Anda di halaman 1dari 7

LAPORAN PENDAHULUAN HIPOGLIKEMIA

A. KOSEP PENYAKIT
1. Definisi
Hipoglikemia merupakan suatu kegagalan dalam mencapai batas normal kadar
glukosa darah (Kedia,2011).
Hipoglikemia merupakan suatukeadaan dimanakadar glukosa darah <60 mg/dl. Jadi
dapat disimpulkan bahwa,hipoglikemia merupakan kadar glukosa darah dibawah
normal yaitu <60 mg/dl (McNaughton,2011)
Hipoglikemia atau penurunan kadar gula darah merupakan keadaan dimana kadar
glukosa darah berada di bawah normal, yang dapat terjadi karena ketidakseimbangan
antara makanan yang dimakan, aktivitas fisik dan obat-obatan yang digunakan. Sindrom
hipoglikemia ditandai dengan gejala klinis antara lain penderita merasa pusing, lemas,
gemetar, pandangan menjadi kabur dan gelap, berkeringat dingin, detak jantung
meningkat dan terkadang sampai hilang kesadaran (syok hipoglikemia) (Nabyl, 2009).

2. Etiologi
Dosis pemberian insulin yang kurang tepat kurangnya asupan karbohidrat karena
menunda atau melewatkan makan konsumsi alkohol, peningkatan pemanfaatan
karbohidrat karena latihan atau penurunan berat badan (Kedia, 2011).

3. Manifestasi Klinik
Tanda dan gejala hipoglikemia menurut Setyohadi (2012) antara lain:
a. Adrenergik seperti: pucat, keringat dingin, takikardi, gemetar, lapar, cemas,
gelisah, sakit kepala, mengantuk.
b. Neuroglikopenia seperti bingung, bicara tidak jelas, perubahan sikap perilaku,
lemah,disorientasi,penurunan kesadaran,kejang, penurunan terhadap stimulus bahaya.
4. Komplikasi
Komplikasi dari hipoglikemia pada gangguan tingkat kesadaran yang
berubah selalu dapat menyebabkan gangguan pernafasan, selain ituhipoglikemia juga
dapat mengakibatkan kerusakan otak akut.Hipoglikemia berkepanjangan parahbahkan
dapat menyebabkangangguanneuropsikologis sedangsampai dengan gangguan
neuropsikologisberatkarenaefek hipoglikemia berkaitan dengan system sarafpusatyang
biasanya ditandai oleh perilaku dan pola bicara yang abnormal (Jevon, 2010) dan
menurut Kedia (2011) hipoglikemia yang berlangsung lama bias menyebabkan
kerusakan otak yang permanen, hipoglikemia juga dapatmenyebabkankomasampai
kematian.

5. Patofisilogi dan Pathway


Dalam diabetes, hipoglikemia terjadiakibat kelebihan insulin relative ataupun
absolute dan juga gangguan pertahanan fisiologis yaitu penurunan plasma glukosa.
Mekanisme pertahanan fisiologis dapat menjaga keseimbangan kadar glukosa darah, baik
pada penderita diabetes tipe I ataupun padapenderita diabetes tipe II. Glukosa sendiri
merupakan bahan bakar metabolism yang harus ada untuk otak. Efek hipoglikemia
terutama berkaitan dengan system saraf pusat, system pencernaan dan system
peredarandarah(Kedia, 2011).
Glukosamerupakanbahanbakar metabolism yang utama untuk otak. Selain itu otak
tidak dapat mensintesis glukosa dan hanya menyimpan cadangan glukosa(dalam bentuk
glikogen) dalam jumlah yang sangat sedikit. Oleh karena itu, fungsi otak yang normal
sangat tergantung pada konsentrasi asupan glukosa dan sirkulasi. Gangguan glukosa
dapat menimbulkan disfungsi sistem saraf pusat sehingga terjadi penurunan suplai glukos
ke otak. Karena terjadi penurunan suplai glukosa keotakdapat menyebabkan terjadinya
penurunan suplaioksigenke otak sehingga akan menyebabkan pusing, bingung, lemah
(Kedia, 2011).
Konsentrasi glukosa darah normal, sekitar 70-110 mg/dL Penurunan konsentrasi
glukosa darah akan memicu respon tubuh, yaitu penurunan kosentrasi insulin secara
fisiologis seiring dengan turunnya onsentrasi glukosa darah, peningkatan konsentrasi
glucagon dan epineprin sebagai respon neuroendokrin pada kosentrasi glukosa darah di
bawah batas normal, dan timbulnya gejala- gejala neurologic (autonom) dan penurunan
kesadaran pada kosentrasi glukosa darah di bawah batas normal (Setyohadi, 2012).
Penurunan kesadaran akan mengakibatkan depresan pusat pernapasan sehingga akan
mengakibatkan pola nafas tidakefektif (Carpenito, 2007).
Batas kosentrasi glukosa darah berkaitan erat dengan system hormonal,
persyarafandanpengaturan produksi glukosa endogen serta penggunaan glukosa oleh
organ perifer.Insulin memegang peranan utama dalam pengaturan kosentrasi glukosa
darah. Apabila konsentrasi glukosa darah menurun melewati batas bawah konsentrasi
normal hormon-hormon konstraregulasi akan melepaskan. Dalam hal ini glucagon yang
diproduksi oleh sel α pancreas berperan penting sebagai pertahanan utama terhadap
hipoglikemia. Selanjutnya epinefrin, kortisol dan hormone pertumbuhan juga berperan
peningkatkan produksi dan mengurang penggunaan glukosa.Glukagon dan epinefrin
merupakan dua hormone yang disekresi pada kejadian hipoglikemia akut.
Glukagonhanya bekerja dalam hati. Glukagon mulamula meningkatkan glikogenolisis
dan kemudian glukoneogenesis, sehingga terjadi penurunan energy akan menyebabkan
ketidakstabilan kadar glukosa darah (Herdman, 2010).
Penurunan kadar glukosa darah juga menyebabkan terjadi penurunan perfusi
jaringan perifer, sehingga epineprin juga merangsang lipolysis di jaringan lemak serta
proteolysis di otot yang biasanya ditandai dengan berkeringat, gemetaran akral dingin,
klien pingsan dan lemah (Setyohadi, 2012).
Pelepasan epinefrin, yang cenderung menyebabkan rasa laparkarenarendahnya
kadar glukosa darah akan menyebabkan suplai glukosa kejaringan menurun sehingga
masalahkeperawatan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh dapat muncul.(Carpenito,
2007)

6. Penatalaksanaan
a. Penatalaksanaan Medis
Menurut Kedia (2011), pengobatan hipoglikemia tergantung
pada keparahan dari hipoglikemia. Hipoglikemia ringan mudah diobati
dengan asupan karbohidrat seperti minumanyangmengandung glukosa,
tablet glukosa, atau mengkonsumsi makananrigan.DalamSetyohadi
(2011), pada minuman yang mengandung glukosa, dapat diberikan
larutan glukosa murni 20- 30 gram (1 ½ - 2 sendok makan). Pada
hipoglikemia berat membutuhkan bantuan eksternal, antara lain (Kedia,
2011):
a) Dekstrosa
Untuk pasien yang tidak mampu menelan glukosa oral karena
pingsan kejang, atau perubahan status mental, pada keadaan darurat
dapat pemberian dekstrosa dalam air pada konsentrasi 50% adalah
dosis biasanya diberikan kepada orang dewasa,
sedangkankonsentrasi 25% biasanya diberikankepada anak-anak.
b) Glukagon
Sebagai hormone kontra-regulasi utama terhadap insulin, glucagon
adalahpengobatanpertama yang dapat dilakukan untuk hipoglikemia
berat. Tidak sepertidekstrosa,yang harus
diberikansecaraintravenadengan perawatan kesehatanyang
berkualitasprofesional, glucagon dapat diberikan
olehsubkutan(SC)atau intramuscular (IM)injeksiolehorang tua atau
pengasuh terlatih. Halinidapatmencegah keterlambatan dalam
memulai pengobatan yangdapatdilakukan secara darurat.

B. ASUHAN KEPERWATAN
1. Pengkajian
a. Pengkajian Primer
1) Airway
Menilai jalan nafas bebas. Apakah pasien dapat bernafas dengan bebas,ataukah ada secret
yang menghalangi jalan nafas. Jika ada obstruksi, lakukan:
a) Chin lift/ Jaw thrust
b) Suction
c) Guedel Airway
d) Instubasi Trakea
2) Breathing
Bila jalan nafas tidak memadai, lakukan:
a) Beri oksigen
b) Posisikan semi Flower

3) Circulation
Menilai sirkulasi / peredaran darah:
a) Cek capillary refill
b) Pemberian infus
c) Auskultasi adanya suara nafas tambahan
d) Segera Berikan Bronkodilator, mukolitik.
e) Cek Frekuensi Pernafasan
f) Cek adanya tanda-tanda Sianosis, kegelisahan
g) Cek tekanan darah
Penilaian ulang ABC diperlukan bila kondisi pasien tidak stabil
4) Disability
Menilai kesadaran pasien dengan cepat, apakah pasien sadar, hanya respon terhadap nyeri
atau sama sekali tidak sadar. Kaji pula tingkat mobilisasi pasien.Posisikan pasien posisi
semi fowler, esktensikan kepala, untuk memaksimalkan ventilasi.Segera berikan Oksigen
sesuai dengan kebutuhan, atau instruksi dokter.

b. Pengkajian Skunder
1) Full set of vital sign (F)
Berisi pengkajian TTV (TD, nadi, suhu, dan pernafasan).
2) Give confort measure (G)
Pengkajian nyeri (P, Q, R, S, T).
3) History and head to toe (H)
a) History
S : Subjektif (Keluhan utama).
A : Allergies (adakah alergi terhadap makanan atau obat-obatan tertentu).
M : Medication (obat-obatan yang sedang dikonsumsi).
P : Past medical history (riwayat penyakit).
L : Last oral intake (masukan oral terakhir, apakah benda padat atau cair).
E : Even (Riwayat masuk rumah sakit).
b) Head to toe
1) Kepala
2) Leher
3) Dada
4) Abdomen
5) Ekstermitas

2. Diagnosa Keperawatan
a) Ketidakefektifan bersihan jalan nafas berhubungan dengan obstruksi jalan nafas,
peningkatan secret
b) Gangguan perfusi jaringan cerebral berhubungan dengan disfungsi sistem saraf pusat
akibat hipoglikemia
c) Defisit volume cairan berhubungan dengan diuresis osmotik
d) Penurunan curah jantung berhubungan dengan vasokonstriksi pembuluh darah

3. Perencanaan Keperawatan

N Diagnosa NOC NIC


o Keperawatan
1. Ketidakefektifan Setelah dilakukan tindakan Airway Management
bersihan jalan keperawatan selama 1x24 jam 1. Auskultasi bunyi nafas
nafas berhubungan diharapkan jalan napas normal tambahan; ronchi,
dengan obstruksi dengan kriteria: wheezing.
jalan nafas, Respiratory status: airway patency 2. Berikan posisi yang
peningkatan secret 1. Frekuensi pernapasan dalam nyaman untuk mengurangi
batas normal (16-20x/mnt) dispnea.
2. Irama pernapasn normal 3. Bersihkan sekret dari
3. Kedalaman pernapasan normal mulut dan trakea; lakukan
4. Klien mampu mengeluarkan penghisapan sesuai
sputum secara efektif keperluan.
5. Tidak ada akumulasi sputum 4. Anjurkan asupan cairan
adekuat.
5. Ajarkan batuk efektif
6. Kolaborasi pemberian
oksigen
7. Kolaborasi pemberian
broncodilator sesuai
indikasi.
2. Gangguan perfusi Setelah dilakukan tindakan Intracranial Pressure (ICP)
jaringan cerebral keperawatan selama 1x24 jam Monitoring ( Monitor
berhubungan diharapkan gangguan perfusi tekanan intrakranial )
dengan disfungsi jaringan cerebral normal dengan 1. Jelaskan kepada pasien
system saraf pusat kriteria: tentang tindakan yang akan
akibat hipoglikemia Tissue Prefusion : cerebral dilakukan
1. Tingkat kesadaran komposmentis 2. Pertahankan posisi
2. Disorientasi tempat, waktu, orang tirah baring dengan posisi
secara tepat kepala head up
3. TTV dalam batas normal (suhu 3. Bantu pasien untuk
35,5ºC – 37,5ºC, nadi 60-100 x/menit, berkemih, membatasi
tekanan darah 120/80 mmHg) batuk, muntah, mengejan,
anjurkan pasien napas
dalam selama pergerakan
4. Pantau status
neurologis dengan teratur
5. Pantau TTV
3. Defisit volume Setelah dilakukan tindakan Fluid Management
cairan keperawatan selama 1x24 jam 1. Batasi intake cairan
berhubungan diharapkan defisit volume cairan yang mengandung gula dan
dengan diuresis teratasi dengan kriteria: lemak misalnya cairan dari
osmotik Fluid Balance buah yang manis.
1. TTV stabil (N:60-100 x/menit, 2. Kolaborasi dalam
TD: 100-140/80-90 mmHg, S: 36,5- pemberian terapi cairan
370C, RR: 12-20 x/menit), 1500-2500 ml dalam batas
2. nadi perifer teraba kuat yang dapat ditoleransi
3. turgor kulit baik jantung.
4. CRT < 2 detik 3. Observasi suhu,
5. haluaran urine >1500-1700 warna, turgor kulit dan
cc/hari kelembaban, pengisian
6. kadar elektrolit urin dalam batas kapiler dan membran
normal. mukosa.
4. Pantau masukan dan
pengeluaran, catat balance
cairan
5. Observasi TTV, catat
adanya perubahan TD,
Turgor kulit, CRT.
4. Penurunan curah Setelah dilakukan tindakan Vital Sign Monitor
jantung keperawatan selama 1x24 jam 1. Jelaskan kepada pasien
berhubungan diharapkan penurunan curah jantung tentang tindakan yang akan
dengan normal dengan kriteria: dilakukan
vasokonstriksi · Circulation Status 2. Berikan waktu istirahat
pembuluh darah · Vital Sign Status yang cukup/adekuat.
1. TTV ( TD 120/80 mmHg, Nadi 3. Berikan pembatasan
60-100 x/menit ) dalam batas normal. cairan dan diit natrium
2. Kesadaran Composmentis sesuai indikasi
3. CRT < 2 detik. 4. Kolaborasi dengan
4. Sp O2 95-100 % dokter dalam pemberian
terapi diuretik.
5. Observasi: Nadi
( irama, frekuensi ),
Tekanan Darah.

4. Evaluasi
Tahap penilaian atau evaluasi adalah perbandingan yang sistematis dan terencaan tentang
kesehatan klien dengan tujuan yang telah ditetapkan, dilakukan dengan cara
bersinambungan dengan melibatkan klien, keluarga, dan tenaga kesehatan lainnya.
(Setiadi, 2012).
Evaluasi adalah tahap akhir dari proses keperawatan yang merupakan perbandingan yang
sistematis dan terencana antara hasil akhir yang teramati dan tujuan atau kriteria hasil
yang dibuat pada tahap perencanaan, (Asmadi, 2008).

DAFTAR PUSTAKA

Asmadi (2008), Konsep Dasar Keperawatan, Jakarta: EGC.

Carpenito. 2007. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 6. Jakarta:


EGC.

Herdman, Heather. 2010. Nanda International Diagnosis Keperawatan


Definisi dan Klasifikasi 2009- 2011. Jakarta: EGC.

Kedia, Nitil. 2011. Treatment of Severe Diabetic Hypoglycemia With


Glucagon: an Underutilized Therapeutic Approach. Dove Press Journal.
McNaughton, Candace D. 2011. Diabetes in the Emergency Department:
Acute Care of Diabetes Patients. Clinical Diabetes.

RA, Nabyl. 2009. Cara mudah Mencegah Dan Mengobati Diabetes


Mellitus.Yogyakarta :AuliaPublishing.

Setiadi (2012), Konsep & Penulisan Asuhan Keperawatan, Yogyakarta:


Graha Ilmu.

Setyohadi, Bambang. 2011. Kegawatdaruratan Penyakit Dalam. Jakarta:


Pusat Penerbitan Ilmu Penyakit Dalam

Anda mungkin juga menyukai