Anda di halaman 1dari 17

TUGAS PRODUKSI BERSIH

ANALISIS JURNAL

PENILAIAN IMPLEMENTASI GREEN SUPPLY CHAIN MANAGEMENT


DI UKM BATIK PEKALONGAN DENGAN PENDEKATAN GreenSCOR

Oleh: Aries Susanty, Haryo Santosa dan Fani Tania

Dosen Pengampu :
Vitta Rizky Permatasari, STP, Msi.

Oleh :

Restu Putra Abadi (155100301111072)


Yuke Dwi Nugrahany (165100300111004)
Eka Nur Shabrina (165100300111050)
Ahmad Zainuddin (165100301111044)
Farhan Andafa (165100307111054)

Jurusan Teknologi Pertanian


Fakultas Teknologi Pertanian
Universitas Brawijaya
Malang
2019
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pertumbuhan ekonomi di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat
pesat dan dipandang cukup tinggi bila dibandingkan dengan negara lain di
Asia Pasifik. Salah satu sektor pertumbuhan ekonomi yang ada di
Indonesia yaitu adanya sektor industri yang semakin hari semakin
berkembang pesat. Adanya perkembangan sektor industri di Indonesia
juga diiringi dengan pola pikir dan pengetahuan masyarakat yang semakin
luas mengenai permasalahan lingkungan. Masalah lingkungan merupakan
tantangan sendiri bagi industri di Indonesia untuk menciptakan suatu
industri yang ramah lingkungan. Tantangan yang berkaitan tentang
menciptakan industri ramah lingkungan perlu adanya pola pikir menuju
Green Growth. Oleh karena itu adanya konsep Green Industry dapat
memberikan jawaban atas permasalahan lingkungan yang terjadi pada
suatu industri.
Green Industry merupakan suatu konsep untuk menciptakan industri
yang ramah lingkungan. Adanya konsep Green Industry memacu
perusahaan untuk memiliki konsep industri yang mengutamakan
efektivitas dan efisiensi dalam menggunakan sumber daya, air maupun
energi yang tersedia. Konsep Green Industry dapat dimanfaatkan dalam
menciptakan industri ramah lingkungan dan mengatasi permasalahan
lingkungan yang terjadi akibat aktivitas industri yang dilakukan. Oleh
karena itu penerapan konsep Green Industry ini perlu dilakukan mulai dari
tahap yang paling sederhana dengan menerapkan 4R yaitu pengurangan
limbah (Reduce), penggunaan limbah kembali (Reuse), pendaur ulangan
limbah (Recycle) dan pemisahan suatu material dari limbah (Recorvery).
Hal tersebut dapat diterapkan oleh industri maupun UKM dalam skala
menengah dan kecil. Salah satu penerapan Green Industry yaitu terdapat
pada jurnal penenlitian tentang penilaian implementasi GSCM (Green
Supply Chain Management) pada UKM Batik Pekalongan.
Perapan konsep GSCS pada UKM Batik di Pekalongan bertujuan
untuk menilai tingkat implementasi dari praktik GSCM dengan
memetakan hasilnya melalui pendekatan IPA (Important Performance
Analysis), menyusun strategi untuk meningkatkan implementasi GSCM
pada UKM Batik Pekalongan skala kecil dan menengah. Penerapan
GSCS yang efektif dan efisien diperlukan karena masih banyak UKM Batik
di Pekalongan yang masih belum mengatasi permasalahan lingkungan
akibat proses produksinya. Hal tersebut dikarenakan adanya
ketidakmampuan dan ketidakpedulian UKM Batik untuk melakukan proses
produksi yang ramah lingkungan. Oleh karena itu penilaian konsep GSCS
pada penelitian ini dapat membantu UKM Batik di Pekalongan dalam
mengatasi permasalahan lingkungan yang terjadi.

1.2 Tujuan
Pada makalah ini bertujuan utnuk mengembangkan suatu industri
maupun UKM dapat menerapkan industri hijau. Selain itu dapat
bermanfaaat untuk membangun suatu industri atau UKM baru yang dapat
menerapkan prinsip-prinsip industri hijau. Kemudian dapat menerapkan
suatu industri hijau agar permasalahan lingkungan yang ada dapat
diminimalisir dan diatasi.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Green Supply Chain Management


Green Supply Chain Management (GSCM) merupakan
pengintegrasian pemikiran lingkungan ke dalam Supply Chain
Management termasuk didalamnya yaitu desain produk, pembelian bahan
baku dan seleksi pemasok, proses produksi, pengiriman produk akhir ke
konsumen dan juga pengelolaan produk dalam sistem industri guna
menghemat energy dan mencegah disipasi bahan berbahaya ke
lingkungan. Dalam pelaksanaan GSCM terdapat beberapa fungsi
operasional dan aktivitas-aktivitas penunjang diantaranya : (1) pengadaan
hijau, (2) manufaktur hijau, (3) distribusi hijau (Heriyanto dan Andrian,
2019).
GSCM bertujuan untuk mengeliminasi atau meminimasi waste
seperti energy, gas emisi, bahan kimia berbahaya, dan limbah
disepanjang jaringan rantai pasok. Konsep ini meningkatkan
keseimbangan antara kinerja pemasaran dengan permasalahan
lingkungan yang tidak hanya berorientasi pada long-term survival tetapi
juga berdampak pada long-term profitability, dimana image perusahaan
serta keuntungan kompetitif dimasa datang dapat ditingkatkan (Azari dkk.,
2018).
Penilaian keberhasilan dari tujuan implementasi GSCM belum
memiliki standarisasi secara spesifik. Penilaian terhadap green supply
chain berfokus pada performa pengukuran dan metode yang digunakan.
Kajian implementasi dari tujuan model rantai pasok ini dilakukan
berdasarkan studi kasus dari berbagai negara yang berhubungan
dengan konteks lingkungan dan aktivitas penghijauan lainnya. Studi
kasus dapat dilakukan karena model Green Supply Chain memerlukan
penelitian secara kualitatif (Dermawan dkk., 2018).
2.2 Green Industry
Menurut UNIDO, sebuah organisasi pengembangan industri yang
merupakan badan khusus dibawah PBB yang mempromosikan dan
mempercepat perkembangan industri ramah lingkungan, industri hijau
(green industry) adalah komitmen untuk mengurangi dampak negative
terhadap lingkungan melalui efisiensi penggunaan sumber daya secara
terus menerus serta bersifat rendah karbon. Tujuan utama penerapan
industri hijau adalah untuk mengorganisasi sistem industri sehingga
diperoleh suatu jenis operasi yang ramah lingkungan dan
berkesinambungan. Keberhasilan komitmen industri hijau dalam skala
kawasan tergantung dari interaksi antara 3 kelompok yang terdiri dari
pemerintah daerah, pengelola kawasan dan tenant serta keterlibatan
masyarakat dekat kawasan industri (Airasyid, 2016).
Selain dari definisi tersebut, industri hijau dicirikan oleh :
1. Penggunaan material input ramah lingkungan
2. Intensitas material input rendah (per satuan bahan produk rendah)
3. Penerapan konsep reduce, reuse, recycle, dan recovery
4. Intensitas energy rendah
5. Intensitas penggunaan air rendah
6. Sumber daya manusia yang bekerja kompeten dibidangnya dan
memiliki wawasan lingkungan khususnya efisiensi sumberdaya
7. Jumlah air yang digunakan rendah dan memenuhi BML (Baku Mutu
Lingkungan)
8. Low CarbonTechnology
9. Penggunaan energy alternatif (seperti biomassa)
Di Indonesia, industri hijau merupakan perwujudan penerapan
konsep pembangunan berkelanjutan dalam kegiatan ekonomi. Kebijakan
industri hijau di Indonesia dituangkan dalam Undang-Undang Nomor 3
Tahun 2014 tentang perindustrian. Industri Hijau adalah industri yang
dalam proses produksinya mengutamakan upaya efisiensi dan efektivitas
penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga mampu
menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberikan manfaat bagi masyarakat.
Program ini dikembangkan dengan dua strategi meliputi: pengembangan
industri yang sudah ada menjadi industri hijau dan membangun industri
baru dengan prinsip industri hijau. Program industri hijau bersifat sukarela
dan diberikan penghargaan bagi industri yang telah mencapai tingkat
beyond compliance dalam proses produksinya (Aminah dan Yusriyadi,
2018).
BAB III
PEMBAHASAN
3.1 . Tujuan
Pada jurnal ini membahas mengenai penilaian implementasi GSCM
(Green Supply Chain Management) pada UKM Batik Pekalongan yang
bertujuan untuk menilai tingkat implementasi dari praktik GSCM dengan
memetakan hasilnya melalui pendekatan IPA (Important Performance
Analysis), menyusun strategi untuk meningkatkan implementasi GSCM
pada UKM Batik Pekalongan skala kecil dan menengah. Penelitian ini
dilakukan karena menurut hasil penelitian masih banyak UKM yang
memiliki ketidkefisienan pada proses produksi yang dilakukan.
Ketidakefisienan yang terjadi dalam proses produksi UKM Batik meliputi
tahap pemotongan kain, pengecapan, pencoletan, penembokan,
pencelupan dan pelorodan. Produksi batik yang tidak efisien akan
menghasilkan limbah seperti sisa malam yang tercecer maupun zat warna
kimia yang mengandung BOD, COD dan TSS dapat mencemari
lingkungan sekitar. Adanya ketidakefisienan ini dapat mengurangi kinerja
lingkungan akibat banyak llimbah yang dikeluarkan. Oleh karena itu perlu
adanya tindakan untuk meminimalkan limbah yang dapat dihasilkan oleh
UKM Batik Pekalongan dengan minimasi penggunaan sumberdaya.
Impementasi GSCM merupakan suatu metode atau praktik yang
dilakukan untuk meminimalkan dampak lingkungan dan jumlah limbah
yang dihasilkan dari suatu proses produksi. GSCM meliputi aktivitas
penghematan sumberdaya, melakukan konsep green design, melakukan
daur ulang dan tidak menggunakan bahan atau material yang
mengandung zat berbahaya. Implementasi GSCM ini telah dilakukan oleh
beberapa UKM Batik di Pekalongan misalnya UKM Agus Wijaya dan UKM
Saud Effendy. Implementasi yang telah dilakukan kurang efisien dan
masih banyak UKM Batik di Pekalongan yang belum melakukan
implementasi GSCM. Hal tersebut dikarenakan adanya ketidakmampuan
dan ketidakpedulian UKM Batik untuk melakukan proses produksi yang
ramah lingkungan. Oleh karena itu dengan dilakukannya implementasi
GSCM ini dapat meningkatkan kepedulian dan mengatasi permasalahan
lingkungan UKM Batik Pekalongan dalam melakukan proses produksi
yang ramah lingkungan dengan mengumpulkan dan menggunakan
kembali tetesan malam, mengolah kembali malam basah yang tertangkap
pada proses pelorodan dan menggunakan air pembilasan sampai dua
atau tiga kali sebelum dibuang.

3.2 Dasar Hukum


Implementasi konsep green industri merupakan suatu hal yang sangat
penting untuk mengurangi permasalahan lingkungan maupun menerapkan
peraturan yang telah ditetapkan. Hal ini sangat penting untuk diperhatikan
karena industri sendiri merupakan sektor perekonomian Indonesia.
Adanya aktivitas industri di Indonesia yang semakin pesat dan beragam
dalam penggunaan sumber daya, energi dan menghasilkan limbah, maka
akan timbul berbagai permasalahan lingkungan yang perlu segera diatasi.
Oleh karena itu pemerintah menetapkan konsep green industry sebagai
konsep wajib dalam pengembangan kawasan industri di Indonesia
(Kemenperin, 2018). Penerapan GSCM perlu memperhatikan peraturan
pemerintah maupun badan nasional agar sesuai dengan peraturan yang
berlaku. Implementasi GSCM yang dilakukan oleh suatu perussahaan
harus mengikuti prinsip-prinsip dasar yang telah ditetapkan pada ISO
14001 tentang Sistem Manajemen Lingkungan. Penerapan GSCM perlu
memperhatikan prosedur yang sesuai dengan analisis operasi, melakukan
perbaikan secara terus-menerut, melakukan pengukuran dan menetapkan
target yang ingin dicapai. Selain itu menurut Peraturan Menteri
Perindustrian Nomor 18/M-IND/PER/3/2016 membahas tentang
Penghargaan Industri Hijau (Green Industry) yang merupakan industri
berwawasan lingkungan dan menyelarasnkan pertumbuhan dengan
kelestarian lingkungan hidup dengan mengutamakan efisiensi dan
efektivitas dalam menggunakan sumber data alam serta dapat bermanfaat
bagi masyarakat maupun lingkungan sekitar (Kemenperin, 2018).
Dasar Hukum Industri Hijau tercantum pada UU No. 3 tahun 2014
tentang perindustrian pasal 77-83 yang membahas bahwa proses
produksi dalam suatu industri perlu mengutamakan upaya efisiensi dan
efektivitas penggunaan sumber daya secara berkelanjutan sehingga
mampu menyelaraskan pembangunan industri dengan kelestarian fungsi
lingkungan hidup serta dapat memberi manfaat bagi masyarakat. Pada
industri skala kecil atau UKM memiliki kriteria penilaian untuk menerapkan
suatu Industri Hijau. Menurut Kemenperin (2018), kriteria industri skala
kecil yaitu adanya perencanaan kerja untuk efisiensi produksi, input yang
digunakan harus ramah lingkungan dan tidak berbahaya, adanya upaya
penghematan energi terbarukan, melakukan upaya efisiensi dan
manajemen air yang efisien, adanya SOP untuk manajema perusahaan
yang telah ditetapkan, menggunakan teknologi proses sesuai yang
dibutuhkan proses produksi, menerapkan program reuse dan reduce serta
memanfaatkan sumber daya manusia secara efektif. Krieria tersebut dapat
menjadi acuan untuk UKM yang ingin menerapkan Green Industry di
Indonesia.

3.3. Komponen-Komponen Terkait


Pada implementasi Green Supply Chain Management di UKM Batik
Pekalongan ini terdapat beberapa stakeholder yang terlibat dalam
menciptakan green industry. Kelompok stakeholder ini berperan untuk
mendukung keberlangsungan penerapan GSCM pada UKM Batik di
Pekalongan untuk meningkatkan efisiensi penggunaan bahan baku
sehingga dapat mengurangi limbah proses yang dihasilkan, dimana
limbah batik tersebut dapat memberikan dampak buruk bagi lingkungan.
Berikut ini beberapa stakeholder yang dijumpai dapat melakukan peran
tersebut :

1. Pemilik UKM
Pemilik UKM memiliki peran penting dalam manajemen strategi untuk
memahami konsep green industry dan memberikan komitmen terhadap
peneraoan GSCM pada setiap kegiatan yang dilakukan dalam proses
produksi batik. Komitmen tersebut penting untuk diberikan pemilik UKM
agar timbul kesadaran dan kepedulian anggota-anggotanya untuk lebih
memperhatikan aktivitas produksi yang mereka lakukan dan dampaknya
terhadap lingkungan. Pemilik UKM juga memiliki tanggung jawab untuk
mengendalikan limbah atau output dari tiap proses yang dilakukannya,
sehingga pemilik perlu melakukan penetapan strategi yang tepat,
menentukan input (green input), proses pengolahan bahan baku (green
process), memproses input menjadi output (green output) dan
mendistribusikan serta menjual produk (green marketing). Selain itu,
pemilik juga perlu mamastikan pemanfaatan bahan baku dan ruang yang
efektif dan efisien, memberikan pengetahuan dan wawasan pada tiap
anggota mengenai green industry dan cara untuk mencapainya dalam
penerapannya di UKM batik tersebut.

2. Pemerintah
Pemerintah juga memiliki peran dalam membangun sebuah green
industry. Penerapan kegiatan perusahaan yang tidak berdasarkan pada
aspek lingkungan akan memberikan dampak negative yang juga
dirasakan oleh Pemerintah. Dimana rusaknya lingkungan akibat kegiatan
industri yang tidak bertanggung jawab akan membuat pemerintah perlu
mengeluarkan biaya yang besar untuk mengatasi dan merehabilitasi
masalah-masalah sosial dan lingkungan tersebut. Untuk itu peran
pemerintah sangat penting untuk mewujudkan penerapan GSCM pada
UKM untuk mewujudkan green industry. Salah satu upaya yang dapat
dilakukan pemerintah yaitu dengan menggalakkan UU tentang
perindustrian dimana didalamnya mengatur tentang perencanaan,
pelaksanaan dan pengembangan industri hijau. Tindah lanjut dari
pengembangan green industry adalah dengan penyusunan rencana,
standarisasi green industry serta membuat katalog yang berisi bahan baku
dan bahan penolong (komplementer) yang ramah lingkungan. Pemerintah
juga perlu membuat badan yang bertugas untuk mensertifikasi green
industry, penyusunan kebijakan efektif untuk green industry,
pengembangan R&D clean technology, bantuan teknisi dan pilot project
untuk penerapan produksi bersih pada industri. Dengan peran pemerintah
yang aktif maka masyarakat, khususnya pelaku usaha akan memberikan
perhatian lebih terhadap keberlangsungan green industry pada kegiatan
proses produksi yang mereka lakukan.

3. Konsumen
Peran konsumen dalam penerapan GSCM untuk mendukung
terciptanya green industry pada UKM batik salah satunya adalah dengan
adanya pergerakan trend dikalangan konsumen untuk lebih aware
terhadap kelestarian lingkungan yang membuat konsumen mulai beralih
dari produk biasa ke produk yang lebih ramah lingkungan. Kriteria green
product bagi konsumen yaitu produk yang memiliki manfaat bagi
konsumen dan juga manfaat sosial yang dapat dirasakan oleh konsumen
seperti produk ramah lingkungan. Apabila konsep green industry sudah
dipahami dan dapat menjadi trend baik dalam masyarakat, hal tersebut
akan membawa dampak positif bagi lingkungan serta dalam penerapan
green industry oleh UKM. Konsumen akan memilah produk yang
dikonsumsinya dan berpindah pada produk ramah lingkungan sehingga
produk ramah lingkungan akan mulai mendominasi pasar. Hal tersebut
akan mendesak pemilik usaha serta pemerintah untuk lebih serius dalam
menerapkan green industry dalam kegiatan produksinya agar eksistensi
produk tetap terjaga.

4. Komunitas
Komunitas merupakan salah satu wadah bagi wirausahawan untuk
terus meningkatkan pengetahuannya. Didalam sebuah komunitas, para
anggotanya dapat melakukan sharing pengetahuan sehingga dapat
mengevaluasi kegiatan yang dilakukan masing masing UKM dan dapat
meningkatkan kinerja melalui komunitas tersebut. Peran komunitas yang
aktif dalam mengkaji trend pasar terutama mengenai green industry dapat
memacu pemilik UKM untuk lebih teredukasi sehingga dapat menerapkan
GSCM dalam aktivitas produksinya dengan baik. Selain itu, peran
komunitas adalah meningkatkan awareness terhadap masyarakat sekitar
tentang pentingnya menggunakan produk yang ramah lingkungan. Produk
ramah lingkungan secara umum tidak lebih menarik dimata konsumen
dibandingkan dengan produk pada umumnya baik dari segi fungsi,
kualitas maupun harganya. Oleh karena itu, prospek bisnis green industry
ini sangat tergantung kepada kesadaran konsumen. Dengan dilakukannya
brainstorming oleh komunitas pada pelaku bisnis dan konsumen dengan
baik, maka terciptanya green industry akan lebih mudah diwujudkan.

3.4. Kelebihan dan Kelemahan Penerapan Green Industry

Permasalahan yang dihadapi oleh UKM Batik di Pekalongan ini didasari


oleh ketidakmampuan UKM dalam merancang proses produksi dengan
baik serta kurangnya kepedulian dari UKM tersebut terhadap dampak dari
aktivitas produksi yang mereka lakukan terhadap lingkungan. Masalah
yang timbul dari kegiatan produksi batik tersebut antara lain adanya
ketidakefisienan pada setiap tahap proses produksi batik cap seperti pada
tahap pemotongan kain, pengecapan, pencelupan, pencoletan,
penembokan, pencelupan maupun pelodoran. Kondisi ini menuntut UKM
untuk mulai meminimasi dampak kegiatannya terhadap lingkungan yang
daoat dilakukan dengan mengimplementasikan Green Supply Chain
sebagai salah satu opsi untuk mewujudkan green industry. Green Supply
Chain Management (GSCM) meliputi green design, penghematan sumber
daya yang digunakan, pengurangan penggunaan material berbahaya
serta melakukan recycle atau reuse pada produk.
Dalam penerapan GSCM untuk mewujudkan terbentuknya green
industry pada UKM batik ini, terdapat beberapa kelebihan serta
kelemahan didalamnya. Implementasi GSCM dalam UKM batik ini antara
lain dapat menggunakan kembali tetesan malam yang jatuh ke area
sekitar pembatikan (reuse), megolah kembali malam basah yang
tertangkap dari proses pelodoran (recycle) dan menggunakan kembali air
pembilasan sampai dengan dua atau tiga kali sebelum dibuang (reuse).
Selain itu dengan menggunakan metode ini, dapat diberikan saran saran
perbaikan pada UKM seperti penggunaan bahan baku ramah lingkungan
seperti penggantian bahan pewarna kimia dengan bahan pewarna alami,
melakukan penjadwalan pengiriman untuk memaksimalkan kapasitas
produksi, serta melakukan penjadwalan produksi untuk meminimasi
konsumsi energy pada UKM.
Dengan demikian, kelebihan dari penerapan GSCM pada UKM batik
tersebut adalah dapat mengurangi permasalah lingkungan yang
ditimbulkan dari proses pembuatan batik mulai dari hulu hingga hilir. Saran
perbaikan metode GSCM ini sangat menyeluruh sehingga jika
penerapannya dapat dilakukan secara maksimal oleh UKM batik tersebut
maka green industry akan tercapai. Selain itu, penerapan GSCM pada
industri batik juga dapat meningkatkan brand image atas kepedulian UKM
terhadap lingkungan dan juga dapat meningkatkan marketing strategic.
Penerapan GSCM yang menuntut adanya perbaikan terus-menerus dari
pelaku usaha juga dapat membantu menghasilkan proses yang inovatif
dan dapat meningkatkan hubungan pemasok pelanggan sehingga dapat
menghasilkan keselarasan yang lebih baik dari proses bisnis.
Namun terdapat beberapa kelemahan dari penerapan GSCM pada
UKM batik antara lain penerapan tidak dapat dilakukan 100% karena pada
proses pembuatan batik terdapat beberapa bahan yang belum dapat
diganti seperti penggunaan malam. Selain itu, penerapan penjadwalan
pengiriman untuk memaksimalkan kapasitas produksi juga belum dapat
dilakukan secara maksimal karena UKM batik kecil Pekalongan belum
memiliki permintaan yang stabil atas produk yang mereka hasilkan.
Tingkat keberhasilan dari pengimplementasian GSCM pun belum memiliki
standarisasi secara spesifik. Selain itu dari segi finansial, penerapan
GSCM memerlukan biaya yang lebih tinggi dibandingkan dengan Supply
Chain Managemen Konvensional.
3.5 Implikasi pada Aspek Ekonomi, Sosial dan Politik
3.5.1 Aspek Ekonomi
Implikasi Green Supply Chain Management (GSCM) pada aspek
ekonomi memberikan dampak positif bagi UKM Batik itu sendiri dan
masyarakat sekitar, Karena dengan adanya Green Supply Chain
Management (GSCM) mampu menekan biaya produksi sehingga
meningkatkan keuntungan. Beberapa Implikasi Green Supply Chain
Management (GSCM) pada aspek ekonomi, seperti:
Dampak:
a. Mengurangi Biaya produksi dengan adanya Green Supply Chain
Management (GSCM) misalnya:
- penggunaan bahan baku ramah lingkungan
- daur ulang bahan/material
- minimasi konsumsi energi
- minimasi penggunaan bahan bakar.
b. Memberikan kesempatan kerja bagi masyarakat
c. Menambah pendapatan UKM
d. Meningkatkan daya saing produk
3.5.2 Aspek Sosial
Implikasi Green Supply Chain Management (GSCM) pada aspek
sosial memberikan dampak positif bagi UKM Batik itu sendiri dan
masyarakat sekitar. Karena dengan adanya Green Supply Chain
Management (GSCM) mampu mengurangi limbah yang dibuang ke
lingkungan sehingga masyarakat tidak akan terganggu dengan banyaknya
limbah yang dibuang ke lingkungan atau isu pencemaran lingkungan. Hal
ini dapat menjaga hubungan baik dengan masyarakat sekitar UKM Batik
serta meningkatkan penerimaan masyarakat sekitar UKM Batik menjadi
lebih baik. Beberapa Implikasi Green Supply Chain Management (GSCM)
pada aspek sosial, seperti:
Dampak :
a. Meningkatkan hubungan dengan masyarakat
b. Membuka lapangan kerja baru
c. Meningkatkan mutu hidup
d. Pengaruh positif terhadap masyarakat sekitar (memotivasi
masyarakat sekitar).
3.5.3 Aspek Politik
Implikasi Green Supply Chain Management (GSCM) pada aspek
politik memberikan dampak terkait regulasi dan kebijakan pemerintah.
Dimana adanya Green Supply Chain Management (GSCM) merupakan
bentuk pengaplikasian dari konsep green industry untuk kawasan industri
yang diusung pemerintah. Beberapa Implikasi Green Supply Chain
Management (GSCM) pada aspek politik, seperti:
Dampak :
a. Membangun koordinasi dengan pemerintah
b. Mendorong standar Green Industry, penerapan Green Industry
yang awalnya bersifat sukarela akan diberlakukan secara wajib
c. Penyusunan regulasi dan kebijakan pemerintah terkait
pengembangan dan keberlanjutan Green Industry
BAB IV

KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA

Airasyid, M. H. 2016. Environmental Strategic Management Untuk


Kawasan Industri Hijau. Indonesian Journal of Environmental
Education and Management 1(1) : 101-116

Aminah dan Yusriyadi, 2018. Implementasi Program Industri Hijau


Dalam Rangka Kebijakan Penurunan Emisi Gas Rumah Kaca.
Jurnal Bina Hukum Lingkungan 3(1) : 63-80

Azari, S., Baihaqi, I., dan Bramanti, G. W. 2018. Identifikasi Risiko


Green Supply Chain Management di PT Petrokimia Gresik.
Jurnal Sains dan Semi Pomits 7(1) : 26-31

Dermawan, D., Rio, B., dan Ferry, F. S. 2018. Implementasi Green


Supply Chain Management (GSCM) pada Industri Farmasi di
Indonesia. Jurnal Ilmiah Farmasi 15(2) : 23-29

Heriyanto, dan Andrian, N. 2019. Kinerja Green Supply Chain


Management Dilihat Dari Aspek Reverse Logistic dan Green
Procurement pada UKM Kuliner di Kota Palembang. Jurnal
MBIA 18(1):65-75.

Susanty, A., Haryo, S., dan Fani, T. 2017. Penilaian Implementasi Green
Supply Chain Management di UKM Batik Pekalongan dengan
Pendekatan GreenSCOR. Jurnal Ilmiah Teknik Industri 16(1) : 55-
63

Anda mungkin juga menyukai