasil perikanan.
Selain kadar air, nilai pH juga merupakan salah satu indikator yang dapat digunakan untuk
menentukan tingkat kesegaran dari hasil perikanan. Pada proses pembusukan ikan,
perubahan pH sangat besar peranannya karena berkaitan dengan proses autolisis dan
cemaran oleh bakteri. Batas pH maksimum ikan yang masih segar yaitu 6.8 (Wally et al.,
2015).
Hasil analisa pengaruh iradiasi gamma terhadap kandungan protein, kadar air, dan
nilai pH fillet ikan nila dapat dilihat pada Tabel 1.3

Tabel 1.3 Kadar Protein, Air, dan pH Fillet Ikan Nila

Berdasarkan perhitungan statistik, kandungan protein pada fillet ikan nila dengan
kombinasi perlakuan iradiasi dan suhu penyimpanan tidak menunjukkan pengaruh yang
signifikan (F hit < F tabel 5%). Aplikasi sinar gamma pada bahan pangan merupakan proses
dingin sehingga tidak akan mengalami kenaikan suhu. Energi yang diserap oleh bahan
pangan yang diberi perlakuan iradiasi gamma jauh lebih rendah dibandingkan dengan bahan
pangan yang diberi perlakukan panas. Secara kuantitatif, perubahan karakteristik kimia pada
bahan pangan yang diberi perlakuan iradiasi gamma lebih redah dibandingkan dengan bahan
pangan yang melalui proses pengolahan dengan menggunakan panas. Makronutrien seperti
karbohidrat, lemak, dan protein tidak mengalami perubahan kandungan yang signifikan
hingga dosisi 10 kGy. Bahan pangan yang diberi perlakuan iradiasi gamma dengan dosis < 5
kGy tidak menyebabkan penurunan jumlah asam amino dan kualitas nutrisi yang signifikan
(Brennan, 2006). Makronutrien seperti karbohidrat, lemak dan protein hanya mengalami
perubahan yang sangat kecil, bahkan ketika dosis iradiasi yang digunakan > 10 kGy
(Loangaranu, 2010).
Tabel 1.1 menunjukkan bahwa setiap dosis iradiasi tidak memberikan pengaruh yang
berbeda nyata (α > 0.05) terhadap kandungan air pada ikan nila. Pada sampel yang tanpa
diberi perlakuan iradiasi (kontrol) dan pada sampel yang diberi perlakuan dosis iradiasi
sebesar 1.5 kGy dan 3 kGy tidak menunjukkan adanya perbedaan yang signifikan. Hal ini
sesuai dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Sutijipto (2007) yang membuktikan bahwa
iradiasi gamma tidak memberikan pengaruh ynag nyata terhadap kadar air pada bahan
pangan. Purwaningtyas (2004) menyatakan bahwa dosis iradiasi tidak mempengaruhi
kandungan air di dalam bahan pangan secara nyata karena iradiasi gamma hanya sedikit
meningkatkan suhu pada bahan pangan.

100
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

Perhitungan statistik juga menunjukkan bahwa perlakuan dosis iradiasi dan lama
penyimpanan pada suhu dingin 4OC masing-masing tidak memberikan pengaruh yang nyata
(α > 0.05) terhadap nilai pH. Hasil penelitian ini sesuai dengan pernyataan Irawati (2006) yang
menyatakan bahwa perlakuan dosis iradiasi hingga dosis 5 kGy tidak berpengaruh secara
nyata terhadap nilai pH. Irawati (2006) juga menyatakan bahwa perlakuan penyimpanan
daging segar yang disimpan pada suhu 4-5OC hingga 15 hari tidak memberikan pengaruh
nyata terhadap nilai pH daging baik yang diiradiasi maupun yang tidak diiradiasi.

SIMPULAN

Hasil analisa kontaminasi bakteri pada ikan nila menunjukkan adanya pertumbuhan
bakteri aerob, E. coli, koliform, dan S. aureus. Terdapat pengaruh kombinasi teknologi iradiasi
gamma dan penyimpanan pada suhu dingin 4OC terhadap total bakteri patogen pada fillet ikan
nila segar. Semakin tinggi dosis iradiasi gamma, maka total bakteri patogen akan semakin
berkurang. Dosis iradiasi 3 kGy mampu menekan pertumbuhan bakteri kontaminan pada
penyimpanan suhu dingin selama 7 dan 14 hari. Hasil analisa nilai D10 menunjukkan bahwa
dibutuhkan dosis iradiasi sebesar 0.27 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri S. aureus dan
0.07 kGy untuk mereduksi 1 siklus log bakteri E. coli. Bakteri S. aureus lebih resisten
dibandingkan dengan bakteri E. coli. Aplikasi teknologi iradiasi gamma yang dikombinasikan
dengan lama penyimpanan 7 dan 14 hari pada suhu 4OC tidak memberikan pengaruh nyata
terhadap perubahan kadar protein, air dan nilai pH pada flllet ikan nila merah.

UCAPAN TERIMA KASIH

Pada kesempatan ini penulis mengucapkan terima kasih kepada Fakultas Teknologi
Pertanian, Jurusan Teknologi Hasil Pertanian, Universitas Brawijaya, Malang dan Pusat
Aplikasi Isotop dan Radiasi, Badan Tenaga Nuklir Nasional (BATAN) Indonesia yang telah
memberikan dukungan pustaka dan finansial terhadap penelitian ini.

DAFTAR PUSTAKA

Adams, M.R. dan Moss, M.O. 2008. Food Microbiology Third Edition. RSC Publishing.
Cambridge.
Aquino, K. 2012. Sterilization by Gamma Irradiation. Dalam Feriz Adrovich (ed.) Gamma
Radiation. InTech.
Bennan, J.G. 2006. Food Processing Handbook. WILEY-VCH Verlag GmbH & Co. KgaA.
Weinheim. Germany.
Cook, D.W. 1991. Microbiology of Bivalve Molluscan Shellfish. Dalam Ward, D.R dan Hackney
C. (ed.). Microbiology of Marine Food Products. Van Nostrand Reinhold. New York.
Direktorat Jenderal Perikanan Budidaya, KKP. 2014. Laporan Tahunan Direktorat Produksi
Tahun 2013. Dilihat 2 Oktober 2016. www.djpb.kkp.go.id/public/upload/files/lakip-final-
ok.pdf.
International Consultative Group on Food Irradiation (ICGFI). 2000. Irradiation of Fish,
Shellfish and Frog Legs. International Consultative Group on Food Irradiation
Established Under The Aegis of FAO, IAEA, WHO. International Atomic Energy Agency.
Vienna.

Irawati, Z. 2006. Aplikasi Mesin Berkas Elektron pada Industri Pangan. Prosiding Pertemuan
dan Presentasi Ilmiah Teknologi Akselerator dan Aplikasinya, PTAPB BATAN,
Yogyakarta. pp. 87-94.
Khairunnisa, I. 2008. Kombinasi Iradiasi dan Penyimpanan Suhu Beku terhadap Kandungan
Bakteri pada Daging Sapi Asal Rumah Potong Hewan Di Kabupaten serta Kota Bogor.
Skripsi. Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam. Institut Pertanian Bogor.
Bogor.

101
Iradiasi Gamma dan Penyimpanan Suhu Dingin pada Fillet Ikan Nila – Sihaloho, dkk
Jurnal Pangan dan Agroindustri Vol.5 No.2:96-103, April 2017

Lazarine, A.D. 2008. Development of An Electron Beam Irradiation Design for Use in The
Treatment of Municipal Biosolids and Wastewater Effluent. Disertasi Doktor. Texas A&M
University. Texas.
Loaharanu, P. 2007. Irradiated Foods Sixth Edition. American Council on Science an Health.
New York.
Purwaningtyas. 2004. Manfaat Iradiasi Sinar Gamma untuk Memperpanjang Umur Simpan
Telur Itik Segar. Skripsi Sarjana Teknologi Pertanian. Universitas Wangsa Manggala.
Yogyakarta.
Ray, B. Dan Bhunia. 2015. Fundamental Food Microbiology Fifth Edition. CRC Press. United
States of America.
Rukmana, H.R. 2001. Penangkaran Ikan Nila, Pembenihan, dan Pembesaran. Kanisius.
Yogyakarta.
Sedeh, F.M., Arbabi, K., Fatolahi, H., dan Abhari, M. 2007. Using Gamma Irradiation and Low
Temperature on Microbial Decontamination of Red Meat in Iran. Indian Journal of
Microbiology 47, 72-76.
Sibuea, P. 2006. Waspadai Keracunan Pangan Pengungsi. Dalam Harsojo dan Darsono.
Kandungan Mikroba Dan Logam Berat Pada Berbagai Jenis Kerang Yang Dipasarkan.
Jurnal Ilmiah Aplikasi Isotop dan Radiasi 9:2, 2013. Jakarta.
Standar Nasional Indonesia. 2009. SNI 7388:2009. Batas Maksimum Cemaran Mikroba
dalam Pangan. Badan Standarisasi Nasional Indonesia. Jakarta.
Sutjipto, Y. Dan Sudjarno. 2007. Efek Iradiasi Gamma terhadap Kandungan Nutrisi Sampel
Lingkungan Telur Itik. Prosiding PPI-PDIPTN: 144-152.
Thayer, D.W., Josephson, E.S., Brynjolfsson, A, and Giddings, G.G. 1996. Radiation
Pasteurization of Food. Dalam R.A Molins (ed.). 2001. Food Irradiation: Principles And
Applications. John Wiley & Sons, Inc. New York.
Wally, E., Mentang, F., dan Montolalu, R. 2015. Kajian Mutu Kimia Ikan Cakalang
(Katsuwonus pelamis) Asap (FUFU) selama Penyimpanan Suhu Ruang dan Suhu
Dingin. Jurnal Media Teknologi Hasil Pertanian 3:1.
Yarosita, F., Rindy, P., Bustami, I., dan Winarti, Z. 2004. Mutu Bakso Ikan Patin yang Diiradiasi
dengan Sinar Gamma. Risalah Seminar Ilmiah Penelitian dan Pengembangan Aplikasi
Isotop dan Radiasi. BATAN. Jakarta.

102

Anda mungkin juga menyukai