Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

POST PARTUM

A. DEFINISI
1. Masa nifas atau post partum merupakan masa selama persalinan dan
segera setelah kelahiran yang meliputi minggu-minggu berikutnya pada
waktu saluran reproduksi kembali ke keadaan tidak hamil yang normal
(Marmi, 2011).
2. Postpartum adalah masa atau waktu sejak bayi dilahirkan dan plasenta
keluar lepas dari rahim, sampai enam minggu berikutnya, disertai
dengan pulihnya kembali organ-organ yang berkaitan dengan
kandungan, yang mengalami perubahan seperti perlukaan dan lain
sebagainya berkaitan saat melahirkan (Suherni, 2009).
3. Post partum adalah masa sesudah persalinan dapat juga disebut masa
nifas (puerperium) yaitu masa sesudah persalinan yang diperlukan untuk
pulihnya kembali alat kandungan yang lamanya 6 minggu. Post
partum adalah masa 6 minggu sejak bayi lahir sampai organ-organ
reproduksi sampai kembali ke keadaan normal sebelum hamil (Bobak,
2010).

B. KLASIFIKASI
Tahapan yang terjadi pada masa nifas menurut Saleha 2009 adalah sebagai
berikut:
1. Priode immediate post partum; Masa segera setelah plasenta lahir
sampai 24 jam. Pada masa ini sering terdapat masalah, misalnya
perdarahan karena atonia uteri. Oleh karena itu bidan harus tetarur
melakukan pemeriksaan kontraksi uterus, pengeluaran lochea, teknan
darah, dan suhu.
2. Priode early post partum antara 24 jam sampai 1 minggu; Pada fase ini
dapat memastikan involasi uteri dalam keadaan normal, tidak ada
perdarahan, lochea tidak berbau busuk, tidak demam, ibu cukup
mendapatkan makan dan cairan, serta ibu dapat menyusui dengan baik.
3. Periode late post partum antara 1 minggu sampai 5 minggu; Pada priode
ini bidan tetap melakukan perawatan dan pemeriksaan sehari-hari serta
konseling keluarga berencana.

C. GEJALA KLINIS (Fisiologi Nifas)


Pada masa puerperium atau nifas tampak perubahan dari alat – alat / organ
reproduksi yaitu :
1. Sistem Reproduksi
1) Uterus; Secara berangsur-angsur, kondisi uterus akan membaik dengan
pengecilan ukuran (involusi) dari uterus itu sendiri. Adapun tinggi fundus
uteri (TFU) post partum menurut masa involusi

Tabel 1. TFU menurut masa involusi


INVOLUSI TFU BERAT
UTERUS
Bayi lahir Setinggi pusat 1000 gram
Placenta lahir  2 cm di bawah umbilicus  1000 gram
dengan bagian fundus
bersandar pada promontorium
sakralis
1 minggu Pertengahan antara umbilikus 500 gram
dan simfisis pubis
2 minggu Tidak teraba di atas simfisis 350 gram
6 minggu Bertambah kecil 50-60 gram

Intensitas kontraksi uterus meningkat secara bermakna segera


setelah bayi lahir. Selama 1 samapi 2 jam pertama pascapartum intensitas
kontraksi uterus bisa berkurang dan menjadi tidak teratur. Karena penting
sekali untuk mempertahankan kontraksi uterus selama masa ini, biasanya
suntikan oksitosin secara IV atau IM diberikan segera setelah plasenta
lahir. Ibu yang merencanakan menyusui bayinya dianjurkan membiarkan
bayinya di payudara segera setelah lahir karena isapan bayi pada payudara
merangsang pelepasan oksitosin.

2) Vagina dan Perineum


Pada post partum terdapat lochia yaitu cairan/sekret yang berasal dari
kavum uteri dan vagina. Macam – macam lochia :
a) Lochia rubra: berisi darah segar dan sisa – sisa selaput ketuban,
terjadi selama 2 hari pasca persalinan
b) Lochia Sanguinolenta: berwarna merah kuning berisi darah dan
lendir, terjadi hari ke 3 – 7 pasca persalinan
c) Lochia serosa: Keluar cairan tidak berisi darah berwarna kuning.
Terjadi hari ke 7 – 14 hari pasca persalinan
d) Lochia alba: Cairan putih setelah 2 minggu pasca persalinan

Pada awalnya, introitus mengalami eritematosa dan edematosa, terutama


pada daerah episiotomi atau jahitan laserasi. Proses penyembuhan luka
episiotomi sama dengan luka operasi lain. Tanda-tanda infeksi (nyeri,
merah, panas, bengkak, atau rabas) atau tepian insisi tidak saling melekat
bisa terjadi. Penyembuhan harus berlangsung dalam dua sampai tiga
minggu. Hemoroid biasanya akan terlihat pada ibu yang memiliki riwayat
hemoroid dan karena mengedan terlalu kuat.

3) Payudara
Pada masa nifas akan timbul masa laktasi akibat pengaruh hormon
laktogen (prolaktin) terhadap kelenjar payudara. Kolostrum diproduksi
mulai di akhir masa kehamilan sampai hari ke 3-5 post partum dimana
kolostrum mengandung lebih banyak protein dan mineral tetapi gula dan
lemak lebih sedikit. Produksi ASI akan meningkat saat bayi menetek pada
ibunya karena menetek merupakan suatu rangsangan terhadap peningkatan
produksi ASI. Makin sering menetek, maka ASI akan makin banyak
diproduksi. Perubahan yang terjadi pada payudara meliputi :
a) Proliferasi jaringan kelenjar mamma dan lemak
b) Pengeluaran kolustrum yang berwarna kuning, mengandung banyak
protein albumin dan globulin yang baik untuk meningkatkan sistem
imunitasi bayi
c) Hipervaskularisasi pada permukaan dan bagian dalam mamma

2. Sistem Pencernaan
1) Nafsu Makan; Ibu biasanya lapar segera melahirkan, sehingga ia boleh
mengkonsumsi makan ringan. Setelah benar-benar pulih analgesia,
anesthesia, dan keletihan, kebanyakan ibu merasa sangat lapar.
Permintaan untuk memperoleh makanan dua kali dari jumlah biasa
dikonsumsi diserta konsumsi camilan yang sering ditemukan.
2) Motilitas; Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna
menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir. Kelebihan
analgesia dan ansthesia bisa memperlambat pengembalian tonus dan
motilitas ke keadaan normal.
3) Defekasi; Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua
sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa disebabkan
karena tonus otot usus menurun selama proses persalinan dan pada awal
masa pascapartum, diare sebelum persalinan, enema sebelum melahirkan,
kurang makan, atau dehidrasi. Ibu sering kali sudah menduga nyeri saat
defeksi karena nyeri yang dirasakannya diperineum akibat episiotomi,
laserasi, hemorid. Kebiasan buang air yang teratur perlu dicapai kembali
setelah tonus usus kembali normal.

3. Sistem Perkemihan
1) Uretra dan kandung kemih
Trauma bisa terjadi pada uretra dan kandung kemih selama proses
melahirkan, yakni sewaktu bayi melewati jalan lahir. Dinding kandung
kemih dapat mengalami hiperemis dan edema, seringkali diserti daerah-
daerah kecil hemoragi. Pengambilan urine dengan cara bersih atau
melalui kateter sering menunjukkan adaya trauma pada kandung kemih.
Uretra dan meatus urinarius bisa juga mengalami edema.
Kombinasi trauma akibat kelahiran, peningkatan kapasitas
kandung kemih setelah bayi lahir dan efek konduksi anastesi
menyebabkan keinginan untuk berkemih menurun. Selain itu rasa nyeri
pada panggul yang timbul akibat dorongan saat melahirkan, laserasi
vagina, atau episiotomi penurunan atau mengubah reflex berkemih,
penurunan berkemih, seiring diuresis pascapartum, bisa menyebabkan
distensi kandung kemih. Distensi kandung kemih yang muncul segera
setelah wanita melahirkan dpat menyebabkan pendarahan berlebih karena
keadaan ini bisa menghambat uterus berkontraksi dengan baik. Tonus
kandung kemih biasanya akan pulih kembali dalam 5 sampai 7 hari
setelah bayi lahir.

4. Sistem Integumen
Hiperpigmentasi di areola dan linea nigra tidak menghilang seluruhnya
setelah bayi lahir. Kulit yang meregang pada payudara,abdomen, paha, dan
panggul mungkin memudar tetapi tidak hilang seluruhnya. Kelainan
pembuluh dara seperti spider angioma (nevi), eritema palmar biasanya
berkurang sebagai respon terhadap penurunan kadar estrogen setelah
kehamilan berakhir. Diaforesis adalah perubahan yang paling jelas terlihat
pada sistem integumen.

D. Patofisiologi
Dalam masa post partum atau masa nifas, alat-alat genetalia interna
maupun eksterna akan berangsur-angsur pulih kembali seperti keadaan
sebelum hamil. Perubahan-perubahan alat genetal ini dalam keseluruhannya
disebut “involusi”. Disamping involusi terjadi perubahan-perubahan lain yakni
hemokonsentrasi dan timbulonya laktasi yang terakhir ini karena pengaruh
lactogenik hormon dari kelenjar hipofisis terhadap kelenjar-kelenjar mama.
Otot-otot uterus berkontraksi segera post partum, pembuluh-pembuluh
darah yang ada antara nyaman otot-otot uterus akan terjepit. Proses ini akan
menghentikan pendarahan setelah plasenta lahir.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada serviks ialah segera setelah post
partum entuk serviks agak menganga seperti corong, bentuk ini disebabkan
oleh korpus uteri terbentuk seperti cincin.
Perubahan-perubahan yang terdapat pada endometrium ialah timbulnya
trombosis, degenerasi dan nekrosis di tempat implantasi plasenta pada hari
pertama endometrium yang kira-kira setebal 2 – 5 mm itu mempunyai
permukaan yang kasar akibat pelepasan desisua dan selaput janin regenerasi
endometrium terjadi sisa-sisa sel desisua basalis yang memakai waktu 2 – 3
minggu.
Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fascia yang merenggang
sewaktu kehamilan dan partus setelah janin lahir berangsur-angsur kembali
seperti sedia kala. Nifas dibagi dalam tiga periode :
1. Post partum dini yaitu kepulihan dimana ibu telah diperbolehkan
berdiri, berjalan-jalan.
2. Post partum intermedial yaitu kepulihan menyeluruh alat-alat genetalia
yang lamanya 6-8 minggu.
3. Post partum terlambat yaitu waktu yang diperlukan untuk pulih dan
sehat sempurna terutama bila selama hamil atau waktu persalinan
mempunyai komplikasi untuk sehat sempurna bisa berminggu-minggu,
bulanan atau tahunan.

E. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaan post partum menurut Siswosudarmo, 2008:
1. Pemerikasaan umum: tensi,nadi,keluhan dan sebagainya
2. Keadaan umum: TTV, selera makan dan lain-lain
3. Payudara: air susu, putting
4. Dinding perut, perineum, kandung kemih, rectum
5. Sekres yang keluar atau lochea
6. Keadaan alat kandungan

F. Komplikasi
1. Pembengkakan payudara
2. Mastitis (peradangan pada payudara)
3. Endometritis (peradangan pada endometrium)
4. Post partum blues
5. Infeksi puerperalis ditandai dengan pembengkakan, rasa nyeri, kemerahan
pada jaringan terinfeksi atau pengeluran cairan berbau dari jalan lahir
selam persalinan atau sesudah persalinan.

G. Penatalaksanaan Medis
1. Observasi ketat 2 jam post partum (adanya komplikasi perdarahan)
2. 6-8 jam pasca persalinan: istirahat dan tidur tenang, usahakan miring
kanan kiri
3. Hari ke- 1-2: memberikan KIE kebersihan diri, cara menyusui yang benar
dan perawatan payudara, perubahan-perubahan yang terjadi pada masa
nifas, pemberian informasi tentang senam nifas.
4. Hari ke- 2: mulai latihan duduk
5. Hari ke- 3: diperkenankan latihan berdiri dan berjalan
H. KONSEP DASAR ASUHAN KEPERAWATAN

Pengkajian

1. Identitas; Meliputi identitas klien, yang terdiri dari nama, umur, alamat,
status perkawinan. Terdapat juga identitas penanggung, misal suami.
2. Status Kesehatan Saat Ini; Meliputi keluhan saat MRS dan keluhan utama
saat ini.
3. Riwayat Obstetri; Riwayat menstruasi, riwayat kehamilan, persalinan,
nifas yang lalu
4. Riwayat Persalinan dan Kelahiran Saat Ini; Tipe persalinan, Lama
persalinan (kala I, kala II, kala III, kala IV), Penggunaan analgesik dan
anastesi, Apakah terdapat masalah dalam persalinan, Kesanggupan dan
pengetahuan dalam perawatan bayi, seperti breast care, perineal care,
nutrisi, senam nifas, KB, menyusui
5. Keadaan Bayi; Meliputi BB, PB, apakah ada kelainan atau tidak.
6. Riwayat Keluarga Berencana
7. Apakah klien melaksanakan KB
a. Bila ya, jenis kontrasepsi apa yang digunakan.
b. Sudah berapa lama menggunakan kontrasepsi.
c. Apakah terdapat masalah dalam penggunaan kontrasepsi.
8. Riwayat Kesehatan
a. Penyakit yang pernah dialami klien.
b. Pengobatan yang pernah didapat.
c. Apakah ada riwayat penyakit keluarga seperti penyakit diabetes
mellitus, penyakit jantung, penyakit hipertensi.
9. Kebutuhan Dasar Khusus
a. Pola nutrisi; Nafsu makan meningkat, Kehilangan rata-rata berat
badan 5,5 kg
b. Pola eliminasi/sistem urogenital; Konstipasi, tidak mampu berkemih,
retensi urine, Edema pada kandung kemih, urethra dan meatus
urinarius terjadi karena trauma.
c. Pada fungsi ginjal: proteinuria, diuresis mulai 12 jam, Fungsi kembali
normal dalam 4 minggu.
d. Pola personal hygiene; Bagaimana frekuensi personal hygiene klien,
seperti mandi, oral hygiene, maupun cusi rambut.
e. Pola istirahat dan tidur; Kurang tidur, mengantuk.
f. Pola aktivitas dan latihan; Terganggu karena nyeri.
g. Pola kebiasaan yang mempengaruhi kesehatan; Apakah klien merokok,
minum-minuman keras, ataupun ketergantungan obat
h. Seksualitas/reproduksi; Ketakutan melakukan hubungan seksual
karena nyeri.
i. Peran; Perubahan peran sebagai ibu.
j. Persepsi diri/konsep diri; Penilaian citra tubuh terganggu.
k. Kognitif perceptual; Kurang pengetahuan tentang perawatan bayi, ibu
post partum.

10. Pemeriksaan Fisik


a. Keadaan Umum; GCS, Tingkat Kesadaran, Tanda-Tanda Vital (Jam I
tiap 15 menit, Jam II tiap 30 menit, 24 jam I tiap 4 jam, Setelah 24
jam tiap 8 jam)
b. Head to toe
1. Kepala; Memeriksa apakah terjadi edema pada wajah.
2. Wajah; Memeriksa apakah konjungtiva pucat, apakah skelera
ikterus
3. Leher; Hiperpigmentasi perlahan berkurang, Memeriksa dan
meraba leher untuk mengetahui apakah kelejar tiroid membesar,
pembuluh limfe, pelebaran vena jugularis.
4. Thorak
5. Payudara; Terdapat perubahan payudara, payudara membesar.
Putting mudah erektil, Pruduksi colostrums 48 jam, Memeriksa
pada payudara jika terdapat massa, atau pembesaran pembuluh
limfe.
6. Jantung
a) Tanda-tanda vital; Tekanan darah sama saat bersalin, suhu
meningkat karena dehidrasi pada awal post partum terjadi
bradikardi
b) Volume darah; Menurun karena kehilangan darah dan kembali
normal 3-4 minggu, Persalinan normal : 200 – 500 cc.
c) Perubahan hematologi; Ht meningkat, leukosit meningkat,
neutrophil meningkat.
d) Jantung ; Kembali ke posisi normal, COP meningkat dan
normal 2-3 minggu.
7. Paru; Fungsi paru kembali normal, RR : 16-24 x/menit,
keseimbangan asam-basa kembali setelah 3 minggu post partum
8. Abdomen; Memeriksa bising usus pada empat kuadran,
Memeriksa fundus uteri, konsistensi, kekuatan kontraksi, posisi,
tinggi fundus, Terjadi relaksasi pada otot abdomen karena terjadi
tarikan saat hamil. Diastasis rekti 2-4 cm, kembali normal 6-8
minggu post partum, Terdapat linea gravidarum, strie alba,
albican.
9. Genetalia
a) Uterus; Memeriksa apakah kondisi uterus sudah kembali
dalam kondisi normal.
b) Lochea; Memeriksa lochea : tipe, jumlah, bau,
 Komposisi (Jaringan endometrial, darah, limfe)
 Tahap; Rubra (merah) : 1-3 hari, Serosa (pink kecoklatan),
Alba (kuning-putih) : 10-14 hari, Lochea terus keluar sampai 3
minggu.
 Bau normal seperti menstruasi, jumlah meningkat saat berdiri.
 Jumlah keluaran rata-rata 240-270 ml.
c) Serviks; Segera setelah lahir terjadi edema, bentuk distensi untuk
beberapa hari, struktur internal kembali dalam 2 minggu, struktur
eksternal melebar dan tampak bercelah.
d) Vagina; Nampak berugae kembali pada 3 minggu, kembali
mendekati ukuran seperti tidak hamil, dalam 6 sampai 8 minggu,
bentuk ramping lebar, produksi mukus normal dengan ovulasi.
10. Perinium dan Anus
a) Pemeriksaan perineum : REEDA (red, edema, ecchymosis,
discharge, loss of approximation)
b) Pemeriksaan adanya hemoroid.

11. Ekstremitas
a) Memeriksa apakah tangan dan kaki edema, pucat pada kuku jari,
hangat, adanya nyeri dan kemerahan.
b) Apakah ada varises
c) Memeriksa refleks patella untuk mengetahui apakah terjadi hypo
atau hyper
d) Memeriksa homans’ sign (nyeri saat kaki dorsofleksi pasif).

Diagnosa Keperawatan

a. Nyeri akut berhubungan dengan agen cidera fisik (peregangan perineum; luka
episiotomi; involusi uteri; hemoroid; pembengkakan payudara).
b. Risiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan pengeluaran yang
berlebihan; perdarahan; diuresis; keringat berlebihan.
c. Risiko infeksi berhubungan dengan trauma jalan lahir
3. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa Tujuan dan Kriteria Intervensi


Keperawatan Hasil

1. Nyeri akut NOC :


berhubungan
Pain Management
dengan agen v Pain Level,
§ Lakukan pengkajian nyeri
cidera fisik ( v Pain control, secara komprehensif
peregangan
termasuk lokasi,
perineum; lukav Comfort level
karakteristik, durasi,
episiotomi;
Kriteria Hasil : frekuensi, kualitas dan
involusi uteri;
faktor presipitasi
hemoroid; v Mampu mengontrol nyeri
pembengkakan (tahu penyebab §
nyeri, Observasi reaksi nonverbal
payudara) mampu menggunakan dari ketidaknyamanan
tehnik nonfarmakologi
§ Gunakan teknik komunikasi
untuk mengurangi nyeri,
terapeutik untuk mengetahui
mencari bantuan)
pengalaman nyeri pasien
v Melaporkan bahwa nyeri
§ Kaji kultur yang
berkurang dengan
menggunakan manajemen mempengaruhi respon nyeri
nyeri § Evaluasi pengalaman nyeri
v Mampu mengenali nyeri masa lampau
(skala, intensitas, frekuensi
§ Evaluasi bersama pasien dan
dan tanda nyeri) tim kesehatan lain tentang
v Menyatakan rasa nyaman ketidakefektifan kontrol
setelah nyeri berkurang nyeri masa lampau

§ Bantu pasien dan keluarga


v Tanda vital dalam rentang
untuk mencari dan
normal
menemukan dukungan

§ Kontrol lingkungan yang


dapat mempengaruhi nyeri
seperti suhu ruangan,
pencahayaan dan kebisingan

§ Kurangi faktor presipitasi


nyeri

§ Pilih dan lakukan


penanganan nyeri
(farmakologi, non
farmakologi dan inter
personal)

§ Kaji tipe dan sumber nyeri


untuk menentukan
intervensi

§ Ajarkan tentang teknik non


farmakologi

§ Berikan analgetik untuk


mengurangi nyeri

§ Evaluasi keefektifan kontrol


nyeri

§ Tingkatkan istirahat

§ Kolaborasikan dengan dokter


jika ada keluhan dan
tindakan nyeri tidak berhasil

§ Monitor penerimaan pasien


tentang manajemen nyeri

Analgesic Administration

§ Tentukan lokasi,
karakteristik, kualitas, dan
derajat nyeri sebelum
pemberian obat

§ Cek instruksi dokter tentang


jenis obat, dosis, dan
frekuensi

§ Cek riwayat alergi

§ Pilih analgesik yang


diperlukan atau kombinasi
dari analgesik ketika
pemberian lebih dari satu

§ Tentukan pilihan analgesik


tergantung tipe dan beratnya
nyeri

§ Tentukan analgesik pilihan,


rute pemberian, dan dosis
optimal

§ Pilih rute pemberian secara


IV, IM untuk pengobatan
nyeri secara teratur

§ Monitor vital sign sebelum


dan sesudah pemberian
analgesik pertama kali

§ Berikan analgesik tepat


waktu terutama saat nyeri
hebat

§ Evaluasi efektivitas
analgesik, tanda dan gejala
(efek samping)

2. Risiko NOC: Fluid management


kekurangan
v
volume cairan Fluid balance · Timbang popok/pembalut
berhubungan v jika diperlukan
Hydration
dengan · Pertahankan catatan
pengeluaran v Nutritional Status : Food and intake dan output yang
yang berlebih; Fluid Intake akurat
perdarahan;
Kriteria Hasil : · Monitor status hidrasi
diuresis;
keringan v Mempertahankan urine (kelembaban membran
berlebihan output sesuai dengan usia mukosa, nadi adekuat,
dan BB, BJ urine normal, tekanan darah ortostatik),
HT normal jika diperlukan

·
v Tekanan darah, nadi, suhu Monitor vital sign

· Monitor masukan
tubuh dalam batas normal makanan / cairan dan hitung
intake kalori harian
v Tidak ada tanda tanda
dehidrasi, Elastisitas turgor
· Lakukan terapi IV
kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada · Monitor status nutrisi
rasa haus yang berlebihan · Berikan cairan

· Berikan cairan IV pada


suhu ruangan

· Dorong masukan oral

· Berikan penggantian
nesogatrik sesuai output

· Dorong keluarga untuk


membantu pasien makan

· Tawarkan snack ( jus


buah, buah segar )

· Kolaborasi dokter jika


tanda cairan berlebih
muncul meburuk

· Atur kemungkinan
tranfusi

· Persiapan untuk tranfusi

3. Resiko infeksi NOC : NIC :


berhubungann
dengan traumav Immune Status Infection Control (Kontrol
jalan lahir infeksi)
v Knowledge : Infection
- control · Bersihkan lingkungan
setelah dipakai pasien lain
v Risk control
· Pertahankan teknik
Kriteria Hasil : isolasi
v Klien bebas dari tanda dan
· Batasi pengunjung bila
gejala infeksi perlu
v Mendeskripsikan proses · Instruksikan pada
penularan penyakit, factor pengunjung untuk mencuci
yang mempengaruhi tangan saat berkunjung dan
penularan serta setelah berkunjung
penatalaksanaannya, meninggalkan pasien

v Menunjukkan kemampuan · Gunakan sabun


untuk mencegah timbulnya antimikrobia untuk cuci
infeksi tangan

v Jumlah leukosit dalam batas


· Cuci tangan setiap
normal sebelum dan sesudah
tindakan kperawtan
v Menunjukkan perilaku hidup
sehat · Gunakan baju, sarung
tangan sebagai alat
pelindung

· Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat

· Ganti letak IV perifer dan


line central dan dressing
sesuai dengan petunjuk
umum

· Gunakan kateter
intermiten untuk
menurunkan infeksi
kandung kencing

· Tingktkan intake nutrisi

· Berikan terapi antibiotik


bila perlu

Infection Protection
(proteksi terhadap infeksi)

· Monitor tanda dan gejala


infeksi sistemik dan lokal

· Monitor hitung
granulosit, WBC

· Monitor kerentanan
terhadap infeksi

· Batasi pengunjung

· Saring pengunjung
terhadap penyakit menular

· Partahankan teknik
aspesis pada pasien yang
beresiko

· Pertahankan teknik
isolasi k/p

· Berikan perawatan kuliat


pada area epidema

· Inspeksi kulit dan


membran mukosa terhadap
kemerahan, panas, drainase

· Ispeksi kondisi luka /


insisi bedah

· Dorong masukkan nutrisi


yang cukup

· Dorong masukan cairan

· Dorong istirahat

· Instruksikan pasien untuk


minum antibiotik sesuai
resep

· Ajarkan pasien dan


keluarga tanda dan gejala
infeksi

· Ajarkan cara
menghindari infeksi

· Laporkan kecurigaan
infeksi

· Laporkan kultur positif


Implementasi

Implementasi sesuai dengan intervensi

Evaluasi

a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebab nyeri, mampu menggunakan


tehnik nonfarmakologi untuk mengurangi nyeri, mencari bantuan),
melaporkan bahwa nyeri berkurang dengan menggunakan manajemen
nyeri, mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekuensi dan tanda
nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang, tanda vital dalam
rentang normal
b. Mempertahankan urine output sesuai dengan usia dan BB, BJ urine
normal, HT normal, tekanan darah, nadi, suhu tubuh dalam batas normal,
tidak ada tanda tanda dehidrasi, elastisitas turgor kulit baik, membran
mukosa lembab, tidak ada rasa haus yang berlebihan.
c. Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi, mendeskripsikan proses
penularan penyakit, factor yang mempengaruhi penularan serta
penatalaksanaannya, menunjukkan kemampuan untuk mencegah
timbulnya infeksi, jumlah leukosit dalam batas normal, menunjukkan
perilaku hidup sehat
DAFTAR PUSTAKA

Carpenito, Lynda juall. 2009. Keperawatan Maternitas, Penerbit Buku


Kedokteran, EGC. Jakarta

Mansjoer. 2010. Kapita Selekta Kedokteran, Edisi 3, Jilid 1. Penerbit Media


Aesculapius. Jakarta

Kusuma,.K. 2013 Asuhan Keperawata berdasarkan Nanda NIC-NOC.Yogjakarta:


salemba Medika

Jones. 2011. Dasar-Dasar Obstetri Dan Ginekologi, Edisi 6. Alih Bahasa


Hadyanto. Jakarta

Mochtar, Rustam. 2015. Sinopsis Obstetri Jilid I Edisi 2. Jakarta: EGC.Manuaba,


IB. 2001. Konsep Obstetri dan Ginekologi Sosial Indonesia. Jakarta:
EGC.Wiknjosostro, Hanita. 2002. Ilmu Kebidanan Edisi III. Jakarta:
Yayasan BimaPustaka Sarwana Prawirohardjo

Anda mungkin juga menyukai