HUKUM LINGKUNGAN
DISUSUN OLEH :
2019/2020
KATA PENGANTAR
ِالر ِح ِيم
َّ من
ِِ الر ْح
َّ ِللا
ِ ِب ْس ِِم
Alhamdulillah puji syukur saya haturkan kepada Allah SWT yang masih
memberikan nafas kehidupan, sehingga saya dapat menyelesaikan pembuatan
makalah dengan judul “Penegakan Hukum Lingkungan Kepidanaan” dengan tepat
waktu. Tidak lupa shalawat dan salam selalu tercurahkan kepada Nabi
Muhammad SAW yang merupakan inspirator terbesar dalam segala
keteladanannya. Tidak lupa saya sampaikan terima kasih kepada dosen mata
kuliah hukum perburuhan yang telah memberikan tugas ini, serta orang tua yang
selalu mendukung kelancaran tugas saya.
Elmiati Nurdin
ii
DAFTAR ISI
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Penegakan hukum lingkungan kepidanaan tidak lain adalah penegakan
terhadap ketentuan-ketentuan pidana dari hukum lingkungan. Substansi,
wewenang kelembagaan, dan prosedur yang digunakan secara umum tunduk pada
ketentuan hukum lingkungan kecuali jika hal itu belum diatur secara khusus.
Dalam hal demikian, maka yang digunakan adalah ketentuan yang berlaku dalam
hukum pidana pada umumnya, misalnya mengenai lembaga peradilan, personil,
dan hukum acara yang berlaku. Ketentuan pidana di bidang hukum lingkungan
secara umum diatur dalam Pasal 94-120 UUPPLH 2009. Selain itu, ketentuan
pidana lingkungan juga diatur dalam peraturan perundang-undangan sector,
seperti UU Konservasi Sumber Daya Alam Hayati dan ekosistemnya (UU No. 5
Tahun 1990), UU No. 10 Tahun 1997 tentang Ketanaganukliran, UU No. 41
Tahun 1999 jo. UU No. 19 Tahun 2004 tentang Kehutanan, UU No. 22 Tahun
2001 tentang Minyak dan Gas Bumi, UU No. 27 Tahun 2003 tentang Panas Bumi,
UU No. 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air, UU No. 31 Tahun 2004 jo. UU
No. 45 Tahun 2009 tentang Perikanan, dan UU lain sebagainya.
B. Rumusan Masalah
Mengacu pada latar belakang permasalahan di atas, maka rumusan
masalah dalam makalah ini sebagai berikut
1. Bagaimana Hukum Acara dan Tahapan dalam Proses Peradilan ?
2. Apa itu Asas Subsidaritas dalam Penanganan Tindak Pidana Lingkungan ?
3. Bagaimana Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Lingkungan ?
4. Bagaimana Proses Pembuktian dan Hubungan Kausalitas ?
1
C. Tujuan Penulisan
Penulisan makalah ini dilakukan untuk memenuhi tujuan-tujuan yang
diharapkan dapat bermanfaat baik bagi penulis maupun pembaca. Secara
terperinci, tujuan dari makalah ini adalah:
1. Untuk mengetahui Bagaimana Hukum Acara dan Tahapan dalam Proses
Peradilan ?
2. Untuk mengetahui Asas Subsidaritas dalam Penanganan Tindak Pidana
Lingkungan ?
3. Untuk mengetahui Bagaimana Proses Penyidikan Tindak Pidana di Bidang
Lingkungan ?
4. Serta Untuk mengetahui Bagaimana Proses Pembuktian dan Hubungan
Kausalitas ?
2
BAB II
PEMBAHASAN
1. Tahap Penyidikan
Penyidikan pada kasus pidana lingkungan pada dasarnya sama dengan tindak
pidana lainnya, karena bukan merupakan tindak pidana khusus, seperti korupsi,
tindak pidana ekonomi, subversive, HAM, dan lain-lain. Dalam tindak pidana
lingkungan ada pelibatan para ahli di bidang lingkungan sebagaimana
dimungkinkan dalam Pasal 120 KUHAP, secara ringkas proses penyidikan kasus
pidana lingkungan meliputi tahapan-tahapan berikut (Pasal 102-136 KUHAP):
(1) Tahap Penyelidikan, yang berupa pengumpulan bukti-bukti permulaan untuk
membuat terangnya perkara dan sebagai dasar pemeriksaan di TKP;
(2) Tahap Penindakan, meliputi pemanggilan semua orang yang diperlukan,
penangkapan dan penahanan jika diperlukan; penggeledahan dan penyitaan
barang bukti, penyegelan tempat bangunan dan alat-alat tertentu yang
berkaitan dengan pencemaran dan perusakan lingkungan;
3
(3) Tahap Pemeriksaan; pemeriksaan tersangka, saksi-saksi, dan keterangan ahli
termasuk pemeriksaan laboratorium;
(4) Tahap Penyelesaian dan Penyerahan perkara kepada Penuntut Umum (PU);
Khusus untuk delik perikanan ada syarat tambahan untuk menjadi JPU
sebagaimana diatur dalam UU Perikanan, yaitu telah berpengalaman menjadi JPU
selama 5 tahun dan telah mengikuti pendidikan dan pelatihan teknis di bidang
perikanan serta cakap dan memiliki integritas moral selama menjalankan tugas.
4
perikanan yang dibentuk berdasarkan UU No. 31 Tahun 2004 jo. UU No. 45
Tahun 2009 tentang Perikanan. Selain tunduk kepada KUHAP, dalam hal tertentu
juga diatur tersendiri misalnya hakim pengadilan terdiri dari hakim karir dan
hakim ad hoc, penahanan oleh hakim paling lama 30 hari dan dalam jangka waktu
30 hari sejak penerimaan pelimpahan perkara dari PU, hakim sudah harus
menjatuhkan putusan.
Selain ketentuan di atas secara umum pemeriksaan perkara lingkungan di
peradilan meliputi tahapan-tahapan berikut :
1. Pemeriksaan di Sidang Pengadilan, meliputi pembacaan surat dakwaan,
eksepsi terdakwa/penasihat hukumnya, pemeriksaan ala-alat bukti,
keterang saksi, keterangan ahli, surat-surat, petunjuk (seperti foto-foto),
dan keterangan terdakwa; pengajuan surat tuntutan oleh JPU, pledoi
terdakwa, replik JPU, dan terakhir duplik dari terdakwa/penasihat
hukumnya (Pasal 145-190 KUHAP).
2. Putusan, dapat berupa putusan bebas (Pasal 190 (1) KUHAP), lepas dari
segala tuntutan hukum (Pasal 190 (2) KUHAP), dijatuhi pidana (Pasal 193
(1) KUHAP).
3. Upaya Hukum, berupa bading (Pasal 233 KUHAP) dan kasasi yang
merupakan upaya hukum biasa (Pasal 244 KUHAP), dan terhadap
mempunyai kekuatan hukum yang tetap dapat diajukan upaya hukum luar
biasa demi kepentingan hukum oleh JPU (Pasal 259 (1) KUHAP), serta
Peninjauan Kembali (Pasal 263 (1) KUHAP).
5
Penegakan hukum pidana lingkungan tetap memperhatikan asas ultimum
remedium yang mewajibkan penerapan penegakan hukum pidana sebagai upaya
terakhir setelah penerapan penegakan hukum administrasi dianggap tidak berhasil.
Penerapan asas ultimum remedium ini hanya berlaku bagi tindak pidana formil
tertentu, yaitu pemidanaan terhadap pelanggaran baku mutu air limbah, emisi, dan
gangguan.
6
C. Penyidikan Tindak Pidana di Bidang Lingkungan
Selaras dengan ketentuan KUHAP, dalam Pasal 94 (1) UUPPLH 209
diatur bahwa penyidik tindak pidana di bidang lingkungan selain Penyidik Pejabat
Polri, juga Penyidik Pegawai Negeri Sipil (PPNS) di lingkungan instasi
pemerintah yang bidang tugas dan tanggungjawabnya di bidang perlindungan dan
pengelolaan lingkungan hidup.
7
dibuktikan adalah perbuatannya semata, atau termasuk hubungan kausalitas antara
perbuatan dengan akibat dari perbuatan sangat tergantung pada rumusan delik
lingkungan yang dilanggar dan dijadikan dasar penuntutan.
Dalam Pasal 96 UUPPLH terdapat perluasan alat bukti yaitu alat bukti
yang belum diatur dalam KUHAP, antara lain informasi yang diucapkan,
dikirimkan, diterima, atau disimpan secara elektronikm magnetic, optik, dan/atau
alat bukti rekaman, data, atau informasi yang dapat dibaca, dilihat dan didengar
yang dapat dikeluarkan dengan dan/atau tanpa bantuan suatu sarana, baik yang
tertuang di atas kertas, benda fisik apapun selain kertas atau yang terekam secara
elektronik, tidak terbatas pada tulisan, suara atau gambar, peta rancangan foto atau
8
sejenisnya, huruf, tanda, angka, symbol atau perporasi yang memiliki makna atau
yang dapat dipahami atau dibaca.Untuk mengatasi kesulitan pembuktian dalam
tindak pidana lingkungan hidup sebaiknya mencotohi Jepang yang
memberlakukan asas praduga hubungan kausal (presumption of causation) dalam
hal menimbulkan bahaya seketika terhadap jiwa dan kesehatan masyarakat
9
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
UUPPLH 2009 dan UU Lingkungan sector lainnya yang meuat ketentuan
pidana pada adasarnya hanya mengatur sanksi (ancaman) pidana dan tidak
mengatur hukum acara yang digunakan dalam proses peradilan. proses penegakan
hukum pidana (termasuk di bidang lingkungan hidup) berdasarkan KUHAP
meliputi tiga tahapan, yaitu penyidikan, penuntutan, pemeriksaan di pengadilan,
putusan hakim, dan upaya hokum.
Asas subsidaritas berasal dari kata subside yang artinya tambahan.
Dengan demikian penerapan hukum pidana digunakan sebagai tambahan jika
hukum lain sudah tidak berfungsi
Tidak semua delik lingkungan hidup dilakukan oleh PPNS dari
Kemetrian LIngkungan Hidup dan Badan atau Kantor Lingkungan Hidup Daerah,
penyidikan tindak pidana lingkungan hidup yang terjadi di Zona Ekonomi
Eksklusif (ZEE) Indonesia dilakukan oleh Penyidik Perwira TNI AL, di bidang
perikanan dilakukan oleh PPNS Perikanan, Perwira TNI AL, Penyidik Polri dan
di bidang kehutanan oleh PPNS di bidang kehutanan.
Salah satu kesulitan dalam penegakan hukum lingkungan kepidanaan
pada umumnya sehingga menyebabkan gagalnya perkara di pengadilan adalah
mengenai penyajian ala-alat bukti dan penetuan hubungan kausalitas antara
perbuatan dengan akibat dari perbuatan (cause and effect),
10
DAFTAR PUSTAKA
Akib, Muhammad. 2018. Hukum Lingkungan: Prespektif Global dan Nasional.
Depok: Rajawali Pers.
11