I. Pendahuluan
Sesuai dengan fungsinya bahwa rumah sakit adalah tempat dan sarana pelayanan
kesehatan sehingga terdapat berbagai kegiatan didalamnya yang saling terintegrasi di
antara unit – unit pelayanan yang ada di rumah sakit. Sesuai dengan amanat Peraturan
Menteri Kesehatan RI. Nomor : 1204 /Menkes./SK./X/2004 tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit maupun Peraturan Pemerintah Nomor : 18 Tahun
2008 tentang Pengelolaan Sampah, dan UU No. 32 Tahun 2009 tentang Bahan Beracun
dan Berbahaya (B3) maka di rumah sakit perlu diberlakukan ketentuan tentang pokok –
pokok pengelolaan limbah baik limbah padat, cair maupun limbah gas yang dihasilkan
agar tidak mengganggu dan menimbulkan dampak negatif baik terhadap petugas, pasien
maupun pengunjung dan juga terhadap lingkungan di sekitarnya.
Mengingat pelayanan yang ada di rumah sakit sangat kompleks dan beragam
jenisnya baik mulai dari pelayanan yang sederhana sampai kepada pelayanan yang
canggih dengan menggunakan berbagai macam teknolgi, peralatan medis, bahan dan obat
– obatan dalam mendukung pelayanan kesehatan tersebut. Dari seluruh rangkaian
kegiatan pelayanan kesehatan tersebut yang dilakukan di rumah sakit akan terdapat
bahan – bahan sisa baik berupa kemasan pembungkusnya dan bahkan mungkin bahan
tersebut sendiri yang masih tersisa atau bahan tersebut dalam keadaan kedaluwarsa.
Berdasarkan data hasil penelitian yang dilakukan oleh Kementerian Kesehatan RI,
timbulan sampah medis dari Rumah Sakit sekitar 0,14 Kg/TT/Hari (Ditjen. PP & PL,
Tahun 2003 ) sehingga dengan jumlah tempat tidur yang dimiliki oleh RSUP Sanglah
Denpasar sebanyak 700 unit tempat tidur, maka akan menghasilkan sampah medis
sebanyak 98 Kilogram/hari.
Untuk dapat mengelola dampak yang mungkin ditimbulkan dari kegiatan
opersional pelayanan di rumah sakit ini harus dibuatkan suatu Standar Prosedur
Operasionalnya (SPO) yang mencakup keamanan terhadap petugas, pengunjung, pasien
dan lingkungan serta pencatatan terhadap bahan yang dipergunakan dalam mendukung
pelayanan kesehatan di rumah sakit. Disamping itu juga diperlukan sarana dan cara
(teknologi) yang tepat (efektif dan efisien) dalam upaya pengelolaan terhadap limbah
yang dihasilkan sehingga semua bahan – bahan yang dipergunakan dalam menunjang
pelayanan kesehatan di rumah sakit dapat dikelola mulai dari awal sampai akhir atau
setelah menjadi sampah ( From Cradle to the Grave ). Dalam kegiatan pengelolaan ini
semua jenis limbah padat harus tercatat dan didokumentasikan sehingga dapat
menghindari dampak negatifnya terhadap manusia (petugas), masyarakat (pasien dan
pengunjung) maupun terhadap lingkungan.
1
III. Tujuan.
Dari seluruh rangkaian kegiatan pelayanan yang diberikan di rumah sakit serta
sesuai dengan amanat yang terdapat dalam Permenkes RI. Nomor : 1204 tahun 2004
tentang Persyaratan Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit maupun Peraturan Pemerintah
Nomor : 18 Tahun 2008 tentang Sampah dan UU Nomor : 32 Tahun 2009 tentang Bahan
Beracun dan Berbahaya (B3) tujuan yang ingin dicapai dari upaya kebijakan pengelolaan
limbah di rumah sakit dimaksud adalah terwujudnya tata kelola dibidang pengelolaan
limbah yang baik sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi :
3 Pengelolaan Limbah Bahan Beracun dan Berbahaya (B3) secara baik dan benar
yaitu, kegiatan dimana semua pihak diharapkan dapat melakukan kegiatan
pengelolaan terhadap bahan – bahan beracun dan berbahaya termasuk limbah
medis mulai dari awal sampai akhir dan harus tercatat dengan baik (from cradle
to the grave) dan untuk selanjutnya melakukan substitusi dengan mengurangi
penggunaannya seperti bahan merkuri ( Air Raksa/Hg ) yang terdapat pada
Spigmomanometer dan Thermometer, dental amalgam dan lampu neon (TL) serta
peralatan medis lainnya yang menggunakan bahan merkuri
Dalam kegiatan pokok pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar, baik limbah padat maupun limbah cair yang paling penting adalah adanya
sistem dan sarana serta kebijakan yang mendukung kegiatan pengelolaan limbah itu
sendiri sesuai dengan kebutuhan dilapangan. Untuk dapat terlaksana secara optimal
diperlukan suatu unit khusus yang mengelola dan pengawasannya yang kontinyu
terhadap pelaksanaan kegiatan pengelolaan limbah ini serta pencatatan, agar dapat
dilakukan analisa beban Tempat Penampungan Sementara (TPS) maupun fasilitas alat
pengolahan limbah tersebut.
Adapun pokok - pokok kegiatan dalam pengelolaan limbah di Rumah Sakit Umum Pusat
Sanglah Denpasar adalah sebagai berikut :
1. Limbah Padat :
Dilakukan kegiatan pemilahan pembuangan limbah padat yang ada di rumah sakit
dan pewadahannya sesuai dengan ketentuan yang berlaku meliputi :
2
a) Limbah Padat Umum : meliputi limbah padat organik dan anorganik
b) Limbah Padat Medis meliputi :
Limbah medis padat infeksius, dan limbah medis citotoksis, limbah
padat non infeksius, seperti obat – obatan, bahan radioaktif, sisa
specimen, dll
c) Limbah Padat Medis Tajam : seperti spuite, botol bekas obat dan benda
tajam lainnya dimasukkan ke dalam box khusus tidak boleh dicampur
dengan sampah medis lainnya untuk selanjutnya dihancurkan dengan alat
penghancur ( Milling unit )
2. Limbah Cair :
Dilakukan pemisahan system dan jalur pembuangan antara limbah cair dengan
sistem penyaluran air hujan dengan ketentuan sebagai berikut :
3. Limbah Gas :
3
rumah sakit itu sendiri dalam rangka upaya mendukung pelaksanaan tata kelola rumah
sakit yang lebih baik serta “GREEN HOSPITAL”
4
d) Jarum dan syringes dipisahkan, dimasukan kedalam sharp box khusus dan
untuk selanjutnya dihancurkan dengan alat penghancur spuite yang
dimiliki (Milling Unit/Shyro)
e) Limbah medis padat yang mungkin akan dimanfaatkan kembali harus
melalui proses sterilisasi.
f) Limbah jarum hipodermik tidak dianjurkan untuk dimanfaatkan kembali,
kecuali pada keadaan tertentu dimana tidak tersedia sama sekali maka
jarum tersebut dapat digunakan kembali, setelah melalui proses salah satu
dari methode sterilisasi sesuai dengan tabel tersebut dibawah ini.
g) Pewadahan limbah medis padat harus memenuhi persyaratan dengan
penggunaan wadah dan label seperti tabel tersebut dibawah ini
h) Daur ulang tidak dilakukan, kecuali untuk pemulihan perak yang
dihasilkan dari proses pencucian film sinar X
i) Limbah Sitotoksis dikumpulkan dalam wadah yang kuat, anti bocor, dan
diberi label bertuliskan “Limbah Sitotoksis”
Tabel – 1
Metode Sterilisasi
Untuk Limbah yang dimanfaatkan kembali
5
Tabel - 2
Jenis Wadah dan Label Limbah Medis Padat Sesuai Kategori
( Permenkes. RI. No. 1204/Menkes./Per/XI/2004 )
Warna
No Kategori Kontainer/ Lambang Keterangan
Kantong
Plastik
-
5 Limbah kimia Coklat Kantong plastic atau
dan kontainer
farmasi
7
Petugas rumah sakit diharapkan agar secara terus menerus memberikan contoh dan
pendidikan kepada masyarakat agar perilaku pembuangan sampah oleh masyarakat sesuai
aturan yang berlaku dapat menjadi suatu budaya mengingat masyarakat masih belum
melaksanakan ketentuan ini secara 100%, maka petugas pengelola harus selalu
mengontrol hal ini secara terus menerus
Seperti kita ketahui sampah di rumah sakit terdiri dari sampah umum dan sampah
medis, dimana sampah umum terdiri dari sampah organik dan sampah anorganik.
Sehubungan dengan kegiatan pemilahan telah dilakukan di ruangan pelayanan, dan dalam
pengangkutanya harus diawasi secara ketat agar tidak ada yang tercecer disepanjang
perjalanan menuju Tempat Penampungan Sementara (TPS). Untuk pemusnahannya
rumah sakit telah memiliki alat Incinerator yang sangat baik dengan menggunakan
teknologi yang ramah lingkungan dengan suhu pembakaran dapat mencapai suhu : 900°C
s/d 1200°C . Khusus untuk sampah medis benda tajam sebelum dimusnahkan ke dalam
Incinerator harus dihancurkan terlebih dahulu dengan alat Milling Unit sehingga menjadi
butiran – butiran kecil yang tidak membahayakan lagi seperti tertusuk misalnya
8
d) Double Burner
e) Smokeless
f) Tekana negatif
g) Waktu tinggal antara Primary dengan Secondary Burner : 1 s/d 2 Detik
h) Kapasitas : 200 Liter/Jam ( 100 Kg/jam )
i) Panel Kontrol Digital
j) Tinggi Cerobong Asap : 16 Meter
Dalam kegiatan pemusnahan sampah medis di Incinerator hal – hal yang perlu
mendapatkan perhatian adalah sebagai berikut :
a) Pemilahan sampah medis yang akan dibakar antara yang basah dan kering
b) Pemilahan sampah medis yang berupa bahan plastik atau mengandung PVC
c) Volume sampah medis yang akan dibakar agar tidak terjadi over load
d) Kegiatan pemusnahan dilakukan setiap hari sesuai jadwal
e) Pemeliharaan berkala alat baik pada sistem suplay bahan bakar, filter solar, burner
dan suhu pembakaran yang digunakan agar sesuai dengan tujuan pemusnahan
f) Pengaturan panel kontrol suhu agar sesuai, baik pada primary chamber maupun
pada secondary chamber
g) Pengecekan asap pembakaran apakah bening atau tebal/gelap
h) Pengeluaran abu sisa pemusnahan sampah medis.
i) Pengawasan terhadap kegiatan penghancur jarum spuite atau benda tajam lainnya
dengan alat penghancur (Milling Unit) yang terdapat di Incinerator
Untuk mengurangi volume sampah yang dihasilkan yang dibuang ke TPA, pihak
rumah sakit telah melakukan kegiatan pengolahan sampah organik menjadi pupuk
kompos organik dengan memanfaatkan lahan yang terletak di area sekitar Incinerator.
Namun volume sampah organik yang dapat diolah menjadi pupuk kompos organik masih
dalam jumlah yang terbatas mengingat lahan yang tersedia sangat minim. Dalam proses
komposting ini hal – hal yang penting diperhatikan adalah :
9
6. Pengawasan Kebersihan Lingkungan di Rumah Sakit.
10
VI. Kegiatan Pengelolaan Bahan Yang Mengandung Merkuri
Sumber - sumber dan bahan - bahan yang mengandung Merkuri yang paling banyak
ditemukan di sekitar lingkungan rumah sakit biasanya berasal dari :
1. Spigmomanometer Air Raksa (Tensi meter )
2. Thermometer Air Raksa
3. Dental Amalgam
4. Lampu TL
5. Peralatan Medik lainnya yang mengandung Merkuri
Dalam kegiatan pengelolaan limbah merkuri pihak Rumah Sakit Umum Pusat Sanglah
Denpasar juga meminta kepada suplayer (vendor) untuk mengirimkan Material Safety
Data Sheet (MSDS) untuk memudahkan penanganan bila terjadi kecelakaan sehingga
memudahkan dalam memberikan pertolongan kepada semua orang (baik petugas, pasien
dan masyarakat) yang terpapar Bahan Beracun dan Berbahaya (B3). Bahan – bahan yang
dipergunakan dan fasilitas pelayanan kesehatan yang banyak mengandung merkuri saat
ini cukup banyak dan diperlukan suatu maping (pemetaan) agar ke depannya penggunaan
bahan yang mengandung merkuri bisa dikurangi dan dialihkan dengan menggunakan alat
yang berteknologi Aneroid maupun yang Digital.
1. Penggantian lampu – lampu Neon (TL) dengan lampu hemat energy (SL/LED)
pada bangunan – bangunan baru
2. Pergantian lampu – lampu Merkuri untuk penerangan dengan jenis lampu lainnya
yang ramah lingkungan
3. Secara bertahap melakukan pergantian terhadap peralatan medis yang
mengandung merkuri (Sigmomanometer, Thermometer, Syring Pump, dll) dengan
peralatan medis yang memakai teknologi Aneroid maupun yang Digital
4. Mengganti penggunaan Dental Amalgam dengan bahan Composite pada unit
pelayanan/perawatan gigi
5. Pembuatan tempat penampungan/penyimpanan (TPS) limbah B3 yang aman
6. Pengajuan izin untuk tempat penyimpanan limbah B3
Disamping itu saat ini di RSUP Sanglah Denpasar juga dijadikan sebagai Pilot Project
dalam pengelolaan bahan Merkuri oleh Badan Lingkungan Hidup Kota Madya Denpasar
11
dan juga termasuk bagaimana cara penangannya bila terjadi tumpahan Merkuri pada
ruangan pelayanan (lihat SOP Penanganan Tumpahan Air Raksa/Merkuri).
1. Untuk alat Generator Set (Genset) secara berkala dilakukan pemeliharaan seperti :
pengecekan Battery Charging ( Accu ), pemeriksaan Olie dan filter, pemeriksaan
air Radiator, pemeriksaan bahan bakar solar dan pemanasan untuk mengetahui
kesiapan Genset bila listrik dari PLN mati dan untuk mengetahui warna asap
(bening/hitam tebal) agar kondisi alat selalu siap pakai dan posisi Otomatis serta
dilakukan uji emisi
2. Untuk alat pemusanhan sampah medis (Incinerator) dilakukan pemeliharaan
secara berkala meliputi :
a) Pemeriksaan/pembersihan pada Burner alat Incinertaor
b) Pembersihan filter solar dan selang solar
c) Pembersihan umum alat
d) Pemilahan sampah yang dimusnahkan (basah/kering dan non plastic)
e) Pengecekan pintu – pintu alat agar tetap kedap
f) Pengeluaran abu hasil pembakaran dar primary chamber
g) Kalibrasi suhu pada burner pembakaran agar tetap sesuai dengan standar
h) Pengecekan asap pembakaran ( bening/hitam )
i) Cerobong asap tingginya 16 meter
3. Boiler selalu dilakukan pemeriksaan/perawatan dan kalibrasi agar burner tetap
berfungsi dengan baik dan asap selalu bening
4. Kendaraan operasional dilakukan uji emisi secara berkala dan yang tidak
memenuhi syarat diservice ke dealer/bengkel resmi yang ditunjuk
5. Secara umum dilakukan kegiatan penghijauan lingkungan di sekitar rumah sakit
untuk menyerap polusi udara akibat kegiatan tersebut diatas
12
13