Anda di halaman 1dari 19

DEMOKRASI DAN PENDIDIKAN

DEMOKRASI DI INDONESIA

KELOMPOK 5

NAMA :
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadapan Tuhan Yang Maha Esa yang telang
memberi penerangan dan petunjuk pada kami. Dengan petunjuk beliau kami dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “Demokrasi dan Pendidikan Demokrasi di
Indonesia. Selama pembuatan makalah ini kami juga mendapatkan banyak
dukungan dan bantuan dari pihak lain, maka kami haturkan terimakasi kepada :

1. Bapak Prof. Dr. Ir. I Made Sudarma, MS, selaku dosen pengajar mata kuliah
Pancasila dan Kewarganegaraan Universitas Udayana, yang telah memberi
bimbingan, dorongan dan juga masukan pada penulisan makalah ini.
2. Orang tua kami, yang telah banyak memberikan bantual moral dan material
kepada kami.
3. Serta teman-teman yang telah, memberi masukan yang bermaanfaat kepada
kami.
Kami menyadari bahwa makalah ini masih memiliki kekureangan. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun dari para pembaca sangan kami
butuhkan untuk penyempurnaan makalah ini kedepannya. Serta terima kasih kami
sampaikan karena telah membaca makalah kami.

Jimbaran, 28 September 2016

Penyusun (kelompok 5)
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Demokrasi saat ini merupakan suatu model pemerintahan yang sedang
diperbincangkan dan digunakan oleh negara-negara di seluruh Dunia. Banyak
negara menganggap bahwa demokrasi merupakan system yang paling baik
untuk digunakan oleh negara dalam konteks kekinian, karena mendasarkan
segala aspek seperti berdasarkan suara rakyat. Selain itu demokrasi sebagai
suatu system yang memiliki nilai kemandirian, toleransi, dan mengembangkan
kemampuan untuk memahami budaya berselisih secara demokratis dengan
bertindak sebagai pembicara dan pendengar yang baik. Karena itu, fokus dari
sebuah masyarakat demokratis adalah adanya tanggungjawab terhadap diri
sendiri.
Demokrasi sebenarnya tidak hanya dapat dipahami sebagai prinsip
penyelenggaraan pemerintahan saja, akan tetapi lebih daripada itu terdapat
sejumlah nilai positif untuk mendukung terciptanya masyarakat yang aman,
tenteram, adil dan sejahtera. Sebagaimana kita ketahui bahwa secara filosofis
demokrasi mengedepankan suara rakyat dalam menentukan setiap kebijakan
negara. Berdasar pada filsafat demokrasi, maka segala aspek kehidupan amat
bergantung dan disesuaikan dengan kebutuhan dan kehendak rakyat bukan
kehendak individu yang bertindak sebagai penguasa.
Pengejawantahan nilai-nilai demokrasi dalam kehidupan bermasyarakat,
berbangsa dan bernegara tidak selamanya berjalan mulus, dalam arti bahwa
selalu ada kelemahan yang melekat pada sebuah sistem yang diciptakan dan
diterapkan. Maka dari itu, perlu adanaya suatu pendidikann yang diberikan
kepada masyarakat mengenai apa itu demokrasi agar nilai-nilai demokrasi itu
dapat berjalan dengan baik. Salah satu caranya adalah melalui pendidikan
demokrasi di Indonesia.
B. RUMUSAN MASALAH
1. Apa Pengertian Demokrasi ?
2. Apa Saja Jenis-Jenis Demokrasi ?
3. Apa Saja Nilai-Nilai Demokrasi di Indonesia ?
4. Apa Keunggulan Demokrasi ?
5. Bagaimana Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia ?
6. Apa Itu Pendidikan Demokrasi ?
7. Bagaimana Hubungan Demokrasi dengan Pemilu ?
C. TUJUAN
1. Dapat Memahami Pengertian Demokrasi
2. Dapat Memahami Jenis-Jenis Demokrasi
3. Dapat Memahami Nilai-Nilai Demokrasi di Indonesia
4. Dapat Mengetahui Keunggulan Demokrasi
5. Dapat Mengetahui Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia
6. Dapat Memehami Pendidikan Demokrasi
7. Dapat Memahami Hubungan Demokrasi dengan Pemilu
D. MANFAAT
Manfaat yang didapatkan dari penulisan makalah ini meliputu hal-
hal yang akan dibahas di bab ii
BAB II
PEMBAHASAN

A. Latar Belakang dan Pengertian Demokrasi

Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana semua warga negaranya


memiliki hak setara dalam pengambilan keputusan yang dapat mengubah hidup
mereka. Demokrasi mengizinkan warga negara berpartisipasi nbaik secara langsung
atau melalui perwakilan dalam perumusan, pengembangan, dan pembuatan hokum.
Demokrasi mencakup kondisi social, ekonomi, dan budaya yang memungkinkan
adanya praktik kebebasan politik secara bebas dan setara.
Kata ini berasal dari bahasa Yunani (demokratia) “kekuasaan rakyat”, yang
terbentuk dari kata (demos) “ rakyat” dan (kratos) “kekuatan” atau “kekuasaan”
pada abad ke-5 SM untuk menyebut system politik negara-kota Yunani, salah
satunya Athena: kata ini merupakan antonym dari (aristocratie) “kekuasaan elit”.
Secara teoretis, kedua definisi tersebut saling bertentangan, namun kenyataannya
sudah tidak jelas lagi. System politik Athena Klasik, misalnya, memberikan
kewarganegaraan demokratis kepada pria elit yang bebas dan tidak penyertakan
budak dan wanita dalam partisipasi politik. Di semua pemerintahan demokrasi
sepanjang sejarah kuno dan modern, kewarganegaraan demokratis tetap ditempati
kaum elit sampai semua penduduk dewasa di sebagian besar negara demokrasi
modern benar-benar bebas setelah perjuangan gerakan hak suara pada abad ke-19
da 2. Kata demokrasi (democracy) sendiri sudah ada sejak abad ke-16 dan berasal
dari bahasa Perancis Pertengahan dan Latin Pertengahan lama.
Suatu pemerintahan demokratis berbeda dengan bentuk pemerintahan yang
kekuasaannya di pegang satu orang, seperti monarki, atau sekelompok kecil, seperti
oligarki. Apapun itu, perbedaan-perbedaan yang berasal dari filosofi Yunani ini
sekarang tampak ambigu karena beberapa pemerintahan kontemporer mencampur
aduk elemen-elemen demokrasi, oligarki, dan monarki, Karl Popper
mendefinisikan demokrasi sebagai Sesuatu yang berbeda dengan dediktator atau
tirani, sehingga berfokus pada kesempatan bagi rakyat untuk mengendalikan para
pemimpinnya dan menggulingkan mereka tanpa perlu melakukan revolusi.
Ada beberapa jenis demokrasi, tetapi hanya ada dua bentuk dasar. Keduanya
menjelaskan cara seluruh rakyat menjalankan keinginannya. Bentuk demokrasi
yang pertama adalah demokrasi langsung, yaitu semua warga negara berpartisipasi
langsung dan aktif dalam pengambilan keputusan pemerintahan. Di kebanyakan
negara demokrasi modern, seluruh rakyat masih merupakan satu kekuasaan
berdaulat namun kekuasaan politiknya dijalankan secar tidak langsung melalui
perwakilan: ini disebut demokrasi perwakilan. Konsep demokrasi perwakilan
muncul dari ide-ide dan institusi yang berkembang pada Abad Pertengahan Eropa,
Era Pencerahan, dan Revolusi Amerika Serikat dan Perancis.
Adapun pengertian demokrasi menurut para ahli antara lain :
1. Abraham Lincoln
Demokrasi adalah sistem pemerintahan yang diselenggarakan dari rakyat,
oleh rakyat, dan untuk rakyat.
2. Charles Costello
Demokrasi adalah sistem sosial dan politik pemerintahan diri dengan
kekuasaan-kekuasaan pemerintah yang dibatasi hukum dan kebiasaan untuk
melindungi hak-hak perorangan warga negara.
3. John L. Esposito
Demokrasi pada dasarnya adalah kekuasaan dari dan untuk rakyat. Oleh
karenanya, semuanya berhak untuk berpartisipasi, baik terlibat aktif
maupun mengontrol kebijakan yang dikeluarkan oleh pemerintah. Selain
itu, tentu saja lembaga resmi pemerintah terdapat pemisahan yang jelas
antara unsur eksekutif, legislatif, maupun yudikatif.
4. Hans Kelsen
Demokrasi adalah pemerintahan oleh rakyat dan untuk rakyat. Yang
melaksanakan kekuasaan Negara ialah wakil-wakil rakyat yang terpilih. Di
mana rakyat telah yakin, bahwa segala kehendak dan kepentingannya akan
diperhatikan di dalam melaksanakan kekuasaan Negara.
5. Sidney Hook
Demokrasi adalah bentuk pemerintahan di mana keputusan-keputusan
pemerintah yang penting secara langsung atau tidak didasarkan pada
kesepakatan mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa.
6. C.F. Strong
Demokrasi adalah Suatu sistem pemerintahan di mana mayoritas anggota
dewan dari masyarakat ikut serta dalam politik atas dasar sistem perwakilan
yang menjamin pemerintah akhirnya mempertanggungjawabkan tindakan-
tindakannya pada mayoritas tersebut.
7. Hannry B. Mayo
Kebijaksanaan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil
yang diawasi secara efektif oleh rakyat dalam pemilihan-pemilihan yang
didasarkan atas prinsip kesamaan politik dan diselenggarakan dalam
suasana di mana terjadi kebebasan politik.
8. Merriem
Demokrasi dapat didefinisikan sebagai pemerintahan oleh rakyat;
khususnya, oleh mayoritas; pemerintahan di mana kekuasaan tertinggi tetap
pada rakyat dan dilakukan oleh mereka baik langsung atau tidak langsung
melalui sebuah sistem perwakilan yang biasanya dilakukan dengan cara
mengadakan pemilu bebas yang diadakan secara periodik; rakyat umum
khususnya untuk mengangkat sumber otoritas politik; tiadanya distingsi
kelas atau privelese berdasarkan keturunan atau kesewenang-wenangan.
9. Samuel Huntington
Demokrasi ada jika para pembuat keputusan kolektif yang paling kuat
dalam sebuah sistem dipilih melalui suatu pemilihan umum yang adil, jujur
dan berkala dan di dalam sistem itu para calon bebas bersaing untuk
memperoleh suara dan hampir seluruh penduduk dewasa dapat memberikan
suara.

B. JENIS-JENIS DEMOKRASI

1. Jenis-Jenis Demokrasi ditinjau dari penyaluran kehendak rakyat

 Demokrasi Langsung : Demokrasi langsung adalah sistem demokrasi


yang melibatkan seluruh rakyat secara langsung dalam membicarakan
atau menentukan urusan negara. Terjadi pada zaman Yunani kuno
karena penduduknya masih sedikit.

 Demokrasi Tidak Langsung : Demokrasi tidak langsung/perwakilan


adalah system demokrasi yang untuk menyalurkan kehendaknya, rakyat
memilih wakil-wakilnya untuk duduk dalam parlemen. Aspirasi rakyat
disampaikan melalui wakil-wakilnya di parlemen.

2. Jenis-Jenis Demokrasi ditijau dari hubungan antar-alat kelengkapan Negara

 Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Referendum adalah rakyat


memilih para wakilnya untuk duduk di parlemen, tetapi dikontrol oleh
rakyat dengan system referendum.
 Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Parlementer adalah adanya
hubungan yang erat antarabadan eksekutif dan legislatif. Para menteri
yang menjalankan kekuasaan eksekutif diangkat atasusul legislatif,
sehingga bertanggung jawab kepada parlemen. Kedudukan presiden
atau rajasebagai kepala negara yang tidak menjalankan pemerintahan.
Eksekutif dalam menjalankantugasnya harus sesuai dengan pedoman
atau program kerja yang telah disetujul oleh parlemen.Selama eksekutif
menjalankan tugasnya sesuai dengan program tersebut, kedudukan
eksekutifakan stabil dan mendapat dukungan dan parlemen. Jika
eksekutif melakukan penyimpangan,parlemen bisa menjatuhkan kabinet
dengan mengajukan mosi tidak percaya, yang berarti paramenteri harus
meletakkan jabatannya. Kedudukan eksekutif berada di bawah parlemen
dansangat bergantung pada dukungan parlemen.
 Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Pemisahan Kekuasaan merupakan
kedudukan legislatifterpisah dari eksekutif, sehingga kedua badan
tersebut tidak berhubungan secara langsungseperti dalam demokrasi
parlementer. Menteri-menteri diangkat oleh presiden danberkedudukan
sebagai pembantu presiden dan bertanggung jawab kepada presiden.
Kedudukanpresiden sebagai kepala negara dan kepala pemerintahan.
Jabatan presiden dan para menteritidak tergantung pada dukungan
parlemen dan tidak dapat diberhentikan oleh parlemen.
 Demokrasi Perwakilan dengan Sistem Referendum dan Inisiatif Rakyat
merupakan gabunganantara demokrasi perwakilan dan demokrasi
langsung. Badan perwakilan tetap ada, tetapidikontrol oleh rakyat, baik
melalui referendum yang bersifat obligator maupun fakultatif.
3. Jenis-Jenis Demokrasi yang didasarkan oleh prinsip ideology
 Demokrasi Liberal : Demokrasi liberal menekankan kepada kebebasan
individu dengan mengabaikan kepentingan umum.
 Demokrasi Rakyat : Demokrasi rakyat didasari/dijiwai oleh paham
sosialisme/komunisme yang mengutamakan kepentingan negara atau
kepentingan umum.
 Demokrasi Pancasila : Demokrasi Pancasila berlaku di Indonesia yang
bersumber dan tata nilai social dan budaya bangsa Indonesia serta
berasaskan musyawarah untuk mufakat dengan mengutamakan
keseimbangan kepentingan.
C. NILAI-NILAI DEMOKRASI DI INDONESIA
Terbukanya gerbang era reformasi pada akhir 90-an, mengobarkan
semangat demokrasi yang semakin kuat di Indonesia. Nilai-
nilai demokrasi yang dulu sempat lama terbendung di era orde baru
kini menjadi agenda utama pemerintahan reformasi. Olehkarena itu dibutuhkan
program-program guna mensosialisasikan dan mentransformasikan nilai-nilai
tersebut.
Sekian lama agenda sosialisasi-transformasi nilai-nilai demokrasi
dilaksanakan oleh pemerintah ternyata belum menunjukkan hasil yang
menggembirakan, Selama ini agenda pemerintah yang masuk dalam kategori
paling sukses baru menyentuh pada aspek politik. Terealisasinya Pemilu
langsung oleh rakyat dari tingkat presiden sampai tingkat desa biasa menjadi
bukti nyata suksesnya agenda tersebut. Akan tetapi dilain sisi masih banyak
terjadi peristiwa atau fenomena yang menyimpang bahkan sama sekali tidak
demokratis. Masih banyak sekali terjadi demonstrasi yang berujung kerusuhan
atau kebebasan pers yang berujung pada pertikaian dan saling membuka aib.
Banyak pihak yang berpendapat bahwa persitiwa dan fenomena tersebut
adalah akibat dari kurangnya serta minimnya pengetahuan masyarakat terhadap
urgensi nilai-nilai demokrasi yang sesungguhnya. Diantara urgensi nilai-nilai
demokrasi tersebut adalah :
1. Kebebasan Berpendapat adalah merupakan hak dan kewajiban bagi tiap warga
negara dapat mengutarakan pendapatnya secara bebas untuk dijamin dalam
batang tubuh UUD 1945 pasal 28 dalam undang-undang Nomor 15 Tahun
2005. Menuju masa demokrasi seperti sekarang ini, perubahan-perubahan
di segala bidang sering memunculkan permasalahan baru bagi warga negara
atau masyarakat. Apabila problema tersebut membahayakan, maka warga
berhak untuk menyatakan keluhan tersebut baik secara langsung maupun
tidak langsung kepada pemerintah. Hal ini wajib dijamin oleh pemerintah
sebagai wujud dan bentuk kewajiban negara untuk melindungi rakyatnya.
Semakin cepat dan efektif penyelesaiannya, maka kualitas demokrasi
pemerintahan tersebut semakin tinggi. Pada orde lama, kebebasan ini sangat
dibatasi. Hanya pendapat yang mendukung pemerintahan yang diterima.
Jika ada pendapat yang bertolak belakang dan mengancam kekuasaan
pemerintahan maka dilarang untuk disalurkan melalui media apapun.
Bahkan banyak dari mereka dipaksa mengaku “bersalah” dan ditempatkan
di hotel prodeo. Di masa orde baru, tindakan tersebut berlangsung makin
intensif dan sistematis. Bahkan pemerintahan membentuk badan intelijen
khusus untuk memantau dan mengawasi segala macam gerakan atau
pendapat tokoh masyarakat dan segera menindas mereka bila dianggap
membahayakan tanpa memperdulikan hak asasi manusia (HAM). Inilah
yang memicu kematian nilai-nilai demokrasi di Indonesia. Represi terhadap
perbedaan pendapat dengan para eksekutif cukup potensial dalam
menghadirkan disintegrasi bangsa. Karena demokrasi mengajarkan
kebebasan berpendapat yang dibatasi oleh kebebasan orang lain. Sehingga
segala jenis penindasan ini harus dijauhkan agar tidak menghalangi
demokratisasi dalam tata kehidupan politik Indonesia. Karenanya, setiap
warga berhak memberikan tanggapan dan sikap didalam era keterbukaan
ini.
2. Kebebasan Berkelompok merupakan naluri dasar manusia yang tak mungkin
diingkari. Kebebasan berkelompok dalam berorganisasi merupakan nilai
dasar demokrasi yang harus diaplikasikan oleh setiap warga negara. Pada
masa modern, kebutuhan seperti ini tumbuh dan berkembang semakin pesat.
Semisal seorang calon presiden tidak mungkin mencalonkan dirinya sendiri
kecuali dicalonkan oleh kelompoknya (partainya). Berkelompok pada masa
orde baru sangat dibatasi kebebasannya. Pembentukan partai selain yang
disetujui oleh rezim sangat dilarang pada waktu itu. Kalaupun ada, maka
tidak diperbolehkan berkampanye secara luas sampai ke pelosok daerah.
Hanya partai pemerintah (Golkar) dan militer yang berhak beraktifitas
hingga ke desa-desa. Hasilnya, ketidakadilan semacam ini secara otomatis
menguatkan basis Golkar yang merupakan partai pemerintah. Seiring
runtuhnya rezim orde baru, segala bentuk diskriminisasi tersebut ternyata
tidak mampu memusnahkan eksistensi mereka. Golkar menjadi kehilangan
banyak pendukung dan sebaliknya jumlah aktivis partai lain (PPP dan PDI)
semakin bertambah dan terus berkembang menyusul datangnya era
reformasi. Demokrasi telah memberikan banyak alternatif pilihan sebagai
bentuk dukungan akan kebebasan berkelompok. Tidak ada suatu keharusan
untuk tunduk dan mengikuti ajakan maupun intimidasi dari pemerintah atau
kelompok tertentu. Dan juga tidak ada rasa takut dalam menyampaikan
afiliasinya ke dalam sebuah partai atau kelompoknya selain dari partai
pemerintah.
3. Kebebasan Berpartisipasi, secara umum, negara demokrasi yang
berkembang selalu mengharapkan agar jumlah partisipan dalam pemberian
suara pada pemilihan umum dapat mencapai suara sebanyak-banyaknya.
Jenis partisipasi yang pertama ini adalah wujud kebebasan berpartisipasi
dalam bidang politik. Oleh karena pada zaman otoriter, semakin banyak
pemilih berarti semakin besar kebanggaan suatu rezim yang mendapatkan
dukungan tersebut. Maka, segala bentuk intimidasi kepada warga negara
sering dijadikan sarana untuk meningkatkan dukungan masyarakat. Tetapi
saat memasuki era reformasi, tidak ditemukan partai politik yang mampu
mengumpulkan lebih dari 50 % suara pemilih. Ini membuktikan bahwa
negara Indonesia sedang melangkah ke arah demokrasi yang didalamnya
terdapat jaminan kebebasan berpartisipasi. Hasil positifnya adalah semakin
banyak partai yang mampu mengirimkan wakilnya ke DPR ataupun DPRD.
Bentuk partisipasi kedua adalah kontak atau hubungan dengan pejabat
pemerintah. Seorang anggota DPR terpilih belum tentu mampu bekerja
sesuai harapan masyarakat bahkan presiden yang terpilih secara aklamasi
terkadang tidak mampu memenuhi cita-cita masyarakat. Maka, upaya untuk
mengontak langsung para pejabat merupakan kebutuhan yang semakin
urgen. Rakyat perlu mengontrol dan mengawasi langsung terhadap segala
kebijakan dan keputusan para legislatif maupun eksekutif. Meski begitu,
masih terdapat kendala utama yakni pendidikan politik kepada masyarakat
tentang manfaat partisipasi ini yang belum ditempuh dengan baik. Karena
urgensi mengembangkan tingkat kesadaran ini akan membantu masyarakat
dalam menemukan solusi mengatasi problematika kehidupan yang semakin
kompleks. Melakukan protes terhadap lembaga masyarakat atau pemerintah
adalah jenis partisipasi ketiga. Hal ini merupakan suatu keharusan dalam
sebuah negara berdemokrasi yang bertujuan menjadikan sistem politik
dapat bekerja maksimal,. Namun perlu diarahkan dengan baik untuk
memperbaiki kebijakan dari pemerintah maupun swasta. Tidak
diperkenankan protes tersebut bertujuan menciptakan gangguan dan
hambatan bagi publik. Merupakan bentuk partisipasi keempat yakni
mencalonkan diri dalam pemilihan jabatan publik sesuai dengan sistem
yang berlaku. Hal ini sangat diperlukan dalam pengembangan nilai-nilai
demokrasi. Diharapkan setiap dari mereka akan dapat bertanggung jawab
sepenuhnya bila kelak terpilih dan mau menanggung resiko apabila
melakukan penyimpangan etika pemerintahan.
4. Kesetaraan Antar Warga yakni adanya kesempatan yang sama bagi tiap
warga negara untuk menunjukkan potensi mereka. Untuk ini dibutuhkan
usaha keras agar tidak terjadi diskriminisasi kelompok etnis, bahasa, daerah
ataupun agama tertentu demi menjunjung tinggi kesetaraan. Intimidasi pada
masa orde baru sangat menyulitkan untuk mewujudkan suatu kesetaraan.
Ketika itu, tidak semua warga berhak dan berkesempatan yang sama dalam
memperoleh keadilan. Dalam segala bidang terjadi pelanggaran asas
kesetaraan yang seharusnya mereka dapat mereka dapatkan secara utuh.
Hanya mereka yang mendukung rezim otoriter tersebut yang akan
mendapatkan fasilitas melimpah. Semua bentuk penolakan perihal
kesetaraan ini tentu berseberangan dengan prinsip dan nilai demokrasi.
Namun seiring bangsa ini memasuki era reformasi, nilai-nilai kesetaraan ini
perlahan mulai ditegakkan dan dijunjung tinggi dalam kehidupan berbangsa
dan bernegara. Dan bila mampu dipelihara secara kontinyu akan membawa
kepada demokrasi yang sehat dan terbuka bagi perkembangan kesetaraan di
lingkungan masyarakatnya.
5. Kepercayaan, dalam proses pemerintahan, kepercayaan antar kelompok
masyarakat merupakan nilai yang diperlukan untuk meningkatkan sistem
demokrasi. Semakin kompleksnya permasalahan suatu bangsa maka
semakin urgen pula penanaman rasa saling percaya di kalangan politisi.
Nilai ini juga dapat memperbanyak relasi sosial dan politik dalam
masyarakat serta menghilangkan ketakutan, kecurigaan dan permusuhan di
lingkungan mereka. Akibat dari kepercayaan yang menurun diantaranya
adalah semakin sulitnya pemerintah dalam melaksanakan tugasnya dengan
baik disebabkan ketiadaan dukungan dan kepercayaan dari rakyat. Maka
pemerintah diharuskan dapat memupuk nilai-nilai ini pada dirinya sendiri
demi mendapatkan kepercayaan dari masyarakat luas.
6. Kerjasama, demokrasi tidak akan berkembang jika setiap orang atau
kelompok enggan untuk memunculkan kesatuan pendapat. Perbedaan
dalam berpendapat dapat mendorong tumbuhnya persaingan antar satu
dengan yang lain, namun demokrasi menginginkan tujuan yang bisa
disikapi dengan kerjasama yang baik. Kompetisi menuju sesuatu yang
berkualitas mutlak dibutuhkan, di lain sisi untuk menopang upaya tersebut
maka diperlukan kerjasama yang maksimal.
7. Kedaulatan Rakyat, sebagai bagian dari suatu negara, maka setiap warga
negara memiliki kedaulatan dalam pembentukan pemerintahan. Pemerintah
itu sendiri sesungguhnya berasal dari rakyat dan harus bertanggung jawab
kepada rakyat. Tidak diperbolehkan para politisi untuk mengabaikan
bahkan bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Kedaulatan rakyat
hanya bisa terlaksana jika para politisi menyadari tanggung jawabnya.
Mayoritas politisi zaman orde baru melupakan asal-usulnya dan
mengabaikan harapan serta tuntutan rakyat. Mereka selalu memanfaatkan
rakyat dan mengeksploitasi mereka demi kepentingan pribadi. Karena itu,
dalam rezim demokrasi, para politisi seharusnya sadar bahwa amanat yang
mereka peroleh dari rakyat harus dikembalikan dengan sebaik mungkin
kepada rakyat.
D. KEUNGGULAN DEMOKRASI
Dalam buku Globalisasi dank Krisis Demokrasi (41:2007) Dah1
menyebutkan bahawa demokrasi setidaknya memiliki sepuluh keunggulan :
1. Demokrasi mencegah tumbuhnya suatu pemerintahan otokratis
(pemerintahan pada satu orang), karena otokratis kebanyakan melahirkan
penguasa yang atas nama Sesuatu, menggunakan keunggulan suatu negara,
bangsa dengan kekerasan atau pemaksaan untuk mencapai satu tujuan
2. Demokrasi menjamin bagi warganya untuk menggunakan hak-hak asasi
yang tidak diberikan oleh system yang demokratis
3. Demokrasi menjamin kebebasan pribadi yang lebih luas kepada warga
negaranya daripada alternatif lain yang memungkinkan
4. Demokrasi melindungi orang-orang, yang berhubungan dengan
kepentingan pokok mereka, seperti kelangsungan hidup, Cinta, rasa hormat
dan sebagainya. Demokrasi memberikan kebebasan untuk memilih,
membentuk hidup sesuai tujuan dan sebagainya, lebih baik dari system
politik manapun
5. Pemerintahan demokratis memberikan kebebasan untuk menentukan
nasibnya sendiri, sesuai dengan hokum yang mereka pilih sendiri
6. Pemerintahan demokratis memberikan kesempatan sebesar=besarnya untuk
menjalankan tanggungjawab moral
7. Demokrasi membantu perkembangan manusia lebih daripada system lain
8. Pemerintahan demokratis dapat membantu perkembangan kadar persamaan
politik yang relative tinggi
9. Demokrasi negara-negara demokrasi tidak berperang satu sama lain
10. Negara-negara dengan pemerintahan demokratis biasanya lebih maju
daripada negara dengan pemerintahan non-demokratis.
Pandangan terhadap keunggulan Demokrasi Pancasila
Demokrasi Indonesia yang berlandaskan Pancasila dan UUD 1945
memiliki keunggulan antara lain :
1. Mengutamakan pengambilan keputusan dengan musyawarah mufakat
dalam semangat kekeluargaan
2. Mengutamakan keselarasan dan keseimbangan antara hak dan kewajiban,
antara kepentingan pribadi dan kepentingan umum
3. Lebih mengutamakan kepentingan bangsa di atas kepentingan pribadi dan
kepentingan golongan.
E. SEJARAH PERKEMBANGAN DEMOKRASI DI INDONESIA
Perkembangan demokrasi di Indonesia telah mengalami pasang surut dan
sudah seusia dengan Refublik Indonesia. Lahirnya konsep demokrasi dalam
sejarah modern Indonesia dapat ditelusuri pada siding-sidang BPUPKI antara
bulan Mei sampai Juli 1945. Ada kesamaan pandangan dan consensus politik
dari para peserta siding BPUPKI bahwa negara Indonesia harus berdasarkan
kerakyatan/kedaulatan rakyat atau demokrasi. Para pendiri bangsa bersepakat
bahwa Negara Indonesia mendeka harus menjadi Negara demokrasi.
Pada siding tersebut diperdebatkan apakah hak-hak demokratis
warganegara perlu diberi jaminan dalam undang-undang dasar atau tidak.
Pandangan pertama diwakili oleh Soepomo dan Soekarno yang secara gigih
menentang dimasukkannya hak-hak tersebut dalam konstitusi. Pandangan
kedua diwakili oleh Moh. Hatta dan Moh. Yamin yang memandang perlunya
pencantuman hak-hak warga dalam undang-undang dasar.
Menurut Soepomo, politik pembangunan negara harus sesuai dengan
struktur social masyarakat Indonesia. Bentuk negara harus mengungkap
semangan kebatinan Indonesia yaitu hasrat rakyat akan persatuan (Suseno,
1997). Negara merupakan kesatuan integral dengan masyarakatnya. Individu
dan golongan dalam masyarakat penyatu dan mengabdi pada negara. Negara
bersifat mengayomo segenap kepentingan masyarakat. Tidak perlu adanya
jaminan hak-hak oleh negara karena secara otomatis telah terjamin dalam
negara yang integral.
Sedangkan, Hatta setuju dengan demokrasi yang dikatakan dengan istilah
kerakyatan. Hatta menganggap dan percaya bahwa demokrasi/kerakyatan dan
kebangsaan sangat cocok untuk keperluan pergerakan Indonesia dimasa yang
akan dating (Hatta, 1953). Menurutnya, masyarakat Indonesia tidak besifat
individu, tetapi kolektivitet/rasa bersama dalam bidang politik, social, ekonomi.
Dengan pandangan ini, Hatta mengusukkan agar hak-hak warganegara termuat
dalam undang-undang dasar karena ini merupakan perwujudan dari demokrasi
politik. Di samping itu, Hatta juga mengusulkan perlunya pertanggungjawaban
pemerintah kepada rakyat supaya tidak timbul cadaver disiplin.
Menurut Meriam Boediardjo (1997), dipandang dari sudut
perkembangan sejarah, demokrasi Indonesia sampai masa orde baru dapat
dibagi menjadi 3 yaitu :

1. Masa Republik I, yaitu masa demokrasi parlementer


2. Masa Republik II, yaitu masa demokrasi terpimpin
3. Masa Republik III, yaitu masa demokrasi Pancasila yang menonjolkan
system presidensil
Menurut Afan Gaffar (1990), membagi alur periodisasi demokrasi
Indonesia terdiri dari :
1. Periode masa revolusi kemerdekaan
2. Periode masa demokrasi parlementer (reprensentative democracy)
3. Periode masa demokrasi terpimpin (guided democracy)
4. Periode pemerintahan Orde Baru (Pancasila democracy)
Pelaksanaan demokrasi di Indonesia dapat pula dibagi dalam periode
berikut :
1. Pelaksanaan Demokrasi Masa Revolusi tahun 1945 sampai 1950
2. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Lama yang terdiri atas :
a. Masa demokrasi liberal tahun 1950 sampai 1959
b. Masa demokrasi terpimpin tahun 1959 sampai 1965
3. Pelaksanaan Demokrasi Masa Orde Baru tahun 1966 sampai 1998
4. Pelaksanaan Demokrasi Masa Transisi tahun 1998 sampai 1999
5. Pelaksanaan Demokrasi Masa Reformasi tahun 1999 sampai sekarang
Pada masa transisi dan reformasi, masyarakat memiliki kemsempatan yang
luas dan bebas untuk melaksanakan demokrasi di berbagai bidang. Demokrasi
saat ini menjadi harapan banyak orang sehingga disebut euphoria demokrasi.
Pada masa transisi dan reformasi ini juga, banyak terjadi pertentangan,
perbedaan pendapat yang kerap menimbulkan kerusuhan dan konflik
antarbangsa sendiri. Antara tahun 1998 sampai 1999 dianggap tahun yang
penuh dengan gejolak dan kerusuhan. Beberapa kasus kerusuhan antara lain :
1. Kerusuhan di Aceh
2. Kerusuhan dan pertentangan di wilayah Timor Timur
3. Konflik di Ambon, Maluku, Kalimantan Tengah dan lain-lain.
Demokrasi yang diperjuangkan di era transisi membutuhkan pengorbanan
dan memunculkan kerusuhan di mana-mana. Hal itu tentu saja dapat
memperlemah stabilitas politik dan nasianal Indonesia. Tanpa sikap hidup
demokratis dan berpegang pada nilai-nilai demokrasi. Maka demokrasi yang
diperjuangkan akan menimbukkan anarki dan kerusuhan.
Setelah pelaksanaan pemilu legislative dan pemilu presiden 2004, bangsa
Indonesia memulai penyelenggaraan kehidupan ketatanegaraan. Diharapkan
penyelenggaraan bernegara secara demokratis dapat dijalankan sebagai sarana
mencapai kesejahteraan dan keadilan rakyat.
F. PENDIDIKAN DEMOKRASI
G. HUBUNGAN DEMOKRASI DENGAN PEMILU
Dalam sebuah Negara yang menganut paham Demokrasi, Pemilu menjadi
kunci terciptanya demokrasi. Tak ada demokrasi tanpa diikuti Pemilu. Pemilu merupakan
wujud yang paling nyata dari demokrasi. Salah satu perwujudan keterlibatan rakyat dalam
proses politik adalah Pemilihan Umum. Demokrasi sebuah bangsa hampir tidak
terpahamkan tanpa Pemilu. Sehingga setiap pemerintahan suatu Negara
yang hendak menyelenggarakan pemilu selalu menginginkan pelaksanaanya benar-benar
mencerminkan proses demokrasi. Pemilu merupakan sarana bagi rakyat untuk ikut serta
menentukan gure dan arah kepemimpinan Negara dalam periode waktu tertentu.
Ide demokrasi yang menyebutkan bahwa dasar penyelenggaraan Negara
adalah kehendak rakyat merupakan dasar bagi penyelenggaraan pemilu. Pemilu yang
teratur dan berkesinambungan saja tidak cukup untuk menghasilkan kepemimpinan
yang benar-benar mendekati kehendak rakyat. Pemilu merupakan saran legitimasi bagi
sebuah kekuasaan. Setiap penguasa betapapun otoriternya pasati membutuhkan dukungan
rakyat secara formal untuk melegitimasi kekuasaanya.
Pemilihan umum merupakan perwujudan nyata demokrasi dalam praktek bernegara saat
ini karena menjadi sarana utama bagi rakyat untuk menyatakan kedaulatan rakyat atas Negara
dan Pemerintah. Pernyataan kedaulatan rakyat tersebut dapat diwujudkan dalam proses
pelibatan masyarakat untuk menentukan siapa-siapa saja yang harus
menjalankan dan di sisi lain mengawasi pemerintahan Negara. Karena itu,
fungsi utama bagi rakyat adalah “untuk memilih dan melakukan pengawasan
terhadap wakil-wakil mereka”.

Anda mungkin juga menyukai