Q Fathan PDF
Q Fathan PDF
Q Fathan*
Sari: Secara administratif daerah penelitian merupakan Daerah Hululais Kabupaten Lebong
Provinsi Bengkulu, Sumaterapada koordinat 102°12'42" - 102°18'14" Bujur Timur dan 3°9'4" -
3°16'19" Lintang Selatan. Maksud dari penelitian ini untuk untuk menganalisis kandungan geokimia
dan potensi dari panas bumi yang terdapat pada Daerah Hululais Kabupaten Lebong Provinsi
Bengkulu, Sumatera dengan tujuan untuk mengetahui karakteristik jenis manifestasi berdasarkan
ciri fisiknya, megetahui asal dari fluida panas bumi, tipe fluida (mataair) panas bumi, , menentukan
posisi reservoir dan menentukan temperature bawah permukaan daerah penelitian, dan mengetahui
potensi panas bumi pada daerah penelitian berdasarkan data geokimia dari sistem geothermal.
Panasbumi merupakan energi panas yang terbentuk secara alami dan tersimpan dalam bentuk air
panas atau uap panas pada kondisi geologi tertentu pada kedalaman beberapa kilometer di dalam
kerak bumi. Karakteristik penciri dari panas bumi ini dapat kita lihat dari keterdapatan manifestasi
pada daerah penelitian berupa mataair panas, kolam/kubangan lumpur panas, dan fumarola.
Penentuan asal dari fluida (mataair panas) tersebut dilakukan plot lokasi pada diagram terniary CL-
B-Li yang meindikasikan bahwa sebagian besar fluida berasal dari air permukaan atau telah
mengalami percampuran dengan air permukaan. Berdasarkan plot unsur-unsur pada diagram CL-
HCO3-SO4 maka tipe fluida (mataair panas) yang terdapat pada daerah penelitian yaitu tipe klorida,
tipe bikarbonat, dan tipe sulfat. Temperatur reservoir di perkirakan 191,73oC - 262,34oC dengan
kedalam reservoir diperkirakan antar 2,73 km – 2,77 km dari permukaan. Pemanfaatan panas bumi
pada daerah penelitian dapat dijadikan sebagai pembangkit tenaga listrik dengan kapasitas 2,93
MW, sebagai objek wisata alam dan terapi pengobatan untuk penyakit kulit.
4.1 Tahap Persiapan Dari contoh mataair panas dan gas yang
diambil dari lokasi penelitian kemudian
Melaksanakan setiap kegiatan penelitian, dianalisis pada laboratorium, adapun prosedur
selalu diawali dengan persiapan yang penentuan beberapa kandungan kimia dari
menyangkut segala sesuatu yang dibutuhkan mataair panas dan gas tersebut adalah
selama pelaksanaannya. Pada tahap ini, hal- sebagai berikut :
hal yang perlu dilakukan berupa:
Analisis Air
Persiapan administrasi
Meliputi : Pengurusan proposal dan surat
Contoh air yang diperoleh dari lapangan
izin penelitian pada jurusan dan Fakutas
dibawa ke laboratorium untuk dianalisis. Tata
Teknik Universitas Hasanuddin.
cara analisis air dengan menggunakan metode
Pengajuan proposal dan surat izin
penentuan kesadahan unsure-unsur yang
penelitian terhadap PT.Pertamina
terkandung dalam air
Geothermal Energy.
.
Persiapan perlengkapan dan peralatan Analisa Gas
serta alat pengukuran sifat kimia dan fisik
mataair panas. Pengambilan contoh gas dilakukan terutama
Studi literatur pada hembusan gas, fumarol, atau
Meliputi : studi tentang kondisi panas solfatara.Pengambilan tersebut dilakukan
bumi daerah penelitian, laporan dari dengan tujuan untuk mengetahui komposisi
peneliti terdahulu yang mencakup daerah gas secara kualitatif melalui pengukuran
Tipe Fluida
5. HASIL DAN PEMBAHASAN Tabel Ciri fisik dari mataair panas pada
daerah penelitian
5.1 Karakteristik Manifestasi Panasbumi
Pembahasan mengenai karakteristik
manifestasi mencakup ciri fisik dari
manifestasi yang terdapat pada daerah
penelitian.Adapun manifestasi yang terdapat
pada daerah penelitian berupa mataair panas
(Hot Spring), kolam lumpur panas (Mud
Pools), dan fumarola.
Pada kubangan lumpur panas di daerah Data kimia yang diperlukan dalam penentuan
penelitian umumnya mengandung non- asal fluida panas bumi adalah kandungan
condensibele gas CO2 (karbon dioksida) klorida (Cl), litium (Li), dan boron
dengan jumlah yang kecil pada uap panasnya, (B).Kemudian dari data kandungan kimia
lumpurnya dalam keadaan cair yang tersebut untuk setiap mata air panas yang
disebabkan karena kondensasi uap panas, terdapat pada daerah penelitian di plot
dan terdapat letupan-letupan yang kedalam diagram ternary (Gambar 4.7).
disebabkan oleh lepasnya CO2 ke atmosfir. Diagram ternary Cl – Li – B merupakan
diagram yang dibuat oleh Giggenbach (1991)
Fumarola yang digunakan untuk membedakan sumber
yang berbeda dari fluida dengan
Fumarola adalah lunang kecil yang mengungkapkan asosiasi fraksi fluida tersebut
memancarkan uap panas keering (dry steam) baik dari zona boiling, mixing maupun dari
atau uap panas yang mengandung butiran- berbagai sumber high temperature steam.
butiran air (wet steam). Pada darah penelitian Dari hasil plot data pada diagram terniary,
fumarola terdapat pada daerah Suban Gregok, kandungan relatif Cl, Li, dan B dari mata air
Suban Nusuk, dan Suban Agung, atau berada panas yang ada pada daerah penelitian
pada stasiun QF-7, QF-13, dan QF-14. menunjukkan bahwa kandungan persentase
menyebar pada kandungan Cl yang
menindikasikan bahwa fluida berasal dari
reservoir, hal ini dapat dilihat pada stasiun
QF-3, QF-4, QF-5, QF-6, QF-16, QF-17, QF-18,
QF-19, dan QF-20, serta kandungan B yang
mengindikasikan bahwa fluida telah
mengalami interaksi dengan batuan sedimen
yang kaya akan zat organik (evaporasi)
(Nicholson, 1993), hal ini dapat dilihat pada
stasiun QF-1, QF-2, QF-8, QF-9, QF-10, QF-11,
QF-12, dan QF-15.
mataair panas yang dapat di capai Suban Agung (QF-15, QF-16, dan QF-17),
dengan mudah yaitu pada stasiun QF-1, kemudian ditemukan pula kolam lumpur
QF-2, QF-3, QF-4, QF-5, QF-6, dan QF-18, panas (mud pools) pada daerah Suban
hal ini dapat kita lihat pada peta sebaran Gregok (Stasiun QF-8) dan Suban Nusuk
manifestasi yang memperlihatkan bahwa (Stasiun QF-12), dan Fumarola di daerah
manifestasi ini relatif dengan jalan Suban Gregok (Stasiun QF-7), Suban
provinsi dan mudah dicapai dengan Nusuk (Stasiun QF-13), dan Suban Agung
kendaraan. (Stasiun QF-14).
3. Fasilitas, syarat yang ketiga ini memang
2. Dari hasil data-data yang di analisi
menjadi salah satu syarat daerah tujuan
sebagian besar fluida bersumber dari
wisata, dimana wisatawan dapat dengan
reservoir dan terdapat beberapa yang
kerasan tinggal lebih lama di daerah
telah mengalami interaksi dengan batuan
tersebut, adapun fasilitas (Amenities)
sedimen.
dapat berupa : akomodasi, transportation,
service, dll. 3. Tipe air pada daerah penelitian masuk
Berdasarkan ketiga kriteria lokasi parawisata kedalam tipe air Klorida (Cl-) yaitu pada
diatas maka daerah penelitian dianggap stasiun QF-4, QF-5, QF-16, QF-17, QF-18,
sangat prospek dijadikansebagai tempat QF-19 dan QF-20 dengan persentasi
wisata permandian air panas. kloridanya lebih besar dari 50%, tipe air
Bikarbonat (HCO3) yaitu pada stasiun QF-
b. Pengobatan 3, QF-9, QF-10, dan QF-11 dengan
persentasinya lebih besar dari 50%, dan
Dari hasil analisa laboratorium sumber tipe Sulfat (SO4) yaitu pada stasiun QF-1,
mataair panas pada daerah penelitian QF-2, QF-6, QF-8, QF-12, dan QF-15
memiliki temperatur yang relatif hangat dan dengan persentasi sulfatnya lebih besar
tidak terlalu panas yaitu berkisar antara dari 50%.
39,8oC-50oCdan mengandung SO4 serta 4. Berdasarkan perhitungan temperatur
terdapat bau belerang yang tidak begitu tajam bawah permukaan daerah penelitian maka
sehingga cocok untuk dijadikan sebagai suhu reservoir daerah penelitian berkisar
sarana pengobatan penyakit kulit, selain itu antara 191,73oC - 262,34oC berdasarkan
hembusan fumarola yang relatif kecil juga metode geothermometer Na – K.
dapat di jadikan sebagai terapi penyakit kulit. 5. Berdasarkan perhitungan dengan
menggunakan gradient geothermal maka
6. KESIMPULAN kedalaman dari reservoir pada daerah
penelitian 2,73 km – 2,77 km dari
Berdasarkan hasil penelitian panas bumi pada permukaan
daerah penelitian, maka dapat disimpulkan Panas bumi pada daerah penelitian berpotensi
kondisi panas bumi sebagai berikut: sebagai pembangkit tenaga listrik dengan
1. Pada daerah penelitian ditemukan kapasitas 2,93 MW (Berdasarkan Metode
adanaya mataair panas (Hot spring) pada Perbandingan). Selain pembangkit tenaga
daerah Turunlalang (stasiun QF-1), Bukit listrik mataair panas yang melimpah pada
Nibung (Stasiun QF-2), Samelako (stasiun daerah penelitian dapat juga dimanfaatkan
QF-4, QF-5, QF-18, QF-19, dan QF-20), sebagai objek wisata alam dan terapi
Karang Dapo (QF-3 dan QF-6), Suban pengobatan untuk penyakit kulit.
Telbei (QF-9, QF-10, dan QF-11) dan
7.DAFTAR PUSTAKA
Army map service. Peta Topografi Bangkahulu skala 1:250.000. Corps of engineers 6-5, 779692 HN.
Series T503, sheet SA 48-13, edition 1-AMS.
Bangbang, S., Andri, E., Ari, W. dan Supeno., 2008. Penyelidikan Geokimia Daerah Panas Bumi
Massepe Kabupaten Sidenreng Rappang Provinsi Sulawesi Selatan . Kelompok Program Penelitian
Panas Bumi.
Dedi K. & Anna Y., 2008. Penyelidikan Geokimia Daerah Panas Bumi Tambu Kabupaten Donggala-
Sulawesi Tengah, Proceeding pemaparan hasil-hasil kegiatan lapangan dan non lapangan kelompok
program penelitian Panas Bumi, Pusat Sumber Daya Geologi.
Dedi, K., Supeno. dan Sumarna., 2005. Penyelidikan Geokimia Panas Bumi Daerah Pincara
Kabupaten Luwu Utara-Sulawesi Selatan, Pemaparan Hasil Kegiatan Lapangan Subdit Panas Bumi
2005, SUBDIT Panas Bumi.
Dickson, M.H & Fanelli,M., 2004. What is Geothermal Energy?, University of Colombia.
Ellis, J.A. & Mahon, J.A.W. 1997. Chemistry and Geothermal System, Academic Press, London.
Gafoer, S., Amin, T.C. dan Pardede., R. 1992. Peta Geologi Lembar Bengkulu, Sumatra. Pusat
Penelitian dan Pengembangan Geologi. Bandung.
Harsh, G. & Sukanta, R. 2007. Geothermal Energy: An Alternative Resource For The 21st
CenturyNational, Geophysical Research Institute Hyderabad, India.
Herman D & F. Hasan S., 2000. An Outline of The Geology of Indonesia. Ikatan Ahli Geologi
Indonesia - IAGI (Indonesian Association of Geologists), Jakarta Selatan.
Hochstein, M.P. 1995. Classification and Assessment of Geothermal Resources. Geothermal Institute,
University of Auckland.
Nenny M. 2003. Teknik Panasbumi. Departemen teknik perminyakan, fakultas ilmu kebumian dan
teknologi mineral Institut Teknologi Bandung, Bandung.
Nicholson K. 1993. Geothemal Fluids Chemistry and Exploration Technique . School of applied
sciences, the Robert Gordon University Aberdeen AB1 1HG, Scotlandia. United Kingdom.
Rasi, P., Zainal A. dan Yoki Y. 2010. Isotope and Gas Geochemistry of Dieng Geothermal Field,
Indonesia, Proceedings World Geothermal Congress 2010 Bali, Indonesia.Department of Chemistry,
University of Indonesia.
Robert Hall., 2002 . SE Asia Heatflow Data base. SE Asia Research Group, Department of Geology
Royal Holloway University of London, Egham,Surrey TW20 0EX, UK.e-mail:
robert.hall@gl.rhul.ac.ukhttp:// searg.rhul.ac.uk/current_research/heatflow.html. Didownload pada
hari Jum’at 22 maret 2013 Pukul 17.07 Wita.
Sapto T., Parindro P. dan Adhirama P. 2011. Laporan Geologi Sumur Eksplorasi HLS-(B/1)Area
Geothermal Hululais. PT.Pertamina Geothermal Energy manajemen pengelolaan sumber daya
direktorat perencanaan & pengembangan, Jakarta (Tidak di publikasikan).
Stefan, A. 2000. Isotopic and Chemical Techniques in Geothermal Exploration, Developmen and Use
(Sampling methods, data handling, interpretation). International Atomic Energy Agency, Vienna
Yulius, B.R., 2009. Analisis Geokimia Mataair Panas Daerah Lejja Kecamatan Mario Riawa
Kabupaten Soppeng Provinsi Sulawesi-Selatan, Makassar. Skripsi, Jurusan Teknik Geologi,
Universitas Hasanuddin, Makassar.
http://www.scribd.com / doc / 104829693 / seminar - fluida - panas - bumi.html. Diupload oleh Ristino
Agus hari senin 09 april 2012, didownload pada hari minngu 31 maret 2013 pukul 12.04 WITA.