Anda di halaman 1dari 13

DEPARTEMEN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA

DIREKTORAT JENDERAL BINA UPAYA KESEHATAN


RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR
Jalan Diponegoro Denpasar Bali ( 80114 )
Telp. (0361) 227911-15, 225482,223869, Fax. (0361) 224206
Email : info@sanglahhospitalbali.com, Website:www.sanglahbalihospital.com

PEDOMAN PENGOLAHAN LIMBAH


DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT SANGLAH DENPASAR

I. Pendahuluan

Sesuai dengan fungsinya bahwa rumah sakit adalah tempat dan sarana pelayanan
kesehatan sehingga terdapat berbagai kegiatan didalamnya yang saling terintegrasi di
antara unit – unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Kesehatan RI. Nomor : 1204 /Menkes./SK./X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit maupun Peraturan Pemerintah Nomor : 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3) maka di rumah sakit perlu diberlakukan ketentuan tentang pokok –
pokok pengelolaan limbah baik limbah padat, cair maupun limbah gas yang dihasilkan
agar tidak mengganggu dan menimbulkan dampak negatif baik terhadap petugas, pasien
maupun pengunjung dan juga terhadap lingkungan di sekitarnya.

II. Latar Belakang

Mengingat pelayanan yang ada di rumah sakit sangat kompleks dan beragam
jenisnya baik mulai dari pelayanan yang sederhana sampai kepada pelayanan yang
canggih dengan menggunakan berbagai macam teknolgi, peralatan medis, bahan dan obat
– obatan dalam mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Dari seluruh rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan tersebut yang dilakukan di rumah sakit akan terdapat
bahan – bahan sisa baik berupa kemasan pembungkusnya dan bahkan mungkin bahan
tersebut sendiri yang masih tersisa atau bahan tersebut dalam keadaan kedaluwarsa.
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI,
timbulan sampah medis dari Rumah Sakit sekitar 0,14 Kg/TT/Hari (Ditjen. PP & PL,
Tahun 2003 ) sehingga dengan jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh RSUP Sanglah
Denpasar sebanyak 700 unit tempat tidur, maka akan menghasilkan sampah medis
sebanyak 98 Kilogram/hari.
Untuk dapat mengelola dampak yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan
opersional pelayanan di rumah sakit ini harus dibuatkan suatu Standar Prosedur
Operasionalnya (SPO) yang mencakup keamanan terhadap petugas, pengunjung, pasien
dan lingkungan serta pencatatan terhadap bahan yang dipergunakan dalam mendukung
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Disamping itu juga diperlukan sarana dan cara
(teknologi) yang tepat (efektif dan efisien) dalam upaya pengelolaan terhadap limbah
yang dihasilkan sehingga semua bahan – bahan yang dipergunakan dalam menunjang
pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dikelola mulai dari awal sampai akhir atau
setelah menjadi sampah ( From Cradle to the Grave ). Dalam kegiatan pengelolaan ini
semua jenis limbah padat harus tercatat dan didokumentasikan sehingga dapat
menghindari dampak negatifnya terhadap manusia (petugas), masyarakat (pasien dan
pengunjung) maupun terhadap lingkungan.

1
III. Tujuan.

Dari seluruh rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan di rumah sakit serta
sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Permenkes RI. Nomor : 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit maupun Peraturan Pemerintah
Nomor : 18 Tahun 2008 tentang Sampah dan UU Nomor : 32 Tahun 2009 tentang Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3) tujuan yang ingin dicapai dari upaya kebijakan pengelolaan
limbah di rumah sakit dimaksud adalah terwujudnya tata kelola dibidang pengelolaan
limbah yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi :

1. Jangka Pendek, adalah dilaksanakannya upaya pemilahan pembuangan limbah


atau sampah umum oleh masyarakat luas meliputi : pembuangan sampah organik
dan sampah anorganik dalam rangka pemanfaatn sampah tersebut kembali
menjadi kompos, energi listrik, dan dalam bentuk lainnya

2 Jangka Panjang, adalah dilaksanakannya upaya pengurangan timbulan sampah itu


sendiri dengan cara mengurangi pemakaian bahan – bahan yang yang tidak
terbarukan dengan prinsip 3R (Reuse, Reduce dan Recycling) serta menggunkan
bahan – bahan yang ramah lingkungan dan tidak mengganggu keseimbangan alam
maupun ekosistem yang ada.

3 Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) secara baik dan benar
yaitu, kegiatan dimana semua pihak diharapkan dapat melakukan kegiatan
pengelolaan terhadap bahan – bahan beracun dan berbahaya termasuk limbah
medis mulai dari awal sampai akhir dan harus tercatat dengan baik (from cradle
to the grave) dan untuk selanjutnya melakukan substitusi dengan mengurangi
penggunaannya seperti bahan merkuri ( Air Raksa/Hg ) yang terdapat pada
Spigmomanometer dan Thermometer, dental amalgam dan lampu neon (TL) serta
peralatan medis lainnya yang menggunakan bahan merkuri

IV. Pokok – Pokok Kegiatan

Dalam kegiatan pokok pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar, baik limbah padat maupun limbah cair yang paling penting adalah adanya
sistem dan sarana serta kebijakan yang mendukung kegiatan pengelolaan limbah itu
sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Untuk dapat terlaksana secara optimal
diperlukan suatu unit khusus yang mengelola dan pengawasannya yang kontinyu
terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah ini serta pencatatan, agar dapat
dilakukan analisa beban Tempat Penampungan Sementara (TPS) maupun fasilitas alat
pengolahan limbah tersebut.

Adapun pokok - pokok kegiatan dalam pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar adalah sebagai berikut :

1. Limbah Padat :

Dilakukan kegiatan pemilahan pembuangan limbah padat yang ada di rumah sakit
dan pewadahannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi :

2
a) Limbah Padat Umum : meliputi limbah padat organik dan anorganik
b) Limbah Padat Medis meliputi :
Limbah medis padat infeksius, dan limbah medis citotoksis, limbah
padat non infeksius, seperti obat – obatan, bahan radioaktif, sisa
specimen, dll
c) Limbah Padat Medis Tajam : seperti spuite, botol bekas obat dan benda
tajam lainnya dimasukkan ke dalam box khusus tidak boleh dicampur
dengan sampah medis lainnya untuk selanjutnya dihancurkan dengan alat
penghancur ( Milling unit )

2. Limbah Cair :

Dilakukan pemisahan system dan jalur pembuangan antara limbah cair dengan
sistem penyaluran air hujan dengan ketentuan sebagai berikut :

a) Sistem pembuangan air limbah harus menggunakan sistem tertutup dan


kedap air sesuai dengan kondisi topografi setempat dan diolah melalui
IPAL sebelum dibuang ke badan air. Seluruh limbah cair yang dihasilkan
dari proses kegiatan pelayanan kesehatan yang ada di rumah sakit harus
disalurkan melalui sistem IPAL
b) Limbah cair radiologi berupa cairan bekas pencucian film (Fixer dan
Developer) ditampung dalam wadah khusus kemudian pengelolaannya
diserahkan kepada vendor/suplayer yang bersangkutan untuk dikelola
lanjutan dengan teknologi yang ada di luar rumah sakit
c) Limbah cair yang berasal dari unit pengolahan makanan (Dapur) dan
bengkel sebelum disalurkan ke IPAL harus dibuatkan bak penangkap
lemak sedangkan yang berasal dari unit pelayanan Laboratorium
dilakukan Dekontaminasi terlebih dahulu
d) Untuk penyaluran air hujan dapat menggunakan saluran terbuka dan dapat
dibuang langsung ke badan air

3. Limbah Gas :

Limbah gas yang dihasilkan dalam kegiatan di rumah sakit meliputi :


a) Proses pembakaran sampah di Incinerator
b) Proses pemanasan Generator Set
c) Kegiatan Boiler
d) Lalu lalang kendaraan yang ada di lingkungan rumah sakit, dll

V. Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat

Kegiatan pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar


akan berhasil dengan baik bila disertai dengan upaya pengawasan yang baik pula,
walaupun sarana dan fasilitas untuk pengolahan yang ada memadai. Hal ini dapat
diandaikan bagaikan sekeping mata uang dengan dua sisi yang berbeda yang saling
terkait dan mempengaruhi satu sama lainnya. Dalam hal ini organisasi yang menangani
kegiatan pengelolaan limbah harus jelas sesuai dengan amanat yang terdapat dalam
Kegiatan Akreditasi maupun semangat ISO dan Joint Commission International (JCI),
karena hal ini dapat merupakan cerminan dari budaya pelayanan yang diberikan oleh

3
rumah sakit itu sendiri dalam rangka upaya mendukung pelaksanaan tata kelola rumah
sakit yang lebih baik serta “GREEN HOSPITAL”

Kegiatan pengelolaan limbah tersebut antara lain :

1. Kegiatan pemilahan pembuangan sampah indoor medis dengan non medis


dan sampah benda tajam lainnya
2. Kegiatan pemilahan pewadahan sampah luar anorganik dan organik
3. Kegiatan pengawasan pengangkutan sampah ke TPS dan TPA
4. Kegiatan pembakaran/pemusnahan sampah medis dengan Incinerator
5. Kegiatan penghancuran sampah benda tajam dengan alat penghancur
6. Kegiatan pembuatan pupuk kompos organik dari sampah padat organik
7. Kegiatan pengawasan kebersihan lingkungan di rumah sakit
8. Kegiatan pengawasan/pengelolaan Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL)

Organisasi yang bertanggung jawab terhadap kegiatan pengelolaan sampah dan


limbah adalah Unit Kebersihan dan Kesehatan Lingkungan

1. Kegiatan Pemilahan Pembuangan Sampah Medis dengan Non Medis


(Kegiatan Pengelolaan Limbah Padat Medis)

1.1. Minimalisasi Limbah :

a) Di setiap unit pelayanan harus melakukan reduksi dan segresi limbah


medis padat yang dimulai dari sumbernya
b) Di setiap unit pelayanan harus mengelola dan mengawasi penggunaan
bahan kimia yang berbahaya dan beracun
c) Di setiap unit pelayanan harus melakukan pengelolaan stok bahan kimia
dan farmasi sesuai dengan kebutuhan
d) Setiap peralatan yang digunakan dalam pengelolaan limbah medis mulai
dari pengumpulan, pengangkutan dan pemusnahan harus melalui
sertifikasi dari pihak yang berwenang

1.2. Pemilahan, Pewadahan, Pemanfaatan Kembali Daur Ulang

a) Pemilahan limbah medis harus dilakukan mulai dari sumber yang


menghasilkan limbah tersebut yaitu pada setiap ruangan unit pelayanan
mulai dari pemilahan jenis sampah seperti : sampah medis dan non medis
serta sampah organik maupun yang anorganik
b) Limbah medis non infeksius yang akan dimanfaatkan kembali harus
dipisahkan dari limbah yang tidak dimanfaatkan kembali seperti plastik,
botol, kaleng dan kertas serta limbah organik untuk bahan dasar pupuk
kompos organik
c) Limbah medis benda tajam dikumpulkan dalam satu wadah khusus tanpa
memperhatikan terkontaminasi atau tidak. Wadah tersebut harus kuat anti
bocor, anti tusuk dan tidak mudah untuk dibuka oleh orang yang tidak
berkepentingan (sharp box)

4
d) Jarum dan syringes dipisahkan, dimasukan kedalam sharp box khusus dan
untuk selanjutnya dihancurkan dengan alat penghancur spuite yang
dimiliki (Milling Unit/Shyro)
e) Limbah medis padat yang mungkin akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi.
f) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali,
kecuali pada keadaan tertentu dimana tidak tersedia sama sekali maka
jarum tersebut dapat digunakan kembali, setelah melalui proses salah satu
dari methode sterilisasi sesuai dengan tabel tersebut dibawah ini.
g) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti tabel tersebut dibawah ini
h) Daur ulang tidak dilakukan, kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses pencucian film sinar X
i) Limbah Sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”

Tabel – 1
Metode Sterilisasi
Untuk Limbah yang dimanfaatkan kembali

No. Metode Sterilisasi Suhu Waktu Kontak

1 Sterilisasi dengan panas :


● Sterilisasi kering dalam oven 160°C 120 menit
“Poupinel” 170°C 60 menit
● Sterilisasi basah dalam Otoklaf 121°C 30 menit

2 Sterilisasi dengan bahan kimia :


● Ethylene Oxide ( gas ) 50°C - 60°C 3 – 8 jam
● Glutaraldehyde ( cair ) 50°C - 60°C 30 menit

5
Tabel - 2
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
( Permenkes. RI. No. 1204/Menkes./Per/XI/2004 )

Warna
No Kategori Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong
Plastik

1 Radioaktif Merah Kantong boks timbal


dengan simbol radioaktif

2 Sangat Kuning Kantong plastik kuat, anti


Infeksius bocor, atau kontainer yang
dapat disterilisasi dengan
botoklaf

3 Limbah Kuning Kantong plastik kuat dan


Infeksius, anti bocor, atau kontainer
patologi dan
anatomi

4 Sitotoksis Ungu Kontainer plastik kuat dan


anti bocor

-
5 Limbah kimia Coklat Kantong plastic atau
dan kontainer
farmasi

1.3. Pengumpulan, pengangkutan, dan Penyimpanan Limbah Medis Padat


di lingkungan rumah sakit
6
a) Pengumpulan limbah medis padat dari setiap ruangan penghasil limbah
menggunakan troli khusus yang tertutup
b) Penyimpanan limbah medis padat harus sesuai dengan iklim tropis yaitu
pada musim hujan paling lama 48 jam dan pada musim kemarau paling
lama 24 jam

1.4. Pengumpulan, Pengemasan dan Pengangkutan ke luar rumah sakit

a) Pengelola ( setiap unit pelayanan ) harus mengumpulkan dan mengemas


limbah tersebut pada tempat yang kuat
b) Pengangkutan limbah ke luar rumah sakit menggunakan kendaraan khusus
dilakukan oleh pihak III.

1.5. Pengolahan dan Pemusnahan

a) Limbah medis padat tidak diperbolehkan dibuang langsung ke tempat


pembuangan akhir (TPA) limbah domestik sebelum aman bagi kesehatan.
b) Cara dan teknologi pengolahan atau pemusnahan limbah medis padat
dilakukan pemusnahan dengan cara pemanasan menggunakan otoklaf atau
dengan pembakaran menggunakan Incinerator.

2. Kegiatan Pemilahan Pewadahan Sampah Umum ( Organik dan Anorganik)

Dalam rangka mendukung kegiatan pengelolaan sampah yang dicanangkan oleh


pemerintah melalui Kementerian Lingkungan Hidup sesuai dengan PP. Nomor: 18 Tahun
2008 tentang Sampah, maka semua institusi pemerintah dan swasta diharuskan
melaksanakan kegiatan pemilahan ini dengan menyiapkan tempat sampah dengan 3 (tiga)
wadah dengan warna yang ditentukan seperti :

a) Tong Sampah Warna Kuning : untuk tempat sampah berupa plastik,


kaleng,botol dll (sampah anorganik)
b) Tong Sampah Warna Hijau : untuk tempat sampah berupa daun
(organik)
c) Tong Sampah Warna Biru : untuk tempat sampah berupa kertas, dll
d) Jumlah titik penempatan tong sampah luar dengan 3 (tiga) wadah ini pada tahap
awal adalah sebanyak 65 titik lokasi
e) Masing – masing ruangan perawatan dan unit pelayanan memiliki minimal 1(satu)
set tempat sampah dengan 3 (tiga) jenis wadah sampah seperti tersebut diatas
f) Sehubungan dengan kegiatan daur ulang sampah umum menjadi pupuk kompos
organik, maka perlu dilakukan pemilahan pengumpulan sampah umum yang
terdiri dari sampah organik dan anorganik.(sesuai dengan ketentuan BLH untuk
sampah umum)
g) Kebijakan RSUP Sanglah Denpasar untuk sampah luar ruangan adalah memakai
kantong dengan warna hitam untuk sampah organik dan kuning untuk sampah
anorganik serta dibantu dengan label pada tempat sampah, sementara untuk
warna kuning di rumah sakit berdasarkan Permenkes RI No. 1204 tahun 2004
adalah untuk tempat sampah medis

7
Petugas rumah sakit diharapkan agar secara terus menerus memberikan contoh dan
pendidikan kepada masyarakat agar perilaku pembuangan sampah oleh masyarakat sesuai
aturan yang berlaku dapat menjadi suatu budaya mengingat masyarakat masih belum
melaksanakan ketentuan ini secara 100%, maka petugas pengelola harus selalu
mengontrol hal ini secara terus menerus

3. Kegiatan Pengawasan Pengangkutan Sampah ke TPS dan TPA

Petugas di masing – masing unit pelayanan harus langsung mengangkut sampah


ke Tempat Penampangan Sementara (TPS) dan selanjutnya petugas (pihak III)
menggunakan kendaraan khusus membuang ke Tempat Pembuangan Akhir (TPA).
Kegiatan pengawasan pengangkutan menjadi kunci terhadap keberhasilan kegiatan
pengelolaan sampah di rumah sakit. Apabila sampah yang sudah dipilah di unit pelayanan
maupun di ruang perawatan tercampur kembali dalam pengangkutan dapat berdampak
pada tercampurnya antara sampah medis dan non medis di Tempat Penampungan
Sementara (TPS), sehingga perlu dilakukan perbaikan system pengawasan pengangkutan
sampah diluar ruangan yang menuju ke TPS agar tidak tercampur lagi
Dalam kegiatan pengawasan ini hal – hal yang perlu diperhatikan adalah sebagi berikut :

a) Jadwal pengangkutan sampah oleh petugas ruangan ke TPS


b) Jenis sampah dan warna kantong sampah yang digunakan
c) Alat angkut yang digunakan menuju ke TPS
d) Jalur pengangkutan sampah yang akan dilalui menuju ke TPS
e) Pencatatan volume sampah di TPS baik sampah medis maupun non medis
f) Jadwal pemusnahan sampah medis di Incinerator
g) Jadwal penghancur sampah medis benda tajam
h) Volume sampah medis yang dimusnahkan dengan Incinerator
i) Volume sampah umum yang dibuang ke TPA
j) Volume sampah organik yang diolah menjadi pupuk kompos organik
k) Jadwal dan Fasilitas alat untuk pengangkutan sampah menuju ke TPA

4. Kegiatan Pemusnahan Sampah Medis di Incinerator

Seperti kita ketahui sampah di rumah sakit terdiri dari sampah umum dan sampah
medis, dimana sampah umum terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik.
Sehubungan dengan kegiatan pemilahan telah dilakukan di ruangan pelayanan, dan dalam
pengangkutanya harus diawasi secara ketat agar tidak ada yang tercecer disepanjang
perjalanan menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS). Untuk pemusnahannya
rumah sakit telah memiliki alat Incinerator yang sangat baik dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan dengan suhu pembakaran dapat mencapai suhu : 900°C
s/d 1200°C . Khusus untuk sampah medis benda tajam sebelum dimusnahkan ke dalam
Incinerator harus dihancurkan terlebih dahulu dengan alat Milling Unit sehingga menjadi
butiran – butiran kecil yang tidak membahayakan lagi seperti tertusuk misalnya

Spesifikasi Incinerator di RSUP Sanglah Denpasar :


a) Tahun pembuatan 2004 dengan bahan bakar solar
b) Buatan New Zealand (Selandia Baru) bantuan Pemerintah Australia
c) Double Chamber

8
d) Double Burner
e) Smokeless
f) Tekana negatif
g) Waktu tinggal antara Primary dengan Secondary Burner : 1 s/d 2 Detik
h) Kapasitas : 200 Liter/Jam ( 100 Kg/jam )
i) Panel Kontrol Digital
j) Tinggi Cerobong Asap : 16 Meter

Kegiatan pemusanhan terhadap sampah medis dilakukan dengan menggunakan mesin


Incinerator yang tersedia di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah Denpasar (dengan suhu
pembakaran mencapai lebih dari 900°C s/d 1200ºC)

Dalam kegiatan pemusnahan sampah medis di Incinerator hal – hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut :

a) Pemilahan sampah medis yang akan dibakar antara yang basah dan kering
b) Pemilahan sampah medis yang berupa bahan plastik atau mengandung PVC
c) Volume sampah medis yang akan dibakar agar tidak terjadi over load
d) Kegiatan pemusnahan dilakukan setiap hari sesuai jadwal
e) Pemeliharaan berkala alat baik pada sistem suplay bahan bakar, filter solar, burner
dan suhu pembakaran yang digunakan agar sesuai dengan tujuan pemusnahan
f) Pengaturan panel kontrol suhu agar sesuai, baik pada primary chamber maupun
pada secondary chamber
g) Pengecekan asap pembakaran apakah bening atau tebal/gelap
h) Pengeluaran abu sisa pemusnahan sampah medis.
i) Pengawasan terhadap kegiatan penghancur jarum spuite atau benda tajam lainnya
dengan alat penghancur (Milling Unit) yang terdapat di Incinerator

5. Kegiatan Pembuatan Pupuk Kompos Organik dari Sampah Organik

Untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan yang dibuang ke TPA, pihak
rumah sakit telah melakukan kegiatan pengolahan sampah organik menjadi pupuk
kompos organik dengan memanfaatkan lahan yang terletak di area sekitar Incinerator.
Namun volume sampah organik yang dapat diolah menjadi pupuk kompos organik masih
dalam jumlah yang terbatas mengingat lahan yang tersedia sangat minim. Dalam proses
komposting ini hal – hal yang penting diperhatikan adalah :

a) Proses pengumpulan dan pencacahan sampah organik dengan menggunakan


mesin pemotong (penghancur ) sampah organik
b) Proses pencampuran antara sampah organik yang menjadi bahan dasar dengan
bahan katalisator ( EM4, Gula Pasir, Serbuk gergaji/dedak, dll ) agar proses
permentasi dapat berlangsung dengan baik sesuai dengan waktu dan target
matangnya kompos
c) Proses permentasi dalam penempatan bahan pupuk pada bak – bak permentasi
yang tersedia sehingga sesuai dengan target waktu kematangan pupuk kompos
d) Penutupan bak – bak permentasi sesuai dengan urutan hari kematangan pupuk
kompos yang diharapkan.
e) Pendistribusian setelah pupuk kompos matang.

9
6. Pengawasan Kebersihan Lingkungan di Rumah Sakit.

Kegiatan pengawasan pelaksanaan kebersihan lingkungan merupakan kegiatan


yang sangat sangat penting. Kebersihan lingkungan rumah sakit dapat menjadi cerminan
terhadap kualitas pelayanan kesehatan yang diberikan kepada masyarakat. Bila
kebersihan lingkungannya tidak baik, seperti sampah terlihat berserakan tidak pada
tempatnya, jumlah tempat sampah sesuai dengan jenisnya tidak cukup dan banyak
tanaman liar tumbuh pada telajakan dapat mengindikasikan bahwa kebersihan lingkungan
suatu rumah sakit tidak baik.
Kegiatan kebersihan lingkungan dapat dilakukan dengan tenaga out sourching, dimana
kucinya terletak pada pengawasan terhadap pekerjaan yang dilakukan oleh pihak III dan
jumlah tenaga yang dipekerjakan untuk mengcover kebersihan di rumah sakit. Adapun
langkah – langkah pengawasanya dapat dilakukan sebagi berikut :

a) Struktur kerja organisasi pelaksana kegiatan kebersihan


b) Jadwal kegiatan pelaksanaan kegiatan kebersihan
c) Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan (Absensi)
d) Metode kerja untuk menyelesaikan pekerjaan
e) Sarana/fasilitas alat kerja yang dipergunakan
f) Pembagian areal (zona) kerja masing – masing petugas
g) Pengawas zona (Mandor)
h) Laporan Hasil kerja harian/mingguan
i) Sistem pengupahan

7. Kegiatan Pengawasan dan Pengelolaan IPAL

Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL) di rumah sakit memberikan kontribusi


yang sangat besar terhadap baik atau buruknya pandangan masyarakat terhadap citra
pelayanan yang diberikan sehingga perlu dilakukan pengawasan terhadap pengelolaan
Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Dalam sistem pengelolaanya jalur pembuanga
air limbah dengan saluran air hujan harus terpisah agar pada musim hujan sarana IPAL
yang ada tidak banjir dan tidak terjadi kelebihan beban kerja yang dapat berdampak tidak
memenuhi baku mutu yang ditetapkan. Hal – hal penting yang perlu diperhatikan adalah
sebagai berikut :

a) Pastikan kemiringan sistim distribusi penyaluran air limbah menuju ke IPAL


b) Periksalah setiap bak kontrol secara berkala agar tidak tersumbat oleh sampah
c) Periksalah bak pengumpul (Sum-pit) agar pompa tidak terbelit sampah
d) Bersihkan saringan pada bak screen secara berkala agar tidak tersumbat
e) Bersihkan bak penangkap lemak secara rutin dan fasilitas pre treatment lainnya
f) Cek fasilitas IPAL apakah semua pompa telah bekerja sesuai petunjuk
g) Periksa semua bak – bak pengolahan mulai dari bak pengangkat, bak screen, bak
equaliasasi, bak clarifier, bak biodetox, bak pengering lumpur, bak klorin dan
filter
h) Periksa blower dan diffuser agar hembusan oksigen ke air limbah merata
i) Periksa kolam indikator apakah ikan hidup atau mati
j) Lakukan pemeriksaan out put IPAl secara berkala

10
VI. Kegiatan Pengelolaan Bahan Yang Mengandung Merkuri

Berdasarkan indentifikasi yang dilakukan di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah


Denpasar terhadap lokasi atau tempat – tempat pelayanan dimana biasanya banyak
terdapat bahan yang mengandung Merkuri antara lain :
1. Poliklinik pelayanan Gigi
2. Poliklinik Anak
3. Ruangan Rawat Inap Anak
4. Seluruh Ruangan Perawatan baik Rawat Jalan maupun Rawat Inap
5. Perkantoran

Sumber - sumber dan bahan - bahan yang mengandung Merkuri yang paling banyak
ditemukan di sekitar lingkungan rumah sakit biasanya berasal dari :
1. Spigmomanometer Air Raksa (Tensi meter )
2. Thermometer Air Raksa
3. Dental Amalgam
4. Lampu TL
5. Peralatan Medik lainnya yang mengandung Merkuri

Dalam kegiatan pengelolaan limbah merkuri pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar juga meminta kepada suplayer (vendor) untuk mengirimkan Material Safety
Data Sheet (MSDS) untuk memudahkan penanganan bila terjadi kecelakaan sehingga
memudahkan dalam memberikan pertolongan kepada semua orang (baik petugas, pasien
dan masyarakat) yang terpapar Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Bahan – bahan yang
dipergunakan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang banyak mengandung merkuri saat
ini cukup banyak dan diperlukan suatu maping (pemetaan) agar ke depannya penggunaan
bahan yang mengandung merkuri bisa dikurangi dan dialihkan dengan menggunakan alat
yang berteknologi Aneroid maupun yang Digital.

Kebijakan Rumah Sakit Umum Pusat (RSUP) Sanglah Denpasar untuk


mendukung program pemerintah terhadap pengelolaan limbah Merkuri adalah melakukan
upaya –upaya pengurangan secara bertahap terhadap penggunaan peralatan maupun
bahan – bahan yang mengandung merkuri yang antara lain sebagai berikut :

1. Penggantian lampu – lampu Neon (TL) dengan lampu hemat energy (SL/LED)
pada bangunan – bangunan baru
2. Pergantian lampu – lampu Merkuri untuk penerangan dengan jenis lampu lainnya
yang ramah lingkungan
3. Secara bertahap melakukan pergantian terhadap peralatan medis yang
mengandung merkuri (Sigmomanometer, Thermometer, Syring Pump, dll) dengan
peralatan medis yang memakai teknologi Aneroid maupun yang Digital
4. Mengganti penggunaan Dental Amalgam dengan bahan Composite pada unit
pelayanan/perawatan gigi
5. Pembuatan tempat penampungan/penyimpanan (TPS) limbah B3 yang aman
6. Pengajuan izin untuk tempat penyimpanan limbah B3

Disamping itu saat ini di RSUP Sanglah Denpasar juga dijadikan sebagai Pilot Project
dalam pengelolaan bahan Merkuri oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Madya Denpasar

11
dan juga termasuk bagaimana cara penangannya bila terjadi tumpahan Merkuri pada
ruangan pelayanan (lihat SOP Penanganan Tumpahan Air Raksa/Merkuri).

VII. PENGELOLAAN LIMBAH GAS

Pengelolaan limbah gas dilaksanakan dengan terlebih dahulu mengidentifikasi


sumber – sumber limbah gas . Untuk pemeliharaan yang harus dilakukan dalam hal
pengelolaan limbah gas adalah sebagai berikut :

1. Untuk alat Generator Set (Genset) secara berkala dilakukan pemeliharaan seperti :
pengecekan Battery Charging ( Accu ), pemeriksaan Olie dan filter, pemeriksaan
air Radiator, pemeriksaan bahan bakar solar dan pemanasan untuk mengetahui
kesiapan Genset bila listrik dari PLN mati dan untuk mengetahui warna asap
(bening/hitam tebal) agar kondisi alat selalu siap pakai dan posisi Otomatis serta
dilakukan uji emisi
2. Untuk alat pemusanhan sampah medis (Incinerator) dilakukan pemeliharaan
secara berkala meliputi :
a) Pemeriksaan/pembersihan pada Burner alat Incinertaor
b) Pembersihan filter solar dan selang solar
c) Pembersihan umum alat
d) Pemilahan sampah yang dimusnahkan (basah/kering dan non plastic)
e) Pengecekan pintu – pintu alat agar tetap kedap
f) Pengeluaran abu hasil pembakaran dar primary chamber
g) Kalibrasi suhu pada burner pembakaran agar tetap sesuai dengan standar
h) Pengecekan asap pembakaran ( bening/hitam )
i) Cerobong asap tingginya 16 meter
3. Boiler selalu dilakukan pemeriksaan/perawatan dan kalibrasi agar burner tetap
berfungsi dengan baik dan asap selalu bening
4. Kendaraan operasional dilakukan uji emisi secara berkala dan yang tidak
memenuhi syarat diservice ke dealer/bengkel resmi yang ditunjuk
5. Secara umum dilakukan kegiatan penghijauan lingkungan di sekitar rumah sakit
untuk menyerap polusi udara akibat kegiatan tersebut diatas

Denpasar, 29 Desember 2015

12
13

Anda mungkin juga menyukai