D
I
S
U
S
U
N
OLEH: Kelompok 2
1. Febi Saputri 6. Medita Angnasari Marbun
2. Harapan Jaya Laia 7. Puja Utami Nainggolan
3. Hemmiya Florenta 8.Roeska Hotmauli Sitorus
4. Lewistin Dachi 9. Shinty Tania Dewi
5. Lilis Oktavia Simanjuntak
Dosen Pembimbing:
Ns. Jek Amidos Pardede, S.Kep, Sp,Kep.J
Puji dan syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena
berkat dan rahmat serta penyertaa-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan
makalah ini untuk memenuhi tugas PSIKOSOSIAL DAN BUDAYA DALAM
KEPERAWATAN tentang Konsep Kehilangan Dan Berduka Dalam Praktik
Keperawatan.
Dalam proses penyusunan makalah ini tentunya kami kelompok 2 mengalami
berbagai maslah. Namun berkat arahan dan dukungan dari beberapa pihak
akhirnya makalah ini dapat diselesaikan tepat pada waktunya. Pada kesampatan
ini kami kelompok 2 mengucapkan terimakasih kepada dosen matakuliah yaitu
Ns. Jek Amidos Pardede, M.Kep, Sp,Kep.J yang telah membimbing kami dalam
proses penyusunan makalah ini.
Terlepas dari semua itu kami sebagai penyusun menyadari bahwa makalah
kami ini jauh dari kesempurnaan serta masih terdapat banyak kekurangan dalam
penulisan susunan kalimat maupun tata bahasanya. Maka kami harap kerjasam,
supaya segala sesuatu bentuk kesalahannya mohon dimaklumi dan kami berharap
adanya masukan untuk perbaikan dimasa yang akan datang.
Kelompok 2
DAFTAR ISI
1. Kehilangan
Kehilangan adalah suatu kondisi yang terputus atau terpisah atau
memulai sesuatu tanpa hal yang berart sejak kejadian tersebut. Kehilangan
mungkin terjadi secara bertahap atau mendadak, bisa tanpa kekerasan atau
traumatik, diantisipasi atau tidak diharapkan atau diduga, sebagian atau
total dan bisa kembali atau tidak dapat kembali.
Kehilangan adalah suatu keadaan individu yang terpisah dengan
sesuatu yang sebelumnya ada, kemudian menjadi tidak ada, baik terjadi
sebagian atau keseluruhan (Lambert dan Lambert, 1985. Hal. 35).
Kehilangan memiliki beberapa kategori seperti, kehilangan orang
yang dicintai atau orang yang sangat berarti adalah hal yang membuat
stress dan mengganggu. Kehilangan pada diri sendiri, beranggapan pada
mental individu yang dapat meliputi perasaan, kemampuan fisik, peran
dalam kehidupan dan lain-lain. Kehilangan objek eksternal contohnya
individu yang kehilangan harta benda yang dimilikinya. Kehilangan
lingkungan yang sangat dikenal dapat diartikan sebagai terpisahnya
individu dari lingkungan yang sangat berpengaruh pada latar belakang
keluarga dalam waktu ke waktu. Kemudian yang terakhir yaitu kehilangan
kehidupan atau meninggal, seseorang dapat mengalami mati baik
perasaan, pikiran serta repon pada kegiatan atau orang disekitarnya.
2. Berduka
Berduka yaitu merupakan suatu respon emosi dari rasa kehilangan
yang dimanifestasikan dengan perasaan sedih, takut, cemas, gelisah, dan
lain-lain. Serta berduka merupakan hal yang normal bagi setiap individu
yang baru mengalami kehilangan. Menurut NANDA kehilangan
dikategorikan dengan dua tipe yaitu berduka disfungsional dan berduka
diantisipasi.
Berduka diantisipasi merupakan suatu pengalaman individu dalam
merespon kehilangan yang actual yaitu seperti hubungan, ketidak
mampuan fungsional sebelum terjadinya kehilangan dan dalam hal ini
masih dalam batas normal.
Berduka disfungsional merupakan suatu status dimana suatu
pengalaman bagi setiap individu yang di respon dengan di besar- besarkan
saat kehilangan secara actual, potensial, hubungan dan ketidakmapuan
fungsional. Respon dan gejala bagi klien yang berduka yaitu meliputi
respon kognitif, respon emosional, respon spiritual, respon perilaku,
respon fisiologis.
a. Respon kognitif: gejala yang terdapat dalam respon kognitif yaitu
dapat berupa gangguan keyakinan atau asumsi, berupaya untuk
mempertahankan keberadaan orang yang meninggal
b. Respon emosional: gejala yang terdapat dalam respon emosional yaitu
dapat berupa sedih, marah, benci, cemas, depresi, perasaan mati rasa,
kesepian yang berat, mandiri
c. Respon spiritual: gejala yang terdapat dalam respon spiritual yaitu
dapat berupa marah dan kecewa kepada Tuhan, serta tidak memiliki
harapan dan kehilangan makna
d. Respon perilaku: gejala yang terdapat dalam respon perilaku yaitu
berupa berteriak dengan menangis atau tidak terkontrol, menyimpan
benda kenangan, menyalahgunakan obat, gelisah, mencari aktivitas,
refleksi personal dan upaya bunuh diri
e. Respon fisiologi: gejala yang terdapat dalam respon fisiologi yaitu
berupa insomnia, sakit kepala, BB turun, lemas, tidak nafsu makan,
gangguan pencernaan, serta perubahan sistem imun.
2.2 Tahapan Kehilangan dan Berduka
a. Faktor Predisposisi
1. Genetik
Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau dibesarkan dalam
keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami ksulitan dalam
bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
2. Kesehatan fisik
Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan teratur
mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
3. Kesehatan mental
Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental memiliki tingkat
kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko untuk
kambuh kembali.
4. Pengalaman kehilangan sebelumya
Kehilangan dan perpisahan dengan orang berarti di masa kanak-kanak
akan memengaruhi kemampuan individu dalam menghadapi kehilangan di
masa dewasa.
b. Faktor presipitasi
c. Perilaku
d. Mekanisme Koping
1. Denial
2. Regresi
3. Intelektualisasi/rasionalisasi
4. Supresi
5. Proyeksi
a. Tujuan
1. Pasien dapat membina hubungan saling percaya dengan perawat
2. Pasien dapat mengenali peristiwa kehilangan yang dialami pasien
3. Pasien dapat memahami hubungan antara kehilangan yang dialami
dengan keadaan dirinya
4. Pasien dapat mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang
dialaminya
5. Pasien dapat memanfaatkan faktor pendukung.
b. Tindakan
1. Membina hubungan saling percaya dengan pasien
2. Berdiskusi mengenai kondisi pasien saat ini (kondisi pikiran, perasaan,
fisik, sosial, dan spiritual sebelum/sesudah mengalami peristiwa
kehilangan serta hubungan antara kondisi saat ini dengan peristiwa
kehilangan yang terjadi)
3. Berdiskusi cara mengatasi berduka yang dialami.
1. Cara verbal (mengungkapkan perasaan)
2. Cara fisik (memberi kesempatan ktivitas fisik)
3. Cara sosial (sharing melalui self help group)
4. Cara spiritual (berdoa, berserah diri)
4. Memberi informasi tentang sumber-sumber komunitas yang tersedia
untuk saling memberikan pengalaman dengan saksama
5. Membantu pasien memasukkan kegiatan dalam jadwal harian
6. Kolaborasi dengan tim kesehatan jiwa di puskesmas.
Tindakan Keperawatan untuk Keluarga
a. Tujuan
1. Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka
2. Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan
3. Keluarga dapat mempraktikan cara merawat pasien berduka
disfungsional
4. Keluarga dapat memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat
b. Tindakan
1. Berdiskusi dengan keluarga tentang masalah kehilangan dan berduka
dan dampaknya pada pasien
2. Berdiskusi dengan keluarga cara-cara mengatasi berduka yang dialami
oleh pasien
3. Melatih keluarga mempraktikan cara merawat pasien dengan berduka
disfungsional
4. Berdiskusi dengan keluarga sumber-sumber bantuan yang dapat
dimanfaatkan oleh keluarga untuk mengatasi kehilangan yang dialami
oleh pasien
2.5 Evaluasi
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Ada beberapa tugas yang harus dilaksanakan oleh klien yang mengalami
peristiwa berduka. Klien harus menerima realita kehilangan, menerima sakitnya
rasa duka dan harus dapat menyesuaikan diri dengan lingkungan. Status ekonomi
yang rendah, kesehatan yang buruk, kematian yang tiba- tiba atau sakit yang
mendadak, merasa tidak adanya dukungan sosial yang memadai dan kurangnya
dukungan dari kepercayaan keagamaan merupakan faktor- faktor yang menjadi
penyebab proses kehilangan dan berduka.
3.2 Saran
Potter, patricia A dan Perry, Annc Griffin. 2005. Buku Ajar Fundamental
Keperawatan: Konsep, proses, dan praktik. Edisi 4. Volume 1. Jakarta : EGC