Sedimen Masna
Sedimen Masna
MASNAWITA TURNIP
1604115419
KELOMPOK 6
Puji syukur penulis ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, atas berkat
mata kuliah Sedimentologi dan asisten dosen praktikum yang telah memberikan
pengarahan selama masa praktikum ini dan tak lupa juga penulis mengucapkan
terima kasih kepada teman-teman dan berbagai pihak yang telah ikut serta dalam
masih perlu perbaikan sehingga penulis akan menerima saran dan masukan yang
Masnawita Turnip
ii
DAFTAR ISI
Isi Halaman
DAFTAR LAMPIRAN............................................................................ v
I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang........................................................................... 1
1.2 Tujuan dan Manfaat ................................................................... 2
II. METODOLOGI
2.1 Waktu dan Tempat........................................... .......................... 3
2.2 Alat dan Bahan................................................ ........................... 3
2.3 Prosedur Praktikum .................................................................... 4
2.3.1 Penentuan Lokasi Sampling ................................................. 4
2.3.2 Pengambilan dan Penanganan Sampel................................. 4
2.3.3 Parameter Kualitas Perairan ................................................. 4
2.3.4 Analisis Fraksi Sedimen ...................................................... 5
2.4 Analisis Data .............................................................................. 6
2.5 Asumsi ....................................................................................... 7
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Tabel Halaman
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran Halaman
kaya dan beragam akan sumber daya alam dan jasa-jasa lingkungan. Indonesia
termasuk negara kedua yang memiliki garis pantai terpanjang setelah Kanada.
Luas wilayah laut negeri kita, termasuk didalamnya Zona Ekonomi Ekslusif
(ZEE), mencakup 5,8 juta km2, atau sekitar tiga perempat dari luas keseluruhan
terpadu dan terkendali. Untuk menjaga agar daya dukung wilayah pesisir tidak
mengalami penurunan yang besar maka perlu diperhatikan pula faktor-faktor yang
bahwa transport sedimen sepanjang pantai terjadi apabila pasir terangkat oleh
terjadinya erosi dan akresi didaerah pantai. Pemindahan sedimen pantai dapat
diakibatkan oleh arus sungai, gelombang, arus pasang surut, angin dan
Sedimen merupakan bahan atau partikel yang terdapat dipermukaan bumi (di
dari satu tempat (kawasan) ke tempat lainnya. Air dan angin merupakan agen
pengangkut yang utama. Sedimen ini apabila mengeras (membatu) akan menjadi
batuan sedimen.
air horizontal tinggi, sedimen akan tetap dalam bentuk larutan. Namun bila
gerakan air perlahan sehingga tidak cukup energi untuk menjaga agar sedimen
tetap larut maka akan terjadi proses pengendapan bahan-bahan sedimen. Selain itu
yang akan diendapkan. Tingginya proses sedimentasi ini akan berdampak kembali
pada manusia itu sendiri seperti terganggunya transportasi laut karena telah terjadi
dipegaruhi oleh aktifitas artifisial (manusia) dan alam. Oleh sebab itu hasil
penelitian tentang sedimen akan memberikan informasi tentang efek yang terjadi
II. METODOLOGI
perairan laut Angso Duo, serta dilakukannya pengujian sampel pada tanggal 30
Adapun alat dan bahan yang digunakan di lapangan dan laboratorium adalah:
Pengambilan sampel dan data parameter kualitas perairan dilakukan pada enam
lokasi (stasiun) yang berada di perairan pantai UPTD Konservasi Penyu Pariaman
menggunakan kantong plastik, lalu diberi label dan dimasukkan ke dalam ice box.
Di perairan laut Angso Duo Eckman grab diturunkan pada saat kapal berhenti di
setiap stasiun. Setelah Eckman grab sampai ke dasar perairan, tegangkan tali grab
dengan cara menarik tali sampai tegak lurus dengan posisi Eckman grab yang di
dasar perairan. Selanjutnya, pemberat dijatuhkan untuk membuka grab yang ada
sedimen yang terambil dimasukkan ke dalam kantong plastik yang telah disiapkan
sebelumnya, lalu sampel diberi label dan dimasukkan ke dalam ice box.Sampel
a. Suhu
b. Kecerahan
Secchi disk adalah dimasukan perlahan–lahan ke dalam air. Setelah itu dilakukan
kecerahan diperoleh dari jarak hilang ditambah jarak tampak kemudian dibagi
dua.
c. Salinitas
refractometer dan dibersihkan dengan tisu. Kemudian teteskan air sampel dan
lihat hasilnya.
yaitu dengan mencelupkan kertas indikator ke dalam air sampel, angkat kertas
1. Bentuk 3 cawan besar sebagai tempat sampel A,B,C dan 27 cawan kecil untuk
tempat fraksi dari setiap sampel yang dibentuk dari aluminium foil
2. Keluarkan dan dinginkan cawan, lalu ditimbang untuk mendapat berat cawan.
6
4. Setelah 24 jam sampel sedimen diambil lalu masukkan kedalam desikator, lalu
dengan air mengalir, sehingga sedimen paling atas turun sampai ke ayakan
paling bawah.
6. Sediakan 9 cawan untuk setiap sampel, lalu cawan di beri label (label -1-7).
7. Masukkan sampel pada cawan berdasarkan ukuran. Lalu oven selama 24 jam,
meansize (Mz), koefisien sorting (δ1), skewness (SkL) dan kurtosis dengan
b. Sorting (δ1)
c. Skewness (SkL)
d. kurtosis (KG)
∅95 − ∅5
Kurtosis (KG) =
2,44 (∅75− ∅25)
2.5 Asumsi
3.1 Hasil
Sedimentologi di KKPD Kota Pariaman Sumatera Barat adalah panas dan cerah,
angin tidak terlalu kencang, namun pantai berombak. Perairan berwarna coklat
dan substrat pantai berpasir. Kondisi cuaca pada saat pengambilan sampel
sedimen di laut ketika menuju Pulau Angso duo mendung, angin kencang, dan
ombak besar.
3.1.2 PKA
N 00 37’00.59” 8
6 30 31 - 100
E 100 06’02.32”
9
3.1.6 Sorting
3.2 Pembahasan
perbedaan ukuran dalam material induk. Ukuran butir partikel sedimen adalah
semakin kecil ukuran butir semakin lama partikel tersebut dalam kolam air dan
(2012) menyatakan bahwa distribusi fraksi sedimen dipengaruhi oleh arus. Pada
kerikil dan pasir akan lebih cepat mengendap dibandingkan fraksi yang berukuran
perhitungan nilai diameter rata-rata atau mean size (Mz) sedimen di semua
stasiun berkisar antara Ø -0,47 sampai 6,03 dengan klasifikasi yang mendominasi
normal. Nilai skewness daerah pratikum berkisar antara -0,9 - 0,85. Klasifikasi
yang mendominasi Skewness adalah very fine skewed yang artinya lingkungan
Nilai sorting pada daerah pratikum berkisar antara 0,75 – 3,08 dengan
klasifikasi yang mendominasi adalah very poorly sorted dan poorly sorted, hal ini
menandakan bahwa partikel terpilah buruk dimana terdapat perbedaan besar butir
21
Kurtosis berguna untuk mengukur puncak dari kurva dan hubungan dengan
yang disebut platykurtic. Sebaliknya kurva yang mempunyai puncak yang tajam
kurtosis yang didapat berkisar antara -0,16 – 17,83 dengan klasifikasi yang
bervariasi.
22
25.1 Kesimpulan
sedimen yang lebih dominan yaitu pasir. Berdasarkan nilai Sorting, didapati
bahwa partikel sedimen pada umumnya terpilah dengan buruk. Dilihat dari nilai
gelombang.
25.2 Saran
Perlu adanya penelitian lebih lanjut mengenai sedimen yang ada di lokasi
prakikum ini supaya data yang diperoleh lebih lengkap. Juga dalam proses
DAFTAR PUSTAKA
Dahuri, B. G. 2002. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut
Serta Prinsip Pengelolaannya. Penerbit PKSPL. IPB. Bogor. 220 Hal
Darsef. 2003. Faktor-faktor yang Berdampak Terhadap Lingkungan Pesisir.
Makalah. Pengantar Falsafah Sains. Program Pascasarjana. IPB.
Kusumadinata.K.R.P.2012. Prinsip Prinsip Sedimentasi. Dept Teknik ITB.
Bandung.
Setyadi, D., U. Kamaludin dan N. Gerhaneu. 2015. Jenis dan Sebaran Sedimen di
Perairan Papela dan Sekitarnya, Rote- Ndao, Nusa Tenggara Timur. J.
Geologi Kelautan. Vol 13 (3).
24
LAMPIRAN
25
Kelompok 1 sampel A
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
0,4 + (−1,2) − 2(−0,6) 0,9 + (−1,4) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(0,4 − (−1,2)) 2(0,9 − (−1,4))
Sk1 = 0,28
Kelompok 1 sampel B
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
2
2,1+0,5−2(−0,6) 3,3+0,2−2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(2,1−0,5) 2(3,3−0,2)
Sk1 = 0,43
Kelompok 1 sampel C
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
2,6 + (−0,5) − 2(−0,6) 3,4 + (−1,6) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(2,6 − (−0,5)) 2(3,4 − (−1,6))
Sk1 = -0,06
Kelompok 2 sampel A
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
1,2 + (−1,2) − 2(−0,6) 7 + (−1,4) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(1,2 − (−1,2)) 2(7 − (−1,4))
Sk1 = 0,60
Kelompok 2 sampel B
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
1,9 + (−0,4) − 2(−0,6) 7,1 + (−1,1) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(1,9 − (−0,4)) 2(7,1 − (−1,1))
Sk1 = 0,25
Kelompok 2 sampel C
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
7,4 + 3,4 − 2(−0,6) 7,5 + 2 − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(7,4 − 3,4) 2(7,5 − 2)
Sk1 = -0,90
Kelompok 3 sampel A
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
1,4 + (−0,2) − 2(−0,6) 3,1 + (−0,5) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(1,4 − (−0,2)) 2(3,1 − (−0,2))
Sk1 = 0,38
Kelompok 3 sampel B
3
∅84+∅16−2∅50 ∅95+∅5−2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84−∅16) 2(∅95−∅5)
Kelompok 5 sampel B
Sk1 = 0,44
Kelompok 5 sampel C
Sk1 = -0,86
Kelompok 6 sampel A
Sk1 = 0,43
Kelompok 6 sampel B
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
7,1 + (−0,2) − 2(−0,6) 7,3 + (−1) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(7,1 − (−0,2)) 2(7,3 − (−1))
Sk1 = 0,54
Kelompok 6 sampel C
∅84 + ∅16 − 2∅50 ∅95 + ∅5 − 2∅50
𝑆𝑘1 = +
2(∅84 − ∅16) 2(∅95 − ∅5)
1,6 + (−1,3) − 2(−0,6) 7,1 + (−1,4) − 2(−0,6)
𝑆𝑘1 = +
2(1,6 − (−1,3)) 2(7,1 − (−1,4))
Sk1 = 0,85
5
Kelompok 1 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
0,4 − (−1,2) 0,9 − (−1,4)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 0,75
Kelompok 1 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
2,1 − 0,5 3,3 − 0,2
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 0,87
Kelompok 1 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
2,6 − (−0,5) 3,4 − (−1,6)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,53
Kelompok 2 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,2 − (−1,2) 7 − (−1,4)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,87
Kelompok 2 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,9 − (−0,4) 7,1 − (−1,1)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,82
Kelompok 2 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
2
7,4−3,4 7,5−2
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,83
Kelompok 3 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,4 − (−0,2) 3,1 − (−0,5)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 0,95
Kelompok 3 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
3,6 − 0 7,2 − (−0,4)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,05
Kelompok 3 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
7,2 − 2,1 7,4 − (−1,2)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,24
Kelompok 4 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
2,6 − (−0,9) 7,2 − (−1,2)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,15
Kelompok 4 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,9 − (−1,1) 7,2 − (−1,3)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,04
3
Kelompok 4 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
7,4 − 3,5 7,6 − 1,1
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,96
Kelompok 5 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,4 − (−1,2) 2,9 − (−1,4)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,30
Kelompok 5 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
7,1 − 0,3 7,3 − (−0,7)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,91
Kelompok 5 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
7,3 − 2,9 7,4 − 2
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,92
Kelompok 6 sampel A
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,4 − (−0,8) 7 − (−1,2)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 1,79
Kelompok 6 sampel B
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
7,1 − (−0,2) 7,3 − (−1)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 3,08
4
Kelompok 6 sampel C
∅84 − ∅16 ∅95 − ∅5
𝛿1 = +
4 6,6
1,6 − (−1,3) 7,1 − (−1,4)
𝛿1 = +
4 6,6
𝛿1 = 2,01
Larutan H2O2
4
Pendinginan sampel
di dalam Desikator