Etos berarti pandangan hidup yang khas dari suatu golongan sosial. Etos berasal dari Bahasa Yunani (etos) yang memberikan arti sikap, kepribadian, watak, karakter, serta keyakinan atas sesuatu. Dalam kamus besar Bahasa Indonesia etos kerja adalah semangat kerja yang menjadi ciri khas dan keyakinan seseorang atau suatu kelompok. Kerja dalam pengertian luas adalah semua bentuk usaha yang dilakukan manusia, baik dalam hal materi, intelektual dan fisik, maupun hal-hal yang berkaitan dengan keduniaan maupun keakhiratan. Secara terminology kata etos, mengalami perubahan makna yang meluas. Digunakan dalam tiga perngertian yang berbeda, yaitu: a. Suatu aturan umum atau cara hidup b. Suatu tatanan aturan perilaku c. Penyelidikan tentang jalan hidup dan seperangkat tingkah laku Adapun macam-macam pekerja, adalah sebagai berikut: a. Al-Hirafiyyin, mereka yang mempunyai lapangan kerja, seperti penjahit, tukang kayu dan para pemilik restoran. Dewasa ini pengertiannya lebih luas, seperti mereka yang bekerja dalam jasa angkutan dan kuli. b. Al-Muwadzofin, mereka yang secara legal mendapatkan gaji tetap seperti para pegawai dari suatu perusahaan dan pegawai negeri. c. Al-Kasbah, para perkerja yang menutupi kebutuhan makanan sehari- hari dengan cara jual beli seperti pedagang keliling. d. Al-Muzarriun, para petani. B. Etika Kerja dalam Islam a. Adanya keterkaitan individu terhadap Allah, sehingga menuntut indvidu untuk bersikap cermat dan bersungguh-sungguh dalam bekerja, berusaha keras memperoleh keridhoan Alloh dan mempunyai hubungan baik dengan relasinya. b. Berusaha dengan cara yang halal dalam seluruh jenis pekerjaan. c. Tidak memaksakan seseorang, alat-alat produksi atau binatang dalam bekerja, semua harus dipekerjakan dengan profesional dan wajar. d. Tidak melakukan perkerjaan yang mendurhakai Alloh yang ada kaitannya dengan minuman keras, riba dan hal-hal lain yang diharamkan Alloh. e. Profesionalisme dalam setiap pekerjaan. C. Penjelasan Q.S. Al-Jumuah ayat 9-10 Dalam Q.S. Al-Jumuah ayat 9-10 bahwa setiap orang wajib bekerja untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Bekerja yang tidak lupa akan Allah, ketika waktu shalat/ ibadah tiba kita sedang melaksanakan pekerjaan maka hendaknya kita menunda pekerjaan dahulu lalu beribadahlah. Setelah melaksanakan shalat / ibadah maka segeralah untuk melaksanakan pekerjaan kembali. D. Penjelasan Hadis Etos Kerja Islam mengajarkan kepada umatnya agar berusaha untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Tidak dibenarkan seorang muslim berpangku tangan saja atau berdo’a mengharapkan rezeki datang dari langit tanpa mengiringinya dengan usaha. Namun demikian, tidak dibenarkan pula terlalu mengandalkan kemampuan diri sehingga melupakan pertolongan Allah SWT. dan tidak mau berdo’a kepada- Nya. Dalam bekerja, sebaiknya ia menggunakan tangannya atau kemampuannya serta sesuai pula dengan keahliannya. Diantara hikmah dari rezeki yang dihasilkan memalui tangan sendiri adalah terasa lebih nikmat daripada hasil kerja orang lain. Juga akan menumbuhkan hidup hemat karena merasakan bagaimana payahnya mencari rezeki. Selain itu, ia pun tidak akan lagi menggantungkan hidupnya kepada orang lain, yang belum tentu selamanya ridha dan mampu membiayai hidupnya. Dalam hadis ini pun dinyatakan bahwa berjualan dengan cara yang baik, juga dikategorikan sebagai pekerjaan yang baik, yaitu tidak hanya mengutamakan keuntungan semata sehingga melanggar etika kejujuran dan melanggar rambu- rambu agama. Dia harus ingat bahwa perbuatannya akan dipertanggungjawabkan dihadapan Allah kelak. Hadis ini lebih mempertegas tentang mulianya orang yang menggunakan tangan dan kemampuannya. Harta yang dihasilkan melalui kerja keras walaupun sedikit dipandang lebih berharga daripada harta warisan atau pemberian orang.