Anda di halaman 1dari 30

Isu-isu Kesehatan

Kelompok 4
Anggota Kelompok

Whit Blac
Gray
e k

P27834017007 P27834017010 P27834017014


Afwatul Jazilah Zumrotun Nisa Kutsia Afantin

2
TRANSITION HEADLINE
Let’s start with the first set of slides
Sejauh mana
persebarannya?

4
Epidemologi dan Frekuensi

Angka kematian ibu di Indonesia jauh lebih tinggi dibandingkan negara lain di
ASEAN seperti di Singapura hanya 6 per 100.000 kelahiran hidup, Brunei 33 per
100.000 kelahiran hidup, dan Filipina 112 per 100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2015)

Berdasarkan Survei Demografi dan Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012, AKI
sebesar 359 per 100.000 kelahiran hidup.

"Hingga tahun 2018/2019 AKI Indonesia masih tetap tinggi di 305 per 1000 kelahiran
hidup,“ Ungkap Meiwita Budhiharsana dari Fakultas Kesehatan Masyarakat
Universitas Indonesia (UI), Ketua Komite Ilmiah ICIFPRH.

5
Epidemologi dan Frekuensi

6
Determinasi

○ Faktor Resiko
1. Ibu Hamil Beresiko Tinggi/Komplikasi ditangani
2. Ibu Hamil Mendapatkan Fe1
3. Pelayanan Antenatal Pelayanan
4. Persalinan dengan Bantuan Dokter/Bidan
○ Faktor penyebab

Penyebab kematian ibu sangatlah beragam, akan tetapi


kematian ibu di Indonesia masih didominasi oleh tiga
penyebab utama kematian yaitu perdarahan, hipertensi dalam
kehamilan (HDK), dan infeksi (Depkes RI, 2015).

7
Distribusi

8
Faktor Eksternal

○ Kurangnya upaya persebaran sarana prasarana kesehatan


pemerintah
○ Kurangnya sosialisasi dan pengertian terhadap masyarakat
○ Adanya kepercayaan masyarakat terhadap adat istidadat
○ Kurangnya kepercayaan masyarakat terhadap tenaga medis

9
Upaya pemerintah

Dalam promosi kesehatan ini meliputi pasien dan


keluarganya. Dalam hal ini diharapkan minimal tiap pasien
dan keluarga dapat menerapkan gaya hidup yang sehat baik
melalui penyuluhan ataupun pengkaderan.

10
Promosi Kesehatan

Langkah-langkah promosi kesehatan di masyarakat sendiri meliputi:


○ Identifikasi Masalah Kesehatan
○ Pengenalan kondisi wilayah
○ Musyawarah Desa atau Kelurahan
○ Perencanaan Partisipatif
○ Pelaksanaan Kegiatan
○ Pembinaan Kelestarian

11
Program Pemerintah

Dua program pemerintah setempat program :


○ Madu Bulin (Masyarakat Peduli Ibu Hamil dan
Bersalin)
○ kemitraan antara bidan dan dukun setempat.

12
Stunting
Apakah keadaan gizi di Indonesia sudah
membaik?
Sejauh mana
persebarannya?

14
Definisi

Apakah stunting itu?


○ Kondisi gagal tumbuh pada anak balita akibat kekurangan gizi kronis
○ Terutama pada 1000 HPK (Hari Pertama Kehidupan)
○ Mengganggu pertumbuhan fisik dan otak.

15
Epidemologi dan Frekuensi

Data Riset Kesehatan Nasional (Riskesdas) 2018 yang diolah Lokadata


Beritagar.id menunjukkan, 30,8 persen balita di Indonesia mengalami stunting.
Angka ini turun jika dibandingkan data Riskesdas 2013, yakni 37,2 persen.

"Meski demikian, angkanya masih jauh dari target Organisasi Kesehatan Dunia
(WHO) yakni 20 persen," ujar Kepala Balitbang Kesehatan

16
Epidemologi dan Frekuensi

17
Determinasi

1. Faktor risiko riwayat berat badan lahir rendah


2. Faktor risiko tingkat perekonomian keluarga
3. Faktor risiko tingkat kecukupan energi
4. Faktor risiko tingat kecukupan protein
5. Faktor risiko perilaku hidup bersih

18
Distribusi

19
Faktor Penyebab

○ pendidikan ibu,
○ pendapatan keluarga,
○ pengetahuan ibu mengenai gizi,
○ pemberian ASI eksklusif,
○ umur pemberian MP-ASI,
○ tingkat kecukupan zink dan zat besi,
○ faktor genetik

20
Upaya pemerintah

- Pembuatan program peduli gizi “isi piringku”


- Menggalakkan sosialisasi pengertian terhadap
masyarakat tertuatama pada pasangan pengantin baru
- Mendirikan rumah gizi dan yayasan
- Aplikasi Teman Bumil
- Memenuhi kebutuhan gizi sejak hamil
- Beri Asi Eksklusi sampai bayi berusia 6 bulan
- Dampingi Asi Eksklusif dengan MPASI sehat
- Terus memantau tumbuh kembang anak
- Selalu jaga kebersihan lingkungan

21
TBC
Sejauh mana
persebarannya?

23
Frekuensi

“Indonesia adalah negara dengan beban TBC tertinggi


ketiga di dunia. Beban terbesar dari kerugian TBC diaki-
batkan kehilangan waktu produktif karena kecacatan
dan kematian dini,” kata Menteri Kesehatan, Nila F
Moeloek, di Jakarta, Jumat (23/11).

25 penderita/10.000 penduduk.

24
Epidemologi dan Frekuensi

25
Determinasi

1. Risiko infeksi tuberkulosis


○ Faktor risiko terjadinya infeksi TB antara lain adalah anak yang terpajan dengan orang dewasa
dengan TB aktif (kontak TB positif), daerah endemis, kemiskinan, lingkungan yang tidak sehat
(higiene dan sanitasi tidak baik), dan tempat penampungan umum (panti asuhan, penjara, atau
panti perawatan lain), yang banyak terdapat pasien TB dewasa aktif.

2. Risiko sakit tuberculosis


a. Anak berusia kurang dari 5 tahun
Pada bayi yang terinfeksi TB, 43% diantaranya akan menjadi sakit TB, pada usia 1-5
tahun menjadi sakit 24%, usia remaja 15%, dan dewasa 5-10%.
b. Infeksi baru yang ditandai dengan adanya konversi uji tuberkulin (dari
negatif menjadi positif) dalam satu tahun terakhir.
c. Faktor risiko lainnya adalah malnutrisi, keadaan imunokompromais
(misalnya pada infeksi HIV, keganasan, transplantasi organ, dan pengobatan
imunosupresi), diabetes melitus, dan gagal ginjal kronik.

26
Distribusi

27
Faktor Penyebab

○ pendidikan ibu,
○ pendapatan keluarga,
○ pengetahuan ibu mengenai gizi,
○ pemberian ASI eksklusif,
○ umur pemberian MP-ASI,
○ tingkat kecukupan zink dan zat besi,
○ faktor genetik

28
Upaya pemerintah

○ Promosi kesehatan pada pasien dan keluarganya berupa penerapan hidup sehat
pada penderita TB dan keluarganya dalam ruang lingkup sehari-hari
○ Selain itu, berbagai terobosan juga telah dilakukan oleh pemerintah Indonesia
dalam mencapai eliminasi TBC 2030, antara lain, Standar Pelayanan Minimal
(SPM), dimana pemerintah daerah diwajibkan untuk mengalokasikan dana
daerah yang memadai. Kemudian melakukan promosi kesehatan deteksi kasus
TBC secara aktif melalui pendekatan keluarga.

29
Upaya Pemerintah

○ Terobosan lainnya yakni penguatan sistem surveilans dengan


menghubungkan sistem informasi TBC dan sistem informasi fasilitas
pelayanan kesehatan,
○ pengembangan respons cepat untuk akses terhadap alat diagnostik
dan obat-obatan,
○ meningkatkan secara maksimal manfaat dari Jaminan Kesehatan
dengan melakukan sinkronisasi layanan pengobatan TBC dengan JKN,
○ penguatan penelitian dan pengembangan terkait pencegahan dan
pengendalian TBC.

30

Anda mungkin juga menyukai