Anda di halaman 1dari 5

Komposisi dan Pengaruh Perbandingan Bahan Baku pada Proses

Industri Semen Portland

Oleh:
Rifqi Maulana Adiasa

(21030117140021)

DEPARTEMEN TEKNIK KIMIA FAKULTAS TEKNIK


UNIVERSITAS DIPONEGORO
SEMARANG
2018
 Semen Portland :
Semen abu adalah bubuk/bulk berwarna abu kebiru-biruan, dibentuk dari bahan utama
batu kapur/gamping berkadar kalsium tinggi yang diolah dalam tanur yang bersuhu dan
bertekanan tinggi. Semen ini biasa digunakan sebagai perekat untuk memplester. Semen
ini berdasarkan prosentase kandungan penyusunannya terdiri dari lima tipe, yaitu tipe I, II,
III, IV, dan V :
1. Tipe 1 (Ordinary Portland Cement), yaitu jenis semen Portland untuk penggunaan dalam
konstruksi beton secara umum yang tidak memerlukan sifat-sifat khusus terhadap panas
hidrasi dan kandungan sulfat pada tanah/air (0,0%-0,10%). Kandungan C3S-nya 48-52 %,
C3A-nya 10-15 %. Penggunaan Semen Portland type I dapat dipakai untuk seluruh
bangunan, seperti untuk jalan, jembatan, bangunan, gedung, dan lain-lain. Semen ini ada
beberapa jenis, antara lain semen sumur minyak, semen cepat keras, dan beberapa jenis
untuk penggunaan khusus.
Dapat diklasifikasikan lagi menjadi : semen putih (mengandung ferri oksida lebih
sedikit), quick-setting cement, oil-well cement.
2. Tipe 2 (Moderate Heat of Hardening and Sulfate Resistance Portland Cement). Yaitu
semen Portland dengan kalor pengerasan sedang atau Semen Portland tahan sulfat
(Moderate Sulfate Resistance Portland Cement) yang dipakai untuk bangunan yang
memerlukan ketahanan terhadap sulfat (0,10%-0,20%) dan panas hidrasi yang tidak terlalu
tinggi.. Diperlukan untuk bangunan tepi laut, irigasi atau beton massa yang memerlukan
panas hidrasi rendah.
Panas hidrasi yang dikeluarkan dari semen jenis ini tidak boleh melebihi 295 J/g
setelah 7 hari dan tidak boleh melebihi 335 J/g setelah 28 hari.
3. Tipe 3 (High Early Strength Portland Cement), yaitu Semen Portland dengan kekuatan awal
tinggi yang terbuat dari bahan baku yang mengandung perbandingan limestone-silika lebih
tinggi dari yang digunakan pada tipe I, dan penggilingannya juga lebih halus dari tipe I.
Sifatnya mudah mengeras pada fase permulaan setelah pengikatan terjadi. C3S-nya tinggi
dan butirannya sangat halus. Penggunaannya untuk bangunan yang memerlukan kekuatan
tekan tinggi seperti jembatan atau kondisi berat.
4. Tipe 4 (Low Heat of Hardening Portland Cement), yaitu Semen Portland kalor-rendah.
Persen kandungan C3S dan trikalsium aluminat (C3A) lebih rendah, sehingga pengeluaran
kalornya pun lebih rendah. Akibatnya, persen tetrakalsium-aluminoferit (C4AF) lebih
tinggi karena adanya Fe2O3 yang ditambahkan untuk mengurangi C3A. kalor yang dilepas
pun tidak boleh lebih dari 250 dan 295 J/g masing-masing sesudah 7 dan 28 hari, dan kalor
hidrasinya adalah 15 sampai 35 persen lebih rendah dari kalor hidrasi semen biasa atau
Semen Portland tipe III. Digunakan untuk kebutuhan pengecoran yang tidak memerlukan
panas, pengecoran dengan penyemprotan, dan waktu pengikatan lama.
5. Tipe 5 (Sulfate Resistance Portland Cement), yaitu Semen Portland yang dalam
penggunaannya memerlukan ketahanan yang tinggi terhadap sulfat dan C3S-nya rendah.
Digunakan untuk bangunan yang terdapat pada daerah yang memiliki suasana asam/sulfat
yang tinggi, misal untuk tangki bahan kimia dan untuk pipa-pipa bawah tanah.
 Empat Senyawa Utama pada Semen Portland:
1. Trikalsium Silikat (3 CaO.SiO2) atau C3S
Merupakan komponen utama dalam semen. Berstruktur kristal, memberikan kekuatan awal pada
pengikatan 3-7 hari. Kiln feed mempunyai potensial C3S yaitu 52-65 %. Jika lebih dari 65 % maka
feed akan sukar dibakar dan memberikan sifat coating yang jelek.

2. Dikalsium Silikat (2 CaO. SiO2) atau C2S


Berstruktur kristal, di dalam semen terdapat ± 22 % dan bersifat menunjang kekuatan akhir (setelah
satu tahun). C2S dan C3S terbentuk pada suhu ± 1470 0C. perubahan suhu pada zona pembakaran akan
berpengaruh terhadap juml;ah C2S dan C3S. untuk pembentukan C3S dibutuhkan suhu yang lebih
tinggi.

3. Trikalsium Aluminat (3 CaO. Al2O3) atau C3A


Senyawa ini memberikan sifat plastis pada adonan semen, makin tinggi kadarnya, makin plastis
sifat adonan. Kandungannya dalam semen ± 6-8 %.

4. Tetrakalsium Aluminat Ferat (4 CaO.Al2O3.Fe2O3) atau C4AF


Mempunyai pengaruh terhadap warna semen, jika kadarnya tinggi maka warna semen akan makin
gelap. Kandungan Fe diperlukan sebagai penurun titik lebur pada proses pembakaran.
Bahan Baku :

 Batu kapur digunakan sebanyak ± 81 %.


 Batu kapur merupakan sumber utama oksida yang mempumyai rumus CaCO3 (Calcium
Carbonat), pada umumnya tercampur MgCO3 dan MgSO4, Alumina Silikat dan senyawa
oksida lainnya.
 Batu kapur yang baik dalam penggunaan pembuatan semen memiliki kadar air ± 5%
 Senyawa besi dan organik menyebabkan batu kapur berwarna abu-abu hingga kuning
 Tanah Liat digunakan sebanyak ± 9 %
 Rumus kimia tanah liat yang digunakan pada produksi semen SiO2Al2O3.2H2O.
 Tanah liat yang baik untuk digunakan memiliki kadar air ± 20 %, kadar SiO2 tidak terlalu
tinggi ± 46 %
 Komponen utama pembentuk tanah liat adalah senyawa Alumina Silikat Hidrat
 Klasifikasi Senyawa alumina silikat berdasarkan kelompok mineral yang dikandungnya :
o Kelompok Montmorilonite
 Meliputi : Monmorilosite, beidelite, saponite, dan nitronite
o Kelompok Kaolin
 Meliputi : kaolinite, dicnite, nacrite, dan halaysite
o Kelompok tanah liat beralkali
 Meliputi : tanah liat mika (ilite)
 Pasir silika digunakan sebanyak ± 9 %
 Pasir silika memiliki rumus SiO2 (silikon dioksida).
 Pada umumnya pasir silika terdapat bersama oksida logam lainnya, semakin murni kadar
SiO2 semakin putih warna pasir silikanya, semakin berkurang kadar SiO2 semakin
berwarna merah atau coklat, disamping itu semakin mudah menggumpal karena kadar
airnya yang tinggi.
 Pasir silika yang baik untuk pembuatan semen adalah dengan kadar SiO2 ± 90%
 Pasir besi digunakan sebanyak ± 1%
 Pasir besi memiliki rumus kimia Fe2O3 (Ferri Oksida) yang pada umumnya selalu
tercampur dengan SiO2 dan TiO2 sebagai impuritiesnya.
 Fe2O3 berfungsi sebagai penghantar panas dalam proses pembuatan terak semen.
 Kadar yang baik dalam pembuatan semen yaitu Fe3O2 ± 75% - 80%.
Pada penggilingan akhir digunakan gipsum sebanyak 3-5% total pembuatan semen (A).
 Gypsum ( CaSO4. 2 H2O )
 Berfungsi sebagai retarder atau memperlambat proses pengerasan dari semen.
 Hilangnya kristal air pada gipsum menyebabkan hilangnya atau berkurangnya sifat gipsum
sebagai retarder.
 Kesimpulan
Semen Portland dapat dibuat menggunakan bahan baku berupa Batu kapur/ Batu
Gamping/ Limestone, Clay/ Tanah liat, Pasir Silika, Pasir besi, dan Gypsum. Dengan
persentase bahan baku 81%, 9%, 9%, 1%. Apabila perbandingan bahan baku diubah maka
kandungan komponen utama penyusun semen akan berubah yang akan mengakibatkan
perbedaan pada sifat fisik dan kimiawi produk semen yang dihasilkan seperti Semen tipe
I, Tipe II, Tipe III, Tipe IV, dan Tipe V.

Anda mungkin juga menyukai