Disebuah sekolah menengah atas Banjarmasin dikenal seorang anak laki-laki yang bernama
“Lutfi” berusia 17 tahun, memiliki perilaku yang tidak terpuji dan emosional yang tidak stabil.
Ia sering bolos sekolah dan pada saat Ujian Akhir Nasional (UAN) dia mendapatkan nilai
yang rendah dan mengharuskannya untuk tetap tinggal kelas. Hal tersebut membuat “Lutfi”
tidak percaya diri dan sangat sensitive jika ditanya tentang nilai yang didapatkannya. “Lutfi”
sesekali dia menyalahkan orang sekitarnya dan melakukan tindak kekerasan dengan memukul
teman sekelasnya sendiri. Hal ini membuat Lutfi menjadi orang yang kasar dan dijauhi teman-
temannya.
Iin : Sama, aku juga dapat 85 ta. Lutfi, kamu dapat nilai berapa?
Misda : Iya lutfi kami juga ingin tau nilai kamu berapa sih?
Iin : Lutfi, kenapa diam aja? Kamu dapat berapa? ( sambil menyentuh punggung Lutfi)
Lutfi : kenapa sih kalian mau tau urusan ku? Mau aku dapat berapa juga kan ga
berpengaruh dengan prestasi kalian (Nada tinggi dan sambil menggenggam tangan)
Fikri : ey ey ey kenapa ini? Berani nya ngomong kasar sama cewe aja? ( sambil menepuk
bahu Lutfi)
Lutfi : DIAM !!! ( sambil memukul meja, hingga teman sekelas pun terdiam dan tertuju ke
Lutfi).
Fikri : Loh, kok diam? Aku kan juga punya mulut ( dengan nada mengejek).
Tanpa berfikir panjang, Lutfi pun emosi dan langsung menggampar pipi Fikri. Kemudian
teman yang lain lansung berlari ke ruang guru Bp untuk mengadukan perkelahian yang terjadi
di kelas.
Dony : iya, ada apa nada ???. Coba kamu tenangkan dirimu dulu, sini duduk di depan bapak.
Nada : Lutfi sama Fikri Pak. Ayo pak kita lihat kekelas !!.
Dony : Hentikan !!! apa yang kalian lakukan ? (Pak Dony terkejut setelah melihat luka yang
ada di pipi dan telinga Fikri)
Dony : Hentikan Lutfi, tindakan mu sudah keterlaluan!. ( sambil melerai perkelahian Lutfi
dan Fikri).
Fikri : Tolong Pak, tolong saya. ( sambil terengah- engah dan lemah)
Dony : Tolong yang ada dikelas salah satu panggil perawat di UKS !. ( Pak dony berseru
seraya memerintahkan kepada anak didiknya dikelas)
Lalu, setelah Pak Dony memerintahkan ada salah satu anak didik nya yang menyahut
Sambil menunggu perawat UKS datang, Pak Dony dan Anak- anak didik nya menenangkan
Lutfi dan berusaha menyadarkan Fikri yang masih setengah sadar. Setelah 5 menit berlalu,
perawat UKS pun datang.
Pak Dony : Tolong bu , bawa ke UKS pipi dan telinga nya berdarah. ( sambil memegang
badan fikri )
Laila : Iya pak .( laila dan asiah pun sambil memapah fikri ke UKS)
Di UKS, fikri dilakukan perawatan untuk mengatasi luka yang ada dipipi dan telinganya. Dan
Pak Dony, masih sibuk mengurus Lutfi yang emosinya masih belum terkendali.
Pak dony : sabar Lutfi kenapa kamu bisa berkelahi sama fikri?
Lutfi : Fikri yang mulai duluan pak, dia mengata ngatain saya ingin ikut campur
urusan saya !!!( dengan suara yang keras)
Pak dony : Baik Lutfi kalau begitu bapak tidak bisa menyelesaikan masalah ini sendiri,
Bapak perlu koordinasi dengan orang tua mu tentang masalah ini. Agar kita
bisa menemukan jalan terangnya.
Lutfi pun dibawa keruang BP dan Pak Dony segera menghubungi kedua orang tua Lutfi sambil
menjelaskan sedikit kronologi kejadiannya.
Selama percakapan Pak dony menjelaskan kronologi kejadian tentang perkelahian anaknya
yang akhir-akhir ini sering terjadi.
Selang cerita akhirnya atas persetujuan antara kedua orang tua dan Pak Dony mereka
menemukan jalan keluar yaitu dengan membawa Lutfi untuk istirahat di rumah dalam
beberapa hari
(Ketika sesampainya dirumah “Lutfi” ditanya oleh ibu dan bapaknya tentang apa yang terjadi)
IIK : nak apa yang telah terjadi, apa yang sedang kamu rasakan ?
Iik : iya, kayaknya seperti itu pah. Dia tidak ingin bicara sepertinya dia perlu waktu
untuk sendiri.
Ipan : kalau begitu kita biarkan dia sendiri saja dulu mah
(matahari terbenam, suasana malam mulai tiba)
Liani : Mah kak Lutfi kok tidak keluar kamarnya sih sampai sekarang ?
Iik : Pah, Lutfi sampai sekarang tidak keluar juga dari kamarnya, tolong panggilkan dia
mungkin dengan papah dia mau keluar.
IPan : kak.... sedang apa didalam, ayo kita makan malam dari tadi kamu didalam kamar
saja. Apa tidak jenuh ?
Ipan : kak... coba buka pintunya dulu (mengetok pintu kamar semakin keras)
Ipan : iya mah, ini Lutfi sepertinya tadi melemparkan sesuatu ke pintu
Iik : mamah akan mencoba membujuknya. Kak... ini mamah, ayo buka pintunya mamah
mau bicara (mengetok pintu dengan lembut)
Iik : kak.... jika kamu ada masalah, ayo kita bicarakan baik-baik siapa tahu papah dan
mamahmu ini bisa membantu kakak...
Iik : kak..ayo duduk dulu, kita bicarakan baik-baik (merangkul bahu Lutfi)
IPan : Lutfi apa yang sedang terjadi. kami ini orang tua mu kamu bisa bercerita dengan
kami
Iik : nak kami merasa khawatir dengan keadaan mu. Apakah kamu benar baik-baik saja?
Lutfi : (Lutfi mengebas tangan nya kearah minuman sehingga cangkir air minum pecah.
Dan langsung masuk kamar)
Selang beberapa bulan Lutfi tidak mengalami perubahan dan orang tua nya memutuskan untuk
melakukan pemeriksaan dan tindakan keperawatan di rumah,setelah konsultasi dengan doctor
yang bersangkutan. Keesokan hari nya perawat datang ke rumah orang tua Lutfi.
Dayat : Permisi ibu saya perawat dayat yang bertugas untuk melakukan tindakan
keperawatan kepada anak ibu
Dayat : “Selamat pagi ? Perkenalkan nama saya perawat Muhammad Hidayat , biasa dipanggil
Dayat, kalo boleh tau namanya siapa?suka di panggil apa?”
Dayat : “Mas, perkenalkan nama saya perawat Dayat, mas namanya siapa?”
Dayat : “Ooh.. mas Lutfi, mas Lutfi hari ini kabarnya bagaimana?”
Lutfi : (diam)
Dayat : “mas Lutfi, saya mau nanya nih”
Lutfi : (Diam)
Dayat : “Kenapa mas Lutfi? Lagi tidak enak badan ya? Kok diam saja?”
Lutfi : (Diam)
Dayat : “yaudah kalo mas Lutfi tidak mau berbicara sekarang, 10 menit lagi saya kembali,
saya harap mas Lutfi sudah mau bicara”
10 menit kemudian
KERJA
Dayat : “Loh(muka kaget) mas Lutfi kok kepalanya dibentur2in, jangan dong mas..”
Lutfi : (sambil membentak perawat) “Biarin, Percuma saya hidup, saya ini orang yang
gak berguna, orang bodoh”
Dayat : (Berusaha menarik pasien dari tembok) “Siapa yang bilang mas L ini tidak berguna?”
Dayat : “Di dunia ini tidak ada yang tidak berguna mas Lutfi, semua yang di ciptakan oleh
Tuhan pasti ada manfaatnya. Apalagi mas Lutfi masih mempunyai anggota
tubuh yang lengkap”.
Lutfi : (tertunduk)
Dayat :”Begini saja mari saya ajak mas Lutfi jalan-jalan ketaman, bagaimana?”
Lutfi : “ngapain?”
Dayat : “biar pikiran mas Lutfi tenang tidak marah -marah lagi.”
Di Taman
Dayat :mas gimana uda bisa merasa tenang belum perasaannya sekarang?
Lutfi : (termenung)
Dayat: mas kalau boleh Saya tau sebenarnya ada apa kok mas mengatakan bahwa mas itu tidak
berguna?
Lutfi : saya merasa malu dan tidak berguna sebab saya tidak lulus UAN..bodoh soal begitu
saja saya tidak lulus..
Dayat : mas kegagalan itu bukan akhir segalanya tapi kegagalan itu adalah keberhasilan yang
tertunda.
Lutfi : tapikan tetep aja gagal. (lalu mengepalkan tangan dan seolah ingin memukul tanah)
Dayat : tenang ya Mas Lutfi ! apa yang membuat mas Lutfi kesal?
Lutfi : saya kesal kalau ada yang tanya-tanya sama saya tentang ketidaklulusan saya.
Rasanya ingin saya pukul saja mereka.
Dayat: ooh, begitu. Mas Lutfi ini kesal kalau ada yang menanyakan tentang ketidaklulusan itu
ya. sekarang coba dipikirkan, memukul seseorang yang tidak bersalah itu perilaku
yang baik atau tidak?
Lutfi : tidak
Dayat : yaa bagus. Itu perilaku yang tidak baik. Itu kan bisa melukai orang itu. Selain itu,tangan
Mas Lutfi kan bisa jadi sakit atau luka. Bagaimana menurut Lutfi?
Lutfi : iya ya . Tidak ada gunanya juga memukul orang lain. Malah membuat tangan saya
pegal pegal.
Dayat : baiklah, kalau begitu.. mari Saya ajarkan cara untuk mencegah Mas Lutfi melakukan
kekerasan. Kalau timbul rasa kesal pada diri Mas Lutfi, sesegera mungkin tarik napas
dalam. Instruksikan diri Mas Lutfi untuk tenang. Ayo sekarang dicoba
TERMINASI
Dayat : naaah.. bagus. Begitu kan lebih baik. Lutfi bisa mempraktekkan 2 cara tadi kalau
Lutfi sedang kesal. Apakah Lutfi sudah mengerti?
Dayat : Oke. Saya yakin Lutfi bisa mengendalikan emosi dengan baik. Kalau begitu,sesuai
kontrak tadi bahwa kita mengobrol 10 menit saja. Sekarang sudah 10 menit, Saya
melanjutkan pekerjaan saya ya. Lutfi bisa mencari kesibukan yang lain.
Lutfi : baik
Dayat : besok Saya akan menemui Lutfi lagi untuk menanyakan 2 cara yang tadi sudah Saya
ajarkan sudah Lutfi kerjakan atau belum. Lutfi mau kita bertemu kapan dan dimana?
Nency : “Tunggu sebentar saya panggilkan anak saya dulu (sambil memanggil si anak)
Nisa : “sesuai dengan kesepakatan kemarin bu , kita ada janji pertemuan untuk
membicarakan terkait kondisi anak ibu.”
Iik : “Oh iya sus, maaf saya lupa , silahkan duduk dulu”
Iik : “Ini pah , ada petugas kesehatan yang datang untuk memeriksa keadaan anak kita”
Nisa : “Bagaimana keadaan anak bapa sekarang , apakah masih suka marah-marah dan
berprilaku tidak jelas”
Ipan : “Masih sus, kadang-kadang saat disuruh mengerjakan sesuatu dia masih sering
membantah dan selalu tidak ingin diganggu.”
Nisa : “Saat dia seperti itu apa yang bapa lakukan ? apakah bapa membantahnya
kembali ?”
Iik : “Iya kemarin bapa pernah membantahnya, dan akhirnya kak Lutfi semakin tidak
ingin bicara dengan siapapun.”
Nisa : “oh begitu ya bu . bapa ibu ada yang ingin saya sampaikan ,bisakah bapa dan ibu
mengumpulkan semua anggota keluarga”
Ipan dan IIK : “baik sus”
Kemudian bapa dan ibu mengumpulkan semua anggota keluarga diruang tamu
Iik : “selamat siang, perkenalkan saya perawat Nisa dan ini teman saya perawat
Norbaiti, kami dari Rumah Sakit Borneo, kami disini untuk memberikan
bagaimana cara perawatan yang tepat untuk anak ibu dan bapak.”
Abay : “begini pa, dari hasil pemeriksaan oleh rekan saya perawat Dayat kemarin bahwa
anak bapa Lutfi mengalami gangguan emosi dan kemungkinan akan memicu
terjadinya risiko perilaku kekerasan. Dan tujuan kami datang kesini untuk
memberikan dan menjelaskan bagaimana cara perawatan keluarga terhadap si
Lutfi. Apakah keluarga bapa bersedia ?”
Abay : “apakah bapa dan keluarga sudah nyaman dengan tempat ini untuk kita
mendiskusikan hal tersebut ?”
Abay : “baik kalua begitu kita tidak perlu untuk mencari tempat lain ya….sebelumnya
apakah ada dalam keluarga ini yang mengetahui tentang risiko perilaku kekerasan ?”
iik : “mamah juga tidak tau dek, mari kita dengarkan penjelasan dari suster dulu “
abay : “Risiko perilaku kekerasan adalah perilaku yang ditujukan oleh seseorang yang
dapat membahayakan diri sendiri atau orang lain secara fisik, emosional dan
seksual.
Tanda gejala dari risiko perilaku kekerasan ini seperti mata melotot, tangan
mengepal, wajah memerah, serta postur tubuh kaku, kemudian saat berbicara nada
keras dan kasar. Dia juga bisa melukai diri sendiri dan merusak lingkungan
sekitarnya.dan emosinya merasa terganggu, menyalahkan dan menuntut. Serta
mengamuk dan ingin berkelahi.”
Iik : “Benar sus semua tanda itu sudah mulai timbul pada anak kami”
Abay :”Mmaka dari itu kedatangan kami kesini untuk memberitahukan bagaimana
mengontrol dan menangani jika si Lutfi terlihat seperti gejala yang saya jelaskan
sebelumnya.”
Abay : “Yang pertama dengan cara memberi dukungan, seperti memotivasi, bersabar.
Kemudian untuk mengontrol emosinya dengan cara memberikan perhatian dan
pemahaman terhadap kondisi Lutfi
Keluarga : (mengangguk)
Abay : “Baik untuk memastikan pemahaman keluarga sekalian, apakah ada salah satunya
yang ingin menjelaskan kembali ?”
Novita : “Saya sus, pertama dengan cara memberikan dukungan, perhatian yang lebih dan
melakukan kegiatan yang disukai si Lutfi”
Abay : “iya begitu, berarti semuanya saya anggap sudah memahaminya. Jika si Lutfi
tidak dapat ditangani, keluarga bisa memanggil perawat segera. Dan untuk
pertemuan ini sampai disini dulu diskusi kita. Untuk pertemuan selanjutnya kita
akan mendiskusikan rencana berikutnya yang harus dilakukan keluarga terhadap
si Lutfi. Waktunya akan kita atur kembali. Baik kami izin pamit ya pa bu dan
semuanya, semoga Lutfi cepat sembuh terimakasih. Assalamualaikum....”
Saat perawat keluar rumah para tetangga kebingungan dengan kedatangan perawat di
rumah bapa Ipan. Para tetangga pun menghampiri om si Lutfi yang sedang berdiri di depan
pagar rumah.
Noval : “oh iyaa, si Lutfi demam tinggi dari sejak tadi malam.”
Misbah : “Apakah keadaan si Lutfi baik-baik saja ? apakah kami bisa membesuknya ?”
Birrin : “ooh.. saya kira ada masalah. Kalau begitu saya akan lanjutkan patroli kembali.
Permisi.”
Misbah : “iyaa.”
Tetangga dan satpam pun pergi dan om kembali masuk ke rumah sehingga pembicaraan
pun berakhir