Anda di halaman 1dari 56

ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NN.

E (15 TAHUN) DENGAN Commented [t1]: TAMBAHAN

SLE DI PAV. JANTUNG F03 RS HUSADA TAHUN 2016 Commented [t2]: Untuk cover Jangan disingkat

MAKALAH INI DIBUAT UNTUK MEMENUHI

TUGAS DARI M.A KMB II

Disusun oleh :
Eka Devi Puspitasari (141014)
Ester Kristiyani (141015)
Afny Marviana Putri (1410)
Agatha Petritas Septirina (1410)
Ahmad Ari Andika (1410)
Apryani Rahmawati (1410)
Bagus Priawan (1410)

AKADEMI KEPERAWATAN HUSADA JAKARTA PUSAT

DIII KEPERAWATAN

T.A. 2015/2016
KATA PENGANTAR

Puji dan Syukur penulis haturkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena
berkat limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
penyusunan makalah seminar besar ini dengan baik dan tepat pada waktunya,
yang berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN NN. E (15 TAHUN)
DENGAN SLE DI PAV. JANTUNG F03 RS HUSADA TAHUN 2016, bertujuan Commented [t3]: JANGAN DISINGKAT

untuk memenuhi tugas mata kuliah KMB II.


Makalah ini dibuat melalui bantuan dari berbagai pihak untuk membantu
menyelesaikan tantangan dan hambatan selama mengerjakan makalah ini. Oleh
karena itu, penulis mengucapkan terima kasih kepada :
1. Ns. Nia Rosliany, M.Kep. sebagai dosen pembimbing pembuatan makalah.
2. Teman-teman Akper Husada angkatan XXVII sebagai penyemangat dalam
penyusunan makalah ini.
Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan yang mendasar pada
proposal ini. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang bersifat
membangun. Semoga laporan riset keperawatan ini membawa manfaat bagi
perkembangan ilmu pengetahuan.

Jakarta, Juni 2016

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lupus dalam bahasa latin berarti “Anjing Hutan”. Istilah ini mulai
dikenal sekitar satu abad lalu. Gejala penyakit ini dikenal sebagai Lupus
Eritomatosus Sistemik (LES) alias Lupus Eritomatosus, artinya kemerahan.
Sedangkan sistemik bermakna menyebar luas ke berbagai organ tubuh.
Penyakit ini tidak hanya menyerang kulit, tetapi juga dapat menyerang
hampir seluruh organ yang ada di dalam tubuh. Bercak Malar/ Malar Rash
(Butterfly rash) = Adanya eritema berbatas tegas, datar, atau berelevasi pada
wilayah pipi sekitar hidung (wilayah malar).

Lupus eritematosus sistemik (LES) atau systemic lupus eritematosus


(SLE) adalah penyakit autoimun sistemik yang ditandai dengan adanya Commented [t4]: Tambahkan supaya tidak bingung antara
istilah LES dengan SLE
autoantibodi terhadap autoantigen, pembentukan kompleks imun, dan
disregulasi sistem imun, menyebabkan kerusakan pada beberapa organ tubuh.
Perjalanan penyakitnya bersifat episodik (berulang) yang diselingi periode
sembuh. Pada setiap penderita, peradangan akan mengenai jaringan dan organ
yang berbeda. Beratnya penyakit bervariasi mulai dari penyakit yang ringan
sampai penyakit yang menimbulkan kecacatan, tergantung dari jumlah dan
jenis antibodi yang muncul dan organ yang terkena. Perjalanan penyakit SLE Commented [t5]: Ganti SLE supaya Istilahnya sama dengan
judul
sulit diduga dan sering berakhir dengan kematian. Karenanya SLE harus
dipertimbangkan sebagai diagnosis banding bila anak mengalami demam
yang tidak diketahui penyebabnya, artralgia, anemia, nefritis, psikosis, dan
fatigue. Penyebab terjadinya SLE belum diketahui. Berbagai faktor dianggap
berperan dalam disregulasi sistem imun. Pada anak perempuan, awitan SLE
banyak ditemukan pada umur 9-15 tahun.
Berbeda dengan HIV/ AIDS, SLE adalah suatu penyakit yang ditandai
dengan peningkatan sistem kekebalan tubuh sehingga antibodi yang
seharusnya ditujukan untuk melawan bakteri maupun virus yang masuk ke
dalam tubuh berbalik merusak organ tubuh itu sendiri seperti ginjal, hati,
sendi, sel darah merah, leukosit, atau trombosit. Karena organ tubuh yang
diserang bisa berbeda antara penderita satu dengan lainnya, maka gejala yang
tampak sering berbeda, misalnya akibat kerusakan di ginjal terjadi bengkak
pada kaki dan perut, anemia berat, dan jumlah trombosit yang sangat rendah. Commented [t6]: Tidak perlu (delete)

Perkembangan penyakit lupus meningkat tajam di Indonesia. Menurut


hasil penelitian Lembaga Konsumen Jakarta (LKJ), pada tahun 2009 saja, di
RS Hasan Sadikin Bandung sudah terdapat 350 orang yang terkena SLE
(sistemic lupus erythematosus). Hal ini disebabkan oleh manifestasi penyakit
yang sering terlambat diketahui sehingga berakibat pada pemberian terapi
yang inadekuat, penurunan kualitas pelayanan, dan peningkatan masalah yang
dihadapi oleh penderita SLE. Masalah lain yang timbul adalah belum
terpenuhinya kebutuhan penderita SLE dan keluarganya tentang informasi,
pendidikan, dan dukungan yang terkait dengan SLE. Manifestasi klinis dari
SLE bermacam-macam meliputi sistemik, muskuloskeletal, kulit,
hematologik, neurologik, kardiopulmonal, ginjal, saluran cerna, mata,
trombosis, dan kematian janin.

Penderita dengan SLE membutuhkan pengobatan dan perawatan yang


tepat dan benar. Selain itu, masih banyak masyarakat yang belum mengetahui
mengenai penyakit SLE. Oleh sebab itu, penulis tertarik membahas
mengenai asuhan keperawatan pada klien yang menderita SLE.

B. Tujuan
1. Tujuan Umum

Untuk lebih memahami mengenai Asuhan Keperawatan Nn. E (15 tahun) Commented [t7]: koreksian

dengan SLE di Pav. Jantung F03 RS Husada tahun 2016.


2. Tujuan Khusus
a. Untuk menjelaskan pengertian, penyebab, klasifikasi, tanda dan
gejala, patofisiologi, pathway, pemeriksaan penunjang,
penatalaksanaan, serta komplikasi dari penyakit Systemic Lupus
Erytematosus (SLE).
b. Untuk menjelaskan Asuhan keperawatan dengan Klien SLE.

C. Manfaat
1. Dapat menambah wawasan baru mengenai asuhan keperawatan pada klien
dengan penyakit Systemic Lupus Erythematosus (SLE). Commented [t8]: tambahan

2. Sebagai penerapan mata kuliah KMB II dan menambah pengalaman


dalam penulisan KTI.
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Pengertian
Lupus Eritematosus Sistemik (LES) adalah penyakit reumatik autoimun
yang ditandai adanya inflamasi tersebar luas, yang mempengaruhi setiap
organ atau sistem dalam tubuh. Penyakit ini berhubungan dengan deposisi
autoantibodi dan kompleks imun sehingga mengakibatkan kerusakan
jaringan.(Sudoyo Aru,dkk 2009)
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah suatu penyakit autoimun
yang kronik dan menyerang berbagai sistem dalam tubuh. Tanda dan gejala
dari penyakit ini bisa bermacam-macam, bersifat sementara dan sulit untuk
didiognisis.
Sistemik Lupus Eritematosus (SLE) adalah penyakit radang multisistem
yang sebabnya belum diketahui, dengan perjalanan penyakit yang mungkin
akut dan fulminan atau kronik remisi dan eksaserbasi, disertai oleh
terdapatnya berbagai macam autoantibodi dalam tubuh.

B. Etiologi
Sampai saat penyebab SLE (Sistemik Lupus Eritematosus) belum
diketahui, Diduga ada beberapa paktor yang terlibat seperti faktor genetik,
infeksi dan lingkungan ikut berperan pada patofisiologi SLE (Sistemik Lupus
Eritematosus).
Sistem imun tubuh kehilangan kemampuan untuk membedakan antigen dari
sel dan jaringan tubuh sendiri. Penyimpangan dari reaksi imunologi ini dapat
menghasilkan antibodi secara terus menerus. Antibodi ini juga berperan
dalam kompleks imun sehingga mencetuskan penyakit inflamasi imun
sistemik dengan kerusakan multiorgan dalam fatogenesis melibatkan
gangguan mendasar dalam pemeliharaan self tolerance bersama aktifitas sel
B, hal ini dapat terjadi sekunder terhadap beberapa faktor :
1. Efek herediter dalam pengaturan proliferasi sel B
2. Hiperaktivitas sel T helper
3. Kerusakan pada fungsi sel T supresor
Beberapa faktor lingkungan yang dapat memicu timbulnya lupus :
1. Infeksi
2. Antibiotik
3. Sinar ultraviolet
4. Stress yang berlebihan
5. Obat-obatan yang tertentu
6. Hormon
Lupus seringkali disebut penyakit wanita walaupun juga bisa
diderita oleh pria. Lupus bisa menyerang usia berapapun, baik pada pria
maupun wanita, meskipun 10-15 kali sering ditemukan pada wanita.
Faktor hormonal yang menyebabkan wanita sering terserang penyakit
lupus daripada pria. Meningkatnya gejala penyakit ini pada masa
sebelum menstruasi atau selama kehamilan mendukung keyakinan bahwa
hormone (terutama esterogen) mungkin berperan dalam timbulnya
penyakit ini. Kadang-kadang obat jantung tertentu dapat menyebabkan
sindrom mirip lupus, yang akan menghilang bila pemakaian obat
dihentikan.

C. Patofisiologi
Penyakit SLE terjadi akibat terganggunya regulasi kekebalan yang
menyebabkan peningkatan autoantibody yang berlebihan. Gangguan
imunoregulasi ini ditimbulkan oleh kombinasi antara faktor-faktor genetik,
hormonal (sebagaimana terbukti oleh awitan penyakit yang biasanya terjadi
selama usia reproduksi) dan lingkungan (cahaya matahari, luka bakar termal).
Obat-obatan tertentu seperti hidralazin, prokainamid, isoniazid, klorpromazin
dan beberapa preparat antikonvulsan disamping makanan seperti kecambah
alfalfa turut terlibat dalam penyakit SLE akibat senyawa kimia atau obat-
obatan. Pada SLE, peningkatan produksi autoantibodi diperkirakan terjadi
akibat fungsi sel T supresor yang abnormal sehingga timbul penumpukan
kompleks imun dan kerusakan jaringan. Inflamasi akan menstimulasi antigen
yang selanjutnya terjadi serangan antibodi tambahan dan siklus tersebut
berulang kembali.

Kerusaan organ pada SLE didasari pada reaksi imunologi. Reaksi ini
menimbulkan abnormalitas respons imun didalam tubuh yaitu :
1) Sel T dan sel B menjadi otoreaktif
2) Pembentukan sitokin yang berlebihan
3) Hilangnya regulasi kontrol pada sistem imun, antara lain :
a. Hilangnya kemampuan membersihkan antigen di kompleks imun
maupun sitokin dalam tubuh
b. Menurunnya kemampuan mengendalikan apoptosis
c. Hilangnya toleransi imun : sel T mengenali molekul tubuh sebagai
antigen karena adanya mimikri molekuler.
Akibat proses tersebut, maka terbentuk berbagai macam antibodi di dalam
tubuh yang disebut sebagai autoantibodi. Selanjutnya antibodi-antibodi yang
tersebut membentuk kompleks imun. Kompleks imun tersebut terdeposisi
pada jaringan/organ yang akhirnya menimbulkan gejala inflamasi atau
kerusakan jaringan.

D. Manifestasi Klinis
Perjalanan penyakit SLE sangat bervariasi. Penyakit dapat timbul
mendadak disertai dengan tanda-tanda terkenanya berbagai sistem dalam
tubuh. Dapat juga menahun dengan gejala pada satu sistem yang lambat laun
diikuti oleh gejala yang terkenanya sistem imun. Pada tipe menahun terdapat
remisi dan eksaserbsi. Remisinya mungkin berlangsung bertahun-tahun.
Onset penyakit dapat spontan atau didahului oleh faktor presipitasi
seperti kontak dengan sinar matahari, infeksi virus/bakteri, obat. Setiap
serangan biasanya disertai gejala umum yang jelas seperti demam, nafsu
makan berkurang, kelemahan, berat badan menurun, dan iritabilitasi. Yang
paling menonjol ialah demam, kadang-kadang disertai menggigil.
a) Gejala Muskuloskeletal
Gejala yang paling sering pada SLE adalah gejala muskuloskeletal,
berupa artritis (93%). Yang paling sering terkena ialah sendi interfalangeal
proksimal didikuti oleh lutut, pergelangan tangan, metakarpofalangeal,
siku dan pergelangan kaki. Selain pembekakan dan nyeri mungkin juga
terdapat efusi sendi. Artritis biasanya simetris, tanpa menyebabkan
deformitas, kontraktur atau ankilosis. Adakala terdapat nodul reumatoid.
Nekrosis vaskular dapat terjadi pada berbagai tempat, dan ditemukan pada
pasien yang mendapatkan pengobatan dengan streroid dosis tinggi. Tempat
yang paling sering terkena ialah kaput femoris.
b) Gejala Mukokutan
Kelainan kulit, rambut atau selaput lendir ditemukan pada 85%
kasus SLE. Lesi kulit yang paling sering ditemukan pada SLE ialah lesi
kulit akut, subakut, diskoid, dan livido retikularis. Ruam kulit berbentuk
kupu-kupu berupa eritema yang agak edamatus pada hidung dan kedua
pipi. Dengan pengobatan yang tepat, kelainan ini dapat sembuh tanpa
bekas luka. Pada bagian tubuh yang terkena sinar matahari dapat timbul
ruam kulit yang terjadi karena hipersensitivitas. Lesi ini termasuk lesi kulit
akut. Lesi kulit subakut yang khas berbentuk anular.
Lesi diskoid berkembang melalui 3 tahap yaitu eritema,
hiperkeratosis dan atrofi. Biasanya tampak sebagai bercak eritematosa
yang meninggi, tertutup oleh sisik keratin disertai adanya penyumbatan
folikel. Kalau sudah berlangsung lama akan berbentuk silikatriks.
Vaskulitis kulit dapat menyebabkan ulserasi dari yang berbentuk
kecil sampai yang besar. Sering juga tampak perdarahan dan eritema
periungual. Livido retikularis suatu bentuk vaskulitis ringan, sangat sering
ditemui pada SLE.
c) Ginjal
Kelainan ginjal ditemukan pada 68% kasus SLE. Manifestasi
paling sering ialah proteinuria atau hematuria. Hipertensi, sindrom nefrotik
kegagalan ginjal jarang terjadi, hanya terdapat pada 25% kasus SLE yang
urinnya menunjukkan kelainan.
Ada 2 macam kelainan patologis pada ginjal, yaitu nefritis lupus
difus dan nefritis lupus membranosa. Nefritis lupus merupakan kelainan
yang paling berat. Klinis biasanya tampak sebagai sindrom nefrotik,
hipertensi serta gangguan fungsi ginjal sedang sampai berat. Nefritis lupus
membranosa lebih jarang ditemukan. Ditandai dengan sindrom nefrotik,
gangguan fungsi ginjal ringan serta perjalanan penyakit yang mungkin
berlangsung cepat atau lambat tapi progresif.
Kelainan ginjal yang lain yang mungkin ditemukan pada SLE ialah
pielonefritis kronik, tuberkulosis ginjal. Gagal ginjal merupakan salah satu
penyebab kematian SLE kronik.
d) Susunan Saraf Pusat
Gangguan susunan saraf pusat terdiri atas 2 kelainan utama yaitu
psikosis organik dan kejang-kejang. Penyakit otak organik biasanya
ditemukan bersamaan dengan gejala aktif SLE pada sistem lain-lainnya.
Pasien menunjukkan gejala halusinasi disamping gejala khas organik otak
seperti sukar menghitung dan tidak sanggup mengingat kembali gambar
yang pernah dilihat.
Psikosis steroid juga termasuk sindrom otak organik yang secara
klinis tak dapat dibedakan dengan psikosis lupus. Perbedaan antara
keduanya baru dapat diketahui dengan menurunkan atau menaikkan dosis
steroid yang dipakai. Psikosis lupus membaik jika dosis steroid dinaikkan
dan sebaliknya. Kejang-kejang yang timbul biasanya termasuk tipe
grandmal. Kelainan lain yang mungkin ditemukan ialah afasia, hemiplegia.
e) Mata
Kelainan mata dapat berupa konjungtivitas, perdarahan subkonjungtival
dan adanya badan sitoid di retina
f) Jantung
Peradangan berbagai bagian jantung bisa terjadi, seperti perikarditis,
endokarditis maupun miokarditis. Nyeri dada dan aritmia bisa terjadi sebagai
akibat keadaan tersebut.
g) Paru-paru
Pada lupus bisa terjadi pleuritis (peradangan selaput paru) dan efusi pleura
(penimbunan cairan antara paru dan pembungkusnya). Akibat dari
kejadian tersebut sering timbul nyeri dada dan sesak napas.
h) Saluran Pencernaan
Nyeri abdomen terdapat pada 25% kasus SLE, mungkin disertai mual dan
diare. Gejalanya menghilang dengan cepat jika gangguan sistemiknya
mendapat pengobatan adekuat. Nyeri yang timbul mungkin disebabkan
oleh peritonitis steril atau arteritis pembuluh darah kecil mesenterium dan
usus yang mengakibatkan ulserasi usus. Arteritis dapat juga menimbulkan
pankreatitis.
i) Hemik-Limfatik
Kelenjar getah bening yang sering terkena adalah aksila dan sevikal,
dengan karakteristik tidak nyeri tekan dan lunak. Organ limfoid lain adalah
splenomegali yang biasanya disertai oleh pembesaran hati. Kerusakan lien
berupa infark atau thrombosis berkaitan dengan adanya lupus
antikoagulan. Anemia dapat dijumpai pada periode perkembangan
penyakit LES, yang diperantai oleh proses imun dan non-imun.

E. Klasifikasi
Penyakit Lupus dapat diklasifikasikan menjadi 3 macam yaitu discoid lupus,
systemic lupus erythematosus, dan lupus yang diinduksi oleh obat.
1. Discoid Lupus
Lesi berbentuk lingkaran atau cakram dan ditandai oleh batas
eritema yang meninggi, skuama, sumbatan folikuler, dan telangiektasia.
Lesi ini timbul di kulit kepala, telinga, wajah, lengan, punggung, dan
dada. Penyakit ini dapat menimbulkan kecacatan karena lesi ini
memperlihatkan atrofi dan jaringan parut di bagian tengahnya serta
hilangnya apendiks kulit secara menetap (Hahn, 2005).
2. Systemic Lupus Erythematosus
SLE merupakan penyakit radang atau inflamasi multisistem yang
disebabkan oleh banyak faktor (Isenberg and Horsfall,1998) dan
dikarakterisasi oleh adanya gangguan disregulasi sistem imun berupa
peningkatan sistem imun dan produksi autoantibodi yang berlebihan
(Albar, 2003). Terbentuknya autoantibodi terhadap dsDNA, berbagai
macam ribonukleoprotein intraseluler, sel-sel darah, dan fosfolipid dapat
menyebabkan kerusakan jaringan (Albar, 2003) melalui mekanime
pengaktivan komplemen (Epstein, 1998).
3. Lupus yang diinduksi oleh obat
Lupus yang disebabkan oleh induksi obat tertentu khususnya pada
asetilator lambat yang mempunyai gen HLA DR-4 menyebabkan asetilasi
obat menjadi lambat, obat banyak terakumulasi di tubuh sehingga
memberikan kesempatan obat untuk berikatan dengan protein tubuh. Hal
ini direspon sebagai benda asing oleh tubuh sehingga tubuh membentuk
kompleks antibodi antinuklear (ANA) untuk menyerang benda asing
tersebut (Herfindal et al., 2000).

F. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Laboratorim yang dilakukan terhadap pasien SLE adalah:
1. Tes ANA (Anti Nuclear Antibody)
2. Tes Anti dsDNA (double stranded)
3. Tes Antibodi anti-S (Smith)
4. Tes Anti-RNP (Ribonukleoprotein), anti-ro/anti-SS-A, anti-La
(antikoagulan lupus anti SSB, dan antibodi antikardiolipin).
5. Komplemen C3, C4, dan CH50 (komplemen hemolitik)
6. Tes sel LE
7. Tes anti ssDNA (single stranded).

G. Penatalaksanaan
1. Secara Umum
Penyuluhan dan intervensi psikososial sangat penting diperhatikan
dalam penatalaksanaan penderita LES, terutama pada penderita yang
baru terdiagnosis. Sebelum penderita LES diberi pengobatan, harus
diputuskan dulu apakah penderita tergolong yang memerlukan terapi
konservatif, atau imunosupresif yang agresif. Bila penyakit ini
mengancam nyawa dan mengenai organ-organ mayor, maka
dipertimbangkan pemberian terapi agresif yang meliputi kortikosteroid
dosis tinggi dan imunosupresan lainnya. Tidak ada pengobatan yang
permanen untuk SLE. Tujuan dari terapi adalah mengurangi gejala dan
melindungi organ dengan mengurangi peradangan dan atau tingkat
aktifitas autoimun di tubuh.
Bentuk penanganan umum pasien dengan SLE antara lain
(Sukmana,2004):
a. Kelelahan
Hampir setengah penderita SLE mengeluh kelelahan. Sebelumnya
kita harus mengklarifikasi apakah kelelahan ini bagian dari derajat
sakitnya atau karena penyakit lain yaitu: anemia, demam, infeksi,
gangguan hormonal atau komplikasi pengobatan dan emotional stress.
Upaya mengurangi kelelahan di samping pemberian obat ialah: cukup
istirahat, batasi aktivitas, dan mampu mengubah gaya hidup.
b. Hindari merokok
Walaupun prevalensi SLE lebih banyak pada wanita, cukup banyak
wanita perokok. Kebiasaan merokok akan mengurangi oksigenisasi,
memperberat fenomena Raynaud yang disebabkan penyempitan
pembuluh darah akibat bahan yang terkandung pada sigaret/rokok.
c. Cuaca
Walaupun di Indonesia tidak ditemukan cuaca yang sangat berbeda
dan hanya ada dua musim, akan tetapi pada sebagian penderita SLE
khususnya dengan keluhan artritis sebaiknya menghindari perubahan
cuaca karena akan mempengaruhi proses inflamasi.

d. Stres dan trauma fisik


Beberapa penelitian mengemukakan bahwa perubahan emosi dan
trauma fisik dapat mempengaruhi sistem imun melalui: penurunan
respons mitogen limfosit, menurunkan fungsi sitotoksik limfosit dan
menaikkan aktivitas sel NK (Natural Killer). Keadan stress tidak
selalu mempengaruhi aktivasi penyakit, sedangkan trauma fisik
dilaporkan tidak berhubungan dengan aktivasi SLE-nya. Umumnya
beberapa peneliti sependapat bahwa stress dan trauma fisik sebaiknya
dikurangi atau dihindari karena keadaan yang prima akan
memperbaiki penyakitnya.
e. Diet
Tidak ada diet khusus yang diperlukan pasien LES, makanan yang
berimbang dapat memperbaiki kondisi tubuh. Beberapa penelitian
melaporkan bahwa minyak ikan (fish oil) yang mengandung
eicosapentanoic acid dan docosahexanoic acid dapat menghambat
agregasi trombosit, leukotrien dan 5-lipoxygenase di sel monosit dan
polimorfonuklear. Sedangkan pada penderita dengan hiperkolesterol
perlu pembatasan makanan agar kadar lipid kembali normal.
f. Sinar matahari (sinar ultra violet)
Seperti diketahui bahwa sinar ultra violet mempunyai tiga gelombang,
dua dari tiga gelombang tersebut (320 dan 400 nm) berperan dalam
proses fototoksik. Gelombang ini terpapar terutama pada pukul 10
pagi s/d pukul 3 sore, sehingga semua pasien SLE dianjurkan untuk
menghindari paparan sinar matahari pada waktu-waktu tersebut.
g. Kontrasepsi oral
Secara teoritis semua obat yang mengandung estrogen tinggi akan
memperberat LES, akan tetapi bila kadarnya rendah tidak akan
membahayakan penyakitnya. Pada penderita SLE yang mengeluh
sakit kepala atau tromboflebitis jangan menggunakan obat yang
mengandung estrogen.

2. Terapi konservatif
Diberikan tergantung pada keluhan atau manifestasi yang muncul.
Pada keluhan yang ringan dapat diberikan analgetik sederhana atau obat
antiinflamasi nonsteroid namun tidak memperberat keadaan umum
penderita. Efek samping terhadap sistem gastrointestinal, hepar dan
ginjal harus diperhatikan, dengan pemeriksaan kreatinin serum secara
berkala. Pemberian kortikosteroid dosis rendah 15 mg, setiap pagi.
Sunscreen digunakan pada pasien dengan fotosensivitas. Sebagian besar
sunscreen topikal berupa krem, minyak, lotion atau gel yang
mengandung PABA dan esternya, benzofenon, salisilat dan sinamat yang
dapat menyerap sinar ultraviolet A dan B atau steroid topikal
berkekuatan sedang, misalnya betametason valerat dan triamsinolon
asetonid.
3. Terapi agresif
Pemberian oral pada manifestasi minor seperti prednison 0,5
mg/kgBB/hari, sedangkan pada manifestasi mayor dan serius dapat
diberikan prednison 1-1,5 mg/kgBB/hari. Pemberian bolus
metilprednisolon intravena 1 gram atau 15 mg/kgBB selama 3 hari dapat
dipertimbangkan sebagai pengganti glukokortikoid oral dosis tinggi,
kemudian dilanjutkan dengan prednison oral 1-1,5 mg/kgBB/ hari.
Secara ringkas penatalaksanaan LES adalah sebagai berikut :
a. Preparat NSAID untuk mengatasi manifestasi klinis minor dan dipakai
bersama kortikosteroid, secara topical untuk kutaneus.
b. Obat antimalaria untuk gejal kutaneus, muskuloskeletal dan sistemik
ringan SLE
c. Preparat imunosupresan (pengkelat dan analog purion) untuk fungsi
imun.
d. Pemberian obat anti inflamasi nonsteroid termasuk aspirin untuk
mengendalikan gejala artritis.
e. Krim topikal kortikosteroid, seperti hidrokortison, buteprat (acticort)
atau triamsinalon (aristocort) untuk lesi kulit yang akut.
f. Penyuntikan kortikosteroid intralesi atau pemberian obat anti malaria,
seperti hidroksikolorokuin sulfat (plaquinil), mengatasi lesi kulit yang
membandel.
g. Kortikosteroid sistemik untuk mengurangi gejala sistemik SLE dan
mencegah eksaserbasi akut yang menyeluruh ataupun penyakit serius
yang berhubungan dengan sistem organ yang penting, seperti pleuritis,
perikarditis, nefritis lupus, faskulitis dan gangguan pada SSP.
(Kowalak, Welsh, Mayer . 2002).
H. Pathway Commented [t9]: kenapa berbeda dengan teori diatas, disini
system ginjal tidak terserang
ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN
DENGAN SLE ( SISTEMIK LUPUS ERITEMATOSUS )

A. PENGKAJIAN
1. Data Demografi
Nama Klien :
Jenis kelamin :
Umur :
Suku :
Agama :
Status perkawinan :
Pekerjaan :
Pendidikan terakhir :
Alamat : Commented [t10]: tidak perlu di teoritis/ddelete

2. Riwayat Penyakit
a. Keluhan Utama
Keluhan utama yang biasa muncul saat pengkajian tidak pasti,
tergantung kapan dilakukan pengkajian tersebut. Biasanya adalah
demam, kelemahan, nafsu makan menurun dan BB menurun.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Riwayat dari dimulainya gejala penyakit sampai pasien atau keluarga
memutuskan untuk dibawa ke RS. Yang biasa muncul adalah riwayat
demam, kelemahan sampai intoleransi aktifitas, penurunan nafsu
makan dan penurunan BB.
c. Riwayat Penyakit Terdahulu
Kaji apakah pasien mengalami hipertensi, gangguan pada mata, dan
adanya nyeri sendi.
d. Riwayat Kesehatan Keluarga
Kaji adanya keluarga yang memiliki penyakit yang sama.
3. Pemeriksaan fisik
a. Aktivitas
1). Gejala : Keletihan, kelemahan, nyeri sendi karena gerakan
2). Tanda : Penurunan semangat bekerja, toleransi terhadap aktivitas
rendah, penurunan rentang gerak sendi, gangguan gaya
berjalan.
b. Sirkuasi
1). Gejala : Nyeri dada
2). Tanda :
TD : tekanan nadi melebar, desiran (menunjukkan mekanisme
anemia), warna kulit : pucat/sianosis, membaran mukosa, kulit
terdapat ruam.
c. Integritas Ego
1). Gejala : Mudah marah dan fruktasi, takut akan penolakan dari
orang lain, harga diri buruk, kekuatiran mengenai menjadi
beban bagi yang mendekat
2). Tanda : Ansietas, gelisah, menarik diri, depresi, fokus pada diri
sendiri
d. Eliminasi
1). Gejala : Sering berkemih, berkemih dengan jumlah besar
2). Tanda : Nyeri tekan pada abdomen, urine encer : terdapat darah
atau protein.
e. Makanan/Cairan
1). Gejala : Mual/muntah, anoreksia, haus, kesulitan menelan, adanya
penurunan BB
2). Tanda : Turgor kulit buruk berbentuk ruam, lidah tampak merah
daging, bibir : disudut bibir terdapat luka.
f. Higiene
1). Gejala : kesulitan untuk mempertahankan aksi (nyeri/anemia
berat), berbagai kesulitan untuk melakukan aktivitas
perawatan pribadi.
2). Tanda : ceroboh, tak rapih, kurang bertenaga.
g. Neurosensori
1). Gejala : sakit kepala, berdenyut pusing, penurunan penglihatan,
bayangan pada mata, kelemahan, keseimbangan buruk,
kesemutan pada ekstremitas.
2). Tanda : kelemahan otot, penurunan kekuatan otot, kejang,
pembekakan sendi simetri.

h. Nyeri/Kenyamanan
1). Gejala : nyeri hebat, berdenyut, rasa perih di berbagai lokasi,
sakit kepala berulang, tajam, sementara, nyeri tekan
abdomen, nyeri dada
2). Tanda : menahan sendi pada posisi nyaman, sensitivitas terhadap
palpitasi pada area yang sakit.
i. Penapasan
1). Gejala : riwayat inspeksi paru, riwayat abses paru, napas
pendek pada istirahat dan aktivitas.
2). Tanda : takipnea, distres pernapasan akut, bunyi napas
menurun.
j. Keamanan
1). Gejala : kekeringan pada mata dan membran mukosa, demam
ringan menetap, lesi kulit, gangguan penglihatan,
penyembuhan luka buruk
2). Tanda : berkeringat, mengigil berulang, gemetar, luka pada
wajah
k. Penyuluhan/Pembelajaran
Gejala : riwayat penyakit hipertensi, hematologi, riwayat adanya
masalah dengan penyembuhan luka/perdarahan,
pertimbangan rencana pemulangan : lama perawatan: 4-8
hari, memerlukan bantuan dalam perawatan diri,
pemeliharaan rumah.
B. DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Nyeri akut berhubungan dengan inflamasi dan kerusakan jaringan
2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit
3. Hambatan Mobilitas fisik berhubungan dengan defometas skletal Commented [t11]: deformitas

4. Gangguan citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan


ketergantungan fisik serta psikologis yang di akibatkan penyakit
kronik
5. Keletihan berhubungan dengan peningkatan aktivitas penyakit, rasa
nyeri, depresi

C. RENCANA KEPERAWATAN
Diagnosa Rencana Keperawatan
Keperawatan
Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi

Nyeri akut NOC : NIC :


berhubungan
 Pain Level,  Paint management
dengan
 pain control, 1. Lakukan pengkajian
inflamasi dan
 comfort level nyeri secara
kerusakan
Setelah dilakukan tinfakan komprehensif
jaringan
keperawatan selama …. termasuk lokasi,
Pasien tidak mengalami nyeri, karakteristik, durasi,
dengan kriteria hasil: frekuensi, kualitas
dan faktor
1. Mampu mengontrol
presipitasi.
nyeri (tahu penyebab
2. Observasi reaksi
nyeri, mampu
nonverbal dari
menggunakan tehnik
ketidaknyamanan.
nonfarmakologi untuk
3. Bantu pasien dan
mengurangi nyeri,
keluarga untuk
mencari bantuan).
mencari dan
2. Melaporkan bahwa nyeri menemukan
berkurang dengan dukungan.
menggunakan 4. Kontrol lingkungan
manajemen nyeri. yang dapat
3. Mampu mengenali nyeri mempengaruhi nyeri
(skala, intensitas, seperti suhu ruangan,
frekuensi dan tanda pencahayaan dan
nyeri). kebisingan.
4. Menyatakan rasa nyaman 5. Kurangi faktor
setelah nyeri berkurang. presipitasi nyeri.
5. Tanda vital dalam 6. Kaji tipe dan sumber
rentang normal. nyeri untuk
6. Tidak mengalami menentukan
gangguan tidur intervensi.
7. Ajarkan tentang
teknik non
farmakologi: napas
dala, relaksasi,
distraksi, kompres
hangat/ dingin.
8. Berikan analgetik
untuk mengurangi
nyeri: ……...
9. Tingkatkan istirahat.
10. Berikan
informasi tentang
nyeri seperti
penyebab nyeri,
berapa lama nyeri
akan berkurang dan
antisipasi
ketidaknyamanan
dari prosedur.
11. Monitor vital
sign sebelum dan
sesudah pemberian
analgesik pertama
kali
Kerusakan NOC : NIC :
integritas
kulit  Tissue Integrity : Skin and  Pressure
berhubungan Mucous Membranes Management
dengan lesi
Setelah dilakukan tindakan 1. Anjurkan pasien
pada kulit
keperawatan selama….. untuk
kerusakan integritas kulit menggunakan
pasien teratasi dengan kriteria pakaian yang
hasil: longgar.
2. Hindari kerutan
1. Integritas kulit yang
pada tempat
baik bisa
tidur.
dipertahankan
3. Jaga kebersihan
(sensasi, elastisitas,
kulit agar tetap
temperatur, hidrasi,
bersih dan
pigmentasi)
kering.
2. Tidak ada luka/lesi
4. Mobilisasi
pada kulit.
pasien (ubah
3. Perfusi jaringan baik.
posisi pasien)
4. Menunjukkan
setiap dua jam
pemahaman dalam
sekali.
proses perbaikan kulit
5. Monitor kulit
dan mencegah
akan adanya
terjadinya sedera
kemerahan .
berulang.
6. Oleskan lotion
5. Mampu melindungi
atau
kulit dan
mempertahankan minyak/baby oil
kelembaban kulit dan pada derah yang
perawatan alami tertekan .
7. Monitor
aktivitas dan
mobilisasi
pasien.
8. Monitor status
nutrisi pasien.
9. Memandikan
pasien dengan
sabun dan air
hangat.
10. Kaji lingkungan
dan peralatan
yang
menyebabkan
tekanan.
Hambatan NOC : NIC :
Mobilitas fisik
 Joint Movement :  Exercise therapy :
berhubungan
Active. ambulation
dengan
 Mobility Level. 1. Monitoring vital sign
defometas
 Self care : ADLs. sebelm/sesudah
skletal
 Transfer performance latihan dan lihat
Setelah dilakukan tindakan respon pasien saat
keperawatan latihan.
selama….gangguan mobilitas 2. Konsultasikan
fisik teratasi dengan kriteria dengan terapi fisik
hasil: tentang rencana
ambulasi sesuai
1. Klien meningkat
dengan kebutuhan.
dalam aktivitas fisik
2. Mengerti tujuan dari 3. Bantu klien untuk
peningkatan mobilitas menggunakan
3. Memverbalisasikan tongkat saat berjalan
perasaan dalam dan cegah terhadap
meningkatkan cedera.
kekuatan dan 4. Ajarkan pasien atau
kemampuan berpindah tenaga kesehatan lain
4. Memperagakan tentang teknik
penggunaan alat Bantu ambulasi.
untuk mobilisasi 5. Kaji kemampuan
(walker) pasien dalam
mobilisasi.
6. Latih pasien dalam
pemenuhan
kebutuhan ADLs
secara mandiri sesuai
kemampuan.
7. Dampingi dan Bantu
pasien saat mobilisasi
dan bantu penuhi
kebutuhan ADLs ps.
8. Berikan alat Bantu
jika klien
memerlukan.
9. Ajarkan pasien
bagaimana merubah
posisi dan berikan
bantuan jika
diperlukan
Gangguan citra NOC: NIC :
tubuh
 Body image  Body image
berhubungan
dengan  Self esteem enhancement
perubahan dan Setelah dilakukan tindakan 1. Kaji secara verbal
ketergantungan keperawatan selama …. dan nonverbal
fisik serta gangguan body image respon klien
psikologis terhadap tubuhnya.
pasien teratasi dengan kriteria
yang di 2. Monitor frekuensi
hasil:
akibatkan mengkritik dirinya.
penyakit 1. Body image positif 3. Jelaskan tentang
kronik 2. Mampu pengobatan,
mengidentifikasi perawatan,
kekuatan personal. kemajuan dan
3. Mendiskripsikan prognosis penyakit.
secara faktual 4. Dorong klien
perubahan fungsi mengungkapkan
tubuh. perasaannya.
4. Mempertahankan 5. Identifikasi arti
interaksi sosial pengurangan
melalui pemakaian
alat bantu.
6. Fasilitasi kontak
dengan individu lain
dalam kelompok
kecil
Keletihan NOC: NIC :
berhubungan
 Activity Tollerance  Energy
dengan
 Energy Conservation Management
peningkatan
 Nutritional Status: 1. Monitor respon
aktivitas
Energy kardiorespirasi
penyakit, rasa
Setelah dilakukan tindakan terhadap
nyeri, depresi
keperawatan selama …. aktivitas
kelelahan pasien teratasi (takikardi,
dengan kriteria hasil: disritmia,
dispneu,
1. Kemampuan aktivitas
diaphoresis,
adekuat
pucat, tekanan
2. Mempertahankan
hemodinamik
nutrisi adekuat
dan jumlah
3. Keseimbangan
respirasi).
aktivitas dan istirahat
2. Monitor dan
4. Menggunakan tehnik
catat pola dan
energi konservasi
jumlah tidur
5. Mempertahankan
pasien.
interaksi sosial
3. Monitor lokasi
6. Mengidentifikasi
ketidaknyamana
faktor-faktor fisik dan
n atau nyeri
psikologis yang
selama bergerak
menyebabkan
dan aktivitas.
kelelahan
4. Monitor intake
7. Mempertahankan
nutrisi.
kemampuan untuk
5. Monitor
konsentrasi
pemberian dan
efek samping
obat depresi.
6. Instruksikan
pada pasien
untuk mencatat
tanda-tanda dan
gejala kelelahan.
7. Ajarkan tehnik
dan manajemen
aktivitas untuk
mencegah
kelelahan.
8. Jelaskan pada
pasien hubungan
kelelahan
dengan proses
penyakit.
9. Kolaborasi
dengan ahli gizi
tentang cara
meningkatkan
intake makanan
tinggi energi.
10. Dorong pasien
dan keluarga
mengekspresika
n perasaannya.
11. Catat aktivitas
yang dapat
meningkatkan
kelelahan.
12. Anjurkan pasien
melakukan yang
meningkatkan
relaksasi
(membaca,
mendengarkan
musik).
13. Tingkatkan
pembatasan
bedrest dan
aktivitas.
14. Batasi stimulasi
lingkungan
untuk
memfasilitasi
relaksasi

D. PENATALAKSANAAN : TINDAKAN KRITIS


Tindakan Keperawatan dilakukan sesuai dengan intervensi yang telah
dibuat.

E. EVALUASI
1. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan
tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan),
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri serta mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan
tanda nyeri).
2. Kerusakan integritas kulit pada pasien teratasi.
3. Gangguan mobilitas fisik pada pasien teratasi.
4. Gangguan body image pasien teratasi.
5. Pasien tidak mengalami kelelahan.

DAFTAR PUSTAKA
Carpenito and Moyet, (2007). Buku Saku Diagnosis Keperawatan. Edisi 10.
Jakarta: EGC

Nanda Internasional. 2012. Diagnosis Keperawatan. Jakarta:EGC

Kowalak. (2011). Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Sukmana, Nanang. 2011. Systemic Lupus Erytemathossus : Pathogenesis. Upload


: www.New England Of Medicine Journals (diakses 30 April 2013)

BAB III
KASUS ASUHAN KEPERAWATAN

PADA KLIEN DENGAN SLE

A. PENGKAJIAN

Tanggal pengkajian : 14 April 2016

Tanggal masuk : 06 April 2016

Ruang/kelas : paviliun jantung F03

Nomor register : 010221048

Diagnosa medis : SLE (Syndrom Lupus Enthematosis)

I. Identitas Klien

Nama klien : Nn.E

Jenis kelamin : Perempuan

Usia : 15 tahun

Status perkawinan : Belum menikah

Agama : Budha

Suku bangsa : Thionghoa

Pendidikan : Pelajar SMA

Bahasa yang digunakan : Indonesia

Pekerjaan : Pelajar SMA

Alamat : JL. Jembatan besi no. 12 A 002/002 Jakarta

Barat

Sumber biaya (Pribadi, perusahaan, lain-lain) : Umum

Sumber informasi ( Klien/ Keluarga): Klien dan Keluarga


II. Riwayat Keperawatan

a. Riwayat kesehatan sekarang

1) Keluhan utama : Kepala pusing, mengeluh nyeri pinggang

dan nyeri kaki

2) Kronologis keluhan : Nyeri pinggang + 1 minggu

a) Faktor pencetus : Belum terkaji

b) Timbulnya keluhan : ( ) Mendadak ( √ ) Bertahap

c) Lamanya : + 1 minggu

d) Upaya mengatasi : Berobat ke dokter

b. Riwayat kesehatan masa lalu

1) Riwayat penyakit sebelumnya (termasuk kecelakaan):

Pernah typus dan demam, serta malaria + 2tahun yang lalu

2) Riwayat Alergi ( Obat, Makanan, Binatang, Lingkungan):

Tidak ada

3) Riwayat pemakaian obat: Obat jerawat Capsida

c. Riwayat Kesehatan Keluarga ( Genogram dan Keterangan tiga

generasi dari klien)


d. Penyakit yang pernah diderita oleh anggota keluarga yang

menjadi factor risiko

Tidak ada Commented [t12]: BUKANNYA DI KELUARGA ADA YG PUNYA


PENYAKIT YG SAMA DENGAN PASIEN ?

e. Riwayat Psikososial dan Spiritual

1) Adakah orang terdekat dengan klien:

Orang terdekat adalah orang tua

2) Interaksi dalam keluarga: a) Pola komunikasi: Dua Arah

b) Pembuatan Keputusan:

Bersama

c) Kegiatan Kemasyarakatan:

3) Dampak penyakit klien terhadap keluarga:

Keluarga cemas dan khawatir dengan kondisi pasien

4) Masalah yang mempengaruhi klien

Pasien ingin cepat pulang karena tidak betah di Rumah Sakit

5) Mekanisme Koping terhadap Stress

( √ ) Pemecahan masalah ( √ ) Minum obat

( √ ) Makan ( √ ) Cari pertolongan

( √ ) Tidur ( √ ) Lain-lain (Misal: marah,

diam)

6) Persepsi klien terhadap penyakitnya

a) Hal yang sangat dipikirkan saat ini:

Kaget dan marah bingung tentang penyakitnya

b) Harapan setelah menjalani perawatan:

Ingin cepat sembuh dan pulang


c) Perubahan yang dirasakan setelah jatuh sakit:

Badan terasa lemas dan tidak bersemangat

7) Sistem nilai kepercayaan:

a) Nilai-nilai yang bertentangan dengan kesehatan:

Tidak ada

b) Aktivitas Agama/ Kepercayaan yang dilakukan:

Berdoa / sembahyang

8) Kondisi Lingkungan Rumah

(Lingkungan rumah yang mempengaruhi kesehatan saat ini):

Lingkungan rumah padat penduduk


POLA KEBIASAAN
HAL YANG PERNAH DI KAJI

Sebelum Di Rumah sakit


Sakit/sebelum di RS

1. Pola nutrisi
a. Frekuensi makan:............X/hari 3x/hari 3x/hari
b. Nafsu makan : baik/tidak Nafsu makan baik Nafsu makan
Alasan :.......(mual, muntah, sariawan) kurang, terasa
c. Porsi makanan yang dihabiskan 1porsi habis mual
d. Makanan yang tidak disukai Tidak ada ¼ porsi
e. Makanan yang membuat alergi Tidak ada Tidak ada
f. Makanan pantangan Tidak ada Tidak ada
g. Makanan diet Tidak ada Tidak ada
h. Penggunaan obat-obatan sebelum Tidak ada Tidak ada
makan Tidak ada
i. Penggunaan alat bantu (NGT,dll) Tidak ada
2. Pola eliminasi Tidak ada
a. B.a.k:
1) Frekuensi:......................X/hari 4x/hari
2) Warna :................................ Kadang putih/kuning 4x/hari
3) Keluhan :................................ Tidak ada Kuning
4) Penggunaan alat bantu ( kateter, Tidak ada Tidak ada
dll) Tidak ada
b. B.a.b:
1) Frekuensi :.......................X/hari 2x/hari
2) Waktu :................................. Pagi-sore 1x/hari
( Pagi/Siang/Malam/Tidak tentu) Pagi
3) Warna :................................ Hitam-kecoklatan
4) Konsistensi :............................... Lunak Hitam-kecoklatan
5) Keluhan :............................... Tidak ada Lunak
6) Penggunaan Laxatif:................... Tidak ada Tidak ada
Tidak ada
3. Pola Personal Hygiene

a. Mandi 2x/hari Di lap


1) Frekuensi: …...X/hari Pagi -sore 1x/hari
2) Waktu: Pagi/sore/malam Pagi-sore
b. Oral Hygiene 2x/hari
1) Frekuensi: ……X/hari Pagi-sore 2x/hari
2) Waktu: Pagi/sore/malam Pagi-sore
c. Cuci rambut 3x/minggu
1) Frekuensi:……..X/hari 1x/minggu

4. . Pola Istirahat dan Tidur ........................... ...........................


Kadang 1 ½ Jam 4 Jam / hari
a. Lama tidur siang : ....... Jam / hari
b. Lama tidur malam : ....... Jam / hari 7 Jam / hari 10 Jam / hari
c. Kebiasaan sebelum tidur : ........ Tidak ada Tidak ada

............................ ............................
5. Pola Aktivitas dan Latihan

Sekolah : pagi – sore Tidak sekolah


a. Waktu bekerja : Pagi/Siang/Malam
b. Olah raga : ( ) Ya ( ) Tidak Ya Tidak
c. Jenis olahraga : ......... Basket Tidak
d. Frekuensi olahraga : ...... X / minggu 2 X / minggu Tidak
e. Keluhan dalam beraktifitas
Tidak ada Badan terasa pegal Commented [t13]: Apakah keluhan ini mempengaruhi
( Pergerakan, tubuh/mandi/Mengenakan terhadap aktifitas klien ? seperti thp pergerakan tubuh, tdk mampu
mandi ke kmr mandi, tidak mampu memakai baju, atau sesah dan
pakaian/ Sesak setelah beraktifitas dll) lelah setelah aktifitas, dll

........................... ..........................
6. Kebiasaan yang Mempengaruhi Kesehatan
........................... ..........................
Tidak ada Tidak ada
a. Merekok : Ya / Tidak
.......................... ..........................
1) Frekuensi : ...........
.......................... ..........................
2) Jumlah : ...........
.......................... .........................
3) Lama Pemakaian : ............
b. Minum keras / NABZA : Ya / Tidak Tidak ada Tidak ada

1) Frekuensi : ....... ........................ ...........................


2) Jumlah : ....... ........................ ...........................
3) Lama Pemakaian : ........ ........................ ...........................
4. Pengkajian Fisik :
a. Pemeriksaan Fisik Umum
1) Berat Badan : 53 Kg (Sebelum Sakit : 58
Kg)
2) Tinggi Badan : 158 cm
3) Tekanan Darah : 110/70 mmHg
4) Nadi : 98 X / menit
5) Frekuensi Nafas : 20 X / menit
6) Suhu Tubuh : 36,5 ˚C
7) Keadaan umum : ( ) Ringan ( ) Sedang ( ) Berat
8) Pembesaraan kelenjar getah bening : ( ) Tidak
( ) Ya, Lokasi ........
b. Sistem Penglihatan Commented [t14]: Apakah tidak dikaji ?

1) Sisi mata : ( ) Simetri ( ) Asimetri


2) Kelopak mata : ( ) Normal ( ) Ptosis
3) Pergerakan mata : ( ) Normal ( ) Abnormal
4) Konjungtiva : ( ) Merah muda ( ) Anemis ( )
Sangat Merah
5) Kornea : ( ) Normal ( ) Keruh/berkabut
( ) Terdapat Perdarahan
6) Sklera : ( ) Ikterik ( ) Anikterik
7) Pupil : ( ) Isokor ( ) Anisokor
( ) Midriasis ( ) Miosis
8) Otot – otot mata : ( ) Tidak ada kelainan ( ) Juling
keluar
( ) Juling ke dalam ( ) Berada di
atas
9) Fungsi Penglihatan : ( ) Baik ( ) Kabur
( ) Dua bentuk / diplopia
10) Tanda-tanda radang : Tidak ada
11) Pemakaian kaca mata : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis .....................
12) Pemakaian lensa kontak : Tidak ada
13) Reaksi terhadap cahaya : + - + Normal
c. Sistem Pendengaran Commented [t15]: Dikaji tetap head to toe

1) Daun telinga : ( ) Normal ( ) Tidak, Kanan/kiri


..........
2) Karakteristik serumen (warna, kositensi, bau) : Padat, kekuningan,
khas
3) Kondisi telinga tengah : ( ) Normal ( ) Kemerahan
( ) Bengkak ( ) Terdapat lesi
4) Cairan dari telinga : ( ) Tidak ( ) Ada, ......
( ) Darah, nanah dll.
5) Perasan penuh di telinga : ( ) Tidak ( ) Ada
6) Tinitus : ( ) Tidak ( ) Ada
7) Fungsi pendengaran : ( ) Normal ( ) Kurang
( ) Tuli, Kanan/kiri ......
8) Gangguan keseimbangan : ( ) Tidak ( ) Ya, .....
9) Pemakaian alat bantu : ( ) Ya ( ) Tidak
d. Sistem Wicara : ( ) Normal ( ) Tidak : ..... Commented [t16]: Mana hsl pengkajiannya ?
( ) Aphasia ( ) Aphonia
( ) Dysartria ( ) Dsyphasia
( ) Anarthia
e. Sistem Pernafasan Commented [t17]: ?

1) Jalan nafas : ( ) Bersih


( ) Ada sumbatan : ......
2) Pernafasan : ( ) Tidak sesak ( ) Sesak : .. ..
3) Menggunakan otot bantu pernafasan : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Frekuensi : 20 X / menit
5) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
6) Jenis pernafasan : ( Spontan, Kausmaull, Cheynestoke, Biot,
dll )
7) Kedalaman : ( ) Dalam ( ) Dangkal
8) Batuk : ( ) Tidak ( ) Ya ..
(Produktif/Tidak)
9) Sputum : ( ) Tidak ( ) Ya ..
(Putih/Kuning/Hijau)
10) Konsistensi : ( ) Kental ( ) Encer
11) Terdapat darah : ( ) Ya ( ) Tidak
12) Palpasi dada : Teraba normal
13) Perkusi dada : Normal
14) Suara nafas : ( ) Vesikuler ( ) Ronkhi
( ) Wheezing ( ) Rales
15) Nyeri saat bernafas : ( ) Ya ( ) Tidak
16) Penggunaan alat bantu nafas: ( ) Tidak ( ) Ya ............
f. Sistem kardiovaskuler : Commented [t18]: ?

1) Sirkulasi Peripher
a ) Nadi 98 x / menit : Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
Denyut : ( ) Lemah ( ) Kuat
b ) Tekanan Darah : 110 / 70 mmHg
c ) Distensi vena jugularis : Kanan : ( ) Ya ( ) Tidak
Kiri : ( ) Ya ( ) Tidak
d ) Temperatur kulit ( ) Hangat ( ) Dingin
e ) Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Cyanosis ( ) Kemerahan
f ) Edema : ( ) Ya, .... ( ) Tidak
( ) Tungkai atas ( ) Tungkai bawah
( ) Periorbital ( ) Muka
( ) Skrotalis ( ) Anasarka
2) Sirkulasi Jantung Commented [t19]: ?
a ) Kecepatan denyut apical : 108 x / menit
b ) Irama : ( ) Teratur ( ) Tidak teratur
c ) Kelainan bunyi jantung : ( ) Murmur ( ) Gallop
d ) Sakit dada : ( ) Ya ( ) Tidak
1 ) Timbulnya : ( ) Saat aktivitas ( ) Tanpa aktivitas
2 ) Karakteristik : ( ) Seperti ditusuk-tusuk
( ) Seperti terbakar ( ) Seperti tertimpa benda
berat
3 ) Skala nyeri : .........

g. Sistem Hematologi Commented [t20]: ?


Gangguan Hematologi :
1 ) Pucat : ( ) Tidak ( ) Ya
2 ) Perdarahan : ( ) Tidak ( ) Ya ....
( ) Ptechia ( ) Purpura ( ) Mimisan
( ) Perdarahan gusi
h. Sistem Syaraf Pusat Commented [t21]: ?
1) Keluhan sakit kepala : Tidak (vertigo/migrain,dll)
2) Tingkat kesadaran : ( ) Comps mentis ( ) Apatis
( ) Somnolent ( ) Soporokoma
3) Glasgow coma scale (GCS) E : 4 M:6 V:6
4) Tanda – tanda peningkatan TIK : ( ) Tidak ( ) Ya, ....
( ) Muntah proyektil
( ) Nyeri Kepala Berat
( ) Papil Edema
5) Gangguan Sistem persyarafan ( ) Kejang ( ) Polo
( ) Mulut mencong ( )
Disorientasi
( ) Nyeri Kepala hebat
( ) Kelumpuhan ekstremitas
(kanan / kiri / atas / bawah)
6) Pemeriksaan Reflek :
a ) Reflek Fisiologis : ( ) Normal ( ) Tidak ....................
b ) Reflek Patologis : ( ) Tidak ( ) Ya ........................

i. Sistem Pencernaan Commented [t22]: ?


Keadaan mulut :
1) Gigi : ( ) Caries ( ) Tidak
2) Penggunaan gigi palsu : ( ) Ya ( ) Tidak
3) Stomatitis : ( ) Ya ( ) Tidak
4) Lidah kotor : ( ) Ya ( ) Tidak
5) Salifa : ( ) Normal ( ) Abnormal
6) Muntah : ( ) Tidak ( ) Ya, .....
a) Isi ( ) Makanan ( ) Cairan ( ) Darah
b) Warna ( ) Sesuai warna makanan ( ) Kehijauan
( ) Cokelat ( ) Kuning ( ) Hitam
7) Nyeri daerah perut : - x / menit
8) Skala Nyeri : - ml
9) lokasi karakter nyeri :
( ) Seperti ditusuk-tusuk ( ) Melilit-lilit
( ) Cramp ( ) Panas/seperti
terbakar
( ) Setempat ( ) Menyebar
( ) Berpindah-pindah ( ) Kanan atas
( ) Kanan bawah ( ) Kiri atas ( ) Kiri bawah
10) Bising usus : 12 x / menit
11) Diare : ( ) Tidak ( ) Ya, ..............
a) Lamanya : Frekuensi : x / hari
b) Warna faeces : ( ) Kuning ( ) Putih seperti air cucian beras
( ) Cokelat ( ) Hitam ( ) Dempul
c) Konssistensi faeces: ( ) Setengah padat ( ) Cair ( ) Berdarah
12) Konstipasi : ( ) Tidak ( ) Ya, ............
lamanya : ................ hari
13) Hepar : ( ) Teraba ( ) Tak teraba
14) Abdomen : ( ) Lembek ( ) Kembung (
)Acietes
( ) Distensi
j. Sistem Endokrin Commented [t23]: ?
Pembesaran Kelenjar Tiroid : ( ) Tidak ( ) Ya
( ) Exoptalmus ( ) Tremor
( ) Diaporesis
Nafas berbau keton :( ) Ya ( ) Tidak
( ) Poliuri ( ) Polidipsi ( )
Poliphagi
Luka Ganggren :( ) Tidak ( ) Ya, Lokasi
.........................
Kondisi Luka .....................
k. Sistem Urogenital Commented [t24]: ?
Balance Cairan : Intake 2465 ml ; Output 2295 ml
Perubahan pola kemih : ( ) Retensi ( ) Urgency ( ) Disuria
( ) Tidak lampias ( ) Nocturia ( )
Inkontinensia
( ) Anuria
B.a.k : Warna : ( ) Kuning jernih ( ) Kuning
kental/coklat
( ) Merah ( ) Putih
Distensi/ketegangan kandung kemih : ( ) Ya ( ) Tidak
Keluhan sakit pinggang : ( ) Ya ( ) Tidak
Skala nyeri : Skala 4

l. Sistem Integumen Commented [t25]: ?


Turgor kulit : ( ) Baik ( ) Buruk
Temperature kulit : Normal
Warna kulit : ( ) Pucat ( ) Sianosis ( )
Kemerahan
Keadaan kulit : ( ) Baik ( ) Lesi ( ) Ulkus
( ) Luka, Lokasi .............
( ) Insisi operasi, Lokasi ............................
Kondisi ...................................
( ) Gatal-gatal ( ) Memar/lebam
( ) Kelainan Pigmen
( ) Luka bakar, Lokasi .........
kelainan kulit : ( ) Tidak ( ) Ya, Jenis ....................
Kondisi kulit daerah pemasangan Infus : .................................................
Keadaan rambut : - Tekstur : ( ) Baik ( ) Tidak ( )
Alopesia
- Kebersihan : ( ) Ya ( ) Tidak,
........
m.Sistem Muskuloskeletal Commented [t26]: ?

Kesulitan dalam pergerakan : ( ) Ya ( ) Tidak

Sakit pada tulang, sendi, kulit : ( ) Ya ( ) Tidak

Fraktur : ( ) Ya ( ) Tidak

Lokasi : …………………………

Kondisi : …………………………

Kelainan bentk tulang sendi : ( ) Kontraktur ( ) Bengkak

( ) Lain-lain, sebutkan :…………..

Kelainan struktur tulang belakang : ( ) Skoliasis ( ) Lordosis

( ) Kiposis

Keadaan Tonus otot : ( ) Baik ( ) Hipotoni

( ) Hipertoni ( ) Atoni

Kekuatan Otot : 5 5 5 5 5 5 5 5

5 5 5 5 5 5 5 5
5. Data Tambahan (Pemahaman tentang penyakit):

Tidak ada

6. Data Penunjang (Pemeriksaan diagnostic yang menunjang masalah : Lab,


Radiologi, endoskopi dll)

USG : Organ-Organ abdomen yang tampak saat ini dalam batas-


batas normal cave spasmophya.

Thorax photo : Kedua diafragma baik, tidak tampak efusi pleura.

Cor tidak membesar

Paru : Infiltrat 2 broncho pneumonia duplex.

Foto Columna Vertebralis : Kedudukan cervical spine tidak tampak licthesis

Foto cervical 4 posisi : Tidak tampak kompresi corpus pedicle miact,


celah discus tidak menyempit. Spor posterior tidak menonjol. Commented [t27]: Buat tanggal pemeriksaannya

7. Penatalaksanaan (Therapi/pengobatan termasuk diet) Commented [t28]: Semua penatalaksanaan harus masuk kei
intervensi pada diagnose yang tepat

Diit : Lunak (nasi tim + 4 butir putih telur.

DI : 500cc RL/24 jam, Balance cairan /6 jam.

Ukur BB/hari

Terapi obat oral

1. Ramipril 1X1,25
2. CaCo3 3X1
3. Kolhatriol 2X1
4. Letanol 2X25 mg
5. Ketosteril 3X2 tab

Obat Injeksi

Ceftriaxone (IV) : 1X2 gr


Lembar 1 (11-04-2016)

Hematologi

1. Eritrosit: Normositik normochrom sebagian makrositik


2. Leukosit: kesan jumlah dalam batas normal. Marphologi normal
Diff: batang 1% sedimen 60%, limfosit 30% Monosit 4%
3. Trombosit: Kesan jumlah , morphologi dalam batas normal
Kesimpulan: anemia dimorphic, retikulositosis -> suspect pendarahan?
Auto imun.
Saran: PX darah samar di faeses.
DX ANA profile

Kimia Klinik

Protein total L 4,40 g/dL 5,70-8,20

Albumin L 1,50 g/dL 3,20-4.80

Globulin 2,90 g/dL 2,50-3,40

LDH H610 U/L 240-480

Besi/Fe 60,0 g/dL 50,0-170,0

TIBC L243 g/dL 250-450

Imunologi

C3(complement) Terlampir

Anti ds-DNA 163,4 Positive IU/mL

<39,2 :Negatif

39,2-46,1 : Gray zone

>46,1 : positif

Sekologi

Ferritin H 425,40 ng/mL 20.0-250.00

Hepatitis Marker

HBsAg Non Reaktif S/CO

< 0,9 : Non Reaktif

> 1.0 : Reaktif


Lembar2 (14-04-2016)

HB L8,1 g/dL 11,7-15,5

HT L22 % 35-47

Leukosit 6,3 103/L 3,6-11,0

Trombosit 247 ribu/L 150-450

MCV 95 fL 80-100

MCH H35 pg/mL 28-33

MCHC H37 g/dL 32-36

Eritrosit L2,29 jt/L 4,20-5,40

Kimia Klinik

Ureum darah 39 mg/dL 19-49

Creatinin darah 0,79 mg/dL 0,6-1,1

eGFR 98,4 ml/min /1,73m2 78,0-116,0

Kalium 4,2 mmol/L 3,5-5,0

Na 137 mmol/L 136-146

Ca 8,3 mg/dL 8,3-10,6

Fosfor 3,5 mg/dL 2,4-5,1


Lembar 3 (05-04-2016)

Hemtologi

Hb L8,4 g/dL 11,7-15,5

Ht L22 % 35-47

Leukosit 4,9 103/L 3,6-11,0

Trombosit 266 rb/L 150-450

MCV 97 fL 80-100

MCH H37 pg/mL 28-33

MCHC H38 g/dL 32-36

Eritrosit L2,27 jt/L 4,20-5,40

Kimia Klinik

Albumin L1,90 g/dL 3,20-4,80

SGOT(AST) 25 U/L <34

SGPT(ALT) 9 U/L <49

GDS 85 mg/dL 70-200

Ureum Darah L15 mg/dL 19-49

Creatinin darah 0,64 mg/dL 0,6-1,1

eGFR H125,4 m/min/1,73m2 78,0-116,0

Asam Urat H6,3 mg/dL 2,6-6,0

Kalium 3,7 mmol/L 3,5-5,2

Na 139 mmol/L 136-146

Ca L7,0 mg/dl 8,3-10,2

Fosfor 2,8 mg/dL 2,4-5,1

Urinalis

Warna Kuning Kuning


Kejernihan Agak Keruh Jernih

Berat jenis L1,012 1,015-1,025

PH 7,0 4,8-7,4

Protein 500 mg/dL <30:negative

Glukosa Negatif mg/dL <100: negative

Keton Negatif mg/dL <10,0:negative

Bilirubin Negatif mg/dL <0,2: Negatif

Nitrit Negatif negative

Leukosit Esterase Negatif Leu/L negative

Sedimen

Leukosit H7 LPB/HPF 1-6

Eritrosit 5 LPB/HPF 0-5

Sel Epitel 1+ Positif

Bakteria 2+ /L Negatif

Kristal Negatif Negatif

Silinder Negatif

Granular 0 /LPK Negatif

Hyalin 0 /LPK Negatif

Trichomonas.v negative Negatif

Protein urin kuantitatif H8488 mg/24jam 28-141


Lembar4 (07-04-2016)

Hepar :

10cm cmlka ; parenchym/permukaan/pembekuan darah sel empedu intra/ extra


hepatic biasa Qv porta: 1,1cm ; tepi hati lancip ; RLQ & LLQ abdomen tak
tampak kelainan/SOL saat ini.

Vesika felea :

4,2x2,4 cm ; dinding teratur ; batu (-)

Aorta abdominalis

1,7cm; dinding :0,6cm ; Q vci : 1,2 cm ; Q v. lienalis: 0,6cm

Pancreas

10x2,5-4cm; bawah ½ ren kiri

Ren Dekstra

10x4,8cm ; pyelum :1,7 cm ; teratur; batu(-)

Ren Sinistra 10x4,8 pyelum : 1,7 cm ; tertur ; batu (-)

Vesika urinaria

Mucosa teratur; batu (-)

RLQ&LLQ Abdomen: SOL/kelaianan lain (negatif)

Kesimpulan: organ-organ abdomen yang tampak saat ini dalam batas-batas


normal cave spasmophylia.

Saran

EMG
Resume
Pasien baru masuk dari IGD diantar porter menggunakan brankart dengan Commented [t29]: Tidak perlu

diagnose medis edema paru, pasien dr.Tedhy, Keadaan umum Tampak sakit Commented [t30]: tambahan

sedang. TD:110/80, Suhu: 37,8ºC, N:76X/Menit, RR:20X/Menit. Pasien Commented [t31]: tidak perlu

mengeluh nyeri pinggang dan Kaki, demam ± 2 hari, terdapat edema di kedua
tungkai. Ibu pasien mengatakan demam sejak sehari sebelum masuk RS, Nyeri
pada kaki dan pinggang. Sebelum masuk Rumah sakit pasien mendapat terapi
obat:

1. Ramipril 1X1,25 mg
2. CaCo3 3X1
3. Kalkatriol 2X1

Selin itu pasien juga mengeluh perut terasa mual dan nafsu makan berkurang.

Masalah Keperawatan

1. Kelebihan Volume cairan berhubungan dengan Gangguan Mekanisme


Pengaturan.
2. Hipertermi
3. Nyeri
4. Intoleransi aktifitas

Tindakan Keperawatan Mandiri.

1. Mengobservasi keadaan umum dan TTV.


2. Mengajarkan pasien untuk teknik relaksasi dan output cairan/balance.
3. Mengobservasi intake dan output cairan/balance.
4. Kompres air biasa.
5. Membantu ADL.
6. Mengkaji risiko jatuh.

Tindakan Kolaborasi

1. Cek darah rutin


2. Foto USG Abdomen Commented [t32]: melakukan pemeriksaan darah rutin, foto
USG abd.
3. Pemberian obat oral
Commented [t33]: Memberikan obat oral sbb :
a. Ramipril 1X1,25
b. CaCo3 3X1
c. Kalkatriol 2X1
d. Letanol 2X25mg
e. Ketosteril 3X2 tab

Obat Injeksi :
a. Ceftriacone (IV) 1X2gr

Data Fokus

Data Subjektif Data Objektif Commented [t34]: Susunannya hasil observasi, monitoring,
pemeriksaan fisik baru terakhir hasil lab maupun pemeriksaan
1. Pasien mengatakan nyeri - Pasien tampak sering mengubah diagnostic lainnya yang menunjang masalah

pinggang dan kaki, masih sering posisi untuk menghindari nyeri.


terasa - Pasien tampak gelisah
2. Pasien mengatakan : - Saat nyeri pasien tampak berfokus
P : nyeri muncul karena ada pada diri sendiri.
bengkak. - Pasien tampak memegangi
Q : nyeri seperti berat pinggangnya.
R : lokasi di pinggang dan kaki. - Pasien menyeringai saat nyeri
S : nyeri skala 4 - TD : 100/60 mmHg, N : 98 x/menit,
T : waktu timbulnya tidak tentu, RR : 20 x/menit, S : 370C.
durasi < 10 detik - Tampak adanya edema anasarka
3. Pasien mengatakan kadang - Tampak menggunakan otot bantu
terasa sesak saat banyak napas.
aktivitas. - Perubahan berat jenis urine = 1,012
4. Pasien mengatakan berat pada - Protein urine =(+) Commented [t35]: Berapa ? 500 kan ?

kaki karena ada bengkak. - Darah dalam urine = 2+


5. Pasien mengatakan pada muka - Suara napas sedikit terdengar
dan leher juga bengkak. crecles.
6. Pasien mengeluh masih terasa - Hb = 8,1% . Ht = 22%
mual saat melihat makanan. - Balance cairan = (+) 1700cc
7. Pasien mengeluh enek saat - Albumin = 1,50
makan bubur. - Kebutuhan cairan = 1865 cc/hari. Commented [t36]: Bagian dari intervensi cairan

8. Pasien mengatakan nafsu makan - Eritrosit = 2,29


berkurang karena mual. - Hb = 8,1 g/dl
9. Pasien mengatakan nyeri perut - Membran mukosa kering.
saat mual. - Konjungtiva anemis
10. Pasien mengatakan : - Bising usus hiperaktif 16x/menit
“Sus, saya sering sesak kalau - Penurunan BB = 5kg
beraktivitas terlalu lama”
“Badan saya terasa lemas dan - BB ideal kurang lebih 54,15 kg
lesu”
11. Pasien mengatakan kadang saat
beraktivitas kadang tiba-tiba
terasa nyeri.
12. Pasien mengatakan makan habis
¼ porsi.

Analisa Data

No Data Masalah Etiologi


1. DS : Pasien mengatakan Nyeri Akut Proses Penyakit SLE Commented [t38]: Berbeda dg di bab 2, apakah ini dari
referensi lain ?
nyeri terasa pada
pinggang dan kaki,seperti
pegal-pegal, kira-kira
skala 4, timbulnya tidak
tentu, kadang saat
beraktivitas, kurang lebih
10 detik.
DO: pasien kadang Commented [t37]: TTV penting untuk melihat kualitas nyerinya

tampak memegangi
pinggang, tampak sering
merubah posisi, saat
nyeri pasien tampak
fokus dengan diri sendiri,
menyeringai saat nyeri,
N= 98 x/menit, tampak
udem, asam urat =

2. DS : Pasien mengatakan Kelebihan Volume Edem Anasarka Commented [t39]: Ini adalah symptom, atau apakah ini juga
ada referensinya ?
Cairan (kalo ada teorinya
kadang sering terasa
bahwa menyebabkan
sesak saat banyak ggn pd fungsi ginjal
maka buatlah
aktivitas, terasa berat
etiologinya spt yg
pada kaki karena ada kemarin (ggn
mekanisme regulator ?)
bengkak, pada muka dan
leher juga bengkak.
DO : edema anasarka,
perubahan berat jenis
urine = 1,012 , berat jenis
urine +, darah dalam
urine +, Hb = 8,1 g/dl, Ht
= 22 %, albumin = 1,50
/L

3. DS : Pasien mengeluh
Nutrisi Kurang dari Anemia Dimorphic
masih terasa mual saat kebutuhan tubuh
melihat makanan.
Pasien mengatakan nafsu
makan berkurang.
Pasien juga mengatakan
“Enek kalau makan
bubur pengen muntah”

DO : Hb = 8,1 g/dl,
penurunan BB 5kg,
albumin = 1, 50, eritrosit
= 2,29 jt, membran
mukosa kering dan pucat,
mual, konjungtiva
anemis, bisisng usus
hiperaktif = 16 x/menit
4. Keletihan Anemia
DS : pasien mengeluh
mengantuk terus, merasa
lemas dan badan terasa
pegal-pegal.
DO : ADL dibantu,
pasien tampak lemas,
jam tidur bertambah,
tampak lesu dan tidak
bergairah, pucat,
konjungtiva anemis, Hb
= 8,1 g/dl

Diagnosa Keperawatan (sesuai prioritas)

No Diagnosa Keperawatan Tanggal Tanggal Nama Jelas


(P&E) Ditemukan Teratasi
1. Nyeri Akut b.d Proses 14 – 04 – 2016 15 – 04 –
Penyakit SLE ditandai 2016
dengan DO dan DS

2. Kelebihan Volume Cairan 14 – 04 2016


b.d Edema Anasarka 15 – 04 -2016
dintandai dengan DO dan
DS
3. 14 – 04 -2016
Nutrisi Kurang dari 15 – 04 -2016
Kebutuhan Tubuh b.d
Anemia Dimorphic
4. ditandai dengan DO dan 14 – 04 - 2016
DS 15 -04 - 2016

Keletihan b.d Anemia


ditandai dengan DO dan
DS
RENCANA ASUHAN KEPERAWATAN

Nama/ Usia : Nn. E / 15 tahun

Kamar/ ruangan : Jantung

Tanggal N Diagnosa Tujuan Kriteria Perencanaan Paraf


O keperawatan hasil Tindakan

Nyeri teratasi
14-4-2016 1. Nyeri akut setelah 1. Skala 1.Kaji PQRST
berhubungan dilakukan nyeri 3 nyeri
dengan agen asuhan 2. Nyeri 2. Kaji tanda –
ciderabiologis( keperawatan pinggang tanda vital
proses infeksi) selama 3x24 dan kaki 3. Ajarkan
ditandai dengan jam (-) teknik
DS : - Pasien 3. Nadi 60- relaksasi
mengatakan nyeri 100x/men (nafas
terasa it dalam)
P: gangguan 4. Pasien 4. Ajarkan
mekanisme ginjal tampak teknik
Q: seperti pegal- lebih distraksi (
pegal tenang pengalihan
R: di bagian aktifitas)
pinggang dan kaki 5. Berikan
S: skala 4 posisi yang
T: tidak tentu, nyaman dan
kadang saat lingkungan
aktivitas durasi yang
kurang lebih 10 nyaman
detik

DO:
-Pasien tampak
memegang
pinggang
- Pasien tampak
sering mengubah
posisi
- Saat nyeri pasien
tampak fokus
14-4-2016 2. pada dirinya, Kelebihan 1.Edema (- 1. Kaji dan
tidak bias diajak volume ) observasi
bicara cairan dapat 2.Ht 35% balance
- Menyeringai saat teratasi 3.Hb 11,7 cairan intake
nyeri setelah 9⁄ dan output
- Nadi 98x/ menit dilakukan 𝑑𝑙 2. Batasan
4.Balance
Kelebihan volume asuhan cairan = 0 minum
cairan keperawatan (seimban dalam
berhubungan selama 3x24 g) perhari
dengan jam 5.Berat sesuai
mekanisme jenis urin instruksi
pengaturan 10,25 3. Kaji hasil
ditandai dengan 6.Albumin laboratorium
DO dan DS 3,2-4,8 4. Kaji tanda-
DS: 7.Darah tanda vital
-Pasien dalam 5. Berikan
mengatakan urin (-) terapi cairan
terkadang sering 800cc/24
terasa sesak saat jam sesuai
banyak aktivitas program
-pasien 6. Kolaborasi
mengatakan berat pemberian
pada kaki karena obatdiuretik:
ada bengkak pada a. Ramipril
muka dan leher 1x1,2,5mg
b.Kolkatriol
DO: 2x1 mg
-edema anasarka c. Letonol
-berat jenis urin = 2x25mg
1,012 d.Ketosteril
-protein urin (+) 3x2mg
-Darah dalam urin
(+)
- Hb = 8,1 9⁄𝑑𝑙 Nutrisi 1. Pantau hasil
14-4-2016 3. -Ht = 22 % terpenuhi laboratorium
-Albumin setelah (darah rutin)
-Balance cairan = dilakukan 2. Anjurkan
+ 170 cc asuhan 1.Nafsu makan
-DI 500 RL/24 jam keperawatan makan selagi
-Urin = 1500cc selama 3x24 meningk hangat
-Minum =1700cc jam at 3. Anjurkan
2.BB 56 makan
kg sedikit tapi
3.Hb Hb sering
11,7 4. Anjurkan
9⁄ keluarga
Nutrisi kurang dari 𝑑𝑙 pasien
4.Mual (-) membawa
kebutuhan tubuh 5.Pucat(-)
berhubungan makanan
6.Eritrosit kesukanan,
dengan intake yang 4,20-
tidak adekuat dibawah
4,50 jt pengawasan
ditandai dengan
DS = 7.Makan dokter
-pasen mengeluh habis 1 5. Bantu dalam
masih terasa mual porsi pemeliharaa
saat melihat n variasi
makanan makanan
-Pasien juga yang bergizi
mengatakan nafsu dan sesuai
makan berkurang kebutuhan
-Pasien juga pasien
mengatakan “enek 6. Kolaborasi
kalau makan dengan
bubur dokter dan
pengenmuntah” ahli gizi
mengenai
DO = pemberian
- Hb = 8,1 9⁄𝑑𝑙 diit
-penurunan BB 7. Berikan
58 - 53= 5 kg terpi obat
-Albumin = 1,50 lambung
-Eritosit = 2,29 jt -𝐶𝑎𝐶𝑜3 3x1
-Membran mukosa
kering dan pucat
-Mual (+)
-Konjungtiva
anemis
-Bising usus
hiperaktif = 16x/
menit
BAB IV

PEMBAHASAN

Dalam pembahasan Asuhan Keperawatan Nn. E (15 Tahun) dengan SLE di


Pav. Jantung F03 RS Husada Tahun 2016 diatas, penulis menemukan 5 diagnosa
keperawatan yang sesuai dengan keadaan Klien, yaitu :

1. Nyeri akut berhubungan dengan poses penyakit SLE


2. Kelebihan volume cairan berhubungan dengan gangguan mekanisme
pengaturan
3. Risiko ketidakseimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh
berhubungan dengan intake yang tidak adekuat
4. Keletihan berhubungan dengan anemia
5. Defisiensi pengetahuan berhubungan dengan tidak familiernya sumber
informasi.

Menurut konsep teori yang telah ditulis diatas, terdapat 3 diagnosa


keperawatan yaitu kerusakan integritas kulit berhubungan dengan lesi pada kulit,
hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan defometas skeletal, dan gangguan
citra tubuh berhubungan dengan perubahan dan ketergantungan fisik serta
psikologis yang diakibatkan penyakit kronik, yang tidak penulis angkat sebagai
diagnosa untuk Klien karena tidak sesuai dengan keadaan Klien saat dilakukan
pengkajian.
Penulis tidak mengambil diagnosa keperawatan kerusakan integritas kulit
berhubungan dengan lesi pada kulit disebabkan saat pengkajian dilakukan Klien
tidak menunjukkan tanda-tanda adanya lesi pada kulit ataupun ruam kulit, kulit
tampak baik dan tidak ada keluhan gatal pada kulit.

Untuk diagnosa keperawatan hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan


defometas skeletal, tidak sesuai dengan keadaan Klien yang pergerakannya tidak
ada gangguan, dapat berpindah bahkan berjalan sendiri walaupun harus dibantu
dalam memegang tiang infus. Klien juga tidak ada keluhan hambatan dalam
mobilisasi di tempat tidur maupun berjalan.

Selanjutnya adalah diagnosa gangguan citra tubuh berhubungan dengan


perubahan dan ketergantungan fisik serta psikologis yang diakibatkan penyakit
kronik, tidak diambil penulis karena saat pengkajian tidak menunjukkan bahwa
mengalami minder, rendah diri ataupun malu dengan keadaan tubuhnya. Klien
tetap mau berkomunikasi dengan keluarga, perawat, dan pengunjung RS, bahkan
Klien tidak menunjukkan ekspresi sedih.

Setelah dilakukan asuhan keperawatan selama 3x24 jam, Klien mengatakan


nyeri sudah berkurang skala 3 (0-10), klien sudah tidak menunjukkan ekspresi
sakit, tungkai sudah tidak edema, Klien makan habis ¾ porsi dan nafsu makan
bertambah, tidak mengeluh pegal-pegal, tampak tenang, serta Klien sudah tidak
sering bertanya lagi tentang penyakitnya.

Anda mungkin juga menyukai