Anda di halaman 1dari 3

C.

Sejarah Kefarmasian

Ilmu resep telah ada semenjak timbulnya penyakit. Dengan adanya manusia di dunia ini
mulai timbul peradapan dan mulai terjadinya penyebaran penyakit yang dilanjutkan dengan
usaha masyarakat untukmelakukan usaha pencegahan terhadap penyakit. Orang-orang yang
berjasa dalam perkembangan farmasi dan kedokteran :
a.Hipocrates (460 – 370), memperkenalkan dunia farmasi dan kedokteran secara ilmiah.
Disebut sebagai Bapak Ilmu Kedokteran.
b.Dioscorides, orang pertama yang menggunakan tumbuh-tumbuhan sebagai ilmu farmasi
terapan, karyanya “De Materia Medika”.
c.Galen (130 – 200 SM) memperkenalkan obat-obatan yang berasal dari alam, formula dan
sediaan farmasi yang disebut Farmasi Galenik.
d.Philipus Aureulus Theopratus Bombatus van Holhenheim (1493 – 1541 SM) disebut
Paracelsus, mempengaruhi perubahan farmasi , menyiapkan bahan obat spesifik dan
memperkenalkan zat kimia sebagai obat internal.

Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan,maka ilmu farmasi pun mengalami


perkembangan hingga terpecah menjadi ilmu yang lebih khusus, tetapi saling
berkaitan,misalnya farmakologi, farmakognosi, galenika, dan kimia farmasi.

Sebagai buku panduan bagi farmasis, setiap negara memiliki buku farmakope yang memuat
persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara pemeriksaan, serta beberapa ketentuan
lain yang berhubungan dengan obat-obatan.

 Farmakope Indonesia milik negara Indonesia


 United State Pharmakope (USP) milik Amerika
 British Pharmakope (BP) milik Inggris
 Nederlands Pharmakope milik Belanda
 Farmakope Internasional milik WHO

Di Indonesia sebelum mempunyai farmakope, yang berlaku adalah Farmakope Belanda Baru
pada tahun 1962 pemerintah RI menerbitkan Farmakope Indonesia edisi I.

Buku-buku farmasi yang dikeluarkan oleh Departemen Kesehatan :

 Farmakope Indonesia edisi I jilid I terbit 20 Mei 1962


 Farmakope Indonesia edisi I jilid II terbit 20 Mei 1965
 Formularium Indonesia (FOI) terbit 20 Mei 1966
 Farmakope Indonesia edisi II terbit 1 April 1972
 Ekstra Farmakope Indonesia terbit 1 April 1974
 Formularium Nasional terbit 12 November 1978
 Farmakope Indonesia edisi III terbit 9 Oktober 1979
 Farmakope Indonesia edisi IV terbit 5 Desember 1995

D. Farmakope

Farmakope merupakan buku yang memuat persyaratan kemurnian, sifat kimia dan fisika, cara
pemeriksaan, serta beberapa ketentuan lain yang berhubungan dengan obat-obatan.
Judul tersebut dapat disingkat menjadi FI. Jika tidak ada keterangan lain, selama periode
berlakunya maka yang dimaksudkan adalah FI IV dan semua suplemennya.
E. Bahan dan Proses

Sediaan resmi dibuat dari bahan-bahan yang memenuhi persyaratan dalam monografi
Famakope untuk masing-masing bahan yang bersangkutan, yang monografinya tersedia
dalam Farmakope.
Bahan resmi harus dibuat sesuai denganprinsip-prinsip cara pembuatan yang baik dan dari
bahan yang telah memenuhi persyaratan yang ditetapkan, untuk menjamin agar bahan yang
dihasilkan memenuhi semua persayaratan yang tertera pada monografi Farmakope.
Apabila mongrafi suatu bahan sediaan memerlukan bahan yang jumlahnya dinyatakan
sebagai zat yang telah dikeringkan, bahan terseut tidak perlu dikeringkan terlebih dahulu
sebelum diunakan, asalkan adanya air atau bahan yang mudah menguap diperkenankan dalam
jumlah yang ditetapkan.

F. Bahan Tambahan

Bahan resmi yang dibedakan dari sediaan resmi, tidak boleh mengandung bahan yang
ditambahkan, kecuali secara khusus diperkenankan dalam monografi.
Kecuali dinyatakan lain dalam monografi atau ketentuan umum, bahan-bahan yang
diperlukan seperti bahan dasar, penyalut, pewarna, penyedap, pengawet, pemantap, dan
pembawa dapat ditambahkan ke dalam sediaan resmi untuk meningkatkan stabilitas, manfaat
atau penampilan maupun untuk memudahkan pembuatan.

Bahan tambahan yang dianggap tidak sesuai dan dilarang digunakan, kecuali :
a. Bahan tersebut tidak membahayakan dalam jumlah yang digunakan.
b. Tidak melebihi jumlah minimal yang diperlukan untuk memberikan efek yang diharapkan.
c. Tidak mengurangi ketersediaan hayati, efek terapi atau keamanan dari sediaan resmi
d. Tidak menganggu dalam pengujian dan penetapan kadar.

G. Istilah dalam Resep

1. Tangas Uap
Jika dinyatakan penggunaan tangas uap, yang dimaksud adalah tangas dengan uap panas
mengalir. Dapat juga pemans lain yang dapat diatur, hingga suhunya sama dengan uap panas
mengalir.

2. Tangas Air
Jika dinyatakan penggunaan tangas air, tanpa menyebutkan suhu tertentu yang dimaksudkan
adalah tangas air yang mendidih kuat.

3. Larutan
Pernyataan (1 dalam 10 ) mempunyai arti 1 bagian volume cairan atau 1 bagian bobot zat
padat diencerkan dengan atau dilarutkan dalam pengencer atau pelarut secukupnya hingga
volume akhir 10 bagian volume.
4. Kelarutan
Kelarutan zat yang tercantum dalam farmakope dinyatakan dengan istilah sebagai berikut :

5. Suhu Penyimpanan

 Dingin : suhu tidak lebih dari 8oC; lemari pendingin memiliki suhu 2C dan 8C,
sedangkan lemari pembeku mempunyai suhu – 20C dan – 10C

 Sejuk :suhu antara 8C dan 15C

 Suhu kamar : suhu pada ruang kerja. Suhu kamar erkendali adalah suhu yang diatur
antara 15C dan 30C

 Hangat : suhu antara 30C dan 40C

 Panas berlebih : suhu diatas 40C

6. Persen

 Persen bobot per bobot (b/b), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 gram larutan
atau campuran
 Persen bobot per volume (b/v), menyatakan jumlah gram zat dalam 100 ml larutan
 Persen volume per volume (v/v), menyatakan jumlah ml zat dalam 100 ml larutan

7. Daluarsa
Waktu yang menunjukkan batas terakhir obat masih memenuhi syarat baku. Daluarsa
dinyatakan dalam bulan dan tahun, harus ercantum dalam etiket.

Anda mungkin juga menyukai