Anda di halaman 1dari 27

SEMINAR

“Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Poduktif Dalam


Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK DWI WARNA
MEDAN”

Dosen Pengampu :

Dr. SUKARMAN PURBA, S.T., M.Pd.

Oleh Kelompok:

Nailul Zahrowi Yuwanda (5162131003)

Anwar Saleh (5162131008)

Khairi Hafiz Lubis (5162131016)

PRODI PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK ELEKTRO

FAKULTAS TEKNIK

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami ucapkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena berkat
Ridhonya kami dapat menyusun proposal tentang “Penerapan Strategi
Pembelajaran Kreatif Poduktif Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X
SMK DWI WARNA MEDAN” ini.
Kami berharap bahwa proposal yang kami tuliskan ini dapat kami
pertanggung jawabkan sebagai mana adanya kebenaran antara teori tertulis
dengan apa yang akan menjadi realisasi aksi. Proposal ini kami susun dengan
desain dan settingan yang sederhana, semoga isinya dapat memberi pengetahuan
baru atau motivitas.
Kami menyadari dalam penyusunan proposal ini masih jauh dari
kesempurnaan, untuk itu kami berharap adanya kritikan dan saran yang
membangun demi kesempurnaan makalah ini, terutama kami sangat berharap
sumbang saran dari Bapak Dosen Pengampu mata kuliah ini.
Akhir kata kami mengucapkan terima kasih kepada semua yang telah
membantu, sehingga makalah ini dapat terselesaikan.

Medan, Oktober2019
Hormat Kami ,

Ketua Kelompok

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ....................................................................................... i


DAFTAR ISI ...................................................................................................... ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ...................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ................................................................................. 5
C. Tujuan Penelitian .................................................................................. 5
D. Manfaat Penelitian ................................................................................ 5

BAB II KAJIAN PUSTAKA


A. Kajian Teori .......................................................................................... 7
B. Penelitian yang Relevan ........................................................................ 14
C. Kerangka Berpikir ................................................................................. 15

BAB III METODE PENELITIAN


A. Jenis dan Desain Penelitian ................................................................... 17
B. Lokasi dan Waktu Penelitian ................................................................ 18
C. Subjek Penelitian .................................................................................. 18
D. Jenis Tindakan ...................................................................................... 18
E. Teknik dan Instrumen Penelitian .......................................................... 22
F. Teknik Analisis Data............................................................................. 23

DAFTAR PUSTAKA ........................................................................................ 24

ii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pendidikan merupakan modal utama bagi suatu bangsa dalam upaya


meningkatkan kualitas Sumber Daya Manusia (SDM). Sumber Daya Manusia
yang berkualitas akan mampu mengelola Sumber Daya Alam (SDA) dan
memberi layanan secara efektif dan efisien untuk meningkatkan kesejahteraan
masyarakat. Semua bangsa berusaha meningkatkan kualitas pendidikan, termasuk
Indonesia. Kualitas Sumber Daya Manusia (SDM) merupakan salah satu factor
penting suatu bangsa dalam memenuhi kebutuhan dan tantangan dunia kerja di era
globalisasi saat ini. Sumber Daya Manusia yang berkualitas tidak dapat dihasilkan
secara singkat, namun melalui suatu proses pendidikan atau pelatihan. Sekolah
sebagai lembaga formal pendidikan diharapkan mampu mencetak sumber daya
manusia yang bermutu dan sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Secara nasional
tingginya angka pengangguran terbuka di Indonesia tercatat oleh Badan Pusat
Statistik (BPS) didominasi oleh lulusan SMA dan SMK yakni masing-masing
sebesar 27.09 persen dan 18.39 persen pada per-agustus tahun 2014, hal ini
merupakan indikator rendahnya penyerapan tenaga kerja oleh dunia kerja serta
masih kurangnya kualitas Sumber Daya Manusia di Indonesia. Sekolah
merupakan lembaga pendidikan yang menampung peserta didik dan membina
siswa agar mereka memiliki kemampuan, kecerdasan, dan keterampilan. Proses
pendidikan memerlukan pembinaan secara terkoordinasi dan terarah yang
diharapkan siswa dapat mencapai prestasi belajar yang maksimal sehingga
tercapainya tujuan pendidikan. UU RI No. 20 Tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional, pendidikan adalah “usaha sadar dan terencana untuk
mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara
aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual
keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
ketrampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara.” Dari

1
pengertian pendidikan tersebut, jelas bahwa kegiatan pendidikan adalah kegiatan
pengembangan potensi peserta didik secara optimal dan terpadu, baik dimensi
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia
serta ketrampilan peserta didik.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) merupakan lembaga pendidikan


menengah yang mempersiapkan peserta didik untuk terampil dalam bidang
tertentu. SMK diharapkan mampu menghasilkan lulusan yang dapat bekerja
sebagai tenaga yang produktif, memiliki kemampuan, keterampilan, dan siap kerja
sehingga tidak hanya siap mengisi lapangan kerja tetapi juga mampu menciptakan
lapangan kerja. Tujuan khusus SMK berdasarkan kurikulum 2004 bagian 1
(Depdiknas, 2004: 9) yang berbunyi: 1) menyiapkan peserta didik agar menjadi
manusia produktif, mampu bekerja mandiri, mengisi lowongan pekerjaan yang
ada di dunia usaha dan dunia industri sebagai tenaga kerja tingkat menengah
sesuai dengan kompetensi dalam program keahlian yang dipeliharanya, 2)
menyiapkan peserta didik agar mampu memilih karir, ulet, dan gigih dalam
berkompetensi, beradaptasi di lingkungan kerja, dan mengembangkan sikap
profesional dalam bidang keahlian yang diminatinya, 3) membekali peserta didik
dengan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni agar mampu mengembangkan diri
kemudian hari baik secara mandiri maupun melalui jenjang pendidikan yang lebih
tinggi, 4) membekali peserta didik dengan kompetensi-kompetensi yang sesuai
dengan bidang keahlian yang dipilih.

Proses belajar mengajar merupakan inti dari proses pendidikan secara


keseluruhan dengan guru dan siswa pemegang peranan penting. (Oemar Hamalik,
2008: 19) merintis tujuan pembelajaran mencakup aspek kognitif, afektif dan
psikomotor. Dalam hal ini mengarah pada kognitifnya yang mempunyai enam
kegiatan yaitu: (1) knowledge/pengetahuan, contoh tujuan yang terkait dengan
kemampuan mengingat, menghafal, menyebut ulang dan meniru, (2)
comprehention/pemahaman, contoh tujuan yang berkait dengan tujuan untuk
mengerti, menyatakan kembali bentuk lain dan menginterpretasi, (3)
aplication/penerapan, contoh tujuan yang terkait dengan penerapan teori, prinsip
dan informasi, (4) analize/analisis, contoh tujuan yang terkait dengan analisis

2
masalah, (5) synthesa/sintesis, contoh tujuan yang terkait dengan penggabungan
bagian-bagian dalam wadah, (6) evaluation/evaluasi, contoh tujuan yang terkait
dengan menentukan suatu kriteria tertentu pada suatu kegiatan.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa proses pembelajaran


bertujuan untuk melatih manusia agar menjadi lebih bisa dan menjadi lebih baik,
sehingga guru harus dapat sedemikian rupa menciptakan situasi belajar yang
menyenangkan sehingga siswa dapat memahami materi pelajaran. Agar guru
dapat melaksanakan proses pembelajaran dengan lebih baik, guru harus
mempunyai kesiapan baik mental, personal dan sosial. Berdasarkan pernyataan di
atas dapat disimpulkan bahwa proses belajar-mengajar dapat terselenggara secara
efektif jika peran guru berjalan secara baik, sebagai pengajar maupun sebagai
pendidik. Dalam hal ini berkaitan dengan pengelolaan kelas melalui peran guru
dalam mengelola kelas secara professional diharapkan tujuan pembelajaran dapat
tercapai secara optimal serta dapat mengkontribusi hasil yang berkualitas. Proses
belajar mengajar merupakan faktor utama penentu dari hasil belajar. Proses
belajar mengajar yang baik diharapkan dapat memberikan kontribusi yang positif
pada hasil belajar siswa. Proses belajar mengajar merupakan tempat menyaluran
ilmu dari pendidik pada perserta didiknya, diharapkan dari proses ini tujuan
pembelajaran dapat tercapai optimal. Namun, pendapat tersebut bertolak belakang
dengan pembelajaran yang dilakukan di SMK. Berdasarkan hasil observasi yang
dilakukan pembelajaran di SMK kurang beragam, proses pembelajaran masih
terpusat pada pendidik. Kegiatan pembelajaran yang dilakukan tersebut membuat
siswa cenderung pasif dalam proses belajar mengajar. Oleh sebab itu,
Keberagaman proses belajar mengajar di SMK perlu dikembangkan guna
meningkatkan hasil belajar siswa.

Hasil observasi yang dilakukan pada Kelas X di SMK DWI WARNA


MEDAN diperoleh kesimpulan bahwa umumnya Proses Belajar Mengajar (PBM)
masih melakukan pembelajaran secara konvensional, artinya guru lebih berperan
aktif menjelaskan materi pelajaran sedangkan siswa hanya mendengar, mencatat,
dan mengerjakan latihan yang diberikan guru. Model pendekatan pembelajaran
seperti ini tidak sesuai dengan tuntutan zaman karena dimungkinkan dapat

3
berpengaruh pada rendahnya tingkat kemampuan bernalar siswa. Oleh karena itu,
diperlukan suatu keahlian atau ketrampilan pengelolaan kelas yang harus dimiliki
seorang guru dalam menyampaikan materi pelajaran. Setiap siswa memiliki
kemampuan dan taraf bernalar yang berbeda-beda, sehingga dengan ketrampilan
dan keahlian itu seorang guru diharapkan dapat memilih metode yang tepat agar
siswa mampu memahami materi pelajaran yang disampaikan oleh guru.

Metode mengajar merupakan sarana interaksi guru dengan siswa di dalam


kegiatan belajar mengajar. Metode mengajar yang dipilih harus sesuai dengan
tujuan, jenis dan sifat materi pelajaran yang diajarkan. Kemampuan guru dalam
memahami dan melaksanakan metode tersebut sangat berpengaruh terhadap hasil
yang dicapai. Kesalahan menggunakan suatu metode dapat menimbulkan
kebosanan, kurang dipahami sehingga mengakibatkan sikap yang acuh terhadap
pelajaran. Teknik Instalasi Tenaga Listrik (TITL) adalah salah satu program studi
keahlian di SMK DWI WARNA MEDAN yang mempersiapkan peserta didiknya
untuk terampil, mampu mengaplikasikan ilmunya, dan menjadi lulusan yang
professional baik di dunia usaha ataupun di dunia industri. Sehingga setelah lulus
siswa bias berkeinginan, bahkan siap bekerja di industri jika mereka tidak
berkeinginan melanjutkan ke perguruan tinggi. Mata pelajaran produktif di SMK
adalah program-program keahlian produktif yang memberikan bimbingan
pembelajaran yang berbasis kompetensi dan kerja proyek di dalam bidang
teknologi yang bertujuan membentuk kompetensi dan kemampuan berpikir
peserta didik secara sistematis, kritis, dan kreatif dalam bidang teknologi yang
berguna untuk memecahkan permasalahan dalam kehidupannya sehari-hari, baik
di tempat kerja maupun masyarakat serta membentuk pengetahuan yang menjadi
dasar bagi pendidikan selanjutnya.

Berdasarkan latar belakang di atas, penulis tertarik untuk mengadakan


sebuah penelitian mengenai “Penerapan Strategi Pembelajaran Kreatif Poduktif
Dalam Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Kelas X SMK DWI WARNA
MEDAN.”

4
B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dapat dijabarkan dalam pertanyaan penelitian sebagai


berikut:

1. Apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar siswa Kelas X SMK


DWI WARNA MEDAN setelah diterapkan strategi pembelajaran kreatif
produktif ?
2. Bagaimana penilaian siswa terhadap strategi pembelajaran kreatif
produktif ?

C. Tujuan Penelitian

Tujuan umum penelitian ini mengetahui apakah penerapann strategi


pembelajaran kreatif produktif berbasis multimedia interaktif dapat meningkatkan
hasil belajar ranah kognitif pada siswa Kelas X SMK DWI WARNA MEDAN.
Tujuan khusus penelitian ini adalah sebagai berikut,

1. Mengetahui perbedaan peningkatan hasil belajar siswa yang diberikan


strategi pembelajaran kreatif produktif.
2. Mengetahui respon siswa terhadap strategi pembelajaran kreatif produktif.

D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoretis

Secara teoretis penelitian ini mempunyai manfaat untuk


memberikan sumbangan pemikiran tentang strategi pembelajaran kreatif
produktif berbasis multimedia interaktif dalam rangka untuk meningkatkan
hasil belajar siswa di lembaga pendidikan formal khususnya siswa KELAS
X SMK DWI WARNA MEDAN.

2. Manfaat Praktis

Manfaat yang diharapkan dalam penelitian ini adalah:

5
a. Bagi Siswa: Dengan menggunakan multimedia pembelajaran interaktif
ini diharapkan adanya peningkatan hasil belajar siswa.
b. Bagi Guru: Diharapkan dapat menjadi inspirasi bagi guru dalam hal
mengembangkan sebuah multimedia pembelajaran interaktif yang dapat
meningkatkan mutu dan kualitas hasil belajar siswa
c. Bagi Dunia Pendidikan: Dihasilkannya produk pendidikan berupa
multimedia pembelajaran interaktif dengan penerapan strategi
pembelajaran kreatif produktif di dalamnya yang dapat meningkatkan
hasil belajar siswa.

6
BAB II

KAJIAN PUSTAKA

A. Kajian Teori
1. Pengertian Belajar

Oemar Hamalik (2008: 20) mengemukakan bahwa belajar merupakan


suatu proses, dan bukan hasil yang hendak dicapai semata. Proses itu sendiri
berlangsung melalui serangkaian pengalaman, sehingga terjadi modifikasi
pada tingkah laku yang telah dimiliki sebelumnya. Jadi berdasarkan proses
(sebagai alat atau means) akan tetapi tujuan (ends), sesuatu yang dikehendaki
dalam pendidikan. James O. Whittaker dalam Abu Ahmadi (2004: 126)
menjelaskan belajar sebagai proses dimana tingkah laku ditimbulkan atau
diubah melalui latihan atau pengalaman. Definisi yang tidak jauh berbeda
dengan definisi tersebut dikemukakan oleh Cronbach dalam bukunya yang
berjudul education psychology sebagai berikut: learning is shown by change
in behaviour as a result of experience. Dengan demikian belajar yang efektif
adalah melalui pengalaman. Dalam proses belajar, seseorng berinteraksi
langsung dengan objek belajar dengan menggunakan semua alat inderanya.
Witherington dalam Nana Syaodih Sukmadinata (2004: 155-156)
menjelaskan bahwa belajar merupakan perubahan dalam kepribadian, yang
dimanifestasikan sebagai pola-pola respon yang baru dan terbentuk
keterampilan, sikap, kebiasaan, pengetahuan dan kecakapan. Belajar adalah
suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu
perubahantingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil
pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya (Slameto,
2003: 2).

Berdasarkan definisi di atas, dapat diterangkan bahwa belajar


merupakan perubahan tingkah laku atau penampilan, dengan serangkaian
kegiatan misalnya dengan membaca, mengamati, meniru dan lain sebagainya.
Belajar itu juga akan lebih baik, kalau si subjek belajar itu mengalami atau

7
melakukannya, jadi tidak bersifat verbalistik. Belajar merupakan kegiatan
penting yang harus dilakukan setiap orang secara maksimal untuk dapat
menguasai atau memperoleh sesuatu. Belajar adalah kegiatan yang dilakukan
oleh seseorang dalam rangka merubah tingkah laku kearah yang lebih baik
sesuai dengan apa yang diharapkan dan dicita-citakan.

2. Hasil Belajar

Sardiman A.M. (2011: 20) menjelaskan bahwa belajar merupakan


perubahan tingkah laku atau penampilan, serta rangkaian kegiatan, misalnya
dengan membaca, mengamati, mendengarkan, meniru dan lain sebagainya.
Syaiful Bahri Djamarah (2002: 11) menyatakan bahwa belajar adalah suatu
proses perubahan perilaku berkaitan pengalaman dan latihan. Artinya, tujuan
pendidikan adalah perubahan tingkah laku, baik yang menyangkut
pengetahuan, keterampilan maupun sikap, bahkan meliputi segenap aspek
organisme atau pribadi. Depdiknas (2003: 3) dalam bukunya yang berjudul
“Pedoman Pembelajaran Tuntas (Mastery Learning)” menjelaskan belajar
pada hakikatnya adalah suatu aktivitas yang mengharapkan perubahan
tingkah laku (behavioral change) pada individu yang belajar, perubahan
tingkah laku tersebut terjadi karena usaha individu yang bersangkutan.

Lembaga pendidikan formal menggunakan suatu acuan penilaian


tertentu untuk mengukur hasil belajar. Oemar Hamalik (2005: 25)
menjelaskan hasil belajar adalah sesuatu yang diperoleh dari proses belajar.
Hasil belajar tersebut diwujudkan dengan nilai atau angka tertentu yang
mencerminkan suatu hasil, akibatnya adalah adanya perubahan kognitif,
afektif, maupun psikomotorik. Nana Sudjana (2009: 22) menjelaskan hasil
belajar adalah kemampuan-kemampuan yang dimiliki siswa setelah menerima
pengalaman belajar. Hasil belajar merupakan perilaku berupa pengetahuan,
keterampilan, sikap, informasi, strategi kognitif yang baru dan diperoleh
siswa setelah berinteraksi dengan lingkungan dalam suatu suasana atau
kondisi pembelajaran. Berdasarkan pengertian di atas dapat disimpulkan
bahwa hasil belajar adalah ukuran tingkat keberhasilan yang dapat dicapai

8
oleh seorang siswa berdasar pengalaman yang diperoleh setelah dilakukan
evaluasi berupa tes dan biasanya diwujudkan dengan nilai tertentu serta
menyebabkan terjadinya perubahan kognitif, afektif, maupun psikomotorik.

3. Keaktifan Belajar Siswa


a. Pengertian Keaktifan

Aktif didefinisikan sebagai metode pengajaran yang melibatkan


siswa secara aktif dalam proses pembelajaran. Pembelajaran pada
hakekatnya untuk mengembangkan aktivitas dan kreativitas peserta didik
melalui berbagai interaksi dan pengalaman belajar. Pembelajaran aktif
mengkondisikan agar siswa selalu melakukan kegiatan belajar secara aktif
dan berfikir tenang, fokus, dengan apa yang dilakukan selama
pembelajaran (Warsono dan Hariyanto, 2013: 12). Keaktifan belajar siswa
merupakan unsur dasar yang penting bagi keberhasilan proses
pembelajaran. Keaktifan adalah kegiatan yang bersifat fisik maupun
mental, yaitu berbuat dan berfikir sebagai suatu rangkaian yang tidak dapat
dipisahkan (Sardiman A.M., 2011: 98).

Belajar yang berhasil harus melalui berbagai macam aktivitas, baik


aktivitas fisik maupun psikis. Aktivitas fisik adalah siswa giat aktif dengan
anggota badan, membuat sesuatu, bermain maupun bekerja, tidak hanya
duduk dan mendengarkan, melihat atau hanya pasif. Siswa yang memiliki
aktivitas psikis (kejiwaan) adalah jika daya jiiwanya bekerja sebanyak–
banyaknya atau banyak berfungsi dalam rangka pembelajaran. Keaktifan
siswa dalam kegiatan belajar tidak lain adalah untuk mengkonstruksi
pengetahuan mereka sendiri. Aktif dalam membangun pemahaman atas
persoalan atau segala sesuatu yang mereka hadapi dalam proses
pembelajaran. Rousse dalam Sardiman A.M. (2011: 96) menjelaskan
memberikan penjelasan bahwa pengetahuan itu harus diperoleh dengan
pengamatan sendiri, pengalaman sendiri, penyelidikan sendiri, dengan
bekerja sendiri, baik secara rohani maupun teknis. Cara meningkatkan
keterlibatan atau keaktifan siswa dalam belajar adalah mengenali dan

9
membantu anak-anak yang kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya
dan usaha apa yang bisa dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa,
sesuaikan pengajaran dengan kebutuhan- kebutuhan individual siswa. Hal
ini sangat penting untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk
berfikir secara aktif dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan keaktifan


dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti menarik atau memberikan
motivasi kepada siswa dan keaktifan juga dapat ditingkatkan, salah satu
cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang
kurang terlibat dalam proses pembelajaran.

b. Klasifikasi Keaktifan

Jenis aktivitas yang dapat dilakukan oleh siswa di sekolah.


Aktivitas siswa tidak hanya mendengarkan dan mencatat seperti yang
lazim terdapat di sekolah-sekolah tradisonal. Jenis-jenis aktivitas siswa
dalam belajar adalah sebagai berikut (Sardiman A.M., 2011: 100-101).

1) Visual activities, yang termasuk didalamnya misalnya membaca,


memperhatikan gambar demonstrasi, percobaan, pekerjaan orang lain.
2) Oral activities, seperti: menyatakan, merumuskan, bertanya, memberi
saran, mengeluarkan pendapat, mengadakan wawancara, diskusi.
3) Listening activities, sebagai contoh mendengarkan: percakapan,
diskusi , musik, pidato.
4) Writing activities, seperti menulis cerita, karangan, laporan, angket,
menyalin.
5) Drawing activities, misalnya menggambar, membuat grafik, peta,
diagram.
6) Motor activities, yang termasuk didalamnya antara lain: melakukan
percobaan, membuat konstruksi, bermain.
7) Mental activities, sebagai contoh misalnya: menanggapi, mengingat,
memecahkan soal, menganalisa, mengambil keputusan.

10
8) Emotional activities, seperti: menaruh minat, merasa bosan, gembir,
bersemangat, bergairah, tenang.

Penilaian dalam proses pembelajaran berfungsi sebagai alat untuk


mengukur tercapainya tujuan pembelajaran. Melalui penilaian dapat
ditetapkan apakah proses tersebut berhasil atau tidak. Prosedur penilaian
artinya menetapkan bagamana cara penilain dapat dilakukan, apakah
secara lesan atau tertulis (Nana Sudjana, 2009: 65). Keaktifan siswa dapat
dilihat dari hal:

1) Turut serta dalam melaksanakan tugas belajarnya.


2) Terlibat dalam pemecahan masalah.
3) Bertanya kepada siswa lain atau guru apabila tidak memahami
persoalan yang dihadapinya.
4) Berusaha mencari berbagai informasi yang diperlukan untuk
pemecahan masalah.
5) Melaksanakan diskusi kelompok sesuai dengan petunjuk guru.
6) Menilai kemampuan dirinya dan hasil–hasil yang diperolehnya.
7) Melatih diri dalam memecahkan soal atau masalah yang sejenis.
8) Kesempatan menggunakan atau menerapkan apa yang diperoleh
dalam menyelesaikan tugas atau persoalan yang dihadapinya.

Berdasarkan uraian tersebut dapat disimpulkan bahwa keaktifan


belajar siswa dapat dilihat dari berbagai hal seperti memperhatikan (visual
activities) mendengarkan, berdiskusi, kesiapan siswa, bertanya, keberanian
siswa mendengarkan, memecahkan soal (mental activities).

c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Keaktifan

Keaktifan peserta didik dalam proses pembelajaran dapat


merangsang dan mengembangkan bakat yang dimilikinya, peserta didik
juga dapat berlatih untuk berfikir kritis, dan dapat memecahkan
permasalahan-permasalahan dalam kegiatan belajar sehari-hari. Keaktifan
dipengaruhi oleh beberapa faktor. Faktor- faktor yang mempengaruhi
keaktifan belajar siswa adalah:

11
1) Memberikan motivasi atau menarik perhatian peserta didik, sehingga
mereka berperan aktif dalam kegiatan pembelajaran.
2) Menjelaskan tujuan instruksional (kemampuan dasar kepada peserta
didik).
3) Meningatkan kompetensi belajar kepada peserta didik.
4) Memberikan stimulus (masalah, topik, dan konsep yang akan
dipelajari).
5) Memberikan petunjuk kepada peserta didik cara mempelajari.
6) Memunculkan aktifitas, partisipasi. Peserta didik dalam kegiatan
pembelajaran.
7) Memberikan umpan balik (feedback).
8) Melakukan tagihan-tagihan kepada peserta didik berupa tes sehingga
kemampuan peserta didik selalu terpantau dan terukur.
9) Menyimpulkan setiap materi yang disampaikan diakhir pembelajaran.

Keaktifan dapat ditingkatkan dan diperbaiki dalam keterlibatan


siswa pada saat belajar. Hal tersebut seperti dijelaskan oleh Moh. Uzer
Usman (2009: 26-27) cara untuk memperbaiki keterlibatan siswa
diantaranya yaitu abadikan waktu yang lebih banyak untuk kegiatan
belajar mengajar, tingkatkan partisipasi siswa secara efektif dalam
kegiatan belajar mengajar, serta berikanlah pengajaran yang jelas dan tepat
sesuai dengan tujuan mengajar yang akan dicapai. Selain memperbaiki
keterliban siswa juga dijelaskan cara meningkatkan keterlibatan siswa atau
keaktifan siswa dalam belajar. Meningkatkan keterlibatan atau keaktifan
siswa dalam belajar adalah mengenali dan membantu anak-anak yang
kurang terlibat dan menyelidiki penyebabnya dan usaha apa yang bisa
dilakukan untuk meningkatkan keaktifan siswa, sesuaikan pengajaran
dengan kebutuhan-kebutuhan individual siswa. Hal ini sangat penting
untuk meningkatkan usaha dan keinginan siswa untuk berfikir secara aktif
dalam kegiatan belajar.

Berdasarkan penjelasan tersebut maka dapat disimpulkan


keaktifan belajar siswa dipengaruhi oleh berbagai macam faktor seperti, 1)

12
mencatat, 2) kerjasama dalam kelompok, 3) mengemukakan pendapat, 4)
menjawab pertanyaan, 5) partisipasi dalam pembuatan laporan. Salah satu
cara meningkatkan keaktifan yaitu dengan mengenali keadaan siswa yang
kurang terlibat dalam proses pembelajaran, agar proses belajar mengajar
dapat maksimal.

4. Penerapan Model Mengajar Kreatif dan Produktif.

Model mengajar yang diterapkan dapat mengadopsi dari model


pembelajaran sinectics. Pertimbangan pemilihan model pembelajaran
sinectics ini dengan suatu pemikiran bahwa model pembelajaran sinectics
merupakan model yang dikembangkan dengan mengacu pada berbagai
pendekatan pembelajaran, yang diharapkan dapat menantang para siswa
untuk menghasilkan sesuatu yang kreatif sebagai pencerminan akan
pemahaman terhadap bidang yang sedang ditekuninya, dan sekaligus dapat
meningkatkan kualitas proses dan hasil belajar sehingga menghasilkan
lulusan calon guru yang berkualitas dan memiliki kemampuan profesional
yang dapat memenuhi tuntutan lapangan kerja.

Karakteristik dari model pembelajaran ini dicirikan Pertama, adanya


keterlibatan siswa secara intelektual dan emosional dalam pembelajaran, yang
difasilitasi melalui pemberian kesempatan kepada para siswa untuk
melakukan eksplorasi dari konsep bidang yang sedang dipelajarinya serta
menafsirkan hasil eksplorasinya. Siswa diberi kebebasan untuk menjelajahi
berbagai sumber yang relevan dengan topik yang sedang dikaji. Eksplorasi ini
memungkinkan siswa dapat melakukan interaksi dengan lingkungan dan
pengalamannya sendiri, sebagai media untuk mengkonstruksi pengetahuan.

Kedua, siswa didorong untuk menemukan/mengkonstruksi sendiri


konsep yang sedang dikajinya melalui penafsiran yang dilakukan dengan
berbagai cara 10 misalnya, melakukan observasi ke industri-industri , ke
outlet-outlet atau ke toko lainnya, mendiskusikan diantara teman atau guru,
atau melakukan percobaan-percobaan. Dengan cara ini konsep tidak
ditransfer oleh guru, tetapi dibentuk oleh siswa sendiri berdasarkan

13
pengalaman dan interaksi dengan lingkungan yang terjadi ketika melakukan
eksplorasi dan interpretasi. Dengan cara ini siswa didorong untuk
membangun makna dari pengalamannya, sehingga pemahamannya terhadap
fenomena yang sedang dipelajari menjadi meningkat. Selain itu siswa
didorong untuk memunculkan berbagai sudut pandang, argumentasi yang
relevan terhadap konsep/topik yang sama, ini merupakan salah satu realisasi
hakikat konstruktivisme dalam pembelajaran.

Ketiga, siswa diberi kesempatan untuk bertanggung jawab dalam


menyelesaikan tugas bersama melalui kegiatan eksplorasi, interpretasi dan re-
kreasi. Pengalaman lain, disini siswa mendapat kesempatan untuk membantu
temannya dalam menyelesaikan satu tugas. Kebersamaan, baik dalam
eksplorasi, interpretasi dan rekreasi serta pemajangan hasil merupakan arena
interaksi yang memperkaya pengalaman siswa. Karakteristik terakhir, bahwa
pada dasarnya seseorang untuk menjadi kreatif, harus bekerja keras,
berdedikasi tinggi, antusias, serta percaya diri (Erwin Segal dalam Black,
2003). Dalam konteks pembelajaran, kreativitas dapat ditumbuhkan dengan
menciptakan suasana kelas yang memungkinkan siswa dan guru merasa bebas
mengkaji dan mengeksplorasi topik-topik penting kurikulum. Guru
mengajukan pertanyaan yang membuat siswa berfikir keras, kemudian
mengejar pendapat siswa tentang ide-ide besar dari berbagai persfektif. Guru
juga harus mendorong siswa untuk menunjukkan atau mendemonstrasikan
pemahamannya tentang topik-topik penting dalam kurikulum menurut
caranya sendiri (Black, 2003).

B. Penelitian yang Relevan

Mohamad Muspawi (2019). “Pengaruh Strategi Pembelajaran Kreatif


Produktif Terhadap Motivasi Belajar Siswa”. Hasil penelitian mengungkapkan
bahwa penerapan strategi pembelajaran guru dapat diketahui sebanyak (75,8%)
kecenderungan strategi pembelajaran Kreatif-Produktif guru dalam kategori
tinggi, sebanyak (24,2%) masuk dalam kategori sedang, dan sebanyak (0%)

14
masuk dalam kategori rendah. 2) Motivasi belajar siswa sebanyak (61%)
kecenderungan motivasi belajar siswa dalam kategori tinggi, sebanyak (37%)
motivasi belajar siswa masuk dalam kategori sedang, dan sebanyak (2%) motivasi
belajar siswa masuk dalam kategori rendah. 3) Terdapat pengaruh positif dan
signifikan antara strategi pembelajaran Kreatif-Produktif guru terhadap motivasi
belajar siswa kelas XI Audio Video SMK Negeri 3 Kota Jambi.

C. Kerangka Berpikir

Belajar adalah kegiatan yang dilakukan secara sadar untuk menghasilkan


sesuatu ataupun perubahan, dimana pada proses belajar terdapat pengetahuan,
keterampilan, sikap, dan nila-nilai. Sebagai mahluk individu manusia tanpa
belajar akan mengalami kesulitan dalam menyesuaikan diri dengan kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi yang tidak lain juga merupakan produk kegiatan
berpikir manusia-manusia pendahulunya.

Tuntutan untuk menyesuaikan diri dengan lingkungan yang selalu berubah


merupakan tuntutan kebutuhan manusia sejak lahir sampai akhir hayat manusia.
Manusia harus mempunyai bekal kecakapan hidup (skill of life), yang dapat
diperoleh melalui berbagai proses belajar, seperti, belajar untuk mengetahui
(learning to know), belajar untuk belajar (learning to do), belajar untuk menjadi
diri-sendiri (learning to be myself) dan belajar untuk hidup bersama (learning to
life together).

Selama ini proses pembelajaran di sekolah masih bersifat monoton atau


berpusat pada guru (teacher centered), serta penggunaan sumber belajar yang
masih minim sehingga ketertarikan siswa cenderung berkurang yang berdampak
pada kualitas pembelajaran menurun. Penurunan tersebut diakibatkan salah
satunya oleh pendidik yang dalam menyampaikan materi pada umumnya masih
menggunakan metode sederhana, disisi lain keberagaman metode dalam
pembelajaran beraneka ragam bentuknya.

15
Selain itu, materi belajar yang belum sesuai dengan perkembangan ilmu
pengetahuan dan sumber-sumber belajar dalam proses pembelajaran yang
merupakan salah satu faktor berpengaruh terhadap peningkatan kualitas proses
pembelajaran belum sepenuhnya terpenuhi. Pemilihan metode, media, bahan ajar,
dan sumber belajar dalam proses pembelajaran merupakan faktor yang paling
penting penentu tujuan pendidikan tersebut.

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran


berbasis metode yang ragam dan variatif merupakan salah satu upaya pendidik
dalam meningkatkan hasil belajar secara langsung melibatkan siswa. Penelitian ini
mencoba meningkatkan hasil belajar siswa Kelas X di SMK DWI WARNA
MEDAN.

16
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Jenis dan Desain Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan (action research) yang


dilakukan di dalam kelas, atau penelitian tindakan kelas (Classroom Action
Research). Penelitian tindakan kelas adalah penelitian yang dilakukan oleh guru
dikelasnya sendiri dengan cara (1) merencanakan, (2) melaksanakan, dan (3)
merefleksikan tindakan secara kolaboratif dan pertisipatif dengan tujuan
memperbaiki kinerjanya sebagai guru, sehingga hasil belajar siswa dapat
meningkat.

Desain penelitian tindakan kelas pada penelitian ini mengacu rancangan


model Kemmis & Taggart, dimana masing-masing siklus pada penelitian ini
terdiri dari empat tahapan yaitu, (1) perencanaan, (2) tindakan, (3) pengamatan,
dan (4) refleksi. Keempat tahapan tersebut merupakan satu siklus atau putaran,
artinya sesudah tahap ke-4 kembali lagi ketahap pertama dan seterusnya. Secara
skematik rancangan model Kemmis & Taggart seperti Gambar 2.

Gambar Proses penelitian tindakan model Kemmis dan Taggart

17
Keterangan :

1. Perencanan pertama.
2. Tindakan pertama dan pengamatan pertama pertama.
3. Refleksi Pengamatan pertama.
4. Revisi terhadap perencanaan pertama.
5. Perencanan kedua.
6. Tindakan pertama dan pengamatan pertama kedua.
7. Refleksi Pengamatan kedua.
8. Revisi terhadap perencanaan kedua.

B. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di SMK DWI WARNA MEDAN, Medan pada


semester ganjil tahun pelajaran 2019/2020. Pada bulan November
sampai Desember 2019.

C. Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas X Teknik Instalasi Listrik Tenaga
SMK DWI WARNA MEDAN sebanyak satu kelas.

D. Jenis Tindakan

Penelitian tindakan ini terdiri dari pra siklus dan siklus pertama untuk
mencapai hasil sesuai dengan yang diinginkan. Setiap siklus pada penelitian ini
terdiri dari beberapa kegiatan yang meliputi perencanaan tindakan, pelaksanaan
tindakan, dan observasi serta refleksi. tahap pada penelitian ini adalah sebagai
berikut.

18
1. Tahapan Penelitian
a. Perencanaan
Kegiatan yang dilakukan dalam tahap perencanaan merupakan
merencanakan kegiatan pembelajaran dengan membuat rencana
pembelajaran, kegiatan yang dilakukan adalah sebagai berikut.
1) Menelaah materi pembelajaran serta indikator bersama tim
kolaborasi.
2) Menyusun RPP sesuai indikator yang telah ditetapkan dan
sekenario pembelajaran kreatif produktif.
3) Menyiapkan media dan sumber belajar.
4) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis, dan lembar kerja
siswa (LKS).
5) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktivitas siswa dan
guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
Pelaksanaan tindakan merupakan sarana implementasi atau
penerapan rancangan yang telah ditetapkan yaitu mengenai tindakan
kelas. Dalam pelaksanaan PTK ini direncanakan dalam satu siklus. Pra
siklus dan siklus pertama meliputi perencanaan, pelaksanaan tindakan,
observasi dan refleksi.
c. Observasi
Observasi adalah kegiatan pengamatan yang dilakukan oleh
pengamat (Suharsimi Arikunto, 2001: 19). Kegiatan observasi
dilaksanakan secara kolaboratif dengan guru pengamat untuk
mengamati aktivitas siswa, aktivitas guru dan hasil belajar siswa.
d. Refleksi
Refleksi merupakan kegiatan untuk mengemukakan kembali apa
yang sudah terjadi dan sudah dilakukan (Suharsimi Arikunto, 2001: 19).
Setelah mengkaji proses pembelajaran yaitu aktivitas siswa, aktivitas
guru, serta hasil belajar siswa, apakah sudah efektif dengan
melihat ketercapaian dalam indikator kinerja pada pra siklus, serta
mengkaji kekurangan dan membuat daftar permasalahan yang muncul

19
dalam pelaksanaan pra siklus. Kemudian bersama tim kolaborasi
membuat perencanaan tindak lanjut untuk sikus berikutnya jika masih
ada kekurangan pada pra siklus.

2. Pra Siklus
Kegiatan pembelajaran pada pra siklus ini dilakukan sebanyak dua
kali pertemuan, berikut ini adalah rancangan kegiatan yang dilakukan pada
pembelajaran pra siklus.
a. Perencanaan
1) Menyusun RPP.
2) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati peningkatan
belajar siswa.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Guru membuka pertemuan.
2) Guru menyampaikan tujuan pembelajaran.
3) Guru melakukan apersepsi.
4) Guru menyajikan materi :
a) Guru memfasilitsi terjadinya interaksi dalam pembelajaran.
b) Guru melakukan tanya jawab kepada peserta didik secara acak.
c) Guru dan siswa merangkum pembelajaran dengan cara
melakukan Tanya jawab.
5) Guru memberikan tugas dan soal kepada siswa.
6) Guru menutup proses pembelajaran.
c. Observasi
Kegiatan pada saat observasi adalah melakukan pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran Pengedali Daya Tegangan Rendah
dengan menggunakan model pembelajaran konvensional. Kegiatan ini
dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran berlangsung.
d. Refleksi
1. Mengkaji pembelajaran pra siklus.

20
2. Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran pra siklus.
3. Membuat daftar permasalahan yang terjadi ada pra siklus.
4. Merencanakan perencanaan tindak lanjut untuk pra siklus.

3. Siklus Pertama
a. Perencanaan
1) Menyusun RPP.
2) Mempersiapkan sumber dan media pembelajaran.
3) Menyiapkan alat evaluasi berupa tes tertulis dan lembar kerja siswa.
4) Menyiapkan lembar observasi untuk mengamati aktiditas siswa dan
guru.
b. Pelaksanaan Tindakan
1) Siswa dibagi menjadi tujuh kelompok (tiap kelompok 3 siswa).
2) Guru menjelaskan maksud pembelajaran dan tugas kelompok.
3) Guru memanggil ketua kelompok untuk mengambil satu meteri atau
tugas.
4) Masing-masing kelompok membahas materi yang sudah ada secara
kooperatif berisi penemuan.
5) Setelah selesai diskusi, lewat juru bicara masing-masing kelompok
menyampaikan hasil pembahasan kelompok.
6) Guru memberikan penjelasan singkat sekaligus memberikan
kesimpulan.
7) Guru memberikan kuis individual, mengumumkan hasil kuis dan
memberikan penguatan pada siswa yang mendapatkan skor paling
baik.
8) Penutup.
c. Observasi
Kegiatan pada saat observasi adalah melakukan pengamatan
aktivitas siswa dalam pembelajaran dengan
menggunakan Strategi pembelajaran kreatif poduktif Kegiatan ini
dilakukan oleh observer selama kegiatan pembelajaran
berlangsung.

21
d. Refleksi
1) Mengkaji pelaksanaan pembelajaran siklus pertama.
2) Mengevaluasi proses dan hasil pembelajaran siklus pertama.
3) Membuat daftar permasalahan yang terjadi ada siklus pertama.
4) Menyimpulkan kegiatan.

E. Teknik dan Instrumen Penelitian


1. Teknik Pengumpulan Data
Metode pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini
adalah observasi dan tes.
a. Observasi merupakan suatu penyelidikan yang dijalankan secara
sistematis dan senganja diadakan dengan menggunakan alat indera
terutama mata terhadap kejadian-kejadian langsung. Observasi dalam
penelitian ini digunakan untuk menggambarkan peningkatan belajar
siswa dalam pembelajaran.
b. Tes adalah suatu alat pengukur yang berupa serangkaian pertanyaan
yang harus dijawab secara sengaja dalam suatu situasi yang
distandarisasikan dan yang dimaksudkan untuk mengukur kemampuan
dan hasil belajar individu atau kelompok. Tes dalam penelitian ini
digunakan untuk mengukur kemampuan siswa.
2. Instrumen Penelitian
Instrumen penelitian adalah alat atau fasilitas yang digunakan oleh
peneliti dalam mengumpulkan data agar pekerjaannya lebih mudah dan
hasilnya lebih baik, lebih cermat, lengkap, dan sistematis. Sehingga, lebih
mudah untuk diolah. Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini
disusun berdasarkan indikator-indikator yang terkandung dalam definisi
operasional variabel. Dari definisi opersional di atas, selanjutnya disusun
instrumen pengukuran variabel berdasarkan indikator-indikatornya.
Berikut ini adalah inikator yang digunakan untuk mengukur keberhasilah
pembelajaran, yaitu, a) mencatat materi, b) kerjasama, c) mengemukakan
pendapat/ bertanya, d) menjawab pertanyaan e) partisipasi dalam
pembuatan laporan dan persentasi.

22
Indikator-indikator tersebut disusun dalam bentuk instrumen yang
berbentuk lembar observasi untuk mengetahui keberhasilan pembelajaran
dengan strategi pembelajaran kreatif poduktif.

F. Teknik Analisis Data


Data hasil observasi peningkatan belajar siswa, dianalisis bersama-
sama dengan kolaborator (observer). Selanjutnya data-data yang terkumpul
setelah dilakukan tabulasi dan scoring, ditafsirkan menggunakan kajian teori
yang telah dikembangkan, serta menggunakan pengalaman empiris yang
sering dialami guru ketika melaksanakan pembelajaran di kelas. Kriteria
refleksi data-data atau batas targed pencapaian peningkatan belajar siswa
menggunakan kriteria:

Tabel Kriteria penilaian

No. Rentang Nilai Kriteria


1. 86-100 Baik Sekali
2. 70-85 Baik
3. 60-69 Cukup
4. 50-59 Kurang
5. 0-49 Kurang Sekali

23
DAFTAR PUSTAKA

Arikunto, Suharsimi. (2010). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik.


Jakarta: PT Rineka Cipta.

Arikunto, Suharsimi. (2012). Dasar-Dasar Evaluasi Pendidikan Edisi 2. Jakarta:


PT Bumi Aksara.

Dimyati dan Mudjiono. (2009). Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: PT Rineka


Cipta.

Hamalik, Oemar. (2006). Proses Belajar Mengajar. Jakarta: PT Bumi Aksara.

Muspawi, Mohamad, Bradley Setiyadi, dan Alfiana. 2019. “Pengaruh Strategi


Pembelajaran Kreatif-Produktif Terhadap Motivasi Belajar Siswa”.
Dalam JMSP, Volume 3 Nomor 2, halaman 85-91. Jambi: Universitas
Jambi.

Azizah, Nur. 2013. “Pengaruh Metode Pembelajaran Jigsaw Terhadap Hasil


Belajar Mata Pelajaran Dasar Kompetensi Kejuruan
Di Smk Wongsorejo Gombong”. Dalam Skripsi. Yogyakarta: Univesitas
Negeri Yogyakarta.

Lastariwati, Badraningsih. (2012). Implementasi Model Pembelajaran Kreatif


Produktif Untuk Meningkatkan Kulitas Mata Kulian Praktek Seni
Penyajian Makanan Pada Program Studi Teknik Elektro. [Online].
Tersedia: http://eprints.uny.ac.id/4889/ .[28 September 2019].

24

Anda mungkin juga menyukai